Siapakan Wahhabi?

Pikiran Rakyat
o Sen;n o Se/asa o Rabu
1
17
OJan

2
18

3
19
OPeb

5

4

6
21

20


o Mar OApr

7
22

8

.

o Jumat o Sabtu o

Kam;s

10

9
24

o Me; OJun


12

11

OJul

27

26

25

OAgs

OSep

Mlnggu

14


13
28

16

15
29

30

ONov

eOIct

ODes

"":'1

Siapakah Wahhabi?


ResensiBuku

=::;;==

- AGAIKANw~ah7istilah

B

Wahhabi
kian hari kian menyebar di kolomkolom berita, makalah seminar

ataupundiskusi
mengenai radikalisme
dan terorisme. Stigma paling ampuh saat
ini dalam pembunuhan karakter suatu gerakan. Salah seorang penerima beasiswa
dan hibah dari AS di salah satu institut Islam di Jakarta, secara gegabah pernah
mengatakan, sejak "ajaran Wahhabi"
dibawa para sadana asal universitas-un~
versitas di negeri asallslarn (Timur Ter}gah), sernenjak itu pulalah paham terorisrne merebak di negeri ini. Masyarakat

awam yang pada hakikatnya mengikuti
apa yang tengah dipandu rnedia, mudah
saja menelannya bulat-bulat. Dengan
demikian, stigma Wahhabi bagaikan sebuah momok, dengan sedikit sekali
masyarakat yang mengenali apa yang
sebenarnya diusung dakwah tersebut.
Oleh karena itu, penting sekali untuk
mengetahui hakikat sebuah informasi
langsung mengambil dari sumbernya sebagai upaya objektivitas. Seperti men~
mak apa yang disajikan penulis buku ini,
seorang dosen akidah dan alirar}-aliran
modern di Universitas AI Imam, Riyadh,
Arab Saudi, negeri yang dianggap per}dukung utama dakwah fenomenal ini.
Dalam buku yang kaya akan catatan sejarah dan kajian iln]jahini,

Dr. A~Aq!.

~

berusaha menyajikan berbagai penje- -lasan hakikat serta asap kelam informasi

yang dibuat untuk menutupi subtansi dan
tujuan sebenarnya dari dakwah yang
diusung Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab pada abad 18 ini. Prasangka, kesimpangsiuran informasi tersebut semakin menjadi, terutama setelah media
massa Barat berperan sukses dalam
mengaitkan beberapa peristiwa konflik
dan terorisme dengan Islam. Oleh karena
itu, datam mukadimah buku tedemahan
ini, sang penulis mengajak pembaca Ur}tuk berpikiran bebas, menanggalkan stigma, nafsu dan fanatisme untuk kemudian
mengkaji substansi secara objektif.
Gerakan refonnasl
Mengungkap selimut "hoax" Wahhabi,
bisa dimulai dari provokasi penamaan
yang justru tidak pernah dipakai oleh
mereka yang terinspirasi gerakan ini.
Wahhab adalah salah satu nama Allah
yang suci berarti Maha Pemberi. Abdul
Wahhab adalah nama ayah dari tokoh
yang disebut sebagai pencetus Wahhabi,
Syaikh Muhammad. Secara harfiah Wahhabi akan bermakna pengikut Yang Maha

Pemberi. Menariknya, hampir semua
penggerak dakwah ini tidak pernah menamakan diri sebagai Wahhabi. Pasalnya,
Syaikh Muhammad tidak pernah membawa ajaran baru (bid'ah), sehingga perlu

Kllping
--

-

-

-

Humas

Un pad

---

.


:::::::::: ::;;

~

dinamakan sesuai dengan nama (ayah)nya, sebaliknya yang dilakukannya justru
pembaharuan (tajdid) untuk mengembalikan Islam dengan landasan ilmiah sebagai mana datangnya di masa Rasulullah
saw (ahlus sunnah waljama'ah).
Namun upayatersebut menjadi sangat
suiit di tengah kejumudan, taqlid, serta
merebaknya kesyirikan dan takhayul saat
itu. Bahkan sejarawan Barat, Laundrup
Stodatd sempat menggambarkan ibadah
haji masa itu di tanah suei sebagai
kegiatan yang diperolok-olokan. Menurut
Stodard, dakwah Wahhabiyahsaat itu
identik dengan gerakan reformasi untuk
kembali berpegangteguh pada ajaran
Tauhidyang telah diwahyukan oleh Allah
kepada Rasul sang pembawa risalah yang

bersih, dan berpedoman pada AI-Qur'an.
Mereka yang merasa kepentingannya
terancam dengan misi yang diusung
Syaikh Muhammad kemudian menyebarkan propaganda akan dakwahnya. Sejumlah tuduhan dan ungkapan dilemparkan, seperti mazhab kelima, tidak
bermazhab, pengkhianat Kesultanan Turki. Hal tersebut terekam baik dalam
catataf}-Catatan sejarah yang penulis kutip di buku ini berikut penjelasannya secara ilmiah.
Substansi peduangan ulama yang
menginspirasi Imam Bonjol hingga tokoh~j, --.
toko), pOOdiriPersis can Muhammadiyah
ini, dijelaskan secara gamblang dan
lengkap melalui kutipan risalah dan fatwanya, sehingga memberi kesempatan
kepada pembaca untuk menilai dengan
akal jernih. Tidak ketinggalan pendapat
para ulama Muslim seperti Rasyid Ridha
hingga orientalis Snouck Hourgonje mer}genai 'Wahhabiyah' melengkapi kedalaman materi buku. Dibahas pula kesetiaan
mereka yang sangat kuat pada ajaran Islam, yang menjadi momok utama Barat di
abad benturan peradabadan seperti
sekarang, sehingga tidak heran cap terorisme kerap disandangkan media Barat.
Padahal, bila menyimak laporan The
International Crisis Centre yang

bermarkas di Brussel, penggerak dakwah ini justru jauh dari hal yang dituduhkan. Para ulama-ulama mereka justru menekankan sifat ahlus sunnah wal
jama'ah yang pertengahan di antara ekstrem (ghu/uw) dan melalaikan dalam
menyikapi pergesekan budaya. Begitu
pula, telah banyak fatwa yang dikeluarkan mengenai larangan terorisme (A~
Irhaby). Andai saja sebagian penuduh
mau mencermati secara objektif, tentulah tidak akan tedadistigma yang akan
memecah

belah umat Islam ini.

** *

(HAUDA, Jurusan Sastra Inggris, Universitas Padjadjaran)

--

2009
---

31


Dokumen yang terkait