HUBUNGAN SINGLE LEG STATIC DENGAN FUNCTIONAL Hubungan Single Leg Static Dengan Functional Balance Pada Remaja.

HUBUNGAN SINGLE LEG STATIC DENGAN FUNCTIONAL
BALANCE PADA REMAJA

PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Akhir Dalam Mendapatkan Gelar
Sarjana Fisioterapi

Disusun Oleh:
MUHAMMAD REZA
NIM J120141057

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

ii

ii


iii

HUBUNGAN SINGLE LEG STATIC DENGAN FUNCTIONAL BALANCE
PADA REMAJA
Abstrak
Remaja pada zaman sekarang cenderung jarang melakukan aktivitas fisik,
sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap koordinasi input sensori visual,
vestibular dan somatosensori. Apabila sistem ini bekerja dengan baik maka akan
berpengaruh ketika diberikan instruksi tertentu, misalkan pada latihan Single leg
static dan fuctional balance, dimana latihan ini memerlukan koordinasi yang baik.
Tujuan untuk mengetahui hubungan single leg static dengan functional balance
pada remaja. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, dengan
rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 35 orang
remaja yang tinggal di Asrama FKIP PGSD UNS. Pengukuran single leg static
dilakukan dengan menggunakan COP, sedangkan pengukuran fuctional balance
dilakukan dengan menggunakan Star exurcise balance test (SEBT). Hasil analisa
hubungan antara Single Leg Static dengan Fuctional Balance yang dilakukan
dengan menggunakan analisis statistik Chi-square atau Chi-kuadrat (χ²)
menunjukkan nilai p 0,006 dan nilai OR 9,853 pada hubungan antara Single Leg
Static dengan Fuctional Balance pada kaki kanan dan nilai p 0,000 dan nilai OR

22,626 pada hubungan antara Single Leg Static dengan Fuctional Balance pada
kaki kiri. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara Single Leg Static dengan Functional Balance.
Kata Kunci:
Single leg static, functional balance, remaja, Asrama FKIP PGSD UNS.
Abstract
Recently, in this era, adolescent tend to do less physical activity that will lead an
effect on the sensory input coordination of visual, vestibular and somatosensory.
If this system works well, it will take effect when given certain instructions, for
example on the single static exercise and fuctional balance exercise, in which
these exercise requires good coordination. The purpose of this study was to
determine the relationship of single leg static and functional balance balance on
adolescents. This study was an observational study with cross sectional design.
The samples used were 35 adolescents who live in the dormitory of FKIP PGSD
UNS. Single leg static measurements was performed by using COP, meanwhile,
the fuctional balance measurements was performed by using Star excursion
balance test (SEBT). The results of the analysis on the relationship of Single Leg
Static and Fuctional balance which was performed by using statistical analysis
Chi-square or Chi-squared (χ²) indicated p value 0.006 and OR 9,853 for single
leg static and functional balance of the right leg and p value 0.000 and OR 22,626

for single leg static and functional balance of the left leg. Based on the analysis, it
can be concluded that there is a significant relationship of Static Single Leg and
Functional balance on adolescents.
1

Keywords:
Single leg static, functional balance, adolescents, dormitory of FKIP PGSD UNS.
PENDAHULUAN
Menurut WHO, remaja merupakan suatu masa di mana Individu berkembang dari
saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai mencapai
kematangan seksual.Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-nak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan
sosil ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri (Sarwono, 2002).
WHO menetapkan batasan usia konkritnya adalah berkisar antara 10-20 tahun.
Kemudian WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja
awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 15-20 tahun. Remaja saat ini memiliki gaya
hidup

yang


sedikit

melibatkan

aktivitas

fisik

sehingga

mengalami

ketidakoptimalan keseimbangan pada remaja. Aktivitas fisik yang tidak ada
(kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independent suntuk penyakit
kronis dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian secara global
(WHO, 2010). Sebagian besar remaja lebih suka makan makanan ringan tinggi
kadar lemak dan menghabiskan minimal 30 jam per minggu menonton televisi.
Hampir 50% dari orang dewasa muda dan remaja tidak melibatkan diri pada
setiap jenis aktivitas fisik setiap hari. Setiap manusia memiliki potensi gerak yang
dapat dikembangkan sampai maksimal, tetapi dalam kenyataannya gerak yang

tersedia bukanlah gerak maksimal melainkan gerak aktual yang belum tentu dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia memiliki potensi gerak yang
dapat dikembangkan sampai maksimal, tetapi dalam kenyataannya gerak yang
tersedia bukanlah gerak maksimal melainkan gerak aktual yang belum tentu dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam beraktivitas.
Postur tubuh merupakan perpaduan antara tinggi badan, berat badan, serta
berbagai ukuran anthropometrik lainnya yang ada pada diri seseorang. Jadi
pengertian postur tubuh adalah bentuk tubuh atau sikap badan yang terlihat dari
ujung kaki sampai ujung rambut dan merupakan perpaduan antara tinggi badan,
berat badan dan ukuran antrstaticometrik lainnya yang ada pada diri seseorang.
Apabila segalanya dipertimbangkan,memang postur tubuh yang bagus menjaga
2

otot-otot tetap seimbang dan tubuh menjadi lurus. Postur tubuh yang buruk,
sebaliknya menempatkan berat badan tidak normal pada sendi dan menekan otototot serta urat yang sering kali menyebabkan nyeri (Kevin 2010 ).
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok yaitu keseimbangan statis dan
keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis adalah kemampuan yang diperlukan
seseorang untuk mempertahankan tubuh dalam posisi diam atau tanpa bergerak.
Sedangkan keseimbangan dinamis adalah kemapuan tubuh untuk menjaga
keseimbangan saat melakukan gerakan atau aktivitas. Keseimbangan dinamis

melibatkan kontrol tubuh karna tubuh bergerak dalam ruang (Permana, 2012).
Kemampuan mengontrol keseimbangan sangat perlu karena dalam melakukan
aktivitas tubuh hampir selalu berubah massaCenter of Gravity (COM) dan
landasan penunjangnya Base of Support (BOS). Fungsi menegakkan tubuh
(righting) dari kontrol keseimbangan memungkinkan seseorang bergerak dari satu
postur lain sambil menjaga kestabilanya secara statis maupun dinamis (Setiaharja,
2005).
Jika dilihat remaja sekarang cenderung sedikit untuk melakukan sedikit
melakukan aktivitas fisik,hal ini akan berpengaruh keordinasi input sensori
visual,vestibular dan somatosensori. Jika sistem ini bekerja dengan baik maka
akan berpengaruh saat di berikan instruksi tertentu,misalkan pada latihan Single
leg static dan fuctional balance ini, dimana latihan ini memerlukan koordinasi

yang baik.

METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, dengan rancangan penelitian
cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara single leg static dengan fuctional balance. Penelitian dan pengambilan data

telah dilaksanakan pada tanggal 27 bulan Juli 2016 di Asrama FKIP PGSD UNS
berlokasi di Jl. Slamat riyadi. No 499 Surakarta. Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh anggota asrama yang berjumlah 60 orang. Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini adalah menggunakan teknik purposive sampling dan
jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 35 orang.
3

Analisis statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Chi-square
atau Chi-kuadrat (χ²).
HASIL PENELITIAN
HASIL
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,006 dan nilai OR 9,853 yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara single leg static kaki kanan dengan functional
balance kaki kanan.

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p 0,001 dan nilai OR 22,626 yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara single leg static kaki kiri dengan functional
balance kaki kiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat ditarik kesimpulan
dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu terdapat hubungan yang
signifikan antara Single Leg Static dengan Functional Balance baik dengan
menggunakan kaki kanan maupun kiri. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan
melakukan serangkaian latihan Single Leg Static dapat meningkatkan Functional
Balance pada penghuni Asrama FKIP PGSD UNS.

SARAN
Saran-saran yang dapat diajukan berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah diperoleh, yaitu sebagai berikut:
1. Agar Functional Balance pada penghuni Asrama FKIP PGSD UNS selalu
terjaga, sebaiknya melakukan latihan Single Leg Static dan pengecekan
Functional Balance secara berkala untuk menghindari adanya penurunan

fungsi keseimbangan tubuh seiring dengan bertambahnya usia.
2. Untuk menjaga dan mempertahankan Functional Balance, penghuni Asrama
FKIP PGSD UNS sebaiknya secara rutin melakukan berbagai tes
keseimbangan seperti latihan Single Leg Static dengan berbagai macam
metode.
3. Untuk selanjutnya, diharapkan dilaksanakan penelitian mengenai latihan Single

Leg Static dengan metode yang lebih bervariasi dan pada subyek penelitian yang

4

berbeda dengan jumlah responden yang lebih besar serta memperlihatkan
perbandingan tingkat Functional Balance berdasarkan jenis kelamin.

DAFTAR PUSTAKA
Brink P.J. 1995. Langkah Dasar Dalam Perencanaan Riset Keperawatan.
Jakarta. Buku Kedokteran
Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Paraktik Dalam
Keperwatan. Jakarta. Salamba medika

Irfan, M. 2010. Fisioterapi bagi insan stroke edisi pertama , Yogyakarta.
Parengkuan. M. 2015. Pengaruh Latihan Plymetric Box Jump Dan Barrier Hop
Terhadap Tinggi Raihan Block Pada Permainan Bola Voli . Universitas

Gorontalo
Sarwono, 2002. Psikolo Remaja . Jakarta: Raja Grafindo
Swandari. N. M. L. Dkk. 2015.


Pelatihan Propriseptif Efektif Dalam

Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Pemain Sepak Bola Dengan
Fuctional Ankle Isntability Di Ssb Pegok. Diakses pada tangg 11 juni 2016.

http://ojs.unud.ac.i/index.php/mifi/artcle/download/18390/11911

5

Dokumen yang terkait

PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA Pengaruh Single Leg Propioceptive Exercise terhadap Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Mahasiswa Usia 18-24 Tahun dengan Aktivitas Fisik Rendah.

0 3 15

PENGARUH SINGLE LEG PROPIOCEPTIVE EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS DAN DINAMIS PADA MAHASISWA USIA Pengaruh Single Leg Propioceptive Exercise terhadap Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Mahasiswa Usia 18-24 Tahun dengan Aktivitas Fisik Rendah.

0 2 16

PENDAHULUAN Pengaruh Single Leg Propioceptive Exercise terhadap Keseimbangan Statis dan Dinamis pada Mahasiswa Usia 18-24 Tahun dengan Aktivitas Fisik Rendah.

0 5 8

HUBUNGAN SINGLE LEG STATIC DENGAN FUNCTIONAL BALANCE PADA REMAJA Hubungan Single Leg Static Dengan Functional Balance Pada Remaja.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Single Leg Static Dengan Functional Balance Pada Remaja.

0 2 4

8. Pengaruh latihan plyometrik single leg hop dan double leg hop terhadap daya ledak otot tungkai dan waktu tempuh pelari 110 me

0 0 13

PERBEDAAN LATIHAN LATERAL JUMP OVER BARRIER DENGAN LATIHAN LATERAL JUMP WITH SINGLE LEG TERHADAP EXPLOSIVE POWER OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN BASKET

0 2 11

SINGLE LEG STAND EXERCISE TERHADAP

0 2 14

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DENGAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DENGAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN KELINCAH

0 0 17

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DENGAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI PADA PEMAIN FUTSAL NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SINGLE LEG SPEED HOP DENGAN LATIHAN KNEE TUCK JUMP TERHADAP PENINGK

0 8 16