PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2007

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 148/PMK.04/2007
TENTANG
PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI DENGAN
PELAYANAN SEGERA (RUSH HANDLING)
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang

: a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10B ayat (2) huruf c UndangUndang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2006, atas barang
impor dapat dikeluarkan sebagai barang impor untuk dipakai setelah
diserahkan dokumen pelengkap pabean dan jaminan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 10B ayat (5)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2006, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

tentang
Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera
(Rush handling);

Mengingat

: 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor
3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor
93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661);
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 3613)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
4755);
3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGELUARAN
BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI DENGAN PELAYANAN SEGERA
(RUSH HANDLING)
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Keuangan ini yang dimaksud dengan :
1.

Undang-Undang
Kepabeanan
adalah
Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006.

2.


Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai tempat dipenuhinya Kewajiban Pabean sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang Kepabeanan.

3.

Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.

4.

Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

5.

Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam Daerah
Pabean.


6.

Dokumen Pelengkap Pabean adalah adalah semua dokumen yang
digunakan sebagai pelengkap pemberitahuan pabean, misalnya
Invoice, Packing List, Bill of Lading/Airway Bill, Manifest dan dokumen
lainnya yang dipersyaratkan.

7.

Pelayanan Segera (rush handling) adalah pelayanan kepabeanan
yang diberikan atas barang impor tertentu yang karena
karakteristiknya memerlukan pelayanan segera untuk dikeluarkan dari
kawasan pabean.

8.

Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai yang ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan
tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang Kepabeanan.
Pasal 2


(1)

Barang impor yang karena karakteristiknya memerlukan pelayanan
segera (rush handling) dapat dikeluarkan dari kawasan pabean
sebelum diajukan pemberitahuan pabean impor.

(2)

Barang impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikeluarkan dari kawasan pabean setelah diserahkan dokumen
pelengkap pabean dan jaminan.

(3)

Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diserahkan kepada
kepala kantor pabean sebesar bea masuk, cukai dalam rangka
impor, dan/atau pajak dalam rangka impor yang terutang.

(4)


Jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berupa jaminan
untuk setiap kegiatan importasi atau untuk jangka waktu tertentu.
Pasal 3

Pelayanan segera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan
terhadap barang impor berupa :
a. organ tubuh manusia antara lain ginjal, kornea mata, atau darah;
b. jenazah dan abu jenazah;
c. barang yang dapat merusak lingkungan antara lain bahan yang
mengandung radiasi;
d. binatang hidup;
e. tumbuhan hidup;
f.

surat kabar dan majalah yang peka waktu;

g. dokumen (surat); dan/atau
h. barang lain karena karakteristiknya perlu mendapat pelayanan segera
(rush handling) setelah mendapat izin Kepala Kantor pabean.


Pasal 4
(1)

Untuk mendapatkan pelayanan segera (rush handling) atas barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, importir harus mengajukan
permohonan kepada pejabat bea dan cukai yang dilampiri dengan
dokumen pelengkap pabean dan jaminan.

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

(2)

Atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat bea
dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang atau
penolakan.

(3)


Terhadap barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan
pemeriksaan fisik dan berlaku semua ketentuan yang mengatur
barang larangan dan pembatasan.
Pasal 5

(1)

Importir sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1), wajib
menyerahkan pemberitahuan pabean impor dan melunasi bea
masuk, cukai dalam rangka impor, dan/atau cukai serta pajak dalam
rangka impor dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sejak barang impor dikeluarkan.

(2)

Barang impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan
huruf b diselesaikan dengan pemberitahuan pabean impor khusus.

(3)


Importir yang tidak melunasi bea masuk, cukai dalam rangka impor
dan/atau pajak dalam rangka impor atas barang impor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib membayar bea masuk, cukai dan/atau
pajak dalam rangka impor dan dikenai sanksi administrasi berupa
denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari bea masuk yang wajib
dilunasi.

(4)

Dalam hal bea masuk, cukai dalam rangka impor dan/atau pajak
dalam rangka impor, atas barang impor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) tidak dilunasi, jaminan dicairkan dan pelayanan segera
(rush handling) tidak diberikan sampai dengan dipenuhinya
kewajiban dimaksud.
Pasal 6

Ketentuan lebih lanjut mengenai tatacara pelayanan segera
handling) diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal.


(rush

Pasal 7
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 15 Desember
2007.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 November 2007
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ttd,SRI MULYANI INDRAWATI