J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

www.djpp.depkumham.go.id

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 8 TAHUN 1946
TENTANG
PERATURAN HUKUM ACARA PIDANA GUNA PENGADILAN TENTARA.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

: pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Dasar, pasal IV At uran Peralihan
Undang-undang Dasar dan Maklumat Wakil Presiden t ert anggal 16
Okt ober 1945 No. X;
di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n


Pe

Mengingat

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Menimbang : bahwa sebelum membent uk Undang-undang hukum acara pidana baru
guna pengadilan t ent ara, perlu buat sement ara wakt u memakai sebagai
pedoman perat uran-perat uran acara pidana pengadilan biasa, sesudah
perat uran-perat uran it u disesuaikan dengan keperluan pengadilan
t ent ara;

Dengan perset uj uan Badan Pekerj a Komit e Nasional Pusat :

Memut uskan :
Menet apkan perat uran sebagai berikut :
UNDANG-UNDANG TENTANG PERATURAN HUKUM ACARA PIDANA
GUNA PENGADILAN TENTARA.
BAGIAN I.
Umum.
Pasal 1.
Guna pengadilan t ent ara, yang daerah hukumnya t ermasuk daerah Jawa dan
berlaku sebagai pedoman :
a.
"het Herziene Inlandsch Reglement ", dengan perubahanperubahan
dimuat dalam undang-undang ini;
b.
"Reglement op de St raf vordering voor de raden van j ust it ie of Java
hoogerecht shof
van
Nederlandsch Indie",
yang selanj ut nya
"St raf vordering",
dengan perubahan-perubahan sepert i

dimuat

Madura
sepert i
en het
disebut
dalam

www.djpp.depkumham.go.id

undang-undang ini.
Pasal 2.
Guna pengadilan t ent ara, yang daerah hukumnya t erlet ak di luar daerah Jawa dan
Madura berlaku sebagai pedoman :
"Reglement t o regeling van het recht swezen in de resident ies buit en Java en
Madoera", yang selanj ut nya disebut "Recht sreglement Buit engewest en", dengan
perobahan-perobahan sepert i dimuat dalam Undang-undang ini.
BAGIAN II.
PEMERIKSAAN-PERMULAAN.


di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an


(1)

Pasal 3.
Selain dari pada pegawai-pegawai dan orang lain yang disebut dalam pasal 39
dari "het Herziene Inlandsch Reglement " dan
dalam
bab
III
dari
"Recht sreglement Buit engewest en", maka hak mengusut kej ahat an dan
pelanggaran diserahkan j uga :
a.
kepada kepala pasukan Tent ara Republik Indonesia, Angkat an Laut
Republik Indonesia dan Angkat an Udara Republik Indonesia yang
berpangkat opsir sert a opsir-opsir bawahannya, t erhadap anak-buahnya
masing-masing;
b.
kepada pemimpin-pemimpin pasukan sepert i yang dimaksudkan dalam
pasal 2 sub b Undang-undang t ent ang Perat uran Pengadilan Tent ara,

yang dit unj uk oleh Ment eri Pert ahanan dengan perset uj uan Ment eri
Kehakiman t erhadap anak-buahnya;
c.
kepada pegawai-pegawai polisi t ent ara, yang mempunyai angkat an yang
sah, dalam daerahnya masing-masing.
Mereka t erut ama memakai sebagai pedoman, buat daerah Jawa dan Madura,
t it el dua, bagian sat u, bagian t iga, bagian empat dan bagian lima dari "het
Herziene Inlandsch Reglement " dan buat daerah diluar-nya, bab III "Recht s
Reglement Buit engenwest en".
Berhubung dengan penyelidikan kej ahat an dan pelanggaran t ersebut mereka
langsung di bawah pimpinan JaksaTent ara.
Mereka waj ib menurut i pet unj uk-pet unj uk Jaksa-Tent ara dengan saksama.

(2)

(3)
(4)

Pasal 4.
Dengan t idak mengurangi kewaj iban mereka sepert i yang dimaksudkan dalam pasal 3

pada t anggal 1 dan 15 dari t iap-t iap bulan mereka harus memberi laporan t ert ulis
kepada Jaksa-Tent ara t ent ang :
a.
penangkapan dan penahanan orang yang dilakukan oleh mereka;
b.
pengelepasan orang t ersebut ;
c.
pembeslahan barang-barang dan pemindahan barang-barang it u oleh mereka.

www.djpp.depkumham.go.id

Pasal 5.
Tent ang perist iwa-perist iwa yang pent ing yang mengenai ket ent araan Jaksa-Tent ara
segera memberi laporan t ert ulis kepada kepala Dipisi yang bersangkut an.
Pasal 6.
Dengan mengingat kepent ingan t ent ara dan t idak mengurangi perat uran-perat uran
dalam undang-undang ini at au undang-undang lain, Jaksa-Tent ara melakukan at au
memimpin pemeriksaan permulaan dalam perkara-perkara yang harus diadili oleh
pengadilan
t ent ara

sedapat -dapat
secara
pemeriksaan
permulaan
dalam
perkara-perkara yang harus diadili oleh pengadilan biasa.
BAGIAN III.
PEMERIKSAAN PENGADILAN TENTARA DALAM
TINGKATAN PERTAMA.

ru
nd
an
gun
da
ng
an

Pasal 7.
Dengan mengingat kepent ingan t ent ara dan t idak mengurangi perat uran-perat uran

dalam undang-undang ini at au undang-undang lain, maka pengadilan Tent ara
melakukan pemeriksaan perkara-perkara pidana dalam t ingkat an pert ama dengan
berpedoman acara pemeriksaan perkara pidana yang dipakai oleh Pengadilan Negeri.

di
tje
n

Pe

(1)

ra
tu
ra
n

Pe

Pasal 8.

Put usan Mahkamah-Tent ara Agung dalam perselisihan t ent ang kekuasaan ant ara
Mahkamah-mahkamah Tent ara harus disert ai alasan-alasannya. Put usan
t ersebut dikirimkan kepada Jaksa-Tent ara pada Mahkamah yang dit unj uk
sebagai pengadilan yang harus mengadili.
Ket ua Mahkamah yang lain dan Jaksa-Tent aranya mendapat t urunan put usan
t ersebut .
Mahkamah yang dimaksud dalam akhir ayat 1 waj ib menurut i put usan
Mahkamah-Tent ara Agung.

(2)
(3)

BAGIAN IV.
PEMERIKSAAN MAHKAMAH 1 TENTARA AGUNG
DALAM TINGKATAN KEDUA.

(1)

Pasal 9.
Dengan

mengingat
kepent ingan
t ent ara
dan
t idak
mengurangi
perat uran-perat uran dalam undang-undang ini at au undang-undang lain maka
Mahkamah-Tent ara Agung melakukan pemeriksaan perkara-perkara dalam
t ingkat an kedua dengan pedoman :
a.
t it el 15 dari "St raf vordering", j ika perkara it u pada t ingkat an pert ama
diadili oleh MahkamahTent ara di daerah Jawa dan Madura;

www.djpp.depkumham.go.id

b.

(2)

bab IV, t it el V, bagian IV dari "Recht sreglement Buit engewest en", j ika
perkara it u pada t ingkat an pert ama diadili oleh Mahkamah-Tent ara di
luar daerah Jawa dan Madura.

Wakt u yang dimaksudkan dalam pasal 284 ayat 1 "St raf vordering" diperpanj ang
menj adi 2 minggu.

BAGIAN V.
CARA MENJALANKAN PUTUSAN.
Pasal 10.
Put usan pengadilan t ent ara dij alankan oleh Jaksa-Tent ara at au Jaksa-Tent ara Agung
yang bersangkut an dengan pedoman :
a.
t it el sepuluh, bagian empat dari "het Herziene Inlandsch Reglement " unt uk
pengadilan t ent ara di daerah Jawa dan Madura;
b.
bab IV, t it el V, bagian dari "Recht sreglement Buit engewest en" unt uk pengadilan
t ent ara di luar Jawa dan Madura.

di
tje
n

Pe

ra
tu
ra
n

Pe

ru
nd
an
gun
da
ng
an

ATURAN PENUTUP.
Pasal 11.
Jika perlu berhubung dengan keadaan, maka Presiden berhak menet apkan perat uran
acara guna pengadilan t ent ara luar biasa yang menyimpang dari perat uran dalam
undang-undang ini.
Pasal 12.
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diumumkannya.
Dit et apkan di Yogyakart a
pada t anggal 8 Juni 1946.
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SOEKARNO.
Ment eri Pert ahanan,
AMIR SJARIFOEDIN.
Diumumkan
pada t anggal 8 Juni 1946.
Sekret aris Negara
A. G. PRINGGODIGDO.