KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PEMAIN DEBUS (STUDI DESKRIPTIF PADEPOKAN MAUNG PANDE) - FISIP Untirta Repository

KOMUNIKASI TRANSENDENTAL PEMAIN DEBUS (STUDI DESKRIPTIF PADEPOKAN MAUNG PANDE)

  

SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Hubungan Masyarakat

  Program Studi Ilmu Komunikasi

  

Disusun Oleh:

KHIMATULLAH

NIM 6662111928

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  MOTO DAN PERSEMAHAN “HIDUP HANYA SEKALI HIDUPLAH YANG BERARTI” “MAN JADDA WA JADDA” Barang Siapa yang Bersungguh-sungguh Maka Dapatlah Dia PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada : kedua orangtuaku tercinta yang telah tiada, kakak-kakak dan adikku tersayang serta teman-teman tercinta dan juga kepada istriku yang paling ku sayang dan pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini.

  

ABSTRAK

Khimatullah, NIM 6662111928. Skripsi. Komunikasi Transendental Pemain

Debus (Studi Deskritif Padepokan Maung Pande). Pembimbing I: Prof. Dr.

H. Sihabudin, M.Si., dan Pembimbing II: Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si.

  Debus adalah suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Debus dikenal sejak abad ke 18, dan sebagai kesenian asli Banten. Kesenian debus adalah kesenian yang bergerak dan tumbuh di tiga daerah kabupaten yang ada di Banten yakni Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak. Komunikasi adalah proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda. Dalam komunikasi transendental para partisipannya adalah manusia dan allah. Transendental secara bahasa dalam istilah filsafat berarti suatu yang tidak dialami tapi dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas dari penomena namun berada dalam gugusan pengetahuan seseorang. Komunikasi yang melibatkan manusia dengan Tuhannya itulah yang sering disebut komunikasi transendental (Mulyana, 1999:49). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi deskritif. Menurut Dr. H. Furqan Padepokan Maung Pande merupakan perkumpulan perguruan Debus dari segala macam perguruan yang ada di Indonesia. Hasil dari penelitian ini, peneliti menemukan bentuk komunikasi transcendental pemain debus dengan cara tarekat islam. Tarekat bisa diartikan cara atau metode, jadi metode yang digunakan pemain debus Maung Pande dengan beribadah kepada allah bisa dalam bentuk shalat, puasa, dan dzikir. Silat atau bela diri menjadi cara pemain debus Maung Pande menempa kemampuannya dalam mencapai kekebalannya, Padepokan Maung Pande menggunakan aliran silat Tdjimande. Dalam Maung Pande khususnya punya cara lain dalam mempersiapkan diri sebagai pemain debus dengan meningkatkan keyakinannya kepada Allah dengan percaya atas pertolongan Allah sebagai penyelamat dan percaya bahwa atas segala sesuatu berpasrah hanya milik Allah.

  Keywords : Debus, Komunikasi Transendental, Maung Pande

  

ABSTRACT

Khimatullah, NIM 6662111928. Thesis. Communication Trancendental Players

Debus (Descriptive Studies Padepokan Maung Pande) Preceptor I: Prof. Dr. H.

  Sihabudin, M.Si., And Preceptor II: Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si.

  

Debus is an art that demonstrates a remarkable human ability, immune to sharp

weapons, immune to fire, drinking hard water, inserting objects into whole

coconut, frying eggs in the head and others. Debus known since the 18th century,

and as the original art of Banten. Debus art is an art that moves and grows in

three districts of Banten is Serang, Pandeglang, and Lebak. Communication is the

process of creating meaning between two or more people through the use of

symbols or signs. In transcendental communication the participants are human

and god. In Transcendental philosophy is language the term means something

that is not experienced but it is known, an experience which is free from the

phenomenon but are in clusters of one's knowledge. Communication involving

humans with their God is often called transcendental communication (Mulyana,

1999: 49). This research uses qualitative research method with descriptive study.

According to Dr. H. Furqan Padepokan Maung Pande is an association of Debus

colleges from all kinds of institution in Indonesia. The results of this study,

researchers found a form of transcendental communication players debus by way

of Islamic tarekat. Tarekat can be interpreted way or method, so the method used

debus player Maung Pande with worship to Allah can be in the form of prayer,

fasting, and dhikr. Silat or martial arts become the way players debus Maung

Pande forge his ability to achieve immunity, Padepokan Maung Pande using

Tdjimande silat flow. In Maung Pande in particular has another way of preparing

himself as a debus player by increasing his belief in God by believing in God's

help as a savior and believing that all things are God-given.

  Keywords : Communication Transcendental, Debus, Maung Pande

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komunikasi Transendental Pemain Debus (Studi Deskriptif Padepokan Maung

  

Pande), Penulisan skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk meraih kesarjanaan strata

  satu (S1) Program Studi Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten.

  Perjuangan dan semangat yang tinggi akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik, guna menjadi syarat kelulusan dan pendidikan selama di universitas. Skripsi ini saya dedikasikan untuk semua orang yang terlibat selama saya mengenyam pendidikan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Dalam penyampaian keberhasilan penulis untuk menyelesaikan penulisan ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai pihak yang sangat berarti.

  Pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam- dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Pimpinan

  Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos,. M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu

  Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  4. Bapak Iman Prof. Dr. H. A. Sihabudin, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I, terimakasih atas waktu, kesempatan, kesabaran, bimbingan dan arahannya yang sangat berarti bagi penulis.

  5. Bapak Teguh Iman Prasetya, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing

  II, terimakasih atas waktu, kesempatan, kesabaran, bimbingan dan arahannya yang sangat berarti bagi penulis.

  6. Ibu Uliviana Restu, S.Sos., M.I.Kom dan Bapak Ronny Yudhi Septa Priana, M.Si. selaku Dosen penguji yang telah memberikan penilaian terbaik dan terimakasih atas waktu dan kesempatannya.

  7. Seluruh Dosen Fisip Untirta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.

  8. Seluruh staf karyawan FISIP Untirta, terkhusu Ibu Nur yang melayani kepentingan penulis dalam berbagai hal untuk memperlancar jalannya perkuliahan dan penyusunan skripsi.

  9. Abah Almarhum H. Ach. Matin Sy yang telah mendidik dan membesarkan serta Doanya yang senantiasa menuntun penulis hingga saat ini.

  10. Mamah Almarhumah Hj. Yumyah yang telah memberikan kasih sayang dan Doa serta dukungannya kepada penulis hingga saat ini.

  11. Adinda istriku Hanie Nur Aeni, S.I.kom yang telah mendukung serta berjuang bersama sehingga skripsi ini selesai, terimaksaih atas

  12. Kakak kandung Harun Al Rasyid, Khusnawati, Mulyanah, Inayatul Fadhillah dan adik Azis Assulthoni atas segala dukungan serta doanya.

  13. Kakak ipar Mia Herawati, Ahmad Zumri, Akhmad Fery Setiawan, dan Peri Sandi Huizche atas segala dukungan serta doanya.

  14. Bapak Mertua H. Asep Soleh dan Adik ipar Ria Kuraesin yang memberikan Doa serta dukungan.

  15. Alzasya Asdrie Rivaldie, Fahmi Ilhamullah, Teguh Nugraha, Friska Riama Tampubolon, Siti Roifatul Roihah, Febri Nurunnisa, Achmad Ramdani, Anindita P Suhendar, Fahmi Malik Akbar serta teman- teman seperjuangan lainnya.

  16. Teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Untirta.

  17. Karyawan Visco Tailor yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah memberikan Doa serta dukungannya.

  18. A. Ruli Hidayat yang menjadi partner bisnis serta memberikan dukungan dan nasihat kepada penulis.

  19. Niki Elam Pamungkas, Tb. Dicki dan Zemi Firdaus sahabat dari SMP yang hingga saat ini terjalin persahabatannya dan memberikan Doa serta dukungan.

  20. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, baik itu berupa saran, do'a, maupun dukungan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis doakan semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan kalian. Akhir kata penulis berharap semoga apa yang telah penulis lakukan dapat bermanfaat bagi khususnya dan bagi pembaca umumnya. Masukan dan saran sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis di masa mendatang.

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................... ..... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................ vi

ABSTRACT .............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

  

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

  1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 9

  1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................ 9

  1.4 Manfaat Teoritis .............................................................................. 10

  1.5 Manfaat Praktis ............................................................................... 10

  2.1.1 Komunikasi ............................................................................ 11

  2.1.2 Komunikasi Transendental ..................................................... 15

  2.2 Debus ........................................................................................... 21

  2.2.1 Definisi Debus ......................................................................... 21

  2.2.2 Sejarah Debus ......................................................................... 22

  2.3 Kerangka Berfikir ......................................................................... 25

  2.4 Penelitian Sebelum ....................................................................... 27

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 30

  3.1 Metodologi Penelitian ..................................................................... 30

  3.2 Paradigma Penelitian ....................................................................... 31

  3.3 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 32

  3.4 Lokasi Penelitian ............................................................................. 33

  3.5 Fenomena Yang Diamati ................................................................. 33

  3.5.1 Definisi Konsep ...................................................................... 33

  3.5.2 Definisi Operasional ............................................................... 34

  3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 34

  3.7 Informan Penelitian ......................................................................... 35

  3.8 Teknik Pengolahan Data ................................................................. 36

  

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 41

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian .............................................................. 41

  4.1.1 Sejarah Padepokan Maung Pande ............................................. 41

  4.2 Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 43

  4.2.1 Proses Ritual Debus .................................................................. 44

  4.3 Profil Informan ................................................................................ 50

  4.3.1Profil Informan Kumci ............................................................. 50

  4.3.2Profil Informan Pendukung ....................................................... 52

  4.3 Pembahasan ..................................................................................... 54

  4.4.1 Proses Komunikasi Transendental ........................................... 55

  4.4.2 Pertunjukan Debus ................................................................... 64

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 73

  5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 73 5.2 saran.................................................................................................. 73

  

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 75

LAMPIRAN .............................................................................................. 76

BIODATA PENULIS ............................................................................... 91

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Komunikasi merupakan kebutuhan dasar atau primer manusia. Komunikasi merupakan sarana interaksi antar manusia yang efektif. Dinyatakan berinteraksi jika mereka yang terlibat masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan oleh manusia disebut tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi menyangkut perasaan, pikiran dan perbuatan manusia.

  Sejak kita lahir dan selama hidupnya manusia akan selalu terlibat dalam tindakan-tindakan komunikasi. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia dan sebagai makhluk sosial, kita perlu berhubugan, bergaul dengan sesama manusia lain. Itu merupakan sisi dinamis dari manusia.

  Hubungan yang dilakukan atau dijalin setiap saat merupakan kegiatan berkomunikasi. Dalam ilmu komunikasi dikenal dengan istilah komunikasi yang dilakukan antara manusia dengan Tuhannya, dalam ilmu komunikasl disebut komunikasi transendental dan komunikasi ini dalam istilah Islam dikenal dengan sebutan hablu minnallah dan habluminannas.

  Debus adalah suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan

  Menurut pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud Kabupaten Serang, (Alm) Tb. A. Sastra Suganda, debus berasal dari kata tembus. Ada juga yang menyebutkan bahwa debus berasal dari kata gedebus, yaitu nama salah satu benda tajam yang digunakan dalam pertunjukan kekebalan tubuh. Benda tajam tersebut terbuat dari besi, dan digunakan untuk melukai diri sendiri. Oleh karena itu kata debus dapat diartikan sebagai tidak tembus.

  Meskipun kata debus sangat akrab di kalangan penduduk Banten, bahkan Indonesia, namun asal usul dan arti dasar dari kata tersebut tidak dikenal secara luas. Bahkan para pemain debus sendiri banyak yang tidak mengetahui artinya.

  Bahkan debus ser ing dimaknai ―tembus‖, ―ora tembus‖, dan ―dada tembus‖, bahkan ada yang mengatakan bahwa debus itu kependekan dari ―Dzikiran, Batin dan Salawat‖.

  Kesenian debus merupakan bentuk kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara, seni teater dan seni kebatinan yang bernuansa magis.

  Kesenian debus biasannya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, atau untuk hiburan masyarakat. Pertunjukan ini dimulai dengan pembukaan (gembung), yaitu oembacaan sholawat atau lantunan puji-pujian kepada Nabi Muhammad, dzikir kepada Allah, diiringi instrument tabuh selama tiga puluh menit.Acara selanjutnya adalah beluk, yaitu lantunan nyanyian dzikir dengan suara keras, melengking, bersahut-sahutan dengan iringan tetabuhan.

  Bersamaan dengan beluk, atraksi kekebalan tubuh didemonstrasikan sesuai makan api, memasukan jarum kawat ke dalam lidah, kulit pipi dan anggota tubuh lainnya sampai tembus tanpa mengeluarkan darah, mengiris anggota tubuh sampai terluka dan mengeluarkan darah tapi dapat disembuhkan seketika itu juga hanya dengan mengusapnya, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang dikenakan hancur lumat namun kulitnya tetap utuh. Selain itu, juga ada atraksi menggoreng kerupuk atau telur di atas kepala, membakar tubuh dengan api, menaiki atau menduduki tangga yang disusun dari golok yang sangat tajam, serta bergulingan di atas tumpukan kaca atau beling. Atraksi diakhiri dengan gemrung, yaitu permainan alat-alat music tetabuhan.

  Kesenian yang satu ini dalam perkembangannya telah dikenal sampai ke dunia Internasional serta menjadi identitas kesenian khas masyarakat Banten. Ada beberapa versi yang menjelaskan tentang asal usul munculnya kesenian Debus di Banten. Di daerah lain ada juga kesenian seperti kesian Debus, dengan sebutan yang berbeda namun proses ritual dan pertunjukkannya hampir sama.

  Kesenian yang ada umumnya berkembang secara turun temurun yang dalam perjalannya tidak terlepas dari pengaruh agama Islam maupun agama-agama lain yang berkembang di Banten. Dalam masa kesultanan Banten diakui memang pengaruh Islam demikian kuat di Banten sehingga mempengaruhi ragam dan nafas kesenian tradisional di Banten. Islam masuk ke Banten berasal dari Parsi atau Gujarat di India selatan yang masih banyak unsur mistisnya (Koentjaraningrat, 2002:25). Itu sebabnya, masuk akal manakala pengaruh Islam

  Kesenian debus adalah kesenian yang bergerak dan tumbuh di tiga daerah kabupaten yang ada di Banten yakni Kabupaten Serang, Pandeglang, dan Lebak.

  Istilah debus sampai saat ini belum ditemui arti yang pasti. Namun menurut Almarhum Tb A. Sastrasuganda (dalam Aminudin, 1995:155) kata debus berasal dari kata ― tembus ― yakni alat yang tajam yang dapat menembus badan manusia.

  Asal kata ini masuk akal mengingat alat-alat yang dipakai dalam permainan debus adalah senjata atau alat-alat yang tajam yang bisa melukai manusia seperti golok, parang, dan lain sebagainya. Debus sering dinamai pula dengan istilah Almadad (kekuatan) (Maman. 2004).

  Kesenian merupakan salah satu bentuk aktifitas manusia yang selalu tidak dapat berdiri sendiri. Karya seni berkembang dalam rakyat disebut kesenian rakyat (Folklore). Pertumbuhan dan perkembangan kesenian rakyat tidak dapat dipisahkan dari warna dan cirri kehidupan masyarakat itu sendiri. Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai bentuk kesenian yang menggambarkan daerah setempat, yang tentu saja, setiap kesenian daerah mempunyai latar belakang sejarah dan konteks sosial sendiri. Seperti halnya di Banten, daerah yang berada paling barat pulau jawa, dikenal sebagai kota Santri dan kota Jawara atau Pendekar. Sejarah mencatat pada awal abad 19, Banten dijadikan rujukan para ulama di Nusantara, bahkan Asia Tenggara, tentang keislaman (ilmu islam).

  Menurut Snouck Hoergronje, masyarakat Banten pada saat itu sudah sadar dalam menjalankan syariat Islam, jika dibandingkan dengan masyarakat jawa pada dalam perjalannya tidak terlepas dari pengaruh agama islam, maupun agama lainnya. Kesenian rakyat yang berkembang di Banten hingga sampai saat ini diantarannya adalah Debus.

  Secara antropolgis dapat dikatakan bahwa menjadi sifat universal bagi pengalaman hidup umat manusia untuk mencari dan mengagumi keindahan (seni).

  Di dalam bahasa kesenian, manusia tidak berbicara dengan pikirannya, melainkan ia berkomunikasi langsung dengan perasaanya. Di dalam kesenian berpencarlah satu kegairahann kreasi yang spontan dari manusia. Dalam perkembangan sejarah kesenian, dikatakan Harsojo (1977: 260) bahwa ketika manusia masih hidup dalam kelompok-kelompok yang kecil yang hidup di daerah-daerah pedesaan dari pertanian yang tradisional, kesenian itu lebih mempunyai fungsi sosialnya. Dalam melakukan upacara-upacara kesenian memainkan peranan yang penting dan banyak orang ikut serta dalam kesenian itu.Kesenian ini disebut kesenian rakyat.

  Cirinya ialah bahwa nilai-nilai yang terjalin dalam kesenian itu merupakan refleksi dari cara hidup sehari-hari atau bersumber kepada mitos-mitos.

  Sumber-sumber kesaktian permainan debus merupakan campuran eklektik dari tradisi islam dan tradisi local. Bacaan-bacaan saktinya berasal dari doa-doa yang bersumber dari tradisi islam yang berbahasa arab dan bacaan-bacaan yang berbahasa jawa dan sunda. Dalam tradisi islam debus sangat terkait dengan tarekat, terutama tarekat Rifaiyah dan Qodiriyah. Kedua tarekat tersebut memberikan pengaruh sangat penting terhadap permainan debus. Kedua tarekat kitab-kitab Manaqib Abdul Qadir pada kesempatan tertentu telah menjadi bagian dari ritual keagamaan pada masyarakat. Pembacaan manaqib ini lazim dianggap berfaedah melindungi pembacanya terhadap segala bahaya, berkat keramahan Syekh Abdul Qadir.

  Komunikasi adalah proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih lewat penggunaan simbol-simbol atau tanda-tanda. Dalam komunikasi transcendental para partisipannya adalah manusia dan allah.

  Inti dari proses komunikasi adalah persepsi, yakni proses internal dengan mana manusia memilih, mengevaluasi, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari sekitarnya. Rangsangan tersebut bisa berbentuk lambing- lambang, tanda-tanda, atau kejadian-kejadian. Jika persepsi kita tidak akurat, tak mungkin komunikasi kita efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan tertentu dan mengabaikan yang lain, memberi makna tertentu pada pesan tersebut dan tidak memberi makna lain. Karena tidak ada dua manusia yang mempunyai pengalaman (dan rujukan nilai) yang persis sama, maka tidak ada dua manusia yang mempunyai persepsi sama terhadap suatu rangsangan.

  Persepsi akurat yang dituntut dalam komunikasi yang efektif bukan saja persepsi terhadap objek diluar diri manusia, tapi juga persepsi terhadap dirinya sensiri. Dengan kata lain, komunikator yang efektif harus mengenal dirinya senidir, yakni siapa dirinya menurut pikirannya. Idealnya, konep diri kita menurut kita ini sesuai dengan konsep diri kita menurut orang lain. komunikasi yang dilakukan atau yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya. Jadi, partisipan dalam komunikasi transendental adalah Tuhan dan manusia.

  Bagi umat muslim, cara mendekatkan diri pada Allah SWT tentu bermacam-macam, yaitu dengan shalat lima waktu, berpuasa, shalat sunat, berdzikir, menunaikan zakat, beribadah haji, infaq, sadaqah, dan lain-lain. Semua itu adalah bentuk ibadah, yang dilakukan oleh umat muslim untuk mencari ridlo Allah SWT. Ketika kita melakukan shalat sesungguhnya kita sedang melakukan komunikasi dengan Tuhan. Tuhan bertindak sebagai komunikan (penerima pesan) dan kita bertindak sebagai komunikator (pengirim pesan). Pada saat itu sebenamya tidak ada pembatas antara manusia dengan Allah SWT. Komunikasi langsung terjadi asal kita benar-benar punya keyakinan yang kuat bahwa Allah ada di hadapan kita sedang memperhatikan dan mendengar doa kita. Takbir, ruku, dan sujud adalah bentuk tawadhlu kita pada-Nya, memasrahkan seluruh jiwa dan raga kita pada Allah SWT.

  Terkadang komunikasi transcendental juga disebut sebagai komunikasi ritual, komunikasi ritual dapat dikatakan sebuah proses dalam hal pemaknaan sebuah pesan melalui simbol-simbol, jika dilihat dari pengertiannya bahwa:

  

“Komunikasi Ritual dapat dimaknai sebagai proses pemaknaan pesan

sebuah kelompok terhadap aktifitas religi dan system kepercayaan yang

dianutnnya. Dalam prosesnya selalu terjadi pemaknaan simbol-simbol tertentu yang menandakan terjadinya proses Komunikasi Ritual

tersebut. Dalam proses Komunikasi Ritual itu kerap terjadi persainggan

dengan paham-paham kegamaan sakral yang kemudiaan ikut mewarnai proses tersebut.” (Mulyana : 2005). Permainan Debus yang dilakukan oleh masyarakat Banten, jika dicermati secara mendalam didalamnya terkandung nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bersama. Nilai itu adalah nilai religius.

  Nilai religius tercermin dalam do‘a yang dipanjatkan oleh para pemain. Do‘a tersebut bertujuan agar para pemain selalu di lindungi dan selalu mendapatkan keselamatan dari Allah SWT selama menyelenggarakan permainan Debus, oleh karena itu kesenian Debus selalu berkaitan dengan Tradisi Islam. Istilah tradisi islam tidak secara langsung menunjukan bahwa hal tersebut sesuai dengan ajaran atau nilai-nilai keislaman, apalagi kalau itu dinilai secara fiqh.

  Meskipun itu tetap dinamakan tradisi islam tetapi sering di dalamnya terjadi kontroversi antara yang setuju bahwa hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai islam ada juga yang menolaknya. Apalagi yang berkaitan dengan amalan-amalan yang terdapat dalam tradisi tarekat, banyak yang berpendapat bahwa hal itu tidak sessuai dengan yang dipesankan dalam Kitab Suci Al Quran.

  Kesenian Debus sebagai kesenian di mana kita dapat memahami berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya, seperti hubungan antar individu dalam kelompoknya, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Kesenian tersebut masih ada oleh karena adanya sebuah kepercayaan masyarakat serta kaitannya dengan kepentingan individual dalam arti kepuasan pribadi.

  Peneliti ingin mendeskipsikan proses terciptanya komunikasi Transendental Debus seperti puasa, berdoa bahkan dengan melantunkan mantra yang dapat membuat pemain Debus mencapai kekebalannya.

  Dengan mengetahui proses-proses ritual melalui komunikasi Transendental, bisa lebih mengatahui apa dasar proses ritual terlebih dahulu baik sebelum, pada saat, dan sesudah pertunjukan debus berlangsung, serta mengatahui pesan apa yang ada pada ritual tersebut sehingga proses ritual itu dapat dikatakan begitu syakral dan maknanya yang sangat dalam.

  Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui

  Komunikasi Transendental dalam Debus (Studi Deskriptif Pemain Debus Maung Pande di Pandeglang)”

1.2 Perumusan Masalah

  Pokok permasalahan yang diteliti adalah ―Bagaimana Latar Belakang

  

Kekebalan Pemain Debus Terhadap Benda Tajam Melalui Proses Komunikasi

Transendental dengan Studi Deskriptif”

1.3 Identifikasi Penelitian

  Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka identifikasi masalah penelitian ini adalah sebagai berikut

  1. Bagaimana Komunikasi Transendental pemain debus dengan proses ritual dalam sebuah pertunjukan Debus?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui proses ritual melalui Komunikasi Transendental sebelum pertunjukkan pada pemain Debus.

1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Manfaat Teoritis

  Secara spesifik, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses-proses ritual sebuah pertunjukan debus yang dilakukan oleh para pemain Debus, proses yang akan diteliti adalah proses ritual melalui komunikasi transendental, kesenian debus dekat dan kental akan hal-hal agamis dan mistis.

  Peneliti ingin mengungkap proses ritual melalui komunikasi transcendental yang dilakukan pemain kepada Tuhan dengan studi Deskriptif, dengan melalui proses- proses komunikasi transenden.

  1.5.2 Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi mahasiswa atau peneliti yang ingin meneliti hal serupa. Kesenian debus juga salah satu kesenian yang kuno dan harus kita lestarikan keberadaannya, mengingat kini kesenian ini sudah semakin jarang di regenerasi dengan pemain baru, didominasi oleh bapak- bapak yang sudah berumur. Hal ini peneliti jadikan sebuah motivasi untuk ikut serta melestarikan dan mendukung pelestarian budaya Debus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Komunikasi Pengertian Komunikasi

  Pengertian Komunikasi secara umum adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah. Istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication, yang berasal dari kata

  communication atau communis yang memiliki arti sama atau sama yang memiliki makna pengertian bersama.

  Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari suatu pihak kepda pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.

  Fungsi Komunikasi

  Fungsi komunikasi menurut Wiliam I. Gorden yang dikutip dari buku Ilmu Komunikasi karya Deddy Mulyana. Ada empat fungsi komunikasi, yakni komunikasi sosial, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi intrumental. Fungsi suatu peristiwa komunikasi (communication event) tampaknya tidak sama sekali independen, melainkan berkaitan dengan fungsi fungsi lainnya, meskipun terdapat suatu fungsi yang dominan.

  a.

  Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan komunikasi penting untuk membangun kosep diri kita, aktualisasidiri., untuk kelangsungan hidupa, untuk memperoleh kebahagian, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.

  b.

  Komunikasi Ekpresif Erat kaitannya dengan komunikais sosial adalah komuniaksi ekpresif yang dapt dilakukan baik sendiri ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekpresif tidak ontomatis bertujuan mepengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejuah kimnukasi tersebut menjadi instrumen untuk perassan tersebut dikomunikasikan terutama melalui pesan- pesan nonverbal.

  c.

  Komunikasi Ritual Erat kaitannya dengan komunikasi ekpresif adalah komunikasi ritula. Yang biasa dilakukan secara kolektif. Suatu komuntas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang hidup, yang disebut para ontropolog sebagai rites of

  passage , mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, siraman, pernikahan hingga upacara kematian.

  d.

  Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum; menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan kenyakinan, dan mengubah prilaku atau gerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang bertujuan memberitahuakan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginnginkan pendengar mempercayai bahwa fakta atu informasi yang disampaikan akurat dan layak diketahui. (2015:4-34)

  Unsur-unsur Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa? Dengan akibat dan atau hasil apa ? (Who? Says What? In Which Channel? To Whom? With

  What Effect? )(2007:6)

  Penjelasan diatas sudah menjelaskan unsur-unsur yang ada pada komunikasi. Berikut adalah uraian unsur-unsur komunikasi menurut Lasswell pada 5 Unsur yaitu : a.

  Sumber (source) Nama lain dari sumber adalah sender, communicator, speaker, encoder, atau originator. Merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.

  b.

  Pesan (message) Merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud dari sumber

  (source).

  c.

  Saluran (channel/media) Merupakan alat yang digunakan sumber (source) untuk menyampaikan pesannya kepada penerima. Saluran pun merujuk pada bentuk pesan dan cara penyajian pesan.

  d.

  Penerima (receive) Nama lain dari penerima adalah destination ,communicate, e.

  Efek (effect) Merupakan apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.

  Sifat-sifat Komunikasi

  Sifat-sifat komuniksi menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek adalah sebagai berikut: a.

  Tatap Muka (face to Face) Komunikasi yang dilakukan dengan cara bertemu langsung dengan teman bicara dimana dalam kegiatan komunikasi ini komunikan dan komunikator sling bertatap muka.

  b.

  Bermedia (mediate) Komunikasi yang dilakukan dengan cara menggunakan suatu media dimana berkaitan erat dengan penguasaan pengetahuan dan pengguanaan teknologi komunikasi. (2001:32)

2.1.2 Komunikasi Transendental

  Transendental secara bahasa dalam istilah filsafat berarti suatu yang tidak dialami tapi dapat diketahui, suatu pengalaman yang terbebas dari penomena namun berada dalam gugusan pengetahuan seseorang. istilah agama diartikan suatu pengalaman mistik atau supernatural karenanya berada diluar jangkauan dunia materi. Memaknai komunikasi transcendental sebagai komunikasi antara manusia dengan tuhan yang terkait dengan bidang agama dan dianggap sebagai komunikasi ―gaib‖. Sekalipun dianggap sebagai komunikasi gaib, Mulyana menggarisbawahi bahwa komunikasi transcendental merupakan hal penting bagi manusia karena melalui komunikasi ini seseorang yakin akan keberhasilannya dapat menentukan nasib, baik di dunia maupun akhirat.

  Selain sisi historis, komunikasi transcendental dapat dilihat dari perspektif antropologi metafisik. Perspektif tersebut melihat budaya sebagai seperangkat kompleksitas keyakinan, nilai, dan konsep yang memungkinkan bagi sebuah kelompok untuk menalar kehidupannya dan memberikan arah dalam menjalani kehidupan.

  Metafisika, seperti ilmu lainnya merupakan kegiatan abstaksi manusia. Metafisika sebagai sebuah cabang ilmu menunjukkan dan menggarisbawahi bahwa manusi adalah makhluk rasional. Hanya makhluk rasional yang mengadakan abstraksi. Tujuan abstraksi ini dapat ditemukan dalam semua ilmu pengetahuan (membuka Tabir).

  Kajian filsafat metafisika merupakan cabang dari sekian banyak kajian filsafat yang didefinisikan sebagai ―filsafat yang ada di balik fisika tentang hakikat yang bersifat Transenden, di luar atau di atas jangkauan

  Antropologi berarti ‗ilmu tentang manusia‘. Dahulu, istilah ini d ipergunakan dalam arti lain, yakni ‗ilmu tentang ciri-ciri tubuh manusia‘.

  Ilmu antropologi merupakan suatu integrasi dari beberapa ilmu yang masing-masing mempelajari suatu kompleks masalah-masalah khusus mengenai makhluk manusia. Kajian di antaranya membentuk antropologi menjadi sebuah ilmu adalah etnografi, ilmu anatomi, filsafat positivism, bahasa, dan konsepevolusi dalam ilmu biologi.

  Antropologi metafisik berusaha secara falsafi memahami manusia secara fundamental yang mendasari segala kegiatan dan pengetahuan manusia dengan tetap meresapi seanteronya. Pada kenyataannya, pengetahuan tentang manusia hanya dipahami secara implisit dan tersembunyi dalam gejala-gejala lain. Pemahaman yang terpendam itu bersifat prailmiah atau prareflektif. Pemahaman merupakan suatu kesadaran (conscienta). Kesadaran tersebut mengiringi dan menyertai segala pengertian dan kegiatan manusia yang tidak merumuskan inti secara jelas, melainkan hanya diketahui lewat intuisi atau pengalaman konkret.

  Antropologi metafisik berusaha seperti dalam kajian filsafat untuk mengekspisitkan, membeberkan, dan menjelaskan hakikat manusia serta mengemukakan sesuatu yang hanya ‗tersirat‘ menjadi tersurat. Antropologi metafisik merupakan sebuah upaya mengkaji manusia dengan metode metafisik yang serupa dangan metode transcendental. Berpangkal fundamental yang mengandung seluruh struktur pokok seperti yang dihayati manusia.

  Fenomena yang diungkap oleh antropologi metafisik berusaha mengungkapkan dualitas manusia yang lazim disifatkan, yakni keterbatasan atau keterikatan dan transendensi atau kebebasan.

  Komunikasi transendental bisa diartikan proses membagi ide, informasi, dan pesan dengan orang lain pada tempat dan waktu tertentu serta berhubungan erat dengan hal-hal yang bersifat transenden (metafisik dan pengalaman supernatural). Hingga komponen komunikasi seperti siapa (what) bisa bersifat metafisik, isi (say what) juga berhubungan dengan metafisik, demikian juga dengan kepada siapa (to whom) dan media perantara (channel) serta efeknya.

  Segi komunikasi transendental ini membedakan dari komunikasi pada umumnya, karena ia tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat muslim, jika diselidiki ternyata semangat komunikasi yang terjalin akan memperlihatkan semangat transenden sebagai pemicu aktifitas komunikasi setiap individu. Maksudnya pesan serta motif berkomunikasi dalam rangka mentransfer pesan-pesan transeden untuk disebarkan kepada halayak luas. Sehingga kemudian menyebar menjadi topik pembicaraan dalam berbagai kesempatan interaksi sosial yang terjadi pada masyarakat.

  Komunikasi transendental memang tidak pernah dibahas secara bidang agama. Komunikasi islam dikatakan transendental karena area pembahasannya menyangkut hal-hal yang transenden selain area empirik yang terjadi pada masyarakat muslim. Menurut Nina Syam (2006) Komunikasi Transendental adalah komunikasi yang terjadi antara manusia dengan tuhan, atau dapat pula difahami bahwa komunikasi transcendental berkenaan dengan Agama. Seperti ditegaskan oleh Hayat Padje (2008: 20) bahwa Komunikasi transendental adalah komunikasi dengan sesuatu yang bersifa t ―gaib‖ termasuk komunikasi dengan Tuhan.

  Konsep Rudolf Otto tentag sikap kagum-terpesona terhadap sesuatu yang gaib adalah suatu konsepsi yang tepat untuk menjelaskan atas religi yang berorientasi kepada sikap manusia dalam menghadapi dunia gaib. Konsep itu sendiri diuraikan oleh Otto dalam bukunya yang telah menarik perhatian semua kalangan, yaitu Das Heilige (Suatu yang

  

Keramat) (1917). Menurut Otto, semua system religi, kepercayaan, dan

  agama di dunia terpusat pada suatu konsep tentang hal yang gaib (mysterium) yang dianggap maha-dasyat (tremendum) dan keramat (sacer) oleh manusia.

  Sifat dari sesuatu yang gaib serta keramat itu adalah maha-abadi, maha-dahsyat, maha-baik, maha-adil, maha-bijaksana, tak terlihat, tidak berubah, tidak terbatas, dan sebagainya.

  Seluruh sifat zat yang gaib tersebut sulit dilukiskan oleh bahasa dicakup oleh pikiran dan akal manusia. Walaupun demikian, dalam semua masyarakat dan kebudayaan di dunia, ―sesuatu yang gaib dan keramat‖ tadi dapat menimbulkan sikap kagum-terpesona, selalu akan manrik perhatian manusia, dan mendorong timbulnya hasrat untuk menghayati rasa bersatu denganNya.

  Daalam arti makro, komunikasi transendental merupakan komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, tetapi hamba yang bagaimana yang dapat berkomunikasi dengan Allah SWT.? Untuk menjawab pertanyaan tentang fenomena transenden di dalam diri manusia dalam pendekatan post-modernisme ini, kita kembali pada ranah kajian tentang ruh atau jiwa.

  Kajian komunikasi transendental dalam pendekatan post- modernisme mengembangkan diri dengan kekuatan ilahi dalam diri, jiwa, dan hati manusia dalam meluruskan prasangka, sehingga komunikasi transendental dilihat dari pendekatan post-modernisme dan eksistensi fitrah manusia di muka bumi.

  Di samping akal, ada lagi pengetahuan spiritual yang menuntun manusia dalam menjalani kehidupannya. Ilmu pada tataran verbal, eksplisit, rasional, dan logis yang berhubungan dengan pancaindra terkait dengan aspek biologis dan ini sejajar dengan ilmu pada tataran misteri, kesamaran, kontadiksi tidak logis, dan pengalaman transendental. Karena spiritual akan menjadi dasar untuk mengungkap kisteri komunikasi dan kesamaran komunikasi di luar batas kemampuuan berpikir manusia.

2.2 Debus

2.2.1 Definisi Debus

  Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain.

  Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651

  —1692) Debus menjadi sebuah alat untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda pada masa itu.

  Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara.

  Ada beberapa definisi Debus yang peneliti temukan, seperti Debus merupakan pencak silat yang berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap masyarakat Banten untuk mempertahankan agamanya. Debus sejenis kekebalan yang dimiliki oleh seseorang terhadap benda tajam. Debus merupakan kekuatan gaib atau ajaib yang tahan terhadap benda tajam, tusukan, pukulan, dan dibakar oieh api.

  Arti dan makna kata Debus saat ini peneliti temukan, ada dua Sastrasuganda yaitu pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud kabupaten Serang, mengatakan bahwa Debus berasal dari bahasa Sunda.