PMK187 2016 Perubahan PMK48 2016 ttg Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SLINAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
187/PMK.07/2016
NOMOR
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PE"RATURAN MENTER! KEUANGAN
NOMOR 48/PMK. 07 /2 0 1 6 TENTANG PENGELO LAAN
TRANSFER KE DAE RAH DAN DANA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a.
bahwa
penganggaran,
pengalokasian,
penyaluran,
penatausahaan, penggunaan, pemantauan dan evaluasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa telah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 0 7 /2 0 1 6
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan D ana D esa;
b.
bahwa dalam
rangka
penyempurnaan
penganggaran,
pengalokasian, penyaluran, dan penggunaan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa perlu dilakukan perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 0 7 /2 0 1 6
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
48/PMK. 07 /2 0 1 6
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
tentang
- 2 -
Mengingat
1.
Undang-Undang
Nomor
2 1 Tahun
200 1
tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 0 1 Nomor 1 35, Tambahan
Lembaran
Negara
sebagaimana
Republik
telah
Indonesia
diubah
dengan
Nomor
4 15 1 )
Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2 0 0 8 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 1
Tahun 2 0 0 1 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 1 1 2 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4884);
2.
Undang-Undang Nomor 2 0 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2 003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 430 1 ) ;
3.
Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 1 26 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4.
Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
2006
tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 06 Nomor 62 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633) ;
5.
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
20 1 2
tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 2 Nomor
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
1 70 ,
Indonesia
Nomor 53 39) ;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 05 Nomor 1 3 7 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4575);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2 0 1 0 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia
-3-
Tahun 2 0 1 0 Nomor 1 52 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 1 78);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2 0 1 3 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 3
Nomor
1 03,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 542 3);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2 0 1 4 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 1 4 Nomor 1 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558)
beberapa
kali
diubah
terakhir
sebagaimana
dengan
telah
Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2 0 1 6 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2 0 1 4
tentang
Dana
Pendapatan
Desa yang Bersumber dari Anggaran
dan
Belanja
Negara
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 1 6 Nomor 57 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
1 0. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK. 02/2 0 1 1
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 1 Nomor 365);
1 1 . Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2 3 1 /PMK. 02/2 0 1 5
tentang
Tata
Cara
Perencanaan,
Penelaahan,
dan
Penetapan Alokasi Anggaran Bagian Anggaran Beniahara
Umum Negara, dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran
Bendahara
Umum
Negara
(Berita
Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 1 5 Nomor 1 909) ;
1 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 07 /2 0 1 6
tentang
Pengelolaan Transfer
Desa(Berita
Nomor 477);
Negara
Republik
ke
Daerah
dan
D ana
Indonesia Tahun
20 16
·
-4-
MEMUTUSKAN:
M enetapkan
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS
PEATURAN
MENTE RI
KEUANGAN
NOM O R
4 8/PMK. 07/20 1 6 TENTANG PENGELO LAN TANS FER KE
DAEAH DAN DANA DESA.
Pasal I
Beberapa
ketentuan
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 48/PMK. 07 /2 0 1 6 tentang Pengelolaan Transfer ke
D aerah dan Dana Desa, diubah sebagai berikut:
1.
Ketentuan angka 33 Pasal 1 dihapus dan di antara
angka 34 dan angka 35 disisipkan 2 (dua) angka yakni
angka 34a dan angka 34b, sehingga Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Pemerintah
Pusat
yang
selanjutnya
disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1 945.
2.
Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau
walikota, dan perangkat daerah se bagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3.
Daerah Otonom yang selanjutnya disebut D aerah
adalah
kesatuan
mempunyai
masyarakat
batas-batas
hukum
wilayah
yang
berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan
masyarakat
setempat
menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- 5 .-
4.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
selanjutnya
keuangan
disingkat
tahunan
APBN
adalah
pemerintahan
rencana
negara
yang
disetjui oleh Dewan Perwakilan Rayat.
5.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya
keuangan
disingkat
tahunan
APBD
adalah
pemerintahan
rencana
daerah
yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rayat Daerah.
6.
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat
PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
7.
Indikasi Kebutuhan Dana Transer ke Daerah dan
Dana
Desa
adalah
indikasi
dana
yang
perlu
dianggarkan dalam rangka pelaksanaan Transfer
ke Daerah dan Dana Desa.
8.
Rencana Dana Pengeluaran Transfer ke Daerah dan
Dana Desa adalah rencana kerja dan anggaran yang
memuat rincian kebutuhan dana dalam rangka
pelaksanaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
9.
Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja
Negara
dalam
rangka
mendanai
pelaksanaan
desentralisasi iskal berupa Dana Perimbangan,
Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
10.
Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasikan
dalam
APBN
kebutuhan
kepada
daerah
desentralisasi,
daerah
dalam
untuk
rangka
mendanai
pelaksanaan
yang terdiri atas Dana Transfer
Umum dan Dana Transfer Khusus.
1 1.
Dana
Transfer
Umum
adalah
dana
yang
dialokasikan dalam APBN kepada daerah untuk
digunakan sesuai dengan kewenangan daerah guna
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan desentralisasi.
12.
Dana
Transer
Khusus
adalah
dana
yang
dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan
- 6-
tjuan
untuk
khusus,
baik
membantu
isik
mendanai
maupun
kegiatan
nonisik
yang
merupakan urusan daerah.
1 3.
Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH
adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada
Daerah berdasarkan angka persentase tertentu dari
pendapatan negara untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
1 4.
Dana Bagi Hasil Pajak yang selanjutnya disebut
DBH Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari
penenmaan Pajak Bumi dan Bangunan,
Pajak
Penghasilan Pasal 2 1 , Pajak Penghasilan Pasal 25
dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri.
1 5.
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
yang
selanjutnya
disingkat PBB adalah pajak yang dikenakan atas
bumi dan bangunan, kecuali PBB Perdesaan dan
Perkotaan.
1 6.
Pajak
Penghasilan
Pasal
21
yang
selanjutnya
disebut PPh Pasal 2 1 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pjak Orang Pribadi berdasarkan ketentuan
Pasal
21
Undang-Undang
mengenai
Pajak
Penghasilan.
1 7.
Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang selanjutnya
disebut PPh WPOPDN adalah Pjak Penghasilan
terutang oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri berdasarkan ketentuan Pasal 25 dan Pasal
29 Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan
yang
berlaku
sebagaimana
kecuali
diatur dalam
Pajak
Pasal
Penghasilan
25
ayat
Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan.
(8)
- 7-
1 8.
Dana Bagi Basil Cukai Basil Tembakau yang
selanjutnya disingkat DBB CBT adalah bagian dari
anggaran transfer ke daerah yang dibagikan kepada
provms1
penghasil
cukai
dan/atau
prov1ns1
penghasil tembakau.
1 9.
Dana
Bagi
Basil
Sumber
Daya
Alam
yang
selanjutnya disingkat DBB SDA adalah bagian
daerah
yang
kehutanan,
berasal
mineral
dari
dan
penenmaan
batubara,
SDA
perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas
bumi, dan pengusahaan panas bumi.
20.
Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya
Alam yang selanjutnya disingkat PNBP S DA adalah
bagian dari Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berasal dari sumber daya alam kehutanan, mineral
dan batubara, perikanan, minyak bumi, gas bumi,
lan pengusahaan panas bumi.
21.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang selanjutnya
disingkat KKKS adalah badan usaha atau bentuk
usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan
eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja
berdasarkan kontrak kerja sama.
22.
Pengusaha Panas Bumi adalah Pertamina atau
perusahaan penerusnya sesuai dengan ketentuan
peraturan
perundang-undangan,
kontraktor
kontrak operasi bersama Uoint operation contract) ,
dan pemegang izin pengusahaan panas bumi.
23.
Kurang Bayar Dana Bagi Basil yang selanjutnya
disebut Kurang Bayar DBB adalah selisih kurang
antara DBB yang dihitung berdasarkan realisasi
rampung penerimaan negara dengan DBB yang
telah disalurkan ke Daerah atau DBB yang dihitung
berdasarkan prognosa realisasi penerimaan negara
pada satu tahun anggaran tertentu.
24.
Lebih Bayar Dana Bagi Basil yang selanjutnya
disebut Lebih Bayar DBH adalah selisih lebih antara
DBH yang dihitung berdasarkan realisasi rampung
/
-8-
negara
penenmaan
dengan
DBH
yang
telah
disalurkan ke Daerah atau DBH yang dihitung
berdasarkan prognosa realisasi penerimaan negara
pada satu tahun anggaran tertentu.
25.
Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat
DAU adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada
daerah
kemampuan
mendanai
dengan
keuangan
kebutuhan
tjuan
pemerataan
antar
Daerah
untuk
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan desentralisasi.
26.
Dana
Alokasi
Khusus
Fisik
yang
selanjutnya
disingkat DAK Fisik adalah dana yang dialokasikan
dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus isik
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
27.
Dana Alokasi Khusus Nonisik yang selanjutnya
disingkat
DAK
Nonisik
adalah
dana
yang
dialokasikan dalam APBN kepada Daerah dengan
tujuan
untuk
membantu
mendanai
kegiatan
khusus nonisik yang merupakan urusan daerah.
28.
Dana
Bantuan
Operasional
Sekolah
yang
selanjutnya disebut Dana BO S adalah dana yang
digunakan
terutama
untuk
mendanai
belanja
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan
menengah sebagai pelaksana program wajib belajar
dan dapat dimungkinkan untuk mendanai beberapa
kegiatan
lain
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
29.
Dana
Bantuan
Operasional
Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disebut
Dana BOP PAUD adalah dana yang digunakan
untuk
biaya
operasional
pembelajaran
dan
dukungan biaya personal bagi anak yang mengikuti
pendidikan anak usia dini.
-9-
30.
Dana Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah yang selanjutnya disebut Dana TP Guru
PNSD adalah tunjangan proesi yang diberikan
kepada Guru PNSD yang telah memiliki sertiikat
pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
31.
Dana Tambahan Penghasilan Guru Pegawai N egeri
Sipil Daerah yang selanjutnya disebut DTP Guru
PNSD adalah tambahan penghasilan yang diberikan
kepada Guru PNSD
tunjangan
profesi
yang belum mendapatkan
Guru
PNSD
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
32.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan dan Bantuan
Operasional Keluarga Berencana yang selanjutnya
disebut Dana BOK dan BOKB adalah dana yang
digunakan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan bidang kesehatan, khususnya
pelayanan
di
Pusat
Kesehatan
M asyarakat,
penurunan angka kematian ibu, angka kematian
bayi, malnutrisi, serta meningkatkan keikutsertaan
Keluarga Berencana dengan peningkatan akses dan
kualitas
pelayanan
Keluarga
Berencana
yang
merata.
33.
D1hapus.
34.
Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Dana PK2UKM dan Naker adalah dana yang
digunakan
untuk
biaya
operasional
penyelenggaraan pelatihan pengelolaan koperasi,
usaha kecil menengah, dan ketenagakerjaan.
34a. Dana Tujangan Khusus Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah yang selanjutnya disebut Dana TKG PNSD
adalah tunjangan yang diberikan kepada guru PNSD
sebagai kompensansi atas kesulitan hidup dalam
melaksanakan tugas di daerah khusus, yaitu di
desa
yang
termasuk
dalam
kategori
sangat
tertinggal menurut indeks desa membangun dari
·
- 10 -
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
34b. Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan yang
selanjutnya disebut Dana Pelayanan Adminduk
adalah dana yang digunakan untuk menjamin
keberlanjutan dan keamanan Sistem Administrasi
Kependudukan (SAK) terpadu dalam menghasilkan
data dan dokumen kependudukan yang akurat dan
seragam di seluruh Indonesia.
35.
Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat
DID adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada
daerah
tertentu
tertentu
dengan
tjuan
berdasarkan
untuk
kriteria
memberikan
penghargaan atas pencapaian kinerja tertentu.
36.
Dana
Otonomi
untuk
dialokasikan
otonomi
khusus
ditetapkan
Tahun
Khusus
2008
·
dana
membiayai
suatu
dalam
adalah
pelaksanaan
Daerah,
sebagaimana
Undang-Undang
tentang
yang
Nomor
Penetapan
35
Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
Tahun
2008
tentang
Perubahan
1
atas
Undang-Undang Nomor 2 1 Tahun 2 0 0 1 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi
Undang-Undang, dan Undang - Undang Nomor 1 1
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
37.
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yoyakarta
adalah
dana
penyelenggaraan
Istimewa
yang
dialokasikan
untuk
urusan
keistimewaan
Daerah
Yogyakarta,
dalam Undang-Undang
sebagaimana
ditetapkan
Nomor 1 3 Tahun 2 0 1 2
tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
38.
Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam
APBN
yang
diperuntukkan
ditranser
melalui
digunakan
untuk
pemerintahan,
APBD
bagi
Desa
kabupaten/kota
membiayai
pelaksanaan
yang
dan
penyelenggaraan
pembangunan,
- 11 -
pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan
masyarakat.
39.
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang
selanjutnya
disingkat
BA
BUN
adalah
bagian
anggaran yang tidak dikelompokkan dalam bagian
anggaran kementerian negara/lembaga.
40.
Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara yang
selanjutnya
pemegang
disingkat
PA
kewenangan
BUN
adalah
penggunaan
pejabat
anggaran
kementerian negara/lembaga.
4 1.
Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum
Negara yang selanjutnya disingkat PPA BUN adalah
unit
orgamsas1
di
lingkungan
Kementerian
Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dan bertanggunjawab atas pengelolaan anggaran
yang berasal dari BA BUN.
42.
Kuasa
Pengguna
Anggaran
Bendahara
Umum
Negara yang selanjutnya disingkat KPA BUN adalah
satuan kerja pada masing-masing PPA BUN baik di
kantor pusat maupun kantor daerah atau satuan
kerja
di
kementerian
negara/lembaga
memperoleh penugasan dari
Menteri
yang
Keuangan
untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan anggaran yang berasal dari BA
BUN.
43.
Kepala
Daerah
adalah
gubernur
bagi
daerah
provms1 atau bupati bagi daerah kabupaten atau
walikota bagi daerah kota.
44.
Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya
disingkat
RKUN
adalah
rekening
tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara pada bank
sentral.
-
12
-
Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya
45.
disingkat
RKUD
adalah
rekening
tenpat
peny1mpanan uang daerah yang ditentukan oleh
gubernur, bupati, atau walikota untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
46.
·
Daftar
Isian
Pelaksanaan
Anggaran
Bendahara
Umum Negara yang selanjutnya disingkat DIPA BUN
adalah
dokumen
pelaksanaan
anggaran
yang
disusun oleh PPA BUN.
4 7.
Surat Keputusan Penetapan Rincian Transfer ke
Daerah yang selanjutnya disingkat SKPRTD adalah
surat keputusan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran yang memuat rincian jumlah
transfer setiap daerah menurut jenis transfer dalam
periode tertentu.
48.
Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya
disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan
oleh KPA BUN/Pejabat Pembuat Komitmen, yang
berisi
permintaan
pembayaran
tagihan
kepada
negara.
49.
Surat
Perintah
Membayar
yang
selanjutnya
disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan
oleh
KPA
BUN/Pejabat
Penandatangan
Surat
Perintah Membayar atau pejabat lain yang ditunjuk
untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA
atau dokumen lain yang dipersamakan.
50.
Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya
disingkat
SP2D
adalah
surat
perintah
yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara
untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN
berdasarkan SPM.
51.
Pejabat
Pembuat
Komitmen
Bendahara
Umum
Negara yang selanjutnya disingkat PPK BUN adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA BUN/PPA
BUN/KPA
BUN
untuk
mengambil
keputusan
- 13 -
dan/atau
melakukan
tindakan
yang
dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran Transfer ke
Daerah.
52.
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
Bendahara
Umum
Negara
yang
selanjutnya
disingkat PPSPM BUN adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA BUN/PPA BUN/KPA BUN
untuk
melakukan
pembayaran
pengJian
dan
atas
permintaan
menerbitkan
perintah
pembayaran.
53.
Lembar Konirmasi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa yang selanjutnya disebut LKT adalah dokumen
yang memuat
rincian
penerimaan
Transfer
ke
Daerah dan Dana Desa oleh Daerah.
54.
Lembar Rekapitulasi Transfer ke Daera, dan Dana
Desa yang selanjutnya disebut LRT adalah dokumen
yang memuat
rincian
penerimaan Transfer
ke
Daerah dan Dana Desa oleh Daerah dalam 1 (satu)
tahun anggaran.
55.
Sisa Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut
Sisa DAK adalah Dana Alokasi Khusus yang telah
disalurkan oleh Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah
namun tidak
habis
digunakan
untuk
mendanai kegiatan dan/atau kegiatan yang didanai
dari Dana Alokasi Khusus tidak terealisasi.
56.
Sisa Dana Bant:an Operasional Sekolah Tahun
Anggaran 20 1 1 yang selanjutnya disebut Sisa Dana
BOS TA 20 1 1 adalah jumlah sisa Dana BOS TA
20 1 1 yang tidak digunakan sampai dengan akhir
Tahun
Anggaran
20 1 1
dan
masih
berada
di
pemerintah daerah penenma Dana BOS Tahun
Anggaran 20 1 1 .
- 14 -
2.
Ketentuan ayat (6) Pasal 2 diubah, sehingga Pasal 2
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1)
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, meliputi:
a. Transfer ke Daerah; dan
b. Dana Desa.
(2)
Transfer ke Daerah, terdiri atas:
a.
Dana Perimbangan;
b.
DID; dan
c.
Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa Yoyakarta.
(3)
Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, terdiri atas:
(4)
a.
Dana Transer Umum; dan
b.
Dana Transfer Khusus.
Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a, terdiri atas:
(5)
a.
DBH; dan
b.
DAU.
DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
terdiri atas:
a.
DBH Pajak, meliputi:
1 . PBB;
2. PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN; dan
3. CHT.
b. DBH SDA, meliputi:
1 . Minyak Bumi dan Gas Bumi;
2. Pengusahaan Panas Bumi;
3. Mineral dan Batubara;
4 . Kehutanan; dan
5. Perikanan.
(6)
Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b, terdiri atas:
a.
DAK Fisik, meliputi:
1.
DAK Reguler;
2.
DAK Penugasan; dan
- 15 -
3. DAK Airmasi.
b. DAK Nonisik, meliputi:
1 . Dana BOS;
2. Dana BOP PAUD;
3. Dana TP Guru PNSD;
4. DTP Guru PNSD;
5. Dana BOK dan BOKB;
6. Dana PK2UKM dan Naker;
7. Dana TKG PNSD ; dan
8. Dana Pelayanan Adminduk.
(7)
Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a.
Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh;
b. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua;
c.
Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat;
d.
Dana Tambahan Inrastruktur Provinsi Papua;
lan
e.
Dana Tambahan Inrastruktur Provinsi Papua
Barat.
(8)
Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf b angka 1 , terdiri atas:
a.
Dana BOS untuk daerah tidak terpencil; dan
b. Dana BOS untuk daerah terpencil.
3.
Ketentuan Pasal 7 �iubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 7
( 1)
Menteri
Keuangan
Perimbangan
c. q.
Keuangan
Direktur
Jenderal
berkoordinasi
dengan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan
menteri/pimpinan
Pembangunan
lembaga
teknis,
Nasional dan
menetapkan
jenis/bidang/subbidang dan kegiatan DAK Fisik.
(2)
Dalam rangka penetapan jenis/bidang/subbidang
dan kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1),
Meiteri
Perencanaan
Pembangunan
- 16 -
Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional menyampaikan:
a.
program
dan/atau
kegiatan
yang
menjadi
prioritas nasional;
b. lokasi dari program dan/atau kegiatan
yang
menjadi prioritas nasional;
c.
perkiraan kebutuhan anggaran untuk mendanai
kegiatan; dan
d. data pendukung,
kepada Menteri Keuangan c. q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.
(3)
Dalam rangka penetapan jenis/bidang/ subbidang
dan kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , menteri/pimpinan lembaga teknis
menyampaikan:
a. ruang lingkup,
sasaran,
dan
target
manaat
program dan/atau kegiatan;
b. prioritas kegiatan per bidang/ subbidang
DAK
Fisik;
c.
rmc1an kegiatan berupa nama kegiatan, target
output
kegiatan,
satuan
biaya,
dan
lokasi
kegiatan;
d. perkiraan kebutuhan anggaran untuk mendanai
kegiatan; dan
e.
data pendukung,
kepada Menteri Keuangan c. q.
Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.
4.
Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 7 (tjuh) pasal,
yakni Pasal 7 A, Pasal 7B, Pasal 7C, Pasal 7 D , Pasal 7E,
Pasal 7F, dan Pasal 7G sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7A
( 1)
Berdasarkan penetapan jenis/bidang/ subbidang dan
kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat ( 1 ), Menteri Keuangan c. q. Direktur
-
Jenderal
17
-
Perimbangan
Keuangan
menyampaikan
surat pemberitahuan kepada Kepala Daerah.
(2)
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , paling sedikit memuat:
a. Jenis
DAK Fisik yang dapat diusulkan oleh
Daerah;
b. bidang/subbidang
DAK
Fisik
dan
lingkup
kegiatan dari masing-masing bidang/subbidang
DAK Fisik; dan
c.
(3)
ormat usulan DAK Fisik.
Format usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a.
Surat pengantar Kepala Daerah;
b. Usulan DAK Fisik per jenis/bidang/subbidang;
c.
Rekapitulasi Usulan DAK Fisik; dan
d. Data pendukung.
(4)
Dalam hal terdapat perubahan bidang DAK Fisik
setelah
sebagaimana
dimaksud
Keuangan
c. q.
Keuangan
menyampaikan
pemberitahuan
surat
penyampaian
pada
Direktur
ayat
Jenderal
(1),
Menteri
Perimbangan
pemberitahuan
kepada
Kepala Daerah.
Pasal 7B
( 1)
Kepala Daerah menetapkan usulan DAK Fisik dengan
mengacu pada surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A.
(2)
Penetapan usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian usulan kegiatan dengan
prioritas
nasional dan prioritas daerah;
b. sinkronisasi usulan kegiatan antarbidang;
c.
skala prioritas kegiatan per bidang/ subbidang;
d. target
output
kegiatan
yang
akan
dicapai,
termasuk untuk memenuhi Standar Pelayanan
Minimum;
e.
lokasi pelaksanaan kegiatan;
I
- 18 -
f.
satuan biaya masing-masing kegiatan; dan
g.
tingkat penyerapan dana dan capaian output DAK
dalam 3 ( tiga) tahun terakhir.
Pasal 7C
(1)
Kepala Daerah menyampaikan Usulan DAK Fisik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat ( 1 )
dalam
bentuk
dokumen
isik
(hardcopy)
dan
dokumen elektronik (softcopy) kepada:
a.
menteri/pimpinan lembaga teknis terkait c.q.
sekretaris jenderal/sekretaris utama;
Pembangunan
Perencanaan
b. Menteri
Nasional/Kepala
Pembangunan
Badan
Nasional
c. q.
Perencanaan
Deputi
Bidang
Pengembangan Regional; dan
c.
Menteri
Keuangan
c. q.
Direktur
Jenderal
Fisik
kepada
teknis
terkait
Perimbangan Keuangan.
(2)
Penyampaian
usulan
menteri/pimpinan
DAK
lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a tidak
termasuk rekapitulasi usulan DAK Fisik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (3) huruf c.
(3)
Bupati/walikota menyampaikan salinan usulan DAK
Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) kepada
gubernur.
(4)
Usulan
DAK
Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) dan salinan usulan DAK Fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
diterima paling lambat
tanggal 1 5 Juni.
(5)
Dalam hal tanggal 1 5 Juni jatuh pada hari libur atau
hari yang diliburkan, maka batas waktu penerimaan
usulan DAK Fisik adalah pada hari kerja berikutnya.
Pasal 7D
(1)
Kementerian/lembaga teknis terkait,
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Kementerian
Nasional/Badan
Nasional,
lan
- 19 -
Kementerian Keuangan masing-masing melakukan
veriikasi usulan DAK Fisik.
(2)
Veriikasi usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , dilakukan terhadap:
a. kelengkapan dan kesesuaian ormat U sulan DAK
Fisik
dengan
ormat
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 7A ayat (3);
b. pemenuhan unsur keabsahan usulan DAK Fisik;
c. kesesuaian antara rekapitulasi usulan DAK Fisik
dengan
nncian
usulan
DAK
Fisik
per
bidang/subbidang;
d. kesesuaian
antara
dokumen
isik
(hardcopy)
dengan dokumen elektronik ( softcopy) usulan
DAK Fisik; dan
e. waktu penyampaian usulan DAK Fisik.
(3)
Kementerian/lembaga teknis terkait dan Kementerian
Pembangunan
Perencanaan
Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan
hasil veriikasi usulan DAK Fisik kepada Kementerian
Keuangan
c. q.
Direktorat Jenderal
Perimbangan
Keuangan.
(4)
Kementerian
Keuangan
c. q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
mengkoordinasikan
hasil
veriikasi usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
Pasal 7E
(1)
Kementerian/lembaga teknis terkait,
Pembangunan
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Kementerian
Nasional/Badan
Nasional,
dan
Kementerian Keuangan masing-masing melakukan
penilaian kelayakan usulan DAK Fisik berdasarkan
hasil
koordinasi
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 7D ayat (4).
(2)
Penilaian
kelayakan
usulan
DAK
Fisik
oleh
kementerian/lembaga teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) dilakukan dengan mempertimbangkan:
- 20 a. kesesuaian
usulan
kegiatan
dengan
lingkup/menu kegiatan per bidang/subbidang
DAK
Fisik
yang
ditetapkan
oleh
kementerian/lembaga teknis.
b. kesesuaian usulan target output kegiatan dengan:
1 . data teknis kegiatan pada data pendukung
usulan DAK Fisik;
2. perbandingan
data
data
pendukung
dengan
data
teknis
kegiatan
usulan
teknis
yang
pada
DAK
Fisik
dimiliki
oleh
kementerian/lembaga teknis;
3. tingkat capaian Standar Pelayanan Minimum
bidang/subbidang yang terkait oleh daerah;
4. target
output/manaat
kegiatan
per
bidang/subbidang DAK yang diusulkan oleh
daerah dalam jangka pendek dan jangka
menengah; dan
5. target output/manaat per bidang/ subbidang
DAK secara nasional dalam jangka pendek
dan jangka menengah.
c.
kesesuaian usulan kegiatan dengan satuan biaya
per kegiatan yang diusulkan daerah dan satuan
biaya
kementerian/lembaga
teknis,
dan/atau
Kementerian Keuangan.
(3)
Penilaian
kelayakan
DAK
Perencanaan
Kementerian
Nasional/Badan
Nasional
usulan
Perencanaan
sebagaimana
Fisik
oleh
Pembangunan
dan
dimaksud
Pembangunan
pada
ayat
(1)
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. lokasi prioritas kegiatan per bidang/subbidang
per tahun secara nasional;
b. lokasi prioritas kegiatan per bidang/subbidang
dalam jangka menengah secara nasional; dan
c.
prioritas
nasional
dalam
Rencana
Kerja
Pemerintah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.
/
- 21 -
(4)
Penilaian
kelayakan
usulan
DAK
Fisik
oleh
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian
usulan
kegiatan
dengan
menu
kegiatan per bidang/subbidang DAK Fisik yang
ditetapkan oleh kementerian/lembaga teknis;
b. kelayakan usulan kegiatan berdasarkan satuan
biaya dan indeks kemahalan konstruksi; dan
c.
kinerja
penyerapan
DAK
Fisik
dan
tiigkat
capaian output tahun sebelumnya.
(5)
Satuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf
b
mengacu
perhitungan
pada
Kementerian
satuan
biaya
Keuangan
sesuai
dan/atau
kementerian/lembaga teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat
(2)
huruf
c dan
indeks
kemahalan
konstruksi.
Pasal 7F
(1)
Kementerian/lembaga
teknis
menyusun
hasil
penilaian kelayakan usulan DAK Fisik berupa nama
kegiatan, target output, satuan biaya, dan lokasi
kegiatan secara berurutan sesuai prioritas kegiatan
per bidang/subbidang DAK Fisik per daerah.
(2)
Perencanaan
Kementerian
Nasional/Badan
Pembangunan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional menyusun hasil penilaian kelayakan usulan
DAK Fisik berupa nama kegiatan dan lokus prioritas
kegiatan secara berurutan sesuai lokasi prioritas
kegiatan
per
bidang/subbidang
DAK
Fisik
per
daerah.
(3)
Kementerian
Keuangan
c. q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan Keuangan menyusun hasil penilaian
kelayakan usulan DAK Fisik berupa kesesuaian
antara usulan DAK Fisik dengan satuan biaya per
kegiatan, kinerja penyerapan DAK Fisik dan capaian
output tahun sebelumnya.
- 22 -
(4)
Hasil
penilaian
kelayakan
usulan
DAK
Fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat (2)
disampaikan oleh menteri/ pimpinan lembaga teknis
Perencanaan
Menteri
dan
Pembangunan
Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
paling
lambat
tanggal 15 Juli .
(5)
Dalam hal tanggal 15 Juli j atuh pada hari libur atau
hari yang diliburkan, maka batas waktu penerimaan
hasil penilaian kelayakan usulan DAK Fisik adalah
pada hari kerj a berikutnya.
Pasal 7G
(1)
Berdasarkan hasil penilaian kelayakan U sulan DAK
Fisik
sebagaimana
Kementerian
dimaksud
Keuangan
Perimbangan
c . q.
Keuangan,
dalam
Pasal
Direktorat
menyusun
7F,
Jenderal
perkiraan .
kebutuhan dana per j enis / bidang/ subbidang DAK
Fisik per daerah .
(2)
Perkiraan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1)
dan hasil penilaian
dimaksud
dalam
Pasal
7F
se bagaimana
dibahas
antara
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan
Nasional/ Badan
Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan kementerian / lembaga
teknis .
(3)
Hasil
pembahasan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat (2) dituangkan dalam notulensi pembahasan
antara
Kementerian
Perencanaan
Perencanaan
Keuangan,
Pembangunan
Pembangunan
kementerian/ lembaga teknis .
Kementerian
Nasional/ Badan
Nasional,
lan
- 23
s:
-
Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 8
( 1)
Dalam rangka menyusun kebutuhan pendanaan DAK
Nonisik:
a.
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
menyampaikan perkiraan kebutuhan D ana TP
Guru PNSD, DTP Guru PNS D , Dana TKG PNS D ,
Dana B O S , dan Dana BOP PAUD kepada Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan;
b . Kementerian Kesehatan dan Badan Koordinasi
Keluarga
Berencana
Nasional
menyampaikan
perkiraan
kebutuhan
Dana BOK
kepada
Direktur
Jenderal
dan
B O KB
Perimbangan
Keuangan;
c.
Kementerian
Menengah
Koperasi
dan
menyampaikan
dan
Usaha
Kementerian
perkiraan
Kecil
dan
Ketenagakerj aan
kebutuhan
D ana
PK2UKM dan Naker kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan; dan
d . Kementerian
Dalam
Negeri
menyampaikan
perkiraan kebutuhan Dana Pelayanan Adminduk
Direktur
kepada
Jenderal
Perimbangan
Keuangan .
(2)
Perkiraan
Nonisik
kebutuhan
masing-masing
sebagaimana
dimaksud
Jen1s
.Pada
DAK
ayat
(1)
disampaikan paling lambat tanggal 2 1 bulan Januari .
(3)
Dalam hal tanggal 2 1 Januari j atuh pada hari libur
atau
hari yang
diliburkah,
maka
batas
waktu
penyampaian perkiraan kebutuhan masing-masing
Jen1s
DAK
Nonisik
adalah
pada
hari
kerj a
berikutnya.
(4)
Berdasarkan perkiraan kebutuhan pendanaan yang
disampaikan
terkait
oleh
sebagaimana
kementerian/ lembaga
dimaksud
pada
teknis
ayat
(1),
-
24
-
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun
Indikasi Kebutuhan Dana DAK Nonisik.
6.
Ketentuan Pasal 1 0 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1 0
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan
dan
Direktur J enderal Anggaran
Nasional / Kepala
Badan
Nasional
menteri/ pimpinan
dan
Pembangunan
Perencanaan
Menteri
dengan
bersama
Perencanaan
Pembangunan
lembaga
teknis
membahas arah kebij akan, s asaran, ruang lingkup, dan
pagu DAK Fisik.
7.
D i antara Pasal 3 6 dan Pasal 37 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 36A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 36A
Dalam
Pasal
hal
18
perubahan
ayat
disampaikan,
(2)
maka
data
huruf c
sebagaimana
dan
ayat
penghitungan
(3)
dan
dimaksud
terlambat
penetapan
perubahan alokasi DBH SDA dapat dilakukan secara
proporsional berdasarkan alokasi DBH S DA menurut
provinsi/ kabupaten/ kota yang
telah
ditetapkan
pada
tahun anggaran sebelumnya.
8.
Di antara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 4 0 disisipkan 1 (satu)
ayat, yakni ayat (4a) sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 40
(1)
Kepala Badan Pusat Statistik menyampaikan data
dasar penghitungan DAU kepada Menteri Keuangan
c . q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling
lambat bulan Juli, yang meliputi:
a.
indeks pembangunan manusia;
- 25 b . produk domestik regional bruto per kapita; dan
c.
(2)
indeks kemahalan konstruksi.
Penyampaian ·data
ayat
(1)
sebagaimana
disertai
dengan
dimaksud
penj elasan
pada
metode
penghitungan/ pengolahan data.
(3)
Menteri Dalan Negeri menyampaikan data jumlah
penduduk,
kode,
dan data wilayah
administrasi
pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota kepada
Menteri
Keuangan
c . q.
Direktur
Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Juli .
(4)
Kepala Badan Inormasi Geospasial menyampaikan
data luas wilyah perairan provinsi, kabupaten , dan
kota kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Juli.
(4a) Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Reormasi Birokrasi menyampaikan
Negara
dan
data ormasi
Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) .
(5)
Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
menyiapkan data DBH , PAD , total belanj a daerah,
dan total gaj i Pegawai Negeri Sipil D aerah paling
lambat bulan Juli .
9.
Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 42
(1)
Berdasarkan
hasil
pembahasan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7G ayat (3) , Kementerian
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan
Nasional
dan
Perencanaan
Pembangunan
kementerian / lembaga
teknis
melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah .
(2)
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
antara lain bertujuan untuk melakukan sinkronisasi
dan harmonisasi:
a. antar kegiatan bidang DAK Fisik pada setiap
daerah;
I
- 26 -
b . antar bidang DAK Fisik pada setiap daerah;
c.
antar bidang DAK Fisik pada beberapa daerah
dalam satu wilayah provinsi; dan
d . antara kegiatan yang akan didanai dari DAK Fisik
dengan kegiatan lainnya.
1 0 . Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 43
(1)
Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
Direktorat
42 ,
Jenderal
Nasional / B adan
dan
melakukan
Keuangan
Perimbangan
Perencanaan
Kementerian
Nasional
Kementerian
Perencanaan
kementerian / lembaga
penyesuaian
c . q.
Keuangan,
Pembangunan
Pembangunan
teknis
terhadap
dapat
perkiraan
kebutuhan dana per j enis / bidang/ subbidang DAK
Fisik per daerah sebagaimana dimaksud Pasal 7G
ayat ( 1 ) .
(2)
Perkiraan kebutuhan dana yang telah disesuaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dituangkan
dalam notulensi pembahasan antara Kementerian
Keuangan
c . q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional dan kementerian/ lembaga teknis .
1 1 . Di antara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 43A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43A
Berdasarkan perkiraan kebutuhan dana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7G ayat ( 1 ) dan / atau Pasal 4 3
ayat (2) dan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 , Kementerian Keuangan c . q Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun perhitungan
- 27 alokasi DAK Fisik per j enis / bidang/ subbidang per daerah
sesuai
dengan
ketersediaan
pagu
Fisik
DAK
dalam
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
1 2 . Ketentuan ayat ( 1 ) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
( 1)
Perhitungan
alokasi
DAK
Fisik
per
j enis / bidang/ subbidang setiap daerah sebagaimana
dimaksud
pada
Pasal
43A
disampaikan
oleh
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rayat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
(2)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetj ui oleh
Dewan Perwakilan Rayat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , ditetapkan
alokasi DAK Fisik untuk setiap Daerah .
(3)
Alokasi DAK Fisik untuk setiap Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan
Presiden mengenai rincian APB N .
1 3. Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) Pasal 4 7 diubah dan di
antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (2a) sehingga Pasal 4 7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 47
(1)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan
alokasi
kabupaten/ kota,
Dana
termasuk
BOP
dana
PAUD
cadangan
untuk
BOP
PAUD .
(2)
Penghitungan alokasi Dana BOP PAUD sebagaimana
dimaksud
pada ayat
( 1) dilakukan berdasarkan
jumlah peserta didik dikalikan dengan biaya satuan
per peserta didik.
- 28 (2a) Penghitungan alokasi Dana Cadangan B O P PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
berdasarkan
proyeksi
dilakukan
perubahan jumlah
peserta
didik dari perkiraan semula pada tahun anggaran
bersangku tan.
(3)
Penghitungan alokasi Dana BOP PAUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) termasuk memperhitungkan
adanya lebih salur atas penyaluran Dana B O P PAUD
pada tahun anggaran sebelumnya.
(4)
Dalam melakukan penghitungan Dana B O P PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan
Kementerian
Keuangan
c . q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan Keuangan .
(5)
Hasil penghitungan alokasi Dana BOP PAUD untuk
kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
disampaikan
oleh
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat hari
kerj a terakhir bulan Agustus .
(6)
Hasil
penghitungan
alokasi
Dana
BOP
PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rayat
pada
saat
Pembahasan
Tingkat
I
Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
APB N.
(7)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetjui
oleh
Dewan
Pembahasan
Rancangan
Perwakilan
Tingkat
I
Rayat
Nota
Undang-Undang
dan
hasil
Keuangan
mengenai
dan
APB N
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , ditetapkan
alokasi Dana BOP PAUD untuk kabupaten/ kota.
(8)
Alokasi Dana BOP PAUD untuk kabupaten / kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APB N .
- 29 1 4 . Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat (5) Pasal 4 8 diubah, sehingga
Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 48
(1)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D untuk
provms1,
kabupaten,
dan
kota,
termasuk
D ana
Cadangan TP Guru PNS D .
(2)
Penghitungan
alokasi
Dana
TP
Guru
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
berdasarkan
jumlah
guru
PNS D
PNS D
dilakukan
yang
sudah
bersertiikasi profesi dikalikan dengan gaj i pokok.
(3)
Penghitungan
alokasi
Dana
TP
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
Guru
(2)
PNS D
termasuk
memperhitungkan adanya kurang salur dan sisa
dana di kas daerah atas penyaluran Dana TP Guru
PNS D pada tahun anggaran sebelumnya.
(4)
Dalam melakukan penghitungan Dana TP
PNS D
sebagaimana
dimaksud
Pendidikan
Kementerian
pada
dan
ayat
Guru
( 1),
Kebudayaan
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan .
(5)
Hasil penghitungan alokasi Dana TP Guru PNSD
untuk provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri
Pendidikan
Keuangan
dan
c . q.
Kebudayaan
Direktur
kepada
Jenderal
Menteri
Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6)
Hasil penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D
untuk provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rayat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang - Undang mengenai APB N .
- 30 -
(7)
Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam Rancangan
Undang - Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh
Dewan
Perwakilan
Rayat
lan
hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi Dana TP Guru
PNS D
untuk
provinsi, kabupaten, dan kota.
(8)
Alokasi
Dana
TP
Guru
PNSD
untuk
provinsi,
kabupaten, dan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat
(7)
ditetapkan
dalam
Peraturan
Presiden
mengenai rincian APB N .
1 5. Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat (5) Pasal 49 diubah, sehingga
Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49
(1)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan
provinsi,
alokasi
kabupaten,
DTP
dan
Guru
kota,
PNSD
termasuk
untuk
D ana
Cadangan DTP Guru.
(2)
Penghitungan alokasi DTP Guru PNS D sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan
berdasarkan
jumlah guru PNSD yang belum bersertiikasi profe si
dikalikan
dengan
alokasi
dana
tambahan
penghasilan per orang per bulan sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APB N
tahun sebelumnya.
(3)
Penghitungan alokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) termasuk memperhitungkan adanya kurang
salur dan sisa dana di kas daerah atas penyaluran
DTP Guru PNSD pada tahun anggaran sebelumnya.
(4)
Dalam melakukan penghitungan DTP Guru PNS D
s e bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , Kenen terian
Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan .
(5)
Hasil penghitungan alokasi DTP Guru PNS D untuk
provms1,
kabupaten,
dan
kota
sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan kepada Menteri
- 31
Keuangan
c . q.
-
Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6)
H asil penghitungan alokasi DTP Guru PNS D untuk
provms1,
kabupaten,
dan
kota
sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rayat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
(7)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh
Dewan
Perwakilan
Rayat
dan
hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi DTP Guru PNS D untuk provinsi,
kabupaten, dan kota.
(8)
Alokasi DTP Guru PNSD untuk provinsi, kabupaten ,
dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat
ditetapkan
dalam
Peraturan
Presiden
(7)
mengenai
rincian APBN.
1 6 . Ketentuan ayat (3) huruf d , ayat (4) , ayat (7) , dan ayat ( 1 0)
Pasal 5 1 diubah, sehingga Pasal 5 1 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 5 1
(1)
Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
melakukan
penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB untuk
kabupaten / kota.
(2)
Rincian alokasi Dana BOK sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , terdiri atas :
a. BOK;
b . Akreditasi Rumah Sakit;
c . Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat; dan
d. Jaminan Persalinan.
- 32 -
(3)
Penghitungan
alokasi
Dana
BOK
sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan berdasarkan :
a. biaya operasional Pusat Kesehatan Masyarakat
dikalikan
dengan
jumlah
Pusat
Kesehatan
Masyarakat, untuk BOK;
b . biaya akreditasi rumah sakit dikalikan dengan
jumlah rumah sakit yang akan
diakreditasi,
un tuk akredi tasi rum ah saki t;
c.
biaya akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
dikalikan
dengan
Masyarakat
jumlah
yang
akan
Pusat
Kesehatan
diakreditasi,
untuk
akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat; dan
d. biaya sewa rumah tunggu kelahiran ditambah
transportasi
ibu
operasional
rumah
konsumsi
ibu
bersalin,
biaya
tunggu
bersalin
persalinan,
kelahiran
dengan
dikalikan jumlah pasien ibu
dan
pendamping
bersalin,
untuk
j aminan persalinan .
(4)
Penghitungan
alokasi
Dana
BOKB
sebagaimana
dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilakukan berdasarkan :
a. biaya penyuluhan Keluarga Berencana dikalikan
dengan
jumlah
operasional
balai
Balai
penyuluhan,
Penyuluhan
untuk
Keluarga
Berencana;
b . biaya distribusi dikalikan dengan jumlah asilitas
kesehatan, untuk operasional distribusi alat dan
obat kontrasepsi; dan
c . biaya pergerakan program Keluarga Berencana
dikalikan
Berencana,
Program
dengan jumlah
untuk
Keluarga
kampung
pergerakan
operasional
Berencana
Keluarga
di
kampung
Keluarga Berencana.
(5)
Penghitungan
alokasi
Dana
BOK
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
dan
(1)
B O KB
termasuk
memperhitungkan sisa Dana BOK dan/ atau B O KB di
kas daerah atas penyaluran dana B O K dan / atau
BOKB tahun anggaran sebelumnya.
I
- 33 -
(6)
Dalam melakukan penghitungan alokasi D ana B O K
dan BOKB sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan
dan
Keluarga
koordinasi
Berencana
dengan
Nasional
Kementerian
melakukan
Keuangan
c . q.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan .
(7)
H asil penghitungan alokasi Dana BOK dan BOKB
untuk kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri Kesehatan dan
Kepala
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana Nasional kepada Menteri Keuangan c . q.
Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan
paling
lambat hari kerj a terakhir bulan Agustus .
(8)
Hasil penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB
sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada D ewan Perwakilan
Rayat
pada
saat
Pembahasan
Tingkat
I
Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
APB N .
(9)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rayat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) , ditetapkan
alokasi Dana BOK dan BOKB untuk kabupaten/ kota.
( 1 0) Alokasi Dana BOK dan BOKB untuk kabupaten/ kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APB N .
1 7 . Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (6), dan ayat (9 ) Pasal 52 diubah
dan di antara ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (Sa) sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 52
( 1)
Kementerian
Menengah
Koperasi
serta
dan
Usaha
Kementerian
Kecil
dan
Ketenagakerj aan
- 34 -
menghitung alokasi Dana PK2UKM dan Naker untuk
provinsi, kabupaten dan kota.
(2)
Dana PK2UKM dan Naker sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) terdiri atas :
a. Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (Dana PK2UKM) ; dan
b . Dana
Peningkatan
Kapasitas
Ketenagakerj aan
(Dana PK Naker) .
(3)
Penghitungan alokasi Dana PK2UKM sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
berdasarkan jumlah
(2)
huruf
peserta
a
dilakukan
pelatihan
dikalikan
dengan biaya satuan per paket pelatihan ditambah
dengan honor dan asilitasi pendamping.
(4)
Penghitungan alokasi Dana PK Naker sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
berdasarkan jumlah
(2)
huruf
peserta
b
dilakukan
pelatihan
dikalikan
dengan biaya satuan per paket pelatihan ditambah
dengan uang makan .
(5)
Penghitungan alokasi Dana PK2UKM
dan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
Naker
termasuk
memperhitungkan sisa dana di kas daerah atas
penyaluran
Dana
PK2UKM
dan
N aker
tahun
alokasi
D ana
anggaran sebelumnya.
(Sa) Dalam
melakukan
penghitungan
PK2UKM dan Naker sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , Kementerian Kop
REPUBLIK INDONESIA
SLINAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
187/PMK.07/2016
NOMOR
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PE"RATURAN MENTER! KEUANGAN
NOMOR 48/PMK. 07 /2 0 1 6 TENTANG PENGELO LAAN
TRANSFER KE DAE RAH DAN DANA DESA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a.
bahwa
penganggaran,
pengalokasian,
penyaluran,
penatausahaan, penggunaan, pemantauan dan evaluasi
Transfer ke Daerah dan Dana Desa telah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 0 7 /2 0 1 6
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan D ana D esa;
b.
bahwa dalam
rangka
penyempurnaan
penganggaran,
pengalokasian, penyaluran, dan penggunaan Transfer ke
Daerah dan Dana Desa perlu dilakukan perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 0 7 /2 0 1 6
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
c.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
48/PMK. 07 /2 0 1 6
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa;
tentang
- 2 -
Mengingat
1.
Undang-Undang
Nomor
2 1 Tahun
200 1
tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 0 1 Nomor 1 35, Tambahan
Lembaran
Negara
sebagaimana
Republik
telah
Indonesia
diubah
dengan
Nomor
4 15 1 )
Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2 0 0 8 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 1
Tahun 2 0 0 1 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua
Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara
Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 1 1 2 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4884);
2.
Undang-Undang Nomor 2 0 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2 003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 430 1 ) ;
3.
Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 1 26 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4.
Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
2006
tentang
Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 06 Nomor 62 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4633) ;
5.
Undang-Undang
Nomor
13
Tahun
20 1 2
tentang
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 2 Nomor
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
1 70 ,
Indonesia
Nomor 53 39) ;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang
Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 05 Nomor 1 3 7 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4575);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2 0 1 0 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia
-3-
Tahun 2 0 1 0 Nomor 1 52 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5 1 78);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2 0 1 3 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 3
Nomor
1 03,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 542 3);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2 0 1 4 tentang
Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2 0 1 4 Nomor 1 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5558)
beberapa
kali
diubah
terakhir
sebagaimana
dengan
telah
Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2 0 1 6 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2 0 1 4
tentang
Dana
Pendapatan
Desa yang Bersumber dari Anggaran
dan
Belanja
Negara
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 1 6 Nomor 57 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5864);
1 0. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK. 02/2 0 1 1
tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2 0 1 1 Nomor 365);
1 1 . Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2 3 1 /PMK. 02/2 0 1 5
tentang
Tata
Cara
Perencanaan,
Penelaahan,
dan
Penetapan Alokasi Anggaran Bagian Anggaran Beniahara
Umum Negara, dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran
Bendahara
Umum
Negara
(Berita
Negara
Republik Indonesia Tahun 2 0 1 5 Nomor 1 909) ;
1 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 8/PMK. 07 /2 0 1 6
tentang
Pengelolaan Transfer
Desa(Berita
Nomor 477);
Negara
Republik
ke
Daerah
dan
D ana
Indonesia Tahun
20 16
·
-4-
MEMUTUSKAN:
M enetapkan
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS
PEATURAN
MENTE RI
KEUANGAN
NOM O R
4 8/PMK. 07/20 1 6 TENTANG PENGELO LAN TANS FER KE
DAEAH DAN DANA DESA.
Pasal I
Beberapa
ketentuan
dalam
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 48/PMK. 07 /2 0 1 6 tentang Pengelolaan Transfer ke
D aerah dan Dana Desa, diubah sebagai berikut:
1.
Ketentuan angka 33 Pasal 1 dihapus dan di antara
angka 34 dan angka 35 disisipkan 2 (dua) angka yakni
angka 34a dan angka 34b, sehingga Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.
Pemerintah
Pusat
yang
selanjutnya
disebut
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1 945.
2.
Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati atau
walikota, dan perangkat daerah se bagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3.
Daerah Otonom yang selanjutnya disebut D aerah
adalah
kesatuan
mempunyai
masyarakat
batas-batas
hukum
wilayah
yang
berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan
masyarakat
setempat
menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
- 5 .-
4.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
selanjutnya
keuangan
disingkat
tahunan
APBN
adalah
pemerintahan
rencana
negara
yang
disetjui oleh Dewan Perwakilan Rayat.
5.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya
keuangan
disingkat
tahunan
APBD
adalah
pemerintahan
rencana
daerah
yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rayat Daerah.
6.
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat
PAD adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
7.
Indikasi Kebutuhan Dana Transer ke Daerah dan
Dana
Desa
adalah
indikasi
dana
yang
perlu
dianggarkan dalam rangka pelaksanaan Transfer
ke Daerah dan Dana Desa.
8.
Rencana Dana Pengeluaran Transfer ke Daerah dan
Dana Desa adalah rencana kerja dan anggaran yang
memuat rincian kebutuhan dana dalam rangka
pelaksanaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa.
9.
Transfer ke Daerah adalah bagian dari Belanja
Negara
dalam
rangka
mendanai
pelaksanaan
desentralisasi iskal berupa Dana Perimbangan,
Dana Insentif Daerah, Dana Otonomi Khusus, dan
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
10.
Dana Perimbangan adalah dana yang dialokasikan
dalam
APBN
kebutuhan
kepada
daerah
desentralisasi,
daerah
dalam
untuk
rangka
mendanai
pelaksanaan
yang terdiri atas Dana Transfer
Umum dan Dana Transfer Khusus.
1 1.
Dana
Transfer
Umum
adalah
dana
yang
dialokasikan dalam APBN kepada daerah untuk
digunakan sesuai dengan kewenangan daerah guna
mendanai
kebutuhan
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan desentralisasi.
12.
Dana
Transer
Khusus
adalah
dana
yang
dialokasikan dalam APBN kepada daerah dengan
- 6-
tjuan
untuk
khusus,
baik
membantu
isik
mendanai
maupun
kegiatan
nonisik
yang
merupakan urusan daerah.
1 3.
Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH
adalah dana yang dialokasikan dalam APBN kepada
Daerah berdasarkan angka persentase tertentu dari
pendapatan negara untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
1 4.
Dana Bagi Hasil Pajak yang selanjutnya disebut
DBH Pajak adalah bagian daerah yang berasal dari
penenmaan Pajak Bumi dan Bangunan,
Pajak
Penghasilan Pasal 2 1 , Pajak Penghasilan Pasal 25
dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri.
1 5.
Pajak
Bumi
dan
Bangunan
yang
selanjutnya
disingkat PBB adalah pajak yang dikenakan atas
bumi dan bangunan, kecuali PBB Perdesaan dan
Perkotaan.
1 6.
Pajak
Penghasilan
Pasal
21
yang
selanjutnya
disebut PPh Pasal 2 1 adalah pajak atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lainnya sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh
Wajib Pjak Orang Pribadi berdasarkan ketentuan
Pasal
21
Undang-Undang
mengenai
Pajak
Penghasilan.
1 7.
Pajak Penghasilan Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang selanjutnya
disebut PPh WPOPDN adalah Pjak Penghasilan
terutang oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri berdasarkan ketentuan Pasal 25 dan Pasal
29 Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan
yang
berlaku
sebagaimana
kecuali
diatur dalam
Pajak
Pasal
Penghasilan
25
ayat
Undang-Undang mengenai Pajak Penghasilan.
(8)
- 7-
1 8.
Dana Bagi Basil Cukai Basil Tembakau yang
selanjutnya disingkat DBB CBT adalah bagian dari
anggaran transfer ke daerah yang dibagikan kepada
provms1
penghasil
cukai
dan/atau
prov1ns1
penghasil tembakau.
1 9.
Dana
Bagi
Basil
Sumber
Daya
Alam
yang
selanjutnya disingkat DBB SDA adalah bagian
daerah
yang
kehutanan,
berasal
mineral
dari
dan
penenmaan
batubara,
SDA
perikanan,
pertambangan minyak bumi, pertambangan gas
bumi, dan pengusahaan panas bumi.
20.
Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya
Alam yang selanjutnya disingkat PNBP S DA adalah
bagian dari Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
berasal dari sumber daya alam kehutanan, mineral
dan batubara, perikanan, minyak bumi, gas bumi,
lan pengusahaan panas bumi.
21.
Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang selanjutnya
disingkat KKKS adalah badan usaha atau bentuk
usaha tetap yang ditetapkan untuk melakukan
eksplorasi dan eksploitasi pada suatu wilayah kerja
berdasarkan kontrak kerja sama.
22.
Pengusaha Panas Bumi adalah Pertamina atau
perusahaan penerusnya sesuai dengan ketentuan
peraturan
perundang-undangan,
kontraktor
kontrak operasi bersama Uoint operation contract) ,
dan pemegang izin pengusahaan panas bumi.
23.
Kurang Bayar Dana Bagi Basil yang selanjutnya
disebut Kurang Bayar DBB adalah selisih kurang
antara DBB yang dihitung berdasarkan realisasi
rampung penerimaan negara dengan DBB yang
telah disalurkan ke Daerah atau DBB yang dihitung
berdasarkan prognosa realisasi penerimaan negara
pada satu tahun anggaran tertentu.
24.
Lebih Bayar Dana Bagi Basil yang selanjutnya
disebut Lebih Bayar DBH adalah selisih lebih antara
DBH yang dihitung berdasarkan realisasi rampung
/
-8-
negara
penenmaan
dengan
DBH
yang
telah
disalurkan ke Daerah atau DBH yang dihitung
berdasarkan prognosa realisasi penerimaan negara
pada satu tahun anggaran tertentu.
25.
Dana Alokasi Umum yang selanjutnya disingkat
DAU adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada
daerah
kemampuan
mendanai
dengan
keuangan
kebutuhan
tjuan
pemerataan
antar
Daerah
untuk
daerah
dalam
rangka
pelaksanaan desentralisasi.
26.
Dana
Alokasi
Khusus
Fisik
yang
selanjutnya
disingkat DAK Fisik adalah dana yang dialokasikan
dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus isik
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
27.
Dana Alokasi Khusus Nonisik yang selanjutnya
disingkat
DAK
Nonisik
adalah
dana
yang
dialokasikan dalam APBN kepada Daerah dengan
tujuan
untuk
membantu
mendanai
kegiatan
khusus nonisik yang merupakan urusan daerah.
28.
Dana
Bantuan
Operasional
Sekolah
yang
selanjutnya disebut Dana BO S adalah dana yang
digunakan
terutama
untuk
mendanai
belanja
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan
menengah sebagai pelaksana program wajib belajar
dan dapat dimungkinkan untuk mendanai beberapa
kegiatan
lain
sesuai
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
29.
Dana
Bantuan
Operasional
Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disebut
Dana BOP PAUD adalah dana yang digunakan
untuk
biaya
operasional
pembelajaran
dan
dukungan biaya personal bagi anak yang mengikuti
pendidikan anak usia dini.
-9-
30.
Dana Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah yang selanjutnya disebut Dana TP Guru
PNSD adalah tunjangan proesi yang diberikan
kepada Guru PNSD yang telah memiliki sertiikat
pendidik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
31.
Dana Tambahan Penghasilan Guru Pegawai N egeri
Sipil Daerah yang selanjutnya disebut DTP Guru
PNSD adalah tambahan penghasilan yang diberikan
kepada Guru PNSD
tunjangan
profesi
yang belum mendapatkan
Guru
PNSD
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
32.
Dana Bantuan Operasional Kesehatan dan Bantuan
Operasional Keluarga Berencana yang selanjutnya
disebut Dana BOK dan BOKB adalah dana yang
digunakan untuk meringankan beban masyarakat
terhadap pembiayaan bidang kesehatan, khususnya
pelayanan
di
Pusat
Kesehatan
M asyarakat,
penurunan angka kematian ibu, angka kematian
bayi, malnutrisi, serta meningkatkan keikutsertaan
Keluarga Berencana dengan peningkatan akses dan
kualitas
pelayanan
Keluarga
Berencana
yang
merata.
33.
D1hapus.
34.
Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi, Usaha Kecil
Menengah dan Ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Dana PK2UKM dan Naker adalah dana yang
digunakan
untuk
biaya
operasional
penyelenggaraan pelatihan pengelolaan koperasi,
usaha kecil menengah, dan ketenagakerjaan.
34a. Dana Tujangan Khusus Guru Pegawai Negeri Sipil
Daerah yang selanjutnya disebut Dana TKG PNSD
adalah tunjangan yang diberikan kepada guru PNSD
sebagai kompensansi atas kesulitan hidup dalam
melaksanakan tugas di daerah khusus, yaitu di
desa
yang
termasuk
dalam
kategori
sangat
tertinggal menurut indeks desa membangun dari
·
- 10 -
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
34b. Dana Pelayanan Administrasi Kependudukan yang
selanjutnya disebut Dana Pelayanan Adminduk
adalah dana yang digunakan untuk menjamin
keberlanjutan dan keamanan Sistem Administrasi
Kependudukan (SAK) terpadu dalam menghasilkan
data dan dokumen kependudukan yang akurat dan
seragam di seluruh Indonesia.
35.
Dana Insentif Daerah yang selanjutnya disingkat
DID adalah dana yang dialokasikan dalam APBN
kepada
daerah
tertentu
tertentu
dengan
tjuan
berdasarkan
untuk
kriteria
memberikan
penghargaan atas pencapaian kinerja tertentu.
36.
Dana
Otonomi
untuk
dialokasikan
otonomi
khusus
ditetapkan
Tahun
Khusus
2008
·
dana
membiayai
suatu
dalam
adalah
pelaksanaan
Daerah,
sebagaimana
Undang-Undang
tentang
yang
Nomor
Penetapan
35
Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
Tahun
2008
tentang
Perubahan
1
atas
Undang-Undang Nomor 2 1 Tahun 2 0 0 1 tentang
Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua menjadi
Undang-Undang, dan Undang - Undang Nomor 1 1
Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.
37.
Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yoyakarta
adalah
dana
penyelenggaraan
Istimewa
yang
dialokasikan
untuk
urusan
keistimewaan
Daerah
Yogyakarta,
dalam Undang-Undang
sebagaimana
ditetapkan
Nomor 1 3 Tahun 2 0 1 2
tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
38.
Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam
APBN
yang
diperuntukkan
ditranser
melalui
digunakan
untuk
pemerintahan,
APBD
bagi
Desa
kabupaten/kota
membiayai
pelaksanaan
yang
dan
penyelenggaraan
pembangunan,
- 11 -
pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan
masyarakat.
39.
Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara yang
selanjutnya
disingkat
BA
BUN
adalah
bagian
anggaran yang tidak dikelompokkan dalam bagian
anggaran kementerian negara/lembaga.
40.
Pengguna Anggaran Bendahara Umum Negara yang
selanjutnya
pemegang
disingkat
PA
kewenangan
BUN
adalah
penggunaan
pejabat
anggaran
kementerian negara/lembaga.
4 1.
Pembantu Pengguna Anggaran Bendahara Umum
Negara yang selanjutnya disingkat PPA BUN adalah
unit
orgamsas1
di
lingkungan
Kementerian
Keuangan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dan bertanggunjawab atas pengelolaan anggaran
yang berasal dari BA BUN.
42.
Kuasa
Pengguna
Anggaran
Bendahara
Umum
Negara yang selanjutnya disingkat KPA BUN adalah
satuan kerja pada masing-masing PPA BUN baik di
kantor pusat maupun kantor daerah atau satuan
kerja
di
kementerian
negara/lembaga
memperoleh penugasan dari
Menteri
yang
Keuangan
untuk melaksanakan kewenangan dan tanggung
jawab pengelolaan anggaran yang berasal dari BA
BUN.
43.
Kepala
Daerah
adalah
gubernur
bagi
daerah
provms1 atau bupati bagi daerah kabupaten atau
walikota bagi daerah kota.
44.
Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya
disingkat
RKUN
adalah
rekening
tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
untuk menampung seluruh penerimaan negara dan
membayar seluruh pengeluaran negara pada bank
sentral.
-
12
-
Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya
45.
disingkat
RKUD
adalah
rekening
tenpat
peny1mpanan uang daerah yang ditentukan oleh
gubernur, bupati, atau walikota untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
46.
·
Daftar
Isian
Pelaksanaan
Anggaran
Bendahara
Umum Negara yang selanjutnya disingkat DIPA BUN
adalah
dokumen
pelaksanaan
anggaran
yang
disusun oleh PPA BUN.
4 7.
Surat Keputusan Penetapan Rincian Transfer ke
Daerah yang selanjutnya disingkat SKPRTD adalah
surat keputusan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran yang memuat rincian jumlah
transfer setiap daerah menurut jenis transfer dalam
periode tertentu.
48.
Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya
disingkat SPP adalah dokumen yang diterbitkan
oleh KPA BUN/Pejabat Pembuat Komitmen, yang
berisi
permintaan
pembayaran
tagihan
kepada
negara.
49.
Surat
Perintah
Membayar
yang
selanjutnya
disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan
oleh
KPA
BUN/Pejabat
Penandatangan
Surat
Perintah Membayar atau pejabat lain yang ditunjuk
untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA
atau dokumen lain yang dipersamakan.
50.
Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya
disingkat
SP2D
adalah
surat
perintah
yang
diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara
untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN
berdasarkan SPM.
51.
Pejabat
Pembuat
Komitmen
Bendahara
Umum
Negara yang selanjutnya disingkat PPK BUN adalah
pejabat yang diberi kewenangan oleh PA BUN/PPA
BUN/KPA
BUN
untuk
mengambil
keputusan
- 13 -
dan/atau
melakukan
tindakan
yang
dapat
mengakibatkan pengeluaran anggaran Transfer ke
Daerah.
52.
Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar
Bendahara
Umum
Negara
yang
selanjutnya
disingkat PPSPM BUN adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA BUN/PPA BUN/KPA BUN
untuk
melakukan
pembayaran
pengJian
dan
atas
permintaan
menerbitkan
perintah
pembayaran.
53.
Lembar Konirmasi Transfer ke Daerah dan Dana
Desa yang selanjutnya disebut LKT adalah dokumen
yang memuat
rincian
penerimaan
Transfer
ke
Daerah dan Dana Desa oleh Daerah.
54.
Lembar Rekapitulasi Transfer ke Daera, dan Dana
Desa yang selanjutnya disebut LRT adalah dokumen
yang memuat
rincian
penerimaan Transfer
ke
Daerah dan Dana Desa oleh Daerah dalam 1 (satu)
tahun anggaran.
55.
Sisa Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut
Sisa DAK adalah Dana Alokasi Khusus yang telah
disalurkan oleh Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah
namun tidak
habis
digunakan
untuk
mendanai kegiatan dan/atau kegiatan yang didanai
dari Dana Alokasi Khusus tidak terealisasi.
56.
Sisa Dana Bant:an Operasional Sekolah Tahun
Anggaran 20 1 1 yang selanjutnya disebut Sisa Dana
BOS TA 20 1 1 adalah jumlah sisa Dana BOS TA
20 1 1 yang tidak digunakan sampai dengan akhir
Tahun
Anggaran
20 1 1
dan
masih
berada
di
pemerintah daerah penenma Dana BOS Tahun
Anggaran 20 1 1 .
- 14 -
2.
Ketentuan ayat (6) Pasal 2 diubah, sehingga Pasal 2
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1)
Transfer ke Daerah dan Dana Desa, meliputi:
a. Transfer ke Daerah; dan
b. Dana Desa.
(2)
Transfer ke Daerah, terdiri atas:
a.
Dana Perimbangan;
b.
DID; dan
c.
Dana Otonomi Khusus dan Dana Keistimewaan
Daerah Istimewa Yoyakarta.
(3)
Dana Perimbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, terdiri atas:
(4)
a.
Dana Transer Umum; dan
b.
Dana Transfer Khusus.
Dana Transfer Umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a, terdiri atas:
(5)
a.
DBH; dan
b.
DAU.
DBH sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
terdiri atas:
a.
DBH Pajak, meliputi:
1 . PBB;
2. PPh Pasal 21 dan PPh WPOPDN; dan
3. CHT.
b. DBH SDA, meliputi:
1 . Minyak Bumi dan Gas Bumi;
2. Pengusahaan Panas Bumi;
3. Mineral dan Batubara;
4 . Kehutanan; dan
5. Perikanan.
(6)
Dana Transfer Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b, terdiri atas:
a.
DAK Fisik, meliputi:
1.
DAK Reguler;
2.
DAK Penugasan; dan
- 15 -
3. DAK Airmasi.
b. DAK Nonisik, meliputi:
1 . Dana BOS;
2. Dana BOP PAUD;
3. Dana TP Guru PNSD;
4. DTP Guru PNSD;
5. Dana BOK dan BOKB;
6. Dana PK2UKM dan Naker;
7. Dana TKG PNSD ; dan
8. Dana Pelayanan Adminduk.
(7)
Dana Otonomi Khusus sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a.
Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh;
b. Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua;
c.
Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat;
d.
Dana Tambahan Inrastruktur Provinsi Papua;
lan
e.
Dana Tambahan Inrastruktur Provinsi Papua
Barat.
(8)
Dana BOS sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
huruf b angka 1 , terdiri atas:
a.
Dana BOS untuk daerah tidak terpencil; dan
b. Dana BOS untuk daerah terpencil.
3.
Ketentuan Pasal 7 �iubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 7
( 1)
Menteri
Keuangan
Perimbangan
c. q.
Keuangan
Direktur
Jenderal
berkoordinasi
dengan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan
menteri/pimpinan
Pembangunan
lembaga
teknis,
Nasional dan
menetapkan
jenis/bidang/subbidang dan kegiatan DAK Fisik.
(2)
Dalam rangka penetapan jenis/bidang/subbidang
dan kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1),
Meiteri
Perencanaan
Pembangunan
- 16 -
Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional menyampaikan:
a.
program
dan/atau
kegiatan
yang
menjadi
prioritas nasional;
b. lokasi dari program dan/atau kegiatan
yang
menjadi prioritas nasional;
c.
perkiraan kebutuhan anggaran untuk mendanai
kegiatan; dan
d. data pendukung,
kepada Menteri Keuangan c. q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.
(3)
Dalam rangka penetapan jenis/bidang/ subbidang
dan kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , menteri/pimpinan lembaga teknis
menyampaikan:
a. ruang lingkup,
sasaran,
dan
target
manaat
program dan/atau kegiatan;
b. prioritas kegiatan per bidang/ subbidang
DAK
Fisik;
c.
rmc1an kegiatan berupa nama kegiatan, target
output
kegiatan,
satuan
biaya,
dan
lokasi
kegiatan;
d. perkiraan kebutuhan anggaran untuk mendanai
kegiatan; dan
e.
data pendukung,
kepada Menteri Keuangan c. q.
Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan.
4.
Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 7 (tjuh) pasal,
yakni Pasal 7 A, Pasal 7B, Pasal 7C, Pasal 7 D , Pasal 7E,
Pasal 7F, dan Pasal 7G sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7A
( 1)
Berdasarkan penetapan jenis/bidang/ subbidang dan
kegiatan DAK Fisik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat ( 1 ), Menteri Keuangan c. q. Direktur
-
Jenderal
17
-
Perimbangan
Keuangan
menyampaikan
surat pemberitahuan kepada Kepala Daerah.
(2)
Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , paling sedikit memuat:
a. Jenis
DAK Fisik yang dapat diusulkan oleh
Daerah;
b. bidang/subbidang
DAK
Fisik
dan
lingkup
kegiatan dari masing-masing bidang/subbidang
DAK Fisik; dan
c.
(3)
ormat usulan DAK Fisik.
Format usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c, terdiri atas:
a.
Surat pengantar Kepala Daerah;
b. Usulan DAK Fisik per jenis/bidang/subbidang;
c.
Rekapitulasi Usulan DAK Fisik; dan
d. Data pendukung.
(4)
Dalam hal terdapat perubahan bidang DAK Fisik
setelah
sebagaimana
dimaksud
Keuangan
c. q.
Keuangan
menyampaikan
pemberitahuan
surat
penyampaian
pada
Direktur
ayat
Jenderal
(1),
Menteri
Perimbangan
pemberitahuan
kepada
Kepala Daerah.
Pasal 7B
( 1)
Kepala Daerah menetapkan usulan DAK Fisik dengan
mengacu pada surat pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A.
(2)
Penetapan usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian usulan kegiatan dengan
prioritas
nasional dan prioritas daerah;
b. sinkronisasi usulan kegiatan antarbidang;
c.
skala prioritas kegiatan per bidang/ subbidang;
d. target
output
kegiatan
yang
akan
dicapai,
termasuk untuk memenuhi Standar Pelayanan
Minimum;
e.
lokasi pelaksanaan kegiatan;
I
- 18 -
f.
satuan biaya masing-masing kegiatan; dan
g.
tingkat penyerapan dana dan capaian output DAK
dalam 3 ( tiga) tahun terakhir.
Pasal 7C
(1)
Kepala Daerah menyampaikan Usulan DAK Fisik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat ( 1 )
dalam
bentuk
dokumen
isik
(hardcopy)
dan
dokumen elektronik (softcopy) kepada:
a.
menteri/pimpinan lembaga teknis terkait c.q.
sekretaris jenderal/sekretaris utama;
Pembangunan
Perencanaan
b. Menteri
Nasional/Kepala
Pembangunan
Badan
Nasional
c. q.
Perencanaan
Deputi
Bidang
Pengembangan Regional; dan
c.
Menteri
Keuangan
c. q.
Direktur
Jenderal
Fisik
kepada
teknis
terkait
Perimbangan Keuangan.
(2)
Penyampaian
usulan
menteri/pimpinan
DAK
lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf a tidak
termasuk rekapitulasi usulan DAK Fisik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7A ayat (3) huruf c.
(3)
Bupati/walikota menyampaikan salinan usulan DAK
Fisik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) kepada
gubernur.
(4)
Usulan
DAK
Fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) dan salinan usulan DAK Fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
diterima paling lambat
tanggal 1 5 Juni.
(5)
Dalam hal tanggal 1 5 Juni jatuh pada hari libur atau
hari yang diliburkan, maka batas waktu penerimaan
usulan DAK Fisik adalah pada hari kerja berikutnya.
Pasal 7D
(1)
Kementerian/lembaga teknis terkait,
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Pembangunan
Kementerian
Nasional/Badan
Nasional,
lan
- 19 -
Kementerian Keuangan masing-masing melakukan
veriikasi usulan DAK Fisik.
(2)
Veriikasi usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , dilakukan terhadap:
a. kelengkapan dan kesesuaian ormat U sulan DAK
Fisik
dengan
ormat
sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 7A ayat (3);
b. pemenuhan unsur keabsahan usulan DAK Fisik;
c. kesesuaian antara rekapitulasi usulan DAK Fisik
dengan
nncian
usulan
DAK
Fisik
per
bidang/subbidang;
d. kesesuaian
antara
dokumen
isik
(hardcopy)
dengan dokumen elektronik ( softcopy) usulan
DAK Fisik; dan
e. waktu penyampaian usulan DAK Fisik.
(3)
Kementerian/lembaga teknis terkait dan Kementerian
Pembangunan
Perencanaan
Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan
hasil veriikasi usulan DAK Fisik kepada Kementerian
Keuangan
c. q.
Direktorat Jenderal
Perimbangan
Keuangan.
(4)
Kementerian
Keuangan
c. q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
mengkoordinasikan
hasil
veriikasi usulan DAK Fisik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3).
Pasal 7E
(1)
Kementerian/lembaga teknis terkait,
Pembangunan
Perencanaan
Perencanaan
Pembangunan
Kementerian
Nasional/Badan
Nasional,
dan
Kementerian Keuangan masing-masing melakukan
penilaian kelayakan usulan DAK Fisik berdasarkan
hasil
koordinasi
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal 7D ayat (4).
(2)
Penilaian
kelayakan
usulan
DAK
Fisik
oleh
kementerian/lembaga teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) dilakukan dengan mempertimbangkan:
- 20 a. kesesuaian
usulan
kegiatan
dengan
lingkup/menu kegiatan per bidang/subbidang
DAK
Fisik
yang
ditetapkan
oleh
kementerian/lembaga teknis.
b. kesesuaian usulan target output kegiatan dengan:
1 . data teknis kegiatan pada data pendukung
usulan DAK Fisik;
2. perbandingan
data
data
pendukung
dengan
data
teknis
kegiatan
usulan
teknis
yang
pada
DAK
Fisik
dimiliki
oleh
kementerian/lembaga teknis;
3. tingkat capaian Standar Pelayanan Minimum
bidang/subbidang yang terkait oleh daerah;
4. target
output/manaat
kegiatan
per
bidang/subbidang DAK yang diusulkan oleh
daerah dalam jangka pendek dan jangka
menengah; dan
5. target output/manaat per bidang/ subbidang
DAK secara nasional dalam jangka pendek
dan jangka menengah.
c.
kesesuaian usulan kegiatan dengan satuan biaya
per kegiatan yang diusulkan daerah dan satuan
biaya
kementerian/lembaga
teknis,
dan/atau
Kementerian Keuangan.
(3)
Penilaian
kelayakan
DAK
Perencanaan
Kementerian
Nasional/Badan
Nasional
usulan
Perencanaan
sebagaimana
Fisik
oleh
Pembangunan
dan
dimaksud
Pembangunan
pada
ayat
(1)
dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. lokasi prioritas kegiatan per bidang/subbidang
per tahun secara nasional;
b. lokasi prioritas kegiatan per bidang/subbidang
dalam jangka menengah secara nasional; dan
c.
prioritas
nasional
dalam
Rencana
Kerja
Pemerintah dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.
/
- 21 -
(4)
Penilaian
kelayakan
usulan
DAK
Fisik
oleh
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
a. kesesuaian
usulan
kegiatan
dengan
menu
kegiatan per bidang/subbidang DAK Fisik yang
ditetapkan oleh kementerian/lembaga teknis;
b. kelayakan usulan kegiatan berdasarkan satuan
biaya dan indeks kemahalan konstruksi; dan
c.
kinerja
penyerapan
DAK
Fisik
dan
tiigkat
capaian output tahun sebelumnya.
(5)
Satuan biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf
b
mengacu
perhitungan
pada
Kementerian
satuan
biaya
Keuangan
sesuai
dan/atau
kementerian/lembaga teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat
(2)
huruf
c dan
indeks
kemahalan
konstruksi.
Pasal 7F
(1)
Kementerian/lembaga
teknis
menyusun
hasil
penilaian kelayakan usulan DAK Fisik berupa nama
kegiatan, target output, satuan biaya, dan lokasi
kegiatan secara berurutan sesuai prioritas kegiatan
per bidang/subbidang DAK Fisik per daerah.
(2)
Perencanaan
Kementerian
Nasional/Badan
Pembangunan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional menyusun hasil penilaian kelayakan usulan
DAK Fisik berupa nama kegiatan dan lokus prioritas
kegiatan secara berurutan sesuai lokasi prioritas
kegiatan
per
bidang/subbidang
DAK
Fisik
per
daerah.
(3)
Kementerian
Keuangan
c. q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan Keuangan menyusun hasil penilaian
kelayakan usulan DAK Fisik berupa kesesuaian
antara usulan DAK Fisik dengan satuan biaya per
kegiatan, kinerja penyerapan DAK Fisik dan capaian
output tahun sebelumnya.
- 22 -
(4)
Hasil
penilaian
kelayakan
usulan
DAK
Fisik
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dan ayat (2)
disampaikan oleh menteri/ pimpinan lembaga teknis
Perencanaan
Menteri
dan
Pembangunan
Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
paling
lambat
tanggal 15 Juli .
(5)
Dalam hal tanggal 15 Juli j atuh pada hari libur atau
hari yang diliburkan, maka batas waktu penerimaan
hasil penilaian kelayakan usulan DAK Fisik adalah
pada hari kerj a berikutnya.
Pasal 7G
(1)
Berdasarkan hasil penilaian kelayakan U sulan DAK
Fisik
sebagaimana
Kementerian
dimaksud
Keuangan
Perimbangan
c . q.
Keuangan,
dalam
Pasal
Direktorat
menyusun
7F,
Jenderal
perkiraan .
kebutuhan dana per j enis / bidang/ subbidang DAK
Fisik per daerah .
(2)
Perkiraan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat
(1)
dan hasil penilaian
dimaksud
dalam
Pasal
7F
se bagaimana
dibahas
antara
Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan
Pembangunan
Nasional/ Badan
Perencanaan
Pembangunan Nasional, dan kementerian / lembaga
teknis .
(3)
Hasil
pembahasan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat (2) dituangkan dalam notulensi pembahasan
antara
Kementerian
Perencanaan
Perencanaan
Keuangan,
Pembangunan
Pembangunan
kementerian/ lembaga teknis .
Kementerian
Nasional/ Badan
Nasional,
lan
- 23
s:
-
Ketentuan Pasal 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 8
( 1)
Dalam rangka menyusun kebutuhan pendanaan DAK
Nonisik:
a.
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan
menyampaikan perkiraan kebutuhan D ana TP
Guru PNSD, DTP Guru PNS D , Dana TKG PNS D ,
Dana B O S , dan Dana BOP PAUD kepada Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan;
b . Kementerian Kesehatan dan Badan Koordinasi
Keluarga
Berencana
Nasional
menyampaikan
perkiraan
kebutuhan
Dana BOK
kepada
Direktur
Jenderal
dan
B O KB
Perimbangan
Keuangan;
c.
Kementerian
Menengah
Koperasi
dan
menyampaikan
dan
Usaha
Kementerian
perkiraan
Kecil
dan
Ketenagakerj aan
kebutuhan
D ana
PK2UKM dan Naker kepada Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan; dan
d . Kementerian
Dalam
Negeri
menyampaikan
perkiraan kebutuhan Dana Pelayanan Adminduk
Direktur
kepada
Jenderal
Perimbangan
Keuangan .
(2)
Perkiraan
Nonisik
kebutuhan
masing-masing
sebagaimana
dimaksud
Jen1s
.Pada
DAK
ayat
(1)
disampaikan paling lambat tanggal 2 1 bulan Januari .
(3)
Dalam hal tanggal 2 1 Januari j atuh pada hari libur
atau
hari yang
diliburkah,
maka
batas
waktu
penyampaian perkiraan kebutuhan masing-masing
Jen1s
DAK
Nonisik
adalah
pada
hari
kerj a
berikutnya.
(4)
Berdasarkan perkiraan kebutuhan pendanaan yang
disampaikan
terkait
oleh
sebagaimana
kementerian/ lembaga
dimaksud
pada
teknis
ayat
(1),
-
24
-
Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun
Indikasi Kebutuhan Dana DAK Nonisik.
6.
Ketentuan Pasal 1 0 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1 0
Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan
dan
Direktur J enderal Anggaran
Nasional / Kepala
Badan
Nasional
menteri/ pimpinan
dan
Pembangunan
Perencanaan
Menteri
dengan
bersama
Perencanaan
Pembangunan
lembaga
teknis
membahas arah kebij akan, s asaran, ruang lingkup, dan
pagu DAK Fisik.
7.
D i antara Pasal 3 6 dan Pasal 37 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 36A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 36A
Dalam
Pasal
hal
18
perubahan
ayat
disampaikan,
(2)
maka
data
huruf c
sebagaimana
dan
ayat
penghitungan
(3)
dan
dimaksud
terlambat
penetapan
perubahan alokasi DBH SDA dapat dilakukan secara
proporsional berdasarkan alokasi DBH S DA menurut
provinsi/ kabupaten/ kota yang
telah
ditetapkan
pada
tahun anggaran sebelumnya.
8.
Di antara ayat (4) dan ayat (5) Pasal 4 0 disisipkan 1 (satu)
ayat, yakni ayat (4a) sehingga Pasal 40 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 40
(1)
Kepala Badan Pusat Statistik menyampaikan data
dasar penghitungan DAU kepada Menteri Keuangan
c . q Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan paling
lambat bulan Juli, yang meliputi:
a.
indeks pembangunan manusia;
- 25 b . produk domestik regional bruto per kapita; dan
c.
(2)
indeks kemahalan konstruksi.
Penyampaian ·data
ayat
(1)
sebagaimana
disertai
dengan
dimaksud
penj elasan
pada
metode
penghitungan/ pengolahan data.
(3)
Menteri Dalan Negeri menyampaikan data jumlah
penduduk,
kode,
dan data wilayah
administrasi
pemerintahan provinsi, kabupaten, dan kota kepada
Menteri
Keuangan
c . q.
Direktur
Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Juli .
(4)
Kepala Badan Inormasi Geospasial menyampaikan
data luas wilyah perairan provinsi, kabupaten , dan
kota kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan paling lambat bulan Juli.
(4a) Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Reormasi Birokrasi menyampaikan
Negara
dan
data ormasi
Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) .
(5)
Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
menyiapkan data DBH , PAD , total belanj a daerah,
dan total gaj i Pegawai Negeri Sipil D aerah paling
lambat bulan Juli .
9.
Ketentuan Pasal 42 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 42
(1)
Berdasarkan
hasil
pembahasan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7G ayat (3) , Kementerian
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan
Nasional
dan
Perencanaan
Pembangunan
kementerian / lembaga
teknis
melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah .
(2)
Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
antara lain bertujuan untuk melakukan sinkronisasi
dan harmonisasi:
a. antar kegiatan bidang DAK Fisik pada setiap
daerah;
I
- 26 -
b . antar bidang DAK Fisik pada setiap daerah;
c.
antar bidang DAK Fisik pada beberapa daerah
dalam satu wilayah provinsi; dan
d . antara kegiatan yang akan didanai dari DAK Fisik
dengan kegiatan lainnya.
1 0 . Ketentuan Pasal 43 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 43
(1)
Berdasarkan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal
Direktorat
42 ,
Jenderal
Nasional / B adan
dan
melakukan
Keuangan
Perimbangan
Perencanaan
Kementerian
Nasional
Kementerian
Perencanaan
kementerian / lembaga
penyesuaian
c . q.
Keuangan,
Pembangunan
Pembangunan
teknis
terhadap
dapat
perkiraan
kebutuhan dana per j enis / bidang/ subbidang DAK
Fisik per daerah sebagaimana dimaksud Pasal 7G
ayat ( 1 ) .
(2)
Perkiraan kebutuhan dana yang telah disesuaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dituangkan
dalam notulensi pembahasan antara Kementerian
Keuangan
c . q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Badan
Perencanaan
Pembangunan
Nasional dan kementerian/ lembaga teknis .
1 1 . Di antara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1 (satu) pasal,
yakni Pasal 43A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43A
Berdasarkan perkiraan kebutuhan dana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7G ayat ( 1 ) dan / atau Pasal 4 3
ayat (2) dan hasil koordinasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 , Kementerian Keuangan c . q Direktorat
Jenderal Perimbangan Keuangan menyusun perhitungan
- 27 alokasi DAK Fisik per j enis / bidang/ subbidang per daerah
sesuai
dengan
ketersediaan
pagu
Fisik
DAK
dalam
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
1 2 . Ketentuan ayat ( 1 ) Pasal 44 diubah, sehingga Pasal 44
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 44
( 1)
Perhitungan
alokasi
DAK
Fisik
per
j enis / bidang/ subbidang setiap daerah sebagaimana
dimaksud
pada
Pasal
43A
disampaikan
oleh
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rayat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
(2)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetj ui oleh
Dewan Perwakilan Rayat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , ditetapkan
alokasi DAK Fisik untuk setiap Daerah .
(3)
Alokasi DAK Fisik untuk setiap Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan
Presiden mengenai rincian APB N .
1 3. Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat ( 2 ) Pasal 4 7 diubah dan di
antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (2a) sehingga Pasal 4 7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 47
(1)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan
alokasi
kabupaten/ kota,
Dana
termasuk
BOP
dana
PAUD
cadangan
untuk
BOP
PAUD .
(2)
Penghitungan alokasi Dana BOP PAUD sebagaimana
dimaksud
pada ayat
( 1) dilakukan berdasarkan
jumlah peserta didik dikalikan dengan biaya satuan
per peserta didik.
- 28 (2a) Penghitungan alokasi Dana Cadangan B O P PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
berdasarkan
proyeksi
dilakukan
perubahan jumlah
peserta
didik dari perkiraan semula pada tahun anggaran
bersangku tan.
(3)
Penghitungan alokasi Dana BOP PAUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) termasuk memperhitungkan
adanya lebih salur atas penyaluran Dana B O P PAUD
pada tahun anggaran sebelumnya.
(4)
Dalam melakukan penghitungan Dana B O P PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan
Kementerian
Keuangan
c . q.
Direktorat
Jenderal
Perimbangan Keuangan .
(5)
Hasil penghitungan alokasi Dana BOP PAUD untuk
kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)
disampaikan
oleh
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan kepada Menteri Keuangan c . q. Direktur
Jenderal Perimbangan Keuangan paling lambat hari
kerj a terakhir bulan Agustus .
(6)
Hasil
penghitungan
alokasi
Dana
BOP
PAUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada Dewan Perwakilan
Rayat
pada
saat
Pembahasan
Tingkat
I
Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
APB N.
(7)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetjui
oleh
Dewan
Pembahasan
Rancangan
Perwakilan
Tingkat
I
Rayat
Nota
Undang-Undang
dan
hasil
Keuangan
mengenai
dan
APB N
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) , ditetapkan
alokasi Dana BOP PAUD untuk kabupaten/ kota.
(8)
Alokasi Dana BOP PAUD untuk kabupaten / kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APB N .
- 29 1 4 . Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat (5) Pasal 4 8 diubah, sehingga
Pasal 48 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 48
(1)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D untuk
provms1,
kabupaten,
dan
kota,
termasuk
D ana
Cadangan TP Guru PNS D .
(2)
Penghitungan
alokasi
Dana
TP
Guru
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
berdasarkan
jumlah
guru
PNS D
PNS D
dilakukan
yang
sudah
bersertiikasi profesi dikalikan dengan gaj i pokok.
(3)
Penghitungan
alokasi
Dana
TP
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
Guru
(2)
PNS D
termasuk
memperhitungkan adanya kurang salur dan sisa
dana di kas daerah atas penyaluran Dana TP Guru
PNS D pada tahun anggaran sebelumnya.
(4)
Dalam melakukan penghitungan Dana TP
PNS D
sebagaimana
dimaksud
Pendidikan
Kementerian
pada
dan
ayat
Guru
( 1),
Kebudayaan
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan .
(5)
Hasil penghitungan alokasi Dana TP Guru PNSD
untuk provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri
Pendidikan
Keuangan
dan
c . q.
Kebudayaan
Direktur
kepada
Jenderal
Menteri
Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6)
Hasil penghitungan alokasi Dana TP Guru PNS D
untuk provinsi, kabupaten, dan kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rayat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang - Undang mengenai APB N .
- 30 -
(7)
Berdasarkan pagu yang ditetapkan dalam Rancangan
Undang - Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh
Dewan
Perwakilan
Rayat
lan
hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi Dana TP Guru
PNS D
untuk
provinsi, kabupaten, dan kota.
(8)
Alokasi
Dana
TP
Guru
PNSD
untuk
provinsi,
kabupaten, dan kota sebagaimana dimaksud pada
ayat
(7)
ditetapkan
dalam
Peraturan
Presiden
mengenai rincian APB N .
1 5. Ketentuan ayat ( 1 ) dan ayat (5) Pasal 49 diubah, sehingga
Pasal 49 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49
(1)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan
penghitungan
provinsi,
alokasi
kabupaten,
DTP
dan
Guru
kota,
PNSD
termasuk
untuk
D ana
Cadangan DTP Guru.
(2)
Penghitungan alokasi DTP Guru PNS D sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dilakukan
berdasarkan
jumlah guru PNSD yang belum bersertiikasi profe si
dikalikan
dengan
alokasi
dana
tambahan
penghasilan per orang per bulan sesuai dengan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang mengenai APB N
tahun sebelumnya.
(3)
Penghitungan alokasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) termasuk memperhitungkan adanya kurang
salur dan sisa dana di kas daerah atas penyaluran
DTP Guru PNSD pada tahun anggaran sebelumnya.
(4)
Dalam melakukan penghitungan DTP Guru PNS D
s e bagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) , Kenen terian
Pendidikan dan Kebudayaan berkoordinasi dengan
Kementerian Keuangan .
(5)
Hasil penghitungan alokasi DTP Guru PNS D untuk
provms1,
kabupaten,
dan
kota
sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) disampaikan kepada Menteri
- 31
Keuangan
c . q.
-
Direktur
Jenderal
Perimbangan
Keuangan paling lambat hari kerj a terakhir bulan
Agustus .
(6)
H asil penghitungan alokasi DTP Guru PNS D untuk
provms1,
kabupaten,
dan
kota
sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan
kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk disampaikan
Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rayat pada
saat Pembahasan Tingkat I Nota Keuangan dan
Rancangan Undang-Undang mengenai APB N .
(7)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang-Undang mengenai APBN yang telah disetujui
oleh
Dewan
Perwakilan
Rayat
dan
hasil
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ,
ditetapkan alokasi DTP Guru PNS D untuk provinsi,
kabupaten, dan kota.
(8)
Alokasi DTP Guru PNSD untuk provinsi, kabupaten ,
dan kota sebagaimana dimaksud pada ayat
ditetapkan
dalam
Peraturan
Presiden
(7)
mengenai
rincian APBN.
1 6 . Ketentuan ayat (3) huruf d , ayat (4) , ayat (7) , dan ayat ( 1 0)
Pasal 5 1 diubah, sehingga Pasal 5 1 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 5 1
(1)
Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional
melakukan
penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB untuk
kabupaten / kota.
(2)
Rincian alokasi Dana BOK sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) , terdiri atas :
a. BOK;
b . Akreditasi Rumah Sakit;
c . Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat; dan
d. Jaminan Persalinan.
- 32 -
(3)
Penghitungan
alokasi
Dana
BOK
sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 ) dilakukan berdasarkan :
a. biaya operasional Pusat Kesehatan Masyarakat
dikalikan
dengan
jumlah
Pusat
Kesehatan
Masyarakat, untuk BOK;
b . biaya akreditasi rumah sakit dikalikan dengan
jumlah rumah sakit yang akan
diakreditasi,
un tuk akredi tasi rum ah saki t;
c.
biaya akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat
dikalikan
dengan
Masyarakat
jumlah
yang
akan
Pusat
Kesehatan
diakreditasi,
untuk
akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat; dan
d. biaya sewa rumah tunggu kelahiran ditambah
transportasi
ibu
operasional
rumah
konsumsi
ibu
bersalin,
biaya
tunggu
bersalin
persalinan,
kelahiran
dengan
dikalikan jumlah pasien ibu
dan
pendamping
bersalin,
untuk
j aminan persalinan .
(4)
Penghitungan
alokasi
Dana
BOKB
sebagaimana
dimaksud dalam ayat ( 1 ) dilakukan berdasarkan :
a. biaya penyuluhan Keluarga Berencana dikalikan
dengan
jumlah
operasional
balai
Balai
penyuluhan,
Penyuluhan
untuk
Keluarga
Berencana;
b . biaya distribusi dikalikan dengan jumlah asilitas
kesehatan, untuk operasional distribusi alat dan
obat kontrasepsi; dan
c . biaya pergerakan program Keluarga Berencana
dikalikan
Berencana,
Program
dengan jumlah
untuk
Keluarga
kampung
pergerakan
operasional
Berencana
Keluarga
di
kampung
Keluarga Berencana.
(5)
Penghitungan
alokasi
Dana
BOK
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
dan
(1)
B O KB
termasuk
memperhitungkan sisa Dana BOK dan/ atau B O KB di
kas daerah atas penyaluran dana B O K dan / atau
BOKB tahun anggaran sebelumnya.
I
- 33 -
(6)
Dalam melakukan penghitungan alokasi D ana B O K
dan BOKB sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan
dan
Keluarga
koordinasi
Berencana
dengan
Nasional
Kementerian
melakukan
Keuangan
c . q.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan .
(7)
H asil penghitungan alokasi Dana BOK dan BOKB
untuk kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) disampaikan oleh Menteri Kesehatan dan
Kepala
Badan
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana Nasional kepada Menteri Keuangan c . q.
Direktur Jenderal Perimbangan
Keuangan
paling
lambat hari kerj a terakhir bulan Agustus .
(8)
Hasil penghitungan alokasi Dana BOK dan B O KB
sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
digunakan
sebagai bahan kebij akan alokasi DAK Nonisik untuk
disampaikan Pemerintah kepada D ewan Perwakilan
Rayat
pada
saat
Pembahasan
Tingkat
I
Nota
Keuangan dan Rancangan Undang-Undang mengenai
APB N .
(9)
Berdasarkan
pagu
dalam
Rancangan
Undang
Undang mengenai APBN yang telah disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rayat dan hasil pembahasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) , ditetapkan
alokasi Dana BOK dan BOKB untuk kabupaten/ kota.
( 1 0) Alokasi Dana BOK dan BOKB untuk kabupaten/ kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
ditetapkan
dalam Peraturan Presiden mengenai rincian APB N .
1 7 . Ketentuan ayat ( 1 ) , ayat (6), dan ayat (9 ) Pasal 52 diubah
dan di antara ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (Sa) sehingga Pasal 52 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 52
( 1)
Kementerian
Menengah
Koperasi
serta
dan
Usaha
Kementerian
Kecil
dan
Ketenagakerj aan
- 34 -
menghitung alokasi Dana PK2UKM dan Naker untuk
provinsi, kabupaten dan kota.
(2)
Dana PK2UKM dan Naker sebagaimana dimaksud
pada ayat ( 1 ) terdiri atas :
a. Dana Peningkatan Kapasitas Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah (Dana PK2UKM) ; dan
b . Dana
Peningkatan
Kapasitas
Ketenagakerj aan
(Dana PK Naker) .
(3)
Penghitungan alokasi Dana PK2UKM sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
berdasarkan jumlah
(2)
huruf
peserta
a
dilakukan
pelatihan
dikalikan
dengan biaya satuan per paket pelatihan ditambah
dengan honor dan asilitasi pendamping.
(4)
Penghitungan alokasi Dana PK Naker sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
berdasarkan jumlah
(2)
huruf
peserta
b
dilakukan
pelatihan
dikalikan
dengan biaya satuan per paket pelatihan ditambah
dengan uang makan .
(5)
Penghitungan alokasi Dana PK2UKM
dan
sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) ,
Naker
termasuk
memperhitungkan sisa dana di kas daerah atas
penyaluran
Dana
PK2UKM
dan
N aker
tahun
alokasi
D ana
anggaran sebelumnya.
(Sa) Dalam
melakukan
penghitungan
PK2UKM dan Naker sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1 ) , Kementerian Kop