BAB II STRATEGI GURU, PEMBELAJARAN TADABUR ALAM, AQIDAH AKHLAK, KECERDASAN SPIRITUAL A. Deskripsi Pustaka 1. Strategi Guru - STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN TADABUR ALAM PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI

BAB II STRATEGI GURU, PEMBELAJARAN TADABUR ALAM, AQIDAH AKHLAK, KECERDASAN SPIRITUAL A. Deskripsi Pustaka 1. Strategi Guru

  1.1 Pengertian Strategi Guru Strategi berasal dari kata yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Strategia dapat pula diartikan sebagai suatu ketrampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar, strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Yang dapat dianggap berkaitan langsung dengan pengertian strategi dalam pengajaran bahasa ialah bahwa strategi merupakan

  1 rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk sasaran khusus.

  Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Kalau dikaitkan dengan pembelajaran atau belajar mengajar, maka strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan antara guru dan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

  Pemakaian istilah strategi dimaksudkan sebagai daya upaya dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksud dari tujuan strategi tersebut adalah agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat 1 tercapai secara maksimal, seorang guru dituntut untuk memiliki

  Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar, Strategi PembelajaranBahasa, PT Remaja kemampuan mengatur secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antara isi komponen pengajaran tersebut. Atau dalam bahasa kerennya strategi berarti pilihan pola dalam kegiatan belajar mengajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran

  2 yang efektif.

  Strategi secara umum mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai sasaran tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. Kemenangan yang dapat diperoleh guru dalam penggunaan strategi yang baik adalah tersampainya informasi dengan baik dan terjadinya perubahan perilaku peserta didik bertanya, berdiskusi, mempraktikan, mendemostrasikan materi yang sedang dipelajari. Kalau dikaitkan dengan pembelajaran atau belajar mengajar, maka strategi bisa diartikan sebagai kegiatan antara guru dengan murid dalam suatu kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang

  3 telah ditentukan.

  Kozma dalam sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi (guru sebagai fasilitator) peserta didik agar tujuan

  

4

pembelajaran dapat tercapai.

  Strategi dalam konteks pengajaran, adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik akan berpikir secara unik untuk dapat 2 menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil

  Ngalimun, Strategi Dan Model Pembelajaran , Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2016, Hlm. 1 3 Zainal Arifin Adhi Setiyawan, Pengembangan Pembelajarn Aktif Dengan ICT, PT Skipta Media Creative, Yogyakarta, 2012, Hlm 56 4 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm 13-14 keputusan. Peserta didik akan mempunyai axecutive control, atau kontrol tingkat tinggi, yaitu analisis yang tajam, tepat dan akurat. Sedangkan strategi secara kognisi adalah sebagai proses berpikir induktif, yaitu membuat generalisasi dari fakta, konsep, dan prinsip dari apa yang diketahui seseorang. Strategi kognitif tidak berkaitan dengan ilmu yang dimiliki seseorang, melainkan merupakan kemampuan berpikir internal yang dimiliki seseorang dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu yang dimilikinya. Secara umum pengertian strategi ialah suatu garis-garis besar halaman untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

  O’Malley dan Chamot, dalam Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar, mengemukakan bahwa strategi adalah seperangkat alat yang berguna dan aktif, yang melibatkan individu secara langsung untuk mengembangkan bahasa asing. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa strategi merupakan teknik atau pola yang dilakukan oleh seoarang pengajar dalam proses belajar mengajar, sehingga peserta didik dapat lebih leluasa dalam berpikir dan dapat menggambarkan kemampuan kognitifnya secara lebih mendalam dan benar. Keseluruhan pengertian strategi di atas merujuk pada aspek perencanaan yang cermat, terukur, dan dipersiapkan melalui mekanisme yang benar.

  Pengertian strategi tersebut diterapkan pada berbagai disiplin ilmu,

  5 termasuk dalam konteks pengajaran Aqidah Akhlak.

  Sedangkan guru adalah seorang yang profesinya mengajar orang lain atau seorang siswa dengan tujuan untuk mentransfer ilmu, memahamkan apa yang belum diketahui siswa dan

5 Iskandarwassid, dan Dadang Sunendar, Strategi PembelajaranBahasa, PT Remaja

  mengubah perilaku siswa untuk lebih memiliki budi pekerti yang

  6 baik dan bermoral.

  Strategi guru sendiri memiliki arti bahwa suatu prosedur yang telah direncanakan dan digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif sebagai suatu garis acuan dalam melakukan tindakan untuk mencapai suatu pembelajaran yang diinginkan oleh pendidik maupun siswa agar dapat tercapai secara maksimal, sehingga strategi itu mempunyai arti yang bermakna dalam proses pembelajaran.

1.2 Pengertian Guru

  Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara

  7 individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.

  Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu mesti harus dilembaga formal, tetapi juga bisa dimasjid, atau musolla, dirumah dan lain sebagainya.

  Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat, karena kewibawaannya yang menyebabkan guru dihormati sehingga masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak mereka menjadi orang yang berkepribadian

  8

  mulia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik baik secara individual 6 maupun klasikal, di luar sekolah maupun di dalam sekolah. Fungsi 7 Mahmud, Psikologi Pendidikan, Cv Pustaka Setia, Bandung, 2012, Hlm. 289.

  Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992, hlm. 74. 8 Syaiful Bahri Djmarah, Guru dan Anak Didik dalam Intraksi Edukatif, Rineka atau peran penting guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai director of learning (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan pembelajaran agar siswa dapat mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegaiatn belajar

  9

  mengajar. Adapun fungsi dan peran guru menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan adalah: a.

  Guru sebagai pendidik dan pengajar, yakni harus memiliki kesetabilan emosi, mempunyai keinginan untuk memajukan siswa, bersikap relistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.

  b.

  Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pandai bergaul dengan masyarakat.

  c.

  Guru sebagai pemimpin, yakni harus mampu memimpin.

  Untuk itu, guru perlu memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip hubungan antar manusia, teknik komunikasi, serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah.

  d.

  Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, yakni harus menguasai berbagai metode mengajar dan harus menguasai belajar mengajar yang baik dalam kelas maupun

  10 diluar kelas.

  Banyak peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik. Semua peranan yang diharapkan dari guru seperti yang telah diuraikan dibawah ini diantaranya:

  9 Supriyadi, Strategi Belajar dan Mengajar, Cakrawala Ilmu, Yogtakarta, 2011, hlm.

  73. 10 Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar a.

  Sebagai korektor Guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana yang buruk. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah saja akan tetapi diluar sekolah anak didik juga harus ada pengawasan karena anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran norma-norma susila, moral, sosial dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak didik mudah larut didalamnya. Jadi, guru harus selalu mengawasi semua tingkah laku, sikap dan perbuatan anak didik.

  b.

  Sebagai informator Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

  c.

  Sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan, kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektifitas dan

  11 efisien dalam belajar pada diri anak didik.

  d.

  Sebagai motifator. Guru hendaknya dapat mendorong anak

  12 didik agar bisa semangat atau bergairah dan aktif belajar.

  e.

  Sebagi inisiator. Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide 11 kemajuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

  Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, PT Rineka Cipta, Jakarta,2010, hlm 43-45. 12

  Kompetensi guru harus diperbaiki, ketrampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media komuikasi dan informasi. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu.

  f.

  Sebagai fasilitator. Guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan dalam kegiatan belajar anak didik.

  g.

  Sebagai pembimbing. Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peranan telah disebutkan di atas adalah sebagai pembimbing. Karena dengan hadirnya guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia yang dewasa, susila dan cakap. Tanpa bimbingan anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya.

  h.

  Sebagai pengelola kelas. Guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat terhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Adapun maksud dari pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah dan kerasan tinggal di kelas

  13 dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar dikelas.

  Zahara Idris berpendapat bahwa peranan guru terhadap anak didik yang diharapkan adalah sebagai berikut: a.

  Guru dapat mempertahankan status dan jarak dengan anak didik.

  Supaya guru dapat mengatasi dan mengontrol didalam kelas.

  b.

  Guru meperhatikan sosial terhadap anak didik. Agar guru dapat mempertahankan respek anak didik terhadap dirinya dan untuk memelihara kewibawaannya.

13 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm.

  c.

  Guru dalam melaksanakan tugas berdasarkan dengan kasih sayang adil dan menumbuhkan perasaan dengan penuh tanggung jawab.

  d.

  Guru menjunjung tinggi harga diri setiap anak didik.

  14 Fungsi atau peranan penting guru pada asasnya adalah

  sebagaiderector of learning (derector belajar), artinya setiap guru diharapkan untuk pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar kinerja akademik. Sebagaimana yang telah ditetap-kan dalam sasaran kegiatan PBM. Fungsi guru dalam perspektif Islam adalah: a.

  Sebagai ustadz, orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, kometmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.

  b.

  Sebagai Mu’allim, orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupan menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya atau sekaligus melakukan trasfer ilmu/pengetahuan, internalisasi serta amaliah (implementasi).

  c.

  Sebagai Murobbi, orang yang mendidik dan mengharapkan anak didik agar mampu berkreasi, serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasi untuk tidak menimbulkan mala petaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.

  d.

  Sebagai Mursyid, orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan, dan konsultan bagi anak didiknya.

  e.

  Sebagi Mudarris, orang yang memiliki kepekaan intlektual dan informasi, serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan anak

14 Zahara Idris dan Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, Gramedia Widiasarana

  didiknya, memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan.

  f.

  Mu’addib, orang yang mampu menyiapkan anak didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.

  

15

Agar peranannya itu menjadi lebih efektif maka guru harus

  menjadi aktiv is sosial atau da’i yang senantiasa mengajak orang lain tanpa bosan dan lelah kepada kebajikan atau petunjuk-petunjuk ilahi, menyuruh masyarakat kepada yang ma

  ’ruf dan mencegah yang mungkar.

1.3 Tugas dan Tanggung Jawab Guru

  Mengenai tugas, para ahli pendidikan Islam dan ahli pendidikan Barat telah sepakat bahwa tugas guru adalah mendidik. Mendidik itu sebagian besar dilakukan dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, memberi contoh, dan membiasakan. Soejono, dalam Ahmad Tafsir, merinci tugas-tugas guru: a.

  Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

  c.

  Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik.

  d.

  Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan kesulitan dalam mengembangkan potensinya.

  16 Secara singkat dapat juga disimpulkan tugas guru dalam Islam

  ialah mendidik muridnya dengan cara mengajar atau dengan cara 15 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi , PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm: 50. 16 lainya, untuk menuju tercapainya perkembangan sesuai dengan nilai-nilai Islam untuk memperoleh kemampuan tugas secara maksimal maka menjadi guru harus: a.

  Umur harus sudah dewasa.

17 Ibnu Sina, dalam Ahmad Tafsir, juga mengemukakan beberapa

  c.

  18

  Tugas utama sebagai pendidik adalah untuk membantu dalam proses mendewasakan anak didik, dewasa secara psikologis, sosial dan moral. Dewasa secara psikologis adalah bisa berdiri sendiri tidak bergantung kepada orang lain, juga mampu bertanggung jawab atas perbuatannya. Sedangkan dewasa secara sosial adalah mampu menjalin hubungan sosial dan kerja sama dengan orang lain. Kalau dewasa secara moral yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh dan mampu berfikir sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. Tugas guru sebagai pengajar ialah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui dengan penyampaian ilmu pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan dan

  Guru sebagai pendidik dan pengajar: kedua peran ini tidak bisa dipisahkan.

  18 Tugas-tugas guru menurut Sukmadinata adalah: a.

  Sopan santun dan ramah tamah.

  Tidak bermuka asam.

  b.

  b.

  Tenang.

  sifat guru antara lain yaitu: a.

  Kemampuan guru dalam mengajar harus ahli atau profesional.

  c.

  Kesehatan guru harus sehat jasmani dan rohani.

17 Ibid.

  ketrampilan guru sebagai pengajar dipandang sebagai ekspert, sebagai ahli dalam bidang ilmu yang diajarkan.

  b.

  Guru sebagai pembimbing, selain menjadi pendidik dan pengajar guru juga mempunyai peran sebagai pembimbing.

  Perkembangan anak tidak selalu mulus dan lancar, adakalanya lambat dan mungkin juga berhenti sama sekali. Dalam situasi seperti itu mereka perlu mendapatkan bimbingan atau bantuan

  19 secara penuh.

  Cece Wijaya berpendapat bahwa tanggung jawab guru diantaranya adalah: a.

  Tanggung jawab moral, yaitu setiap guru harus memiliki kemampuan menghayati prilaku dan etika yang sesuai dengan moral pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.

  b.

  Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, yaitu setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, mampu memahami kurikulum yang baik, mampu mengajar di kelas, mampu memberi nasehat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi.

  c.

  Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan, yaitu turut serta menyukseskan pembangunan dalam masyarakat dan melayani masyakat dengan baik.

  d.

  Tanggung jawab dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku ilmuan bertanggung jawab dan turut serta dalam memajukan

  20 ilmu.

  Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam 19 mencerdaskan kehidupan anak. Pribadi susila yang cakap adalah

  Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2003, hlm 252-254. 20 yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Tidak ada yang mengharapkan anak didiknya menjadi sampah atau tidak berguna dimasyarakat.Untuk itu merupakan tanggung jawab guru dalam membimbing dan membina anak didik agar dimasa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa.

  Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sulit, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk hidup yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumlah norma hidup sesuai dengan idiologi, falsafah bahkan agama. Sudah menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik, agar mengetahui mana perbuatan yang susila dan asosila, mana perbuatan yang bermoral dan mana perbuatan yang amoral. Semua norma itu tidak hanya diberikan dalam kelas saja, akan tetapi diluar kelas juga sebaiknya diberikan contoh melalui sikap, tingkah laku dan perbuatan yang baik.

  Anak didik lebih menilai apa yang guru tampilkan dalam pergaulan disekolah dan dimasyarakat dari pada apa yang guru lakukan,baik perkataan maupun yang guru tampilkan. Keduanya menjadi penilaian anak didik. Jadi, apa yang guru katakan harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa dimasa yang akan datang.

2. Pembelajaran Tadabur Alam

  2.1 Pengertian Tadabur Alam Tadabur artinya merenungkan, menghayati, memikirkan makna untuk kemudian menjadikannya sebagai pelajaran. Sedangkan alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, sehingga dalam setiap langkah kehidupan juga tampak keteraturan. Dari keteraturan itu dapat dicari hukum alam (natural law). Dengan hukum itu para manusia yang menggunakan akalnya dapat mengetahui bahwa dibelakang setiap akibat ada sebab, dan sebab yang sama biasanya menghasilkan akibat yang sama. Alam semesta dan jagat raya merupakan ruangan yang maha besar, didalamnya terdapat kehidupan biotik dan abiotik, serta terjadi gejala peristiwa yang dapat diungkapkan manusia maupun yang tidak dapat diungkapkan manusia.

  Alam mengajari kita banyak hal, ada hal-hal yang terkait dengan kehidupan dunia ataupun yang terkait dengan kehidupan di akhirat, ada tentang mencintai dan menyanyangi sesama, belajar menghargai sesuatu, bahkan kita pun di ajari oleh alam dalam hal yang mungkin tidak pernah terfikirkan dalam benak kita dan mungkin baru saat itulah kita sadar kita di tuntun oleh alam.

  Tadabur alam merupakan sebuah pembelajaran yang menciptakan suasana mengajar yang menyenangkan. Atmosfer belajar tidak menegangkan, komunikasi antara guru dan siswa juga hangat dan mementingkan pada active learning. Siswa dikenalkan pada alam dan diberi pengetahuan tentang benda-benda alam. Kemudian ditanamkan pemahaman, siapa yang menciptakan alam tersebut dan tindakan yang tepat terhadap alam beserta isinya. Konsep penerapan tadabur alam sebagai upaya pembentukan kecerdasan spiritual dan kecintaan pada alam, sehingga kurikulumnya mengacu kepada hal-hal sebagai berikut: kurikulum akhlak, melalui konsep teladan pengembangan SQ (spiritual quotient) yang diimplementasikan secara praktis melalui pengamatan alam dengan mentadaburi isi alam semesta. Metode Belajar Tadabur Alam adalah metode yang dilakukan di alam terbuka. Kondisi yang baik dalam untuk penerapan metode ini adalah kondisi yang mendekatkan siswa dekat dengan alam berupa rimbunan pepohonan, lahan untuk berkebun, bahkan sejumlah hewan ternak seperti: angsa, bebek menjadi bagian dari suasana alami

  21 yang ada di alam.

  Sekarang ini paling banyak digunakan adalah PAILKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik). Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku atau kitab yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar kontekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya. Dengan mengetahui lingkungan yang ada di sekitarnya, maka kelak siswa selesai belajar, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikekolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya. Dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran dan

  22 meningkatkan hasil pembelajaran.

  Dikti mengemukakan bahwa anak-anak usia muda sangat baik diajak untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas lingkungan hidup. Kita semuanya menyadari kualitas lingkungan dari hari ke hari, dari generasi ke generasi, bukannya semakin membaik tetapi malah sebaliknya. Lebih lanjut Dikti menyadarkan masyarakat yang sudah terlanjur kurang memahami arti kualitas lingkungan untuk kelestarian umat manusia, sulit untuk 21 Djuwita, Efriyani. 2007. Sekolah Alam, (Online) My Day: Sekolah

  Alam. Html, Diakses Tanggal 4 April 2010) 22 Hamzah Uno dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem, Bumi

  dilakukan. Penanaman pemahaman dan kesedaran tentang pentingnya menjaga kelestarian kualitas lingkungan sangat baik apabila mulai diterapkan mulai pendidikan anak usia dini.

  Selanjutnya sulaeman, dkk mendefinisikan bahwa lingkungan merupakan suatu keadaan di sekitar kita. Lingkungan secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu lingkungan alam dan buatan.

  Dengan demikian lingkungan merupakan salah satu potensi yang diciptakan oleh Allah SWT untuk digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dalam menjalani hidup di dunia yang perlu dijaga kelestariannya.

  Selanjutnya, mempelajari tentang seluk beluk serta pemanfaatkan lingkungan ternyata siswa bukan hanya diajak untuk mempelajari konsep tentang lingkungan, tetapi lingkungan pun juga dapat menjadi salah satu sumber belajar. Hal ini senada dengan pernyataan dan penuturan dari Depdiknas yang mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan lingkungan memungkinkan siswa menemukan hubungan yang sangat bermakna antara ide-ide abstrak dan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata, konsep dipahami melalui proses penemuan, pemberdayaan, dan hubungan, winaputra mengatakan bahwa pemanfaatan lingkungan didasari oleh pendapat pembelajaran yang lebuh bernilai, sebab para siswa diharapkan dengan peristiwa dan keadaan yang seharusnya. Samatowa mengatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan diluar kelas (out

  

door education ) dengan memanfaatkan lingkungan sebagai

  laboratorium alam. Selain itu, Iskandar menyatakan bangkitnya motivasi belajar intrinsik siswa sangat dipengaruhi oleh motivasi ekstrinsik, yaitu behavior (lingkungan).

  Penggunaan pendekatan lingkungan alam merupakan suatu terobosan baru untuk menghilangkan verbalisme dalam diri siswa serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai yang terwujud pada kecintaan terhadap lingkungan alam dan kesediaan untuk menjaganya dari kerusakan. Di samping itu, siswa semakin termotivasi untuk belajar sambil menikmati keindahan alam sekitar.

  Berdasarkan definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan merupakan sumber belajar yang paling efektif dan efisien serta tidak membutuhkan biaya yang besar dalam

  23 meningkatkan motivasi peserta didik.

  Sekolah berbasis alam kini sedang menjadi tren disejumlah kota. Biasanya, alasan memilih sekolah alam karena kecenderungan dan anak yang secara perilaku cukup aktif, susah dikoordinasi, terlalu kreatif, cenderung suka menciptakan hal-hal baru, dan tidak begitu suka rutinitas. Sejumlah sumber di situs internet menyebutkan bahwa sekolah alam lahir dengan harapan dapat mengembalikan nilai-nilai esensial maupun dalam menyatu dengan alam. Dengan begitu, peserta didik bisa dikenalkan tentang berbagai adanya alam semesta dan anak didik akantermotivasi dengan menikmati keindahan alam serta mengetahui bagaimana cara menjaga lingkungan alam dengan baik

  24 bahwa semua itu ada yang menciptakan.

  Konsep sekolah alam adalah konsep belajar aktif, menyenangkan dengan menggunakan alam sebagai media langsung untuk belajar. Dalam pembelajaran Tadabur alam, diterapkan konsep belajar seperti halnya sekolah alam. Hal ini dikarenakan sumber utama dalam proses belajar mengajar dengan melibatkan alam (lingkungan). Dalam belajar ini lebih banyak menggunakan aktif dan action learning, yaitu anak belajar melalui pengalaman dan melakukan langsung. Dengan mengalami, siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat dan tidak bosan.

  Pembelajaran tadabur alam merupakan pembelajaran terkini yang menuntut siswa untuk lebih aktif dan guru lebih inovatif dalam pengemas pembelajaran yang memanfaatkan alam sebagai sumber dan 23 24 Ibid , hlm 136-137

  

Satmoko Budi Santoso, Sekolah Alternatif, Mengapa Tidak..?, Diva Press, tempat belajar. Penggunaan tadabur alam ini diharapkan agar kelak anak lebih senang dengan lingkungan dan tahu aplikasi dari

  25 pengalaman bahwa semua ini ada yang menciptakan.

  Adapun ayat yang menerangkan tentang tadabur alam atau penciptaan alam semesta adalah Q.S AL-Anbiya: 30             

         

  Artinya : “Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup.Maka mengapakah mereka tiada

  26 juga beriman.”

  Disebutkan juga dalam Q.S Luqman ayat 10               

                

  Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (dipermukaan) bumi supaya bumi itutidak menggoyangkan kamu, dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam

  

27

tumbuh- tumbuhan yang baik.”

  Disebutkan juga dalam Q.S Ali Imran ayat 191           

            

  Artinya: “yaitu orang-orang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan 25 tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ”ya Tuhan Djuwita, Efriyani. 2007. Sekolah Alam, (Online) (Http:/Www. My Day: Sekolah Alam. Html, Diakses Tanggal 4 Oktober 2015 26 Kementerian Agama RI, Penciptaan Bumi Dalam Prespektif Al- Qur’an Dan Sains

  (Tafsir Ilmi), Jakarta, 2012, Hlm. 84 27

  kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci

  28 Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka.”

  2.2 Kelebihan dan Kekurangan Tadabur Alam Untuk mengembangkan kecerdasan spiritual anak dapat dipergunakan metode-metode yang mampu menggerakkan anak agar dapat berpikir, menalar, mampu menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi. Caranya adalah dengan memahami lingkungan alam di sekitarnya, mengenal benda-benda ciptaan Allah, seperti pepohonan, binatang, pegunungan dan lain sebagainya karena semua itu ada yang menciptakannnya.

  Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar, siswa perlu diajak ke luar sekolah untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain. Hal ini bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan pembelajaran tadabur alam adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk memahami tanda-tanda kebesaran

29 Allah.

  Dalam pembelajaran tadabur alam memiliki kelebihan dan kekurangan di antaranya: a. Kelebihan tadabur alam 1) tadabur alam akan meningkatkan rasa syukur atas nikmat Allah.

  Manusia adalah makhuk yang paling sempurna yang diciptakan Allah. Karena manusia diberi akal untuk berpikir serta hati yang dapat mengarahkan segala gerak langkahnya. Dengan kesempurnaan inilah sudah sepantasnya manusia mengingat akan kebesaran serta bersyukur atas nikmatnya. 28 Dalam Q.S Ali Imran:190-191 Allah berfirman:

  Hlm. 9 29 Ibid Djuwita, Efriyani. 2007. Sekolah Alam, (Online) My Day: Sekolah Alam. Html, Diakses Tanggal 4 April 2010)

                                 

   

  Artinya: “sesungguhnya dalam menciptakan kejadian

langit dan bumi dan pergantian malam dan siang, benar-benar

menjadi bukti bagi orang

  • –orang yang mengerti (ulil albab). Yakni

    orang-orang yang suka berdzikir kepada Allah sambil berdiri,

    duduk dan mereka merenungkan dan menganalisa kejadian langit

    dan bumi, (sampai berkesimpulan): Rabbana, tidaklah Engkau

    ciptakan ini sia-sia. Maha suci engkau, maka periharalah kami

    dari siksa neraka.

  ” Dengan timbulnya kesadaran seperti itu, maka manusia akan pandai bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Sehingga segala apa yang diberikan, dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagaimana dengan mestinya sesuai dengan kehendaknya.

  Jika manusia tidak mau bertadabur terhadap ciptaan Allah, maka sulit untuk dapat bersyukur kepada sang pencipta alam ini, karena hatinya penuh dengan kegelapan. Pada dasarnya islam menyuruh manusia untuk memikirkan dan merenungkan alam semesta ini dan segala ciptaannya dan melarang untuk memikirkan zat Allah SWT.

2) Tadabur alam mendekatkan dan mengingat Allah.

  Hidup manusia tidak terlepas dari alam yang mempengaruhi setiap gerak kehidupannya. Tujuan dari diciptakaannya alam disini adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah.

  Selama berinteraksi dengan alam diharapkan anak-anak mampu untuk mengenali semua komponen yang ada di alam dan bisa merenungi penciptaan alam beserta isinya yang membentuk kecerdasan spiritual. Setelah mengikuti serangkaian belajar diharapkan dapat menjadi anak yang ramah terhadap lingkungan alam semesta, karena lebih menghargai alam akan lebih mendekatkan diri kepada Allah.

  30 Dalam surat Q.S AL-ghosyiyah :17-20

                       

  Artinya: “maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?”“Dan langit, bagaimana ia tinggikan?”“Dan gunung-gunung bagaimana ia tegakkan?””Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”

  31

  3) Motivasi belajar akan lebih semangat karena anak didik mengalami suasana belajar yang berbeda.

  Penggunaan pembelajaran sangat realistis dalam proses belajar mengajar, karena peserta didik dibawa pada objek secara langsung, sehingga ia dapat mengamati situasi yang asli, memberi motivasi untuk mengamati sendiri, mencari iklim baru dalam proses belajar-mengajar, mengembangkan, menanamkan dan memupuk cinta akan ciptaan Allah SWT yang dapat mempertinggi dan mempertebal rasa keyakinannya akan keagungan-Nya.

32 Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam

  Q.S AL-fathir 3:              

            

  Artinya: ”Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah penciptaan selain Allah yang dapat memberikan rizki kepada kamu dari langit dan bumi?Tidak ada 30 Ibid 31 Q.S Al Ghoshiyah

  Al Qur’an dan Terjemahannya, Bandung, Cv Penerbit Diponegoro, 2000, hlm 474 32 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Prenada

  Tuhan selain dia, maka mengapakah kamu berpaling (dari

  33 ketauhidan)?

  Dalam Q.S Al-Hajj 18 Allah berfirman:                         

                  

  Artinya: “tidaklah kamu mengetahui bahwasanya bersujud kepada Allah segala makhluk yang berada di langit dan di bumi, demikian juga sujud kepadanya matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, binatang melata dan banyak manusia? Tetapi banyak manusia yang pantas mendapatkan adzab.Dan barang siapa yang dihinakan oleh Allah niscaya tiada seorang pun yang dapat menjadikannya mulia.Sesungguhnya Allah maha mengerjakan

  34 apa yang dia kehendaki.”

  Belajar tidak mesti di dalam kelas.Belajar dapat juga dilaksanakan di alam bebas.Tatkala siswa-siswa sudah jenuh di dalam kelas, guru dapat membawa mereka belajar dalam bentuk wisata untuk menumbuhkan minat belajar baru.

  Pada kegiatan ini guru mengajak para siswa pergi melihat fenomena- fenomena alam. Belajar melalui wisata alam ini akan berkesan di dalam fikiran siswa, serta dapat mengembangkan pemikirannya dan merangsang mereka untuk berbuat, karena mereka membuktikan dan menyaksikan sendiri kejadian alam yang terjadi di sekitar mereka. Dari kegiatan ini siswa dapat pelajaran disamping materi yang disajikan di dalam kelas, guru harus dapat menjelaskan kepada siswa-siswa peristiwa alam yang mereka temui dilapangan. Kegiatan pembelajaran seperti ini termasuk cara mencerdaskan, mendewasakan, membebaskan, dan memanusiakan

  35 33 manusia (anak didik).

  Al Qur 34 ’an dan Terjemahannya, Bandung, CV Penerbit Diponegoro, 2000, hlm 347 35 Ibid, hlm 267 Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung Persada

  b. kekurangan tadabur alam 1) Fasilitas yang diperlukan dan biaya yang dipergunakan sulit untuk disediakan oleh siswa atau sekolah.

2) Sangat memerlukan persiapan atau perencanaan yang matang.

  3) Memerlukan koordinasi dengan guru serta bidang studi lain agar tidak terjadi tumpang tindih waktu dan kegiatan selama bertadabur alam.

  4) Sulit mengatur siswa yang banyak dalam perjalanan dan

  36 mengarahkan mereka kepada studi yang menjadi permasalahan.

3. Aqidah Akhlak

  3.1 pengertian aqidah akhlak kata Aqidah dalam bahasa arab atau dalam bahasa Indonesia ditulis aqidah, menurut terminologi berarti ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu, dalam pengertian teknis artinya iman atau keyakinan.

  Aqidah Islam karena itu, ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran islam. Kedudukannya sangat fundemental, karena menjadi gantungan segala sesuatu dalam islam. Adapun dasar dari aqidah akhlak adalah dari Al-

  Qur’an, Al- Hadist, Ijma’, Qiyas. Contoh dasar Al- Qur’an yaitu terdapat disurat Al-Ikhlas ayat 1-4.                

    

  Artinya: katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-nya segala sesuatu.Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkkan, dan tidak ada seseorang yang setara dengan Dia.”

36 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka

  Cipta, 1995, hlm: 107

  3.2 Penerapan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan adanya pembelajaran Aqidah di dalam sekolah ini tentunya ada fungsi yang tersendiri, ilmu akhlak menentukan kriteria perbuatan yang baik dan yang buruk, maka seseorang yang mempelajari yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk. Dengan mengetahui yang baik ia akan terdorong untuk melakukan dan mendapatkan manfaat dan keuntungan darinya, sedangkan dengan mengetahui yang buruk ia akan terdorong untuk meninggalkannya dan ia akan terhindar dari bahaya yaitu untuk berperilaku sopan santun, bersikap sabar, menepati

  37 janji.

  Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengalaman dan pembiasaan berakhlak islam secara sederhana, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari- hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Peneliti mengfokuskan pada bidang materi banyak menyebut kalimah thayyibah dan mengenal Allah melalui Asm a’ul Husna.

a. Menyebut Kalimah Thayyibah

  1) Bersyukur dengan mengucap Alhamdulillah Kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada manusia banyak sekali. Contohnya, manusia hidup karena bisa bernafas, dan ketika bernafas manusia membutuhkan oksigen. Oksigen telah disediakan oleh Allah di alam ini, manusia tinggal memanfaatkannya tanpa harus mengeluarkan biaya.

  Begitu lagi nikmat jasmani dan rohani yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Contoh nikmat jasmani, kita punya mata yang 37 bisa digunakan untuk melihat dengan baik, lidah digunakan untuk

Dokumen yang terkait

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU MALANG

10 54 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran - STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN MAJEMUK) PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NEGERI BANDUNG TULUNGAGUNG - Institutional Repository

0 0 44

STRATEGI GURU MENGEMBANGKAN ASERTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NU HASYIM ASY’ARI 2 KUDUS - STAIN Kudus Repository

0 0 27

STRATEGI GURU MENGEMBANGKAN ASERTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DI MTS NU HASYIM ASY’ARI 2 KUDUS - STAIN Kudus Repository

1 2 55

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI SKALA SIKAP PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS. MANBA’UL ULUM GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 7

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI SKALA SIKAP PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS. MANBA’UL ULUM GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 37

STRATEGI GURU DALAM MENGEMBANGKAN INSTRUMEN EVALUASI SKALA SIKAP PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS. MANBA’UL ULUM GONDOSARI GEBOG KUDUS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 33

BAB II PENGEMBANGAN SILABUS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA A. Pengembangan Silabus 1. Pengertian, Dasar, dan Tujuan Pengembangan Silabus - ANALISIS PENGEMBANGAN SILABUS PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DALAM PENINGKAT

0 1 26

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TADZKIRAH DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN AFEKTIF SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTS ULUMIYYAH KEBONHARJO, JATIROGO, TUBAN. - STAIN Kudus Repository

0 2 115

STRATEGI GURU DALAM PEMBELAJARAN TADABUR ALAM PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL SISWA DI MI AL HUDA PANCUR MAYONG JEPARA TAHUN AJARAN 2016/2017 - STAIN Kudus Repository

0 0 7