J00228

Distress Psikologis dan Strategi Coping 1

Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analisis

Aloysius Soesilo

Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana - Salatiga

Distress Psikologis dan Strategi Coping 2

Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analysis
Abstract

This study attempted through meta-analysis to evaluate the relationship between
psychological distress and the use of coping strategies (avoidance, problem-focused, and
emotion-focused). Twenty correlational studies of coping following a variety of psychological
or traumatic distress events were selected in the meta-analysis. The present study showed a
consistent association between these coping strategies and psychological distress, even though
it was small and not strong. Issues of coping and psychological distress were discussed as
well their implications future research on coping strategies and distress were discussed.


Distress Psikologis dan Strategi Coping 3

Distress Psikologis dan Strategi Coping – Meta-Analisis
Aloysius Soesilo

Fakultas Psikologi –Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

Pengalaman hidup dalam peristiwa bencana alam, dengan penyakit kronis (fisik atau
mental), kekerasan psikologis dan seksual, kematian serta bebagai peristiwa yang
mengakibatkan stress (stressfull life events) membuat individu untuk melakukan perubahan
atau penyesuaian. Perubahan atau penyesuaian cara hidup ini bisa merupakan usaha yang
besar atau kecil, begiru pula implikasinya bagi diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena orang dalam berbagai situasi seperti ini memperlihatkan variasi dalam
penyesauaiannya terhadap stressor, maka asosiasi di antara keduanya layak dan penting untuk
diteliti. Di dalam studi meta-analitik ini, hubungan dasar antara coping strategies dan
pengalaman distress atau trauma hendak ditegakkan . Walau ada pandangan yang menyatakan
bahwa satu strategi bisa adaptif dan yang lain bisa maladaptif, pandangan yang dipegang di
sini tidak ada strategi tunggal yang dapat disebut adaptif atau maladaptive. Dengan perkataan

lain, tidak ada satu strategi yang efektif lintas semua situasi (Duangdao & Roesch, 2008;
Thoits, 1995).

Penyimpangan dari kehidupan rutin yang normal bisa dipandang sebagai sumber stress
bilamana individu sudah tindak sanggup lagi memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
pada diri dan lingkungannya. Oleh karena itu, pengelolaan pengalaman distress atau trauma
melalui coping strategies menjadi amat penting bagi kesehatan fisik dan psikologis.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 4

Ada dua konseptualisasi utama mengenai coping yang muncul dalam literatur.
Pertama, strategi coping dikonseptualisasikan sebagai berfokus pada problem (problemfocused) atau berfokus pada emosi (emotion-focused). Sedangkan konseptualisasi yang kedua

adalah strategi coping yang berfokus pada pendekatan (approach-focused) atau pada
penghindaran (avoidance-focused) (Folkman & Moskowitz, 2004; Lazarus, 1991; Lazarus &
Lazarus, 1994, Lazarus, 2006; Thoits, 1995).

Strategi problem-focused coping merupakan strategi yang sifatnya secara langsung
diarahkan pada problem yang dianggap menyebabkan distress. Keragaman strategi ini
mencakup upaya memperoleh informasi mengenai stressor, membuat perancaaan tindakan,

serta antisipasi langkah berrikutnya di dalam mengelola dan mengatasi stressor (Folkman &
Moskowitz, 2004). Sebaliknya, strategi emotion-focused coping berfokus pada pengelolaan
dan penanganan distress emosional yang berkaitan dengan stressor. Keragaman strategi ini
mencakup melepaskan diri dari lilitan emosi yang berhubungan dengan stressor
(disengaging), mencari dukungan atau support emosional, serta melepaskan ketegangan
emosional (venting) (Folkman & Moskowitz, 2004).

`Terdapat perbedaan pendapat di kalangan peneliti mengenai mana yang lebih adaptif
di antara dua corak strategi tersebut. Masel dkk. (1996), misalnya, mengkonseptualisasikan
strategi problem-focused sebagai lebih adapatif dibandingkan dengan strategi kedua oleh
karena yang pertama lebih aktif diarahkan pada penyelesaian problem. Sebenarnya, mana
yang lebih adaptif dari kedua corak strategi ini bergantung pada “kontrolabilitas” pada situasi
yang dihadapi. Strategi problem-focused dapat lebih adaptif dalam situasi-situasi yang
terkontrol, sedangkan strategi emotion-focused lebih adaptif dalam situasi-situasi yang tidak
terkontrol (Folkman & Moskowitz, 2004).

Sebagaimana disebutkan di atas, konseptualisasi kedua mengenai coping lebih
menekankan perbedaan antara strategi-strategi approach dan avoidance. Approach strategies
difokuskan pada stressor atau pada reaksi individu terhadap stressor dan corak pendekatan
pada umumnya dianggap lebih adaptif. Keragaman strategi ini meliputi pencarian dukungan


Distress Psikologis dan Strategi Coping 5

emosional, perencanaan penyelesaian stressor, dan pencarian informasi tentang stressor.
Sebaliknya, avoidance strategies lebih berfokus pada penghindaran oleh individu dari
stressor, misalnya menarik diri dari relasi atau interaksi dengan orang lain, menyangkal
adanya stressor, dan membuang segala pikiran dan perasaan dari diri sehubungan dengan
stressor. Kendati avoidance strategies bisa mereduksi distress dalam jangka pendek, namun
modus ini dipandang sebagai maladaptif apabila individu terus menerus menggunakannya
dalam jangka panjang.

Jadi, coping sesungguhnya berpengaruh atas hasil atau akibat (outcomes) secara
psikologis, fisiologis serta behavioral baik di dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Coping merupakan terjadi dalam proses yang kompleks dan dinamis yang melibatkan

individu, lingkungannya serta interaksi di antara keduanya (Folkman & Moskowitz, 2204;
Lazarus, 2006). Dalam review mereka mengenai studi eksperimental dan longitudinal,
khususnya mengenai emotion-focused coping, Austenfeld dan Stanton (2004) telah
mendokumentasikan bahwa karakteristik-karakteristik di dalam masing-masing dimensi tadi
(individu, lingkungan dan interaksinya) merupakan moderator yang penting menyangkut

relasi antara emotion-approach coping dan hasil yang bertalian dengan kesehatan (healthrelated outcomes).

Distres psikologis (psychological distress) merupakan istilah yang memayungi banyak
respons subyektif yang negative atau tidak menyenangkan, terutama dicirikan oleh kecemasan
dan depresi (Matthews, 2007). Matthews lebih lanjut menjelaskan bahwa distres
mencerminkan bekerjanya berbagai pengaruh, mulai dari peristiwa-peristiwa kehidupan serta
intrapersonal seperti personality traits. Dalam proses demikian ada sejumlah mekanisme yang
terlibat (fisiologis, kognitif dan sosial) yang menjadi rantai penghubung antara stressor
eksternal dengan respons-response stress. Dengan demikian, dia mendefinisikan distress
dengan lebih tepat sebagai factor afektif-kognitif, yang ditandai oleh ketegangan, mood yang
tidak menyenangkan, kurangnya kontrol (kognitif) dan rendahnya kepercayaan diri. Sejalan
dengan ini, Montgomery & McCrone (2009) mengadopsi definisi konseptual yang diajukan
oleh Potter, yakni bahwa distress psikologis merupakan “an affective cognitive and

Distress Psikologis dan Strategi Coping 6

behavioral response to a crisis-precipitating event perceived as threatening, manifested by
anxiety and depressive symptoms (hal. 2384).

Dari berbagai review mengenai distress psikologis (misalnya oleh Matthews, 2007;

Montgomery & McCrone, 2009) dan semua studi primer yang dijadikan sampel dalam studi
ini, symptom-simptom anxietas dan depressif nampak sebagai karakteristik menonjol dalam
distress, kendati ini bisa terjadi dalam derajat yang berlainan.

Pada perkembangannya, konseptualisasi berbagai corak strategi ini mengalami
pemerincian atau subdivisi lebih lanjut. Diversifikasi subdivi-subdivisi ini juga terjadi di
dalam perkembangan berbagai instrumen pengukuran mengenai coping. Kemajuan
konseptualisasi ini selanjutnya mengakibatkan berbagai isu metodologis mengenai coping dan
pengukurannya.

Di tengah adanya berbagai kontroversi teoretik dan metodologis dalam ranah coping,
studi ini berupaya untuk melakukan evaluasi meta-analitik mengenai hubungan antara coping
strategies dan distress psikologis. Secara spesifik, fokus ditujukan pada tiga corak coping
strategies, yaitu avoidance/passive coping, problem-focused coping, dan emotion-focused
coping (Lihat Tabel 1). Jadi, walaupun terdapat diversifikasi yang besar pada masing-masing

corak coping sebagaimana telah disinggung di atas, studi ini bermaksud menekankan tiga
pengelompokan besar ini dalam asosiasinya dengan distress psikologis.

Tabel 1. Taksonomi strategi coping

1. Approach – avoidance coping

Mendekati (approach)
Mendekati /coping aktif
Ekspektansi positif
Efikasi-diri
Mencari informasi
Mencari bimbingan/dukungan

Menghindari (avoidance)
Menghindari/coping pasif
Wishful thinking
Penyangkalan (denial)
Ketidak-terlibatan secara
mental/behavioral
(Behavioral,mental disengagement)

Distress Psikologis dan Strategi Coping 7

Ketidak-berdayaan (helplessness)

Menyalahkan-diri (self-blame)
Penggunaan alcohol/obat terlarang

Kontrol-diri
Penilaian positif (positive
reappraisal/reinterpretation)
Pemecahan masalah
Perencanaan, analisis logis

Minimisasi ancaman
Pengambilan jarak/pengalihan perhatian
(distancing/distraction)
Pelepasan emosional (emotional
discharge/venting)

2. Coping yang berfokus pada problem dam coping yang berfokus pada emosi

Berfokus pada problem
Mencari dukungan instrumental
Coping aktif

Pemecahan masalah
Perencanaan/ analisis logis

Berfokus pada emosi
Ekspektansi positif / optimism
Efikasi-diri
Mencari dukungan emosional
Kontrol diri
Penilaian positif (positive reappraisal/
reinterpretation)
Penerimaan
Religius

(Duandao & Roesch, 2008; Folkman & Moskowitz, 2004)

Metode
Identifikasi Sampel Studi

Beberapa metode digunakan untuk mengidentifikasi artikel penelitian yang secara
potensial relevan dengan tujuan studi ini. Pertama, pencarian literatur menggunakan database

secara online, yang mencakup EBSCO, MEDLINE, ERIC, dan JSTOR. Oleh karena studi ini
tidak dimaksudkan sebagai review yang sangat ekstensif, melainkan lebih merupakan studi
awal (preliminary) mengenai asosiasi antara coping strategies dan distress psikologis, maka
tahun publikasi dibatasi oleh pilihan untuk penelitian yang lebih baru.

Katakunci-katakunci yang digunakan adalah coping, psychic trauma , dan psychological
distress, dengan batasan pada rentang usia dewasa serta instrument pengukuran coping

Distress Psikologis dan Strategi Coping 8

strategies yang digunakan. Semua perolehan artikel kemudian diseleksi berdasarkan kriteria

inkulsi di bawah ini.

Kriteria Inklusi

Kriteria pemilihan artikel penelitian primer untuk dijadikan sampel dalam studi ini
meliputi:

Pertama, studi primer merupakan studi yang mengkaji asosiasi antara coping

strategies dan distress psikologis sebagai topik utama dalam studi primer, walaupun asosiasi-

asosiasi dengan variable (-variabel) lainnya bisa juga dilakukan dalam studi primer tersebut.
Dengan demikian, studi primer ini menghasilkan main effect (nilai r), yakni besaran koefisien
korelasi untuk dua variable utama tadi, di samping informasi statistik lainnya yang penting
seperti rerata dan deviasi standar.

Kedua, studi primer untuk studi ini adalah studi korelasional dan bukan merupakan
eksperimental, dengan kasus distress psikologis yang secara alami dialami oleh partisipan
dalam dunia nyata.

Pencarian literature ini pada akhirnya memilih 20 studi primer, terdiri dari total 3,820
partisipan, dengan heterogenitas pengalaman distress atau trauma. (Lihat Tabel. 2).

Distress Psikologis dan Strategi Coping 9

Tabel 2. Karakteristik Studi Primer yang Menjadi Sampel

Peneliti

Besar
Sampel

Rerata Pria
usia

Wanit
a

Pengalaman
Traumatis

Pengukuran
Coping

Benight et al. (1999)

135

-

62

118

Bencana alam

COPE

Ben-Zur et al. (2000)

171

61.45

138

33

Bedah jantung

COPE

Brand& Alexander (2003)

101

36.9

-

101

Korban sexual abuse

WCQ

Clements & Sawhney (2000)

70

32.7

-

-

Kekerasan domestic

WCCL

Clements et al. (2004)

114

36.5

30

84

Kekerasan domestic

Brief COPE

Deimling et al. (2006)

321

72.18

131

190

Cancer survivor

COPE

Fortune et al. (2005)

42

57.3

15

27

COPE

Garnefski et al. (2009)

139

56.39

114

25

Keluarga pasien
schizophrenia
Myocardial infarction

Garnefski & Kraaij (2009)

139

48.5

48

91

Stressful life events

CERQ

Gilbar & Zusman (2007)

57

53.02

-

57

Kanker

COPE

Glass et al. (2009)

228

43.80

114

114

Korban bencana alam

Brief COPE

Gutner et al. (2006)

122

16.3

-

122

CSI

Harrison & Kinner (1998)

57

-

22

35

Kekerasan seksual dan
fisik
Korban perampokan

Kershaw et al. (2004)

200

54

-

200

Kanker payudara

Brief COPE

Low et al. (2006)

417

58.1

-

417

Kanker payudara

COPE

Pakenham (2006)

404

47.77

93

311

CMSS

Rogers et al. (2005)

264

40.2

172

92

Schroevers & Teo (2008)

113

51.78

38

75

Multiple sclerosis
(MS)
Dukacita atas
kematian karena
HIV/AIDS
Kanker

Ullman et al. (2007)

636

32.3

-

636

Brief COPE

Wingenfeld et al. (2009)

90

33.15

34

56

Korban kekerasan
Seksual
Pasien psikiatrik

CERQ

WCCL-R

WCQ

Brief COPE

WCC

Catatan: WCQ = Ways of Coping Questionnaire; WCCL = Ways of Coping Checklist; CERQ
=
Cognitive Emotion Regulation Questionnaire; CSI = Coping Strategies Inventory;
WWCL-R = Ways of Coping Checklist – Revised; CMSS = Coping with MS Scale.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 10

Analysis Data

Prosedur meta-analitik dalam studi ini mengikuti prosedur yang dikemukakan oleh
Hunter & Schmidt (2004). Pertama-tama, koefisien korelasi Pearson rata-rata dihitung. Nilai r
Pearson dipilih sebagai ukuran besaran efek (effect size) untuk meningkatkan kemudahan
elan utnya rerata ini dibobotkan dengan cara dibagi

dalam menginterpretasikan temuan

dengan umlah sampel studi dengan menggunakan rumus
1990). Setelah diperoleh varians
(

(

=

(Hunter & Schmidt,

), lalu dihitung varians kesalahan pengambilan sampel

e), serta dampaknya. Penetapan interval kepercayaan (confidence interval) dilakukan

untuk menunjukkan sifat korelasi dan reliabilitas korelasi ditentukan dengan varians korelasi
populasi dibagi dengan varians kesalahan pengambilan sampel.

Hasil Analisis

Statistik meta-analitik secara keseluruhan untuk masing-masing kategori coping
strategy disarikan di dalam Tabel 3.

Tabel 3. Statistik meta-analitik Untuk Masing-Masing Kategori Coping Strategies
Coping strategies

Avoidance

N

SD

e

p

3175

0,033

0,181

0,0003144

0.032686

2325

0,207

0,455

0,00017

0,20683

1843

0,135

-0,367

0,0003039

0,13469

Problemfocused
Emotionfocused

atatan
populasi.

umlah partisipan = rerata korelasi populasi; SD = deviasi standar;
e = varians kesalahan pengambilan sampel; p = variabs korelasi

Distress Psikologis dan Strategi Coping 11

Tingkat kepercayaan (confidence interval) dihitung dari dibagi oleh

yang telah

dikoreksi, sehingga dihasilkan 0,18 (0,033/0,181) untuk avoidance coping, 0,45
(0,207/0,455) untuk problem-focused coping, dan 0,37 (0,135/0,367) untuk emotion-focused
coping, seluruhnya di atas 0 atau dengan kata lain positif. Sedangkan dampak kesalahan

pengukuran diperoleh dengan menggunakan rumus σ²ρ/σ²r Berdasarkan rumus ini diperoleh
dampak kesalahan pengukuran untuk avoidance, problem-focused, dan emotion-focused
coping adalah 0,99 untuk masing-masing. Angka ini juga menunjuk pada realibilitas korelasi

studi, sehingga prosentasi varians yang mengacu pada kesalahan pengukuran masing-masing
adalah 1% (1 – 0,99). Hasil di atas membawa kepada kesimpulan bahwa masing-masing
korelasi kedua variable adalah positif dan kurang kuat.
Diskusi
Hasil kajian meta-analitik menunjukkan asosiasi yang konsisten dan jelas antara
coping strategies dan distress psikologis. Pola ini nampak pada setiap corak yang ada pada
coping strategies dan macam-macam distress psikologis.

Satu hal yang menarik dari temuan studi ini adalah bahwa walaupun terdapat
heterogenitas pengalaman distress atau traumatis, namun manifestasi anxietas selama
sekurang-kurangnya periode peristiwa tersebut menjadi cirri yang diamati dalam semua studi.

Penggunaan coping strategies yang aktif telah ditunjukkan secara konsisten
berhubungan dengan tingat distress yang lebih rendah. Wanita yang mengalami diagnosis
kanker payudara maupun jenis-jenis kanker lainnya kurang mengalami distress psikologi
apabila mereka memperoleh informasi yang memadai mengenai gangguannya.

Sebagaimana bisa dilihat dalam taksonomi coping strategies (Tabel 1), terjadi
tumpang-tindih (overlapping) dalam konseptualisasi masing-masing kategori strategi. Setiap
kategori disusun atau mempunyai subdivisi yang bisa masuk ke dalam kategori lainnya. Hal
ini menyumbangkan kesulitan dalam merumuskan interpretasi tentang hasil. Tambahan pula,
majoritas studi primer ini tidak memberikan definisi operasional mengenai distress psikologis.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 12

Hal demikian tentunya menimbulkan ketidak-pastian mengenai apa yang secara jelas
diartikan sebagai distress psikologis. Seperti halnya definisi coping dan pembiakan subdivisisubdivisi di dalamnya, keragaman dalam konsepsi dan definisi coping serta distress telah
berakibat pada digunakannya beranekaragam instrument pengukuran. Penelitian lebih lanjut
diperlukan untuk konseptualisasi operasional mengenai distress. Di samping itu, dari segi
pendekatan riset, perlu adanya semacam sintesis dari studi kuantitatif dan kualitatif yang akan
memberikan kontribusi yang lebih besar mengenai keragaman pengalaman distress psikologis
atau traumatis serta individu yang terlibat dalam strategi coping (Thoits, 1995)

Hubungan antara personality traits (termasuk, inner strength, resiliensi, dan selfesteem) dengan anxietas. Personality traits ini sangat mungkin berpengaruh pada pemilihan

pola atau corak coping terhadap pengalaman distress and traumatis, paling sebagai faktor
mediasi (Thoits,1995).

Lazarus, pelopor studi mengenai emosi, stress dan coping, telah melakukan beberapa
perbaikan untuk pandangannya sebelumnya, dan dalam salah satu artikel terakhirnya (2006),
dia menegaskan bahwa studi mengenai emosi hendaknya dilakukan di dalam empat konteks
yang merepresentasikan cirri-ciri sentral bagi sistem teoretik yang dikembangkannya, yakni:
penilaian (appraising), coping, alur aksi dan reaksi, serta makna relasional. Ketiga hal yang
pertama telah banyak dibahas oleh Lazarus dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Sedangkan
konteks terakhir, makna relasional, merupakan hal penting yang secara dikupas dalam artikel
tersebut.

Makna relasional menurut Lazarus adalah makna yang muncul dan merasuki interaksi
antara individu dengan lingkungannya. Di dalam proses apprasing, makna relasional inilah
yang dikenakan pada relasi dengan lingkungan yang terus berkelangsungan dan berubah.
Inilah makna yang member bentuk dan mendefinisikan emosi kita. Pandangan Lazarus masih
belum namapk nyata dalam banyak studi primer yang ada dalam studi ini. Kiranya ini juga
menjadi pendorong untuk penelitian lebih lanjut mengenai asosiasi antara coping dan distress
psikologis.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 13

Lazarus juga menekankan betapa pentingnya pendekatan kualitatif di dalam studi
coping, di mana coping sebenarnya merupakan fitur yang integral dalam proses emosi dalam
pandangannya. Majoritas studi yang diperoleh melalui pencarian literatur secara online adalah
studi kuantitatif, sebagaimana direpresentasikan oleh sampel dalam studi ini. Bilamana emosi
dipelajari sebagai kisah atau narasi yang dramatis hasilnya akan memperkaya pemahaman kita
mengenai emosi dan manusia. Mengulang apa telah ditulis di atas, sintesis pendekatan
kuantitatif dan kualitatif adalah jalan menuju pencapaian ini.

Sebagaimana telah dinyatakan dalam bagian awal, studi ini masih merupakan studi
awal yang memiliki sejumlah keterbatasan. Ada keterbatasan dalam jumlah studi primer yang
dilibatkan, misalnya hanya studi yang lebih akhir dan hanya pada studi yang dipublikasikan.
Di samping itu, analisis hibungan antara coping strategies dan distress psikologis
dikerucutkan pada tiga corak saja. Kategori-kategori lainnya yang dapat dijumpai dalam
literature mengenai coping tidak dievaluasi. Barangkali telah beredar juga publikasi dalam
bahasa Indonesia yang berfokus pada topk yang serupa, namun tidak dimasukkan dalam studi
ini. Apabila studi-studi yang dipublikasikan di luar bahasa Inggris dimasukkan pula, tentu ini
akan memberikan gambaran dan hasil yang berbeda.

Kesimpulan
Hasil studi meta-analitik terhadap sampel yang dipilih memperlihatkan asosiasi yang
konsisten dan jelas antara coping strategies dan distress psikologis, walaupun hubungannya
positif dan tidak kuat. Pola ini nampak pada setiap corak yang ada pada coping strategies dan
macam-macam distress psikologis.

Walaupun banyak studi tentang topik ini telah banyak dilakukan, namun kesulitan
yang menonjol adalah adanya berbagai konseptualisasi baik mengenai coping dan distress.
Sebagai konsekuensi, ada banyak instrument pengukuran yang berkembang, dan keragaman
konseptual dan teoretis ini membawa kesulitannya sendiri dalam memahami hubungan
keduanya. Emosi adalah proses yang kompleks dan dinamis, dan coping sebagai bagian tak
terpisahkan dari emosi mengalami perkembangan kajian dan pendekatan. Ada banyak corak

Distress Psikologis dan Strategi Coping 14

atau strategi yang bisa digunakan orang dalam berbagai situasi. Tidak ada strategi coping
tunggal yang efektif untuk semua situasi.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 15

Daftar Pustaka

Austenfeld, J.L. & Stanton, A.L. (2004). Coping through emotional approach: A new
look at emotion, coping, and health-related outcomes. Journal of Personality, 72,
1335 – 1363.
*Benight, C.C., Ironson, G., Klebe, K., Carver, C.S., Wynings, C., Burnett, K., Greenwood,
D., Baum, A., & Schneiderman, N. (1999). Conservation of resources and coping selfefficacy predicting distress following a natural disaster: A causal model analysis
where the environment meets the mind. Anxiety, Stress, and Coping, 12, 107- 126.
*Ben-Zur, H., Rappaport, B., Ammar, R., & Uretzky, G. (2000). Coping strategies, life style
changes, and pessimism after open-heart surgery. Health & Social Work, 25, 201 –
209.
*Band, B.L., & Alexander, P.C. (2003). Coping with incest: The relationship between
recollections of childhood coping and adult functioning in female survivors of incest.
Journal of Traumatic Stress, 10, 285 – 293.

*Clements, C.M., & Sawhney, D.K. (2000). Coping with domestic violence: Control
attributions, dysphoria, and hopelessness. Journal of Traumatic Stress, 13, 219 – 240.
*Clements, C.M., Sabourin, C.M., & Spiby, L. (2004). Dysphoria and hopelessness following
Battering: The role of perceived control, coping, and self-esteem. Journal of Family
Violence, 19, 25 – 36.

*Deimling, G.T., Wagner, L.J., Bowman, K.F., Sterns, S., Kercher, K., & Kahana, B. (2006).
Coping among older-adult, long-term cancer survivors. Psycho-Oncology, 15, 143 –
159.
Duangdao, K.M., & Roesch, S.C. (2008). Coping with diabetes in adulthood: A metaanalysis. Journal of Behavioral Medicine, 31, 291 – 300.
Folkman, S., & Moskowitz, J.T. (2004). Coping: Pitfalls and promise. Annual Review of
Psychology, 55, 745 – 774.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 16

*Fortune, D.G., Smith, J.V., & Garvey, K. (2005). Perceptions of psychosis, coping,
appraisals, and psychological distress in the relative of patients with schizophrenia: An
exploration using self-regulatory theory. British Journal of Clinical Psychology, 44,
319 – 331.
*Garnefski, N., & Kraaij, V. (2009). Cognitive coping and psychological adjustment in
different types of stressful life events. Individual Differences Research, 7, 168 – 181.
*Gilbar, O., & Zusman, A. (2007). The correlation between coping strategies, doctor-patient/
spouse relationships and psychological distress among women cancer patients and
their spouses. Psycho-Oncology, 16, 1010-1018.
*Glass, K., Flory, K., Hankin, B.L., Kloos, B., & Turecki, G. (2009). Are coping strategies,
social support, and hope associated with psychological distress among Hurricane
Katrina survivors? Journal of Social and Clinical Psychology, 28, 779 – 795.
*Gutner, C.A., Rizvi, S., Monson, C.M., & Resick, P.A. (2006). Changes in coping strategies,
relationship to the perpetrator, and posttraumatic distress in female crime victims.
Journal of Traumatic Stress, 19, 813-823.

*Harrison, C.A., & Kinner, S.A. (1998). Correlates of psychological distress following armed
robbery. Journal of Traumatic Stress, 11, 787 – 798.
Hunter, J.E., & Schmidt, F.L. (2004. Methods of meta-analysis: Correcting error and bias in
research findings (2th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.

*Kershaw, T., Northouse, L., Kritpracha, C., Schafenacker, A., & Mood, D. (2004). Coping
strategies and quality of life in women with advanced breast cancer and their family
caregivers. Psychology and Health, 19, 139–155.
Lazarus, R.S. (1991). Emotion and adaptation. New York: Oxford University Press.
Lazarus, R.S. & Lazarus, B.N. (1994). Passion and reason: Making sense of our emotions.
New York: Oxford University Press.
Lazarus, R.S. (2006). Emotions and interpersonal relationships: Toward a person-centered
conceptualization of emotions and coping. Journal of Personality, 74, 9–46.
*Low, C.A., Stanton, A.L., Thompson, N., Kwan, L., & Ganz, P.A. (2006). Contextual life
stress and coping strategies as predictors of adjustment to breast cancer survivorship.
Annals of Behavioral Medicine, 32, 235 – 244.

Distress Psikologis dan Strategi Coping 17

Matthews, G. (2007). Distress. Dalam Encyclopedia of Stress (Vol. 1, pp. 838-843). Elsevier.
Montgomery, M., & McCrone, S.H. (2010). Psycological distress associated with the
diagnostic phase for suspected breast cancer : Systemic review. Journal of Advanced
Nursing, 66, 2372-2390.

*Pakenham, K.I. (2006). Investigation of the coping antecedents to positive outcomes and
distress in multiple sclerosis (MS). Psychology and Health, 21, 633- 649.
*Rogers, M.E., Hansen, N.B., Levy, B.R., Tate, D.C., & Sikkema, K.J. (2005). Optimism and
coping with loss in bereaved HIV-infected men and women. Journal of Social and
Clinical Psychology, 24, 341–360.

*Scroevers, M.J., & Teo, I. (2008). The report of posttraumatic growth in Malaysian cancer
patients: Relationships with psychological distress and coping strategies. PsychoOncology, 17, 1239–1246.

Thoits, P.A. (1995). Stress, coping, and social support processes: Where are we? What next?
Journal of Health and Social Behavior (Extra Issue), 53–79.

*Ullman, S.E., Townsend, S.M., Filipas, H.H., & Starzynski, L.L. (2007). Structural models
of the relations of assault severity, social support, avoidance coping, self- blame, and
PTSD among sexual assault survivors. Psychology of women Quaterly, 31, 23–37.
*Wingenfeld, K., Mensebach, C., Rullkoetter, N., Schlosser, N., Schaffrath, C., Beble, T., &
Driessen, M. (2009). Relationship between coping with negative life-events and
psychopathology: Major depression and borderline personality disorder. Psychology
and psychotherapy: Theory, research and practice, 82, 421–425.

Dokumen yang terkait