PP No 106 Tahun 2000

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 106 TAHUN 2000
TENTANG
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
bahwa unt uk melaksanakan ket ent uan Pasal 17 dan pasal 18 Undang-undang Nomor 25
Tahun 1999 t ent ang perimbangan Keuangan ant ara Pemerint ah Pusat dan daerah,
perlu
menet apkan
Perat uran
pemerint ah
t ent ang
Pengelolaan
dan
Pert anggungj awaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsent rasi dan Tugas
Pembant uan;
Mengingat :
1.
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana t elah diubah dengan

Perubahan kedua Undang-Undang dasar 1945;
2.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
3.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
KEUANGAN DALAM PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM

1.
2.
3.

Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan :
Pemerint ah Pusat adalah perangkat Negara Kesat uan republik Indonesia yang
t erdiri dari Presiden besert a para Ment eri.
Pemerint ah Daerah adalah Kepala Daerah besert a perangkat Daerah Ot onom
yang lain sebagai badan eksekut if Daerah.
Daerah Ot onom, selanj ut nya disebut Daerah, adalah kesat uan masyarakat
hukum yang mempunyai bat as daerah t ert ent u berwenang mengat ur dan
mengurus kepent ingan masyarakat set empat menurut prakarsa sendiri

4.

5.

6.
7.

8.

9.


berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikat an Negara Kesat uan Republik
Indonesia.
Desa at au yang disebut dengan nama lain, selanj ut nya disebut Desa, adalah
kesat uan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan unt uk mengat ur dan
mengurus kepent ingan masyarakat set empat berdasarkan asal-usul dan adat
ist iadat set empat yang diakui dalam sist em pemerint ahan nasional dan berada
di daerah Kabupat en.
Desent ralisasi adalah penyerahan wewenang pemerint ahan oleh Pemerint ah
Pusat kepada Daerah Ot onom dalam kerangka Negara Kesat uan Republik
Indonesia.
Dekonsent rasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerint ah Pusat kepada
Gubernur sebagai Wakil Pemerint ah Pusat .
Tugas Pembant uan adalah penugasan dari Pemerint ah Pusat kepada Daerah dan
at au Desa unt uk melaksanakan t ugas t ert ent u yang disert ai pembiayaan,
prasarana dan sarana sert a sumber daya manusia dengan kewaj iban melaporkan
pelaksanaannya dan mempert anggungj awabkannya kepada yang menugaskan.
Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara, selanj ut nya disingkat APBN, adalah
suat u rencana keuangan t ahunan Negara yang dit et apkan berdasarkan
Undang-undang t ent ang Anggaran Pendapat an dan Belanj a Negara.
Anggaran pendapat an dan Belanj a Daer ah, selanj ut nya disingkat APBD, adalah

suat u rencana keuangan t ahunan Daerah yang dit et apkan berdasarkan
Perat uran Daerah t ent ang Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah.
BAB II
ASAS UMUM PELAKSANAAN DEKONSENTRASI
DAN TUGAS PEMBANTUAN

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

(1)

Pasal 2
Kewenangan pemerint ah Pusat di Daerah Propinsi dalam rangka pelaksanaan
Dekonsent rasi dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil Pemerint ah Pusat .
Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas
Propinsi sebagai perangkat Daerah Propinsi.
Penyelenggaraan Dekonsent rasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibiayai

at as beban pengeluaran pembangunan APBN.
Pencat at an dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan Dekonsent rasi
dilakukan secara t erpisah dari APBD.
Gubernur memberit ahukan kepada DPRD t ent ang kegiat an Dekonsent rasi.

Pasal 3
Tugas Pembant uan dilaksanakan oleh pemerint ah daerah dan Desa dengan
kewaj iban melaporkan pelaksanaannya dan mempert anggung-j awabkannya

(2)
(3)

(4)

kepada Pemerint ah Pusat .
Penyelenggaraan Tugas Pembant uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dibiayai at as beban pengeluaran pembangunan APBN.
Pencat at an dan pengelolaan keuangan dalam penyelenggaraan Tugas
Pembant uan dilakukan secara t erpisah dari APBD dan Anggaran pendapat an dan
Belanj a Desa.

Pemerint ah Daerah memberit ahukan adanya Tugas Pembant uan kepada DPRD
dan Pemerint ah Desa memberit ahukannya kepada Badan Perwakilan Desa.
BAB III
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PELAKSANAAN DEKONSENTRASI
Bagian pert ama
Penganggaran pelaksanaan Dekonsent rasi

(1)
(2)
(3)

Pasal 4
Penganggaran pelaksanaan Dekonst ent rasi dilakukan sesuai dengan ket ent uan
yang berlaku bagi APBN.
Anggaran pelaksanaan Dekonsent rasi merupakan bagian dari anggaran
Depart emen/ Lembaga Pemerint ah Non Depart emen yang bersangkut an.
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang penganggaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat
(1) dit et apkan dengan Keput usan Ment eri Keuangan dengan

memperhat ikan pert imbangan Ment eri t eknis t erkait .
Bagian Kedua
Penyaluran Dana dan pert anggungj awaban
Pelaksanaan dekonsent rasi

(1)
(2)

(1)
(2)

Pasal 5
Penyaluran dana pelaksanaan Dekonsent rasi dilakukan sesuai ket ent uan yang
berlaku bagi APBN.
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang penyaluran dana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan dengan Keput usan Ment eri keuangan.
Pasal 6
Dalam hal pelaksanaan Dekonsent rasi menghasilkan penerimaan, maka
penerimaan t ersebut merupakan penerimaan APBN.
Ket ent uan mengenai pemungut an dan penyet oran penerimaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan perat uran perundang-undangan
yang berlaku bagi APBN.
Pasal 7

(1)

(2)

(3)
(4)

Semua kegiat an pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Gubernur dalam
pelaksanaan Dekonsent rasi diselenggarakan secara t erpisah dari kegiat an
pengelolaan keuangan unt uk pelaksanaan Desent ralisasi
dan Tugas
Pembant uan.
Tat a cara pelaksanaan kegiat an pengelolaan keuangan oleh Gubernur dalam
pelaksanaan Dekonsent rasi mengacu kepada perat uran perundang-undangan
t ent ang t at a cara pelaksanaan kegiat an pengelolaan keuangan APBN yang
berlaku.

Dalam hal t erdapat saldo anggaran pelaksanaan Dekonsent rasi, maka saldo
t ersebut diset or ke Kas Negara.
Gubernur menyampaikan laporan pert anggungj awaban keuangan at as
pelaksanaan Dekonsent rasi kepada Ment eri/ Pimpinan Lembaga Pemerint ah Non
Depart emen yang bersangkut an.
Bagian Ket iga
Pelaporan Pelaksanaan Dekonsent rasi

(1)
(2)

Pasal 8
Pelaporan pelaksanaan Dekonsent rasi dilakukan sesuai dengan ket ent uan yang
berlaku bagi APBN.
Ket ent uan lebih lanj ut pelaporan pelaksanaan Dekonsent rasi sebagimana
dimaksud dalam ayat (1) dit et apkannya dengan Keput usan Ment eri Keuangan
dengan memperhat ikan pert imbangan Ment eri t eknis t erkait .
BAB IV
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN

Bagian Pert ama
Penganggaran Pelaksanaan t ugas Pembant uan

(1)
(2)
(3)

Pasal 9
Penganggaran pelaksanaan Tugas Pembant uan dilakukan sesuai dengan
ket ent uan yang berlaku bagi APBN.
Anggaran pelaksanaan Tugas Pembant uan merupakan bagian dari anggaran
Depart emen/ Lembaga Pemerint ah Non Depart emen yang menugaskannya.
Ket ent uan lebih lanj ut penganggaran sebagaimana dimaksud dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkannya dengan Keput usan Ment eri Keuangan dengan
memperhat ikan pert imbangan Ment eri t eknis t erkait .

Bagian Kedua

Penyaluran dana dan Pert anggungj awaban Pelaksanaan
Tugas Pembant uan


(1)
(2)

(1)
(2)

(1)

(2)

(3)
(4)

Pasal 10
Penyaluran dana pelaksanaan Tugas Pembant uan dilakukan sesuai dengan
ket ent uan yang berlaku bagi APBN.
Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang penyaluran dana sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkannya dengan Keput usan Ment eri Keuangan.
Pasal 11
Dalam hal pelaksanaan Tugas Pembant uan menghasilkan penerimaan, maka
penerimaan t ersebut merupakan penerimaan APBN.
Ket ent uan mengenai pemungut an dan penyet oran penerimaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan perat uran perundang-undangan
yang berlaku bagi APBN.
Pasal 12
Semua kegiat an pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh Daerah dan Desa
dalam pelaksanaan Tugas Pembant uan diselenggarakan secara t erpisah dari
kegiat an pengelolaan
keuangan unt uk pelaksanaan desent ralisasi dan
Dekonsent rasi.
Tat a cara pelaksanaan kegiat an pengelolaan keuangan oleh Pemerint ah Daerah
dan Desa dalam pelaksanaan Tugas Pembant uan mengacu kepada perat uran
perundang-undangan t ent ang t at a cara pelaksanaan kegiat an pengelolaan
keuangan APBN yang berlaku.
Dalam hal t erdapat saldo anggaran pelaksanaan Tugas Pembant uan, maka saldo
t ersebut diset or ke Kas Negara.
Pemerint ah Daerah dan desa menyampaikan laporan pert angungj awaban
keuangan at as pelaksanaan Tugas Pembant uan kepada Depart emen/ Lembaga
Pemerint ah Non Depart emen yang menugaskannya.
Bagian Ket iga
Pelaporan Pelaksanaan Tugas Pembant uan

(1)
(2)

Pasal 13
Pelaporan pelaksanaan Tugas Pembant uan dilakukan sesuai dengan ket ent uan
yang berlaku bagi APBN.
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai pelaporan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dit et apkan dengan Keput usan Ment eri Keuangan dengan memperhat ikan
pert imbangan Ment eri t eknis t erkait .

BAB V

PEMERIKSAAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI
DAN TUGAS PEMBANTUAN
Pasal 14
Pemeriksaan at as pelaksanaan, pengelolaan, dan pert anggungj awaban
keuangan dalam pelaksanaan dekonsent rasi dan Tugas Pembant uan dilakukan sesuai
dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 15
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal 1 Januari 2001.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran
Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 10 Nopember 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
t t d.
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 10 Nopember 2000
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
t t d.
DJOHAN EFFENDI
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 203

PENJELASAN

ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 106 TAHUN 2000
TENTANG
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
DALAM PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN
UMUM
Undang-undang Nomor 25 t ahun 1999 t ent ang perimbangan keuangan ant ara
Pemerint ah Pusat dan Daerah menegaskan bahwa penyelenggaraan kewenangan
Pemerint ah Pusat yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah Propinsi dalam rangka
pelaksanaan dekonsent rasi dibiayai at as beban Anggaran Pendapat an dan Belanj a
Negara (APBN) dan penyelenggaraan t ugas Pemerint ah Pusat yang dilaksnakaan oleh
perangkat Daerah dan Desa dalam rangka Tugas Pembant uan dibiayai at as beban
APBN. Perat uran Pemerint ah ini bert uj uan unt uk mengat ur lebih lanj ut t ent ang
pemisahan secara t egas ant ara pengelolaan dan pert anggungj awaban keuangan dalam
pelaksanaan Dekonsent rasi oleh Gubernur, yang dilaksanakan oleh perangkat Daerah
Propinsi dan Tugas Pembant uan, yang t idak dicat at dan dikelola dalam APBD dengan
penganggaran dalam rangka pelaksanaan desent ralisasi yang dicat at dan dikelola
dalam APBD.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup j elas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Pencat at an dan pengelolaan keuangannya diperlakukan sebagai anggaran
Dekonsent rasi.
Ayat (5)
Pemberit ahuan kepada DPRD dimaksudkan agar DPRD dapat menget ahui
kegiat an Dekonsent rasi sej ak perencanaan sampai dengan pelaksanaan sehingga
t erj adi sinergi dan koordinasi.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup j elas

Pasal

Pasal
Pasal

Pasal

Pasal
Pasal

Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Pencat at an dan pengelolaan keuangannya diperlakukan sebagai anggaran
Tugas Pembant uan.
Ayat (4)
Pemberit ahuan kepada DPRD at au Badan Perwakilan desa dimaksudkan
agar DPRD at au Badan Perwakilan Desa dapat menget ahui kegiat an Tugas
Pembant uan sej ak perencanaan sampai dengan pelaksanaan sehingga t erj adi
sinergi dan koordinasi.
4
Ayat (1)
Proses penganggaran pelaksanaan Dekonsent rasi dilakukan bersama
perangkat Pemerint ah Daerah Propinsi yang t erkait .
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
5
Cukup j elas
6
Ayat (1)
Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini merupakan
penerimaan APBN yang diset or ke Kas Negara.
Ayat (2)
Cukup j elas
7
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Laporan pert anggungj awaban keuangan at as pelaksanaan Dekonsent rasi
disampaikan pula kepada DPRD unt uk diket ahui.
8
Cukup j elas
9
Ayat (1)
Proses pengaggaran pelaksanaan Tugas Pembant uan dilakukan dengan
mempert imbangkan keadaan dan kemampuan perangkat Pemerint ah Daerah
dan Desa yang t erkait unt uk pelaksanaan Tugas Pembant uan t ersebut .

Pasal
Pasal

Pasal

Pasal
Pasal

Pasal

Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
10
Cukup j elas
11
Ayat (1)
Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini merupakan
penerimaan APBN yang diset or ke Kas Negara.
Ayat (2)
Cukup j elas
12
Ayat (1)
Cukup j elas
Ayat (2)
Cukup j elas
Ayat (3)
Cukup j elas
Ayat (4)
Laporan pert anggungj awaban keuangan at as pelaksanaan Tugas
Pembant uan disampaikan pula kepada DPRD dan Badan Perwakilan Desa unt uk
diket ahui.
13
Cukup j elas
14
Yang dimaksud dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku adalah
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan
APBN.
15
Cukup j elas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4023