NASKAH PUBLIKASI Penerapan Kurikulum 2013 Dalam Penanaman Karakter Siswa Pada Pembelajaran Matematika (Studi Kasus di SMP Al-Irsyad Surakarta tahun 2013/2014).

NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN KURIKULUM 2013 DALAM PENANAMAN KARAKTER
SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Studi Kasus di SMP Al-Irsyad Surakarta tahun 2013/2014)

Pendidikan Matematika

ELLY SETYOWATI
A 410 090 033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PENERAPAN KURIKULUM 2013 DALAM PENANAMAN KARAKTER SISWA
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
(Studi kasus di SMP Al-Irsyad Surakarta tahun 2013/2014)

oleh
Elly Setyowati1, Rita P. Khotimah2,

1

Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UMS, elyginanti@gmail.com
2

Staf Pengajar UMS Surakarta, rpramujiyanti@ums.ac.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mendeskripsikan
penerapan kurikulum 2013 dalam penanaman karakter siswa pada pembelajaran
matematika di SMP Al-Irsyad Surakarta. Pendekatan penelitian ini adalah
penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif
yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Keabsahan data ini ditentukan melalui teknik triangulasi. Hasil
penelitian menunjukkan strategi pelaksanaan kurikulum 2013 dalam penanaman
karakter siswa pada pembelajaran matematika adalah dengan menerapkan visi dan
misi sekolah yaitu bersih hati, cerdas pikiran, survive dalam kehidupan, juga
membentuk shakhsiyah islamiyah, dan menggunakan model-model pembelajaran
yang sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, yaitu scientific approac. Bersih

hati artinya bagaimana anak-anak memiliki akhlaq pribadi yang baik. Cerdas
pikiran artinya bagaimana kemampuan menawar siswa dan prestasi yang tinggi.
Survive dalam kehidupan adalah bagaimana siswa bisa menempatkan diri ketika
ada masalah. Shakhsiyah islamiyah adalah kepribadian manusia yang terbentuk
dari aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Adapun karakter yang
ditanamkan di sekolah ini adalah disiplin, kerjasama, rasa tanggung jawab, ulet,
sopan santun, hormat terhadap guru dan tamu, religiusitas, juga kemampuan
berkomunikasi. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru, siswa, dan
sekolah dalam implementasi kurikulum 2013 dalam penanaman karakter siswa
adalah pola mengajar guru yang belum stabil, administrasi penilaian yang rumit,
pola belajar siswa yang belum menyesuaikan dengan kurikulum baru, sarana
prasarana, dan waktu. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
menggunakan visi misi sekolah dan model pembelajaran dapat membantu
menanamkan karakter siswa.
Kata Kunci: karakter; kurikulum 2013.

PENDAHULUAN

UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan

kehidupan

bangsa.

Pendidikan

nasional

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga

belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi
dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua
yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di
lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh
media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan
pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter secara terpadu di
sekolah. Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan
agar peningkatan mutu hasil belajar, terutama pembentukan karakter peserta didik
sesuai tujuan pendidikan dapat dicapai.
Kurikulum 2013 bertujuan agar output siswa dari pendidikan selain
memiliki pengetahuan juga memiliki karakter(sikap) dan ketrampilan. Dengan

1

harapan yang sangat tinggi bahwa karakter siswa bisa berubah menjadi lebih baik,
maka

pada tahun 2013 pula kurikulum 2013 mulai diterapkan di sekolah.


Penanaman karakter menjadi sangat penting dan bisa dijadikan pedoman
pendidikan karakter pada masa mendatang, karena penanaman karakter anak akan
berkembang ke sifat-sifat anak selanjutnya setelah dewasa. Hanya saja, hasil dari
pendidikan itu membutuhkan waktu beberapa lama (Sumarna,2013).
Kurikulum 2013 resmi diberlakukan di 6.329 sekolah dari jenjang SD
hingga SMA di Indonesia mulai 15 Juli 2013. Di Jawa Tengah, berdasar data
Sistem

Elektronik

Pemantauan

Implementasi

Kurikulum

2013

(Epik),


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjuk 877 sekolah sebagai sekolah
sasaran pemberlakuan kurikulum baru. SMP Al-Irsyad merupakan salah satu dari
6 sekolah sasaran pelaksana kurikulum 2013 di Surakarta yang ditunjuk sebagai
pelaksana kurikulum 2013 ini.
Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan
dari penerapan kurikulum 2013 dalam penanaman karakter siswa pada
pembelajaran matematika, khususnya di SMP Al-Irsyad Surakarta.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif memberi gambaran
tentang pelaksanaan kurikulum 2013 dalam penanaman karakter siswa pada
pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah
penerapan kurikulum 2013 dalam penanaman karakter siswa pada pembelajaran

2

matematika, baik strategi yang dipakai, karakter yang diterapkan, ataupun
kendala-kendala yang mungkin terjadi pada pelaksanaan pembelajaran. Penelitian
ini dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu Maret 2014 sampai dengan Juli 2014 di

SMP Al-Irsyad Surakarta.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini observasi
digunakan untuk mengetahui proses berjalannya pembelajaran matematika dalam
penanaman karakter siswa, dan memperjelas strategi pelaksanaan kurikulum 2013
dalam penanaman karakter siswa pada pembelajaran matematika. Wawancara
tersebut digunakan untuk memperdalam dan mengetahui hal-hal yang menjadi
focus penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti.
Validitas data pada penelitian ini ditentukan melalui teknik triangulasi,
yaitu triangulasi sumber data berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama, dalam penelitian ini sumber datanya
adalah guru matematika, siswa dan kepala sekolah (Sugiono,2012:83).
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
data kualitatif mengikuti konsep Miles dan Huberman (Sugiono,2012:91).
Aktivitas dalam analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Pengumpulan data berarti data yang diperoleh di
lapangan direkam dan dicatat dalam bentuk naratif, kemudian dibuat catatan
refleksi. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, kemudian


3

dicari tema dan polanya. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan data hasil
temuan di lapangan dalam bentuk teks yang bersifat naratif. Penarikan kesimpulan
dalam penelitian ini merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Strategi pelaksanaan pembelajaran matematika dalam implementasi
kurikulum 2013 yang dilaksanakan di SMP Al-Irsyad Surakarta dalam penanaman
karakter siswa adalah dengan menerapkan visi dan misi sekolah yang sesuai
dengan karakter yang diinginkan, dan menggunakan model-model pembelajaran
yang sesuai dengan pendekatan kurikulum 2013, yaitu saintific approac.
Visi dari sekolah SMP Al-Irsyad adalah bersih hati, cerdas pikiran, dan
survive dalam kehidupan. Bersih hati artinya bagaimana anak-anak memiliki
akhlaq pribadi yang baik. Cerdas pikiran artinya bagaimana kemampuan menawar
siswa dan prestasi yang tinggi. Survive dalam kehidupan adalah bagaimana siswa
bisa menempatkan diri ketika ada masalah. Adapun misinya adalah membentuk
Shakhsiyah islamiyah, yang artinya adalah “kepribadian manusia, yang terbentuk
dari aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) (An-Nabhani,2008). Visi ini

harus tercermin dalam semua kegiatan di sekolah, baik aktivitas belajar mengajar,
ekstrakurikuler, pengaturan kelas, dan pengaturan warga sekolah termasuk cara
berpakaian. Visi dan misi di atas adalah visi dan misi yang diungkapkan oleh
sumber data yaitu Ustad Joko Subando.

4

Sumber data yang lain yaitu Ustad Arif Budi Santoso mengatakan bahwa,
“akar persoalan sikap yang tidak baik adalah karena agamanya. Jika ajaran agama
yang didapatkan siswa tidak diamalkan dalam kesehariannya, sehingga tidak
menjadi kebiasaan dan tidak terdapat ruh apabila menjalankannya, maka yang
akan terjadi siswa tidak memiliki sikap dan karakter yang baik. Untuk itu visi dan
misi sekolah ini sangat mendukung dalam penanaman karakter siswa.” Hasil
observasi penelitian di kelas menunjukan bahwa visi misi sekolah sangat efektif
dalam penanaman karakter siswa.
Uraian di bawah ini menceritakan pelaksanaan visi dan misi sekolah,
yaitu: “guru datang tepat waktu ketika masuk kelas (nilai disiplin). Guru
membuka kegiatan dengan salam, kemudian diikuti dengan berdo’a sebelum
memulai pelajaran (nilai religious dan tanggung jawab). Jika pembelajaran
dimulai pada jam pertama, maka siswa dan guru bersama-sama membaca ayat

suci Al-Qur’an. Guru mengabsen siswa (nilai peduli). Nilai ini dikembangkan
pada kegiatan social dengan pembiasaan berinfak setiap hari dan dana sosial
ketika diperlukan. Berikut foto siswi yang memberikan kotak infak kepada guru
setelah selesai diedarkan:

Gambar 4.1 guru mengambil kontak infak
5

Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai siswa juga selalu diingatkan
mengenai pakaian yang sesuai dengan aturan sekolah, yaitu pakaian muslim
(Jilbab dan Khimar). Apabila tidak sesuai dengan peraturan sekolah maka akan
dikenai sanksi. Pemisahan ruang kelas siswa menurut jenis kelamin juga
merupakan implementasi dari visi misi sekolah ini guna pengaturan pergaulan
siswa selama belajar di sekolah. Penanaman akhlaq yang baik yang terdapat pada
visi misi sekolah ini bukan hanya dilakukan pada pembelajaran saja tetapi juga
dilakukan pasa saat ujian bersama. Misalnya dengan memberikan tema kejujuran,
jadi sebelum ujian dimulai siswa membaca dalil tentang kejujuran. Begitu juga
dengan tema kebersihan, jadi siswa membaca dalil tentang kebersihan dan
menunda jam ujian jika kelas masih dalam keadaan kotor. Berikut foto pakaian
siswi di SMP Al-Irsyad:


Gambar 4.2 pakaian siswi lama

Gambar 4.3 pakaian siswi baru

Model pembelajaran dalam matematika sangat membantu dalam
membentuk karakter siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Sujadi (2010)
mengatakan bahwa “pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dengan
berbagai model dan metodenya, dapat dijadikan sebagai alat untuk membangun
karakter bangsa. Sementara itu Prabowo dan Sidi (2012) mengatakan bahwa
“pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMRI) dapat memahat karakter

6

siswa. Model pembelajaran untuk implementasi kurikulum 2013 menyesuaikan
dengan pendekatan sainntific approach, yaitu berbasis masalah, berbasis project,
dan berbasis discovery learning. Berikut ini adalah proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik dari hasil observasi:
a) Mengamati
Pada tahap ini, guru memberi permasalahan kepada siswa untuk
didiskusikan bersama kelompok, yaitu mencermati dan mengamati tentang
permasalahan yang diberikan. Permasalahan itu adalah sebagai berikut:
Tes Darah. Saat ini kenakalan anak usia SMP di kabupaten Sidodadi
semakin meningkat. Hal ini menyebabkan hasil prestasi belajar siswa
menurun. Setelah diadakan penyelidikan ternyata salah satu factor utamanya
karena salah dalam pergaulan. Akibat dari pergaulan tersebut, banyak siswa
yang sudah terjerumus dalam penggunaan obat-obatan terlarang atau narkoba.
Oleh karena itu, Dinas Pendidikan Kabupaten bekerjasama dengan rumah
sakit setempat mengadakan penelitian terhadap hal tersebut. Untuk itu
diperlukan adanya tes darah pada siswa-siswi SMP di kabupaten tersebut.
Adanya suatu keterbatasan menyebabkan hanya dipilih sebuah SMP yaitu
SMP Suryadadi di kabupaten Sidodadi sebagai wakil untuk mengadakan tes
darah pada siswa-siswinya. Hal ini dengan pertimbangan karena lokasi
sekolah di kabupaten tersebut dinilai memiliki tingkat kerawanan narkoba
paling besar. Pertanyaannya :
1) Perlukah tes darah dilakukan pada setiap siswa siswi di kabupaten
Sidodadi untuk tujuan penelitian?
7

2) Berapa sekolah yang dipilih untuk mengadakan tes darah?
3) Manakah yang merupakan sampel?
4) Manakah yang merupakan populasi?
5) Apa pengertian sampel dan populasi?
b) Menanya
Pada tahap ini, siswa saling bertanya antar teman kelompok tentang
permasalahan dan pertanyaan yang belum dimengerti yaitu membedakan
mana yang sampel dan mana yang populasi, juga perlu dan tidaknya tes darah
pada semua siswa sekabupaten. Siswa juga mencoba mencari informasi
mengenai pengertian sampel dan populasi di buku paket yang mereka bawa.
Adapun beberapa pertanyaan itu adalah:
Fatimah : Qory Qory perlu gak sih semua siswa sekabupaten di tes darahnya?
Qory

: gak perlu imah, coba deh kamu baca di bukumu yang populasi sama
sampel tu. Di situ ada pengertian sampel dan populasi. Contohnya
juga ada.

Layla

: berarti ini yang sampelnya itu SMP Suryadadi ya Sob?

Dewi

: iya ila, dan populasinya yang SMP sekabupaten Sidodadi.

Qory

: Sob bukan SMPnya lo yang diteliti, tapi siswa siswi di SMP itu.
Percakapan di atas menunjukan bahwa dalam kelompok siswa saling

bertukar

pendapat

untuk

menyamakan

persepsi

mengenai

jawaban

permasalahan.

8

c) Menalar dan Mencoba
Pada kegiatan ini siswa menalar memikirkan bagaimana solusi yang
akan direncanakan dari permasahan tersebut. Salah satu kelompok mencoba
merencanakan jawaban dari pertanyaan di atas yaitu 1). Tidak perlu
melakukan tes darah kepada seluruh siswa sekabupaten, 2). Satu sekolahan
saja yang ditunjuk untuk melakukan tes darah, 3). Siswa-siswi dari SMP
Suryadadi, 4). Siswa-siswi sekabupaten Sidodadi. Ini terlihat pada gambar 4.4
berikut yang menunjukan hasil diskusi kelompok siswa:

Gambar 4.4 jawaban siswa sudah tepat
Berdasarkan hasil jawaban kelompok siswa di atas menunjukkan bahwa
kelompok ini sudah paham mengenai sampel dan populasi, serta bisa
menjawab pertanyaan dengan benar. Pada gambar 4.5 menunjukan bahwa
kelompok ini belum begitu paham mengenai sampel dan populasi. Ditunjukan
dari jawaban pertanyaan perlukah tes darah dilakukan pada setiap siswa siswi
sekabupaten Sidodadi untuk tujuan penelitian, jawabanya adalah perlu.
Jawaban yang tepat adalah tidak perlu, karena bisa menggunakan sampel.
Berikut gambar 4.5 yang menunjukan jawaban siswa yang kurang tepat:

9

Gambar 4.5 jawaban siswa kurang tepat
d) Menyimpulkan
Pada tahap ini, kelompok memberi kesimpulan akhir dari hasil
pekerjaan mereka setelah dapat menjawab dan menyelesaikan permasalahan
yaitu pengertian sampel dan populasi. Salah satu kelompok menyimpulkan
populasi adalah keseluruhan pengamatan atau obyek yang menjadi perhatian,
sedangkan sample adalah bagian dari populasi yang menjadi perhatian.
Berikut adalah gambar 4.6 yang menunjukan hasil kesimpulan diskusi siswa :

Gambar 4.6 hasil diskusi kelompok siswa
Gambar 4.6 diatas menunjukan siswa sudah mengetahui pengertian dari
populasi dan sampel.
e) Mempresentasikan

10

Kelompok

menentukan

salah

satu

anggota

kelompok

untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Adapun yang
kelompok presentasikan adalah hasil dari diskusi kelompok masing-masing.
Berikut siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok:

Gambar 4.7 siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Dari keseluruhan kegiatan siswa di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
memiliki tanggung jawab terhadap suatu permasalahan yang harus diselesaikan,
sehingga siswa dituntut untuk aktif dalam menyelesaikannya. Dalam keaktifan
tersebut terdapat beberapa karakter yang bisa siswa kembangkan dalam kehidupan
sehari-hari, yaitu ulet, teliti, mau mencari informasi, kreatif, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan permasalahan, mengembangkan sikap jujur, kerja keras,
peduli dan berkomunikasi. Hal itu menunjukan penggunaan model pembelajaran
yang tepat dapat memberikan kontribusi dalam membangun karakter siswa yang
baik. Gambar 4.9 menunjukan sikap ulet yang siswa miliki. Berikut foto
kelompok yang berusaha mencari jawaban melalui bertanya kepada peneliti :

11

Gambar 4.9 kelompok bertanya kepada peneliti
Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh guru, siswa, dan sekolah
dalam implementasi kurikulum 2013 adalah pola mengajar guru yang belum
stabil, administrasi penilaian yang rumit, pola belajar siswa yang belum
menyesuaikan dengan kurikulum baru, sarana prasarana, dan waktu. Pola
mengajar guru terkadang kembali seperti sebelum kurikulum 2013 diterapkan. Hal
ini disebabkan banyaknya beban guru terhadap siswa yang mau menghadapi ujian
salah satunya, juga pengisian form sikap. Arsip sekolah juga penilaian guru sangat
banyak dan harus lengkap jika tidak mau dikomplain oleh wali murid. Adapun
sarana prasarana yang kurang memadai seperti ketiadaan LCD di setiap kelas
membuat penyampaian materi kurang bervariasi dan menutup kemungkinan guru
untuk berinovasi, sehingga membuat pembelajaran menjadi membosankan.
Kendala-kendala di atas adalah apa yang diungkapkan oleh sumber data pada saat
wawancara penelitian.

12

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa, strategi
pelaksanaan kurikulum 2013 dalam penanaman karakter siswa pada pembelajaran
matematika yang diterapkan oleh SMP Al-Irsyad Surakarta adalah dengan
melaksanakan visi misi sekolah dan model-model pembelajaran yang sesuai
dengan pendekatan pada kurikulum 2013. Adapun visinya adalah bersih hati,
cerdas pikiran, dan survive dalam kehidupan. Sedangkan misinya adalah
membentuk shakhsiyah islamiyah.
Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran matematika di
SMP Al-Irsyadmenyesuaikan dengan pendekatan saintifik, yaitu berbasis
masalah, project, dan discoveri learning.Untuk pemilihan model sendiri
disesuaikan dengan kondisi siswa, penguasaan guru terhadap model pembelajaran,
juga materi yang mau dibawakan apakah sesuai atau tidak.Adapun karakterkarakter yang ditanamkan pada siswa melalui pembelajaran matematika yang
sudah dinilai dalam rapor adalah disiplin, kerjasama, rasa tanggung jawab.
Adapun karakter lain yang ikut serta tertanam adalah religious, sopan santun,
saling menghormati, jujur, komunikatif, rasa ingin tahu, berfikir kritis dan kreatif,
aktif, teliti, taat pada peraturan, dan ulet.
Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi oleh warga sekolah dalam
penanaman

karakter

siswa

untuk

implementasi

kurikulum

2013

pada

pembelajaran matematika di sekolah ini adalah pola mengajar guru yang belum

13

stabil, penyesuaian siswa dengan kurikulum baru, administrasi arsip penilaian
yang rumit, sarana prasarana yang kurang memadai, dan waktu yang kurang.

DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani, Taqiyudin. 2008. Kepribadian Islam ( Asy-syakhshiyah al-Islamiyah
). Jakarta : HTI Press
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2010. Pendidikan Karakter di
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta : Kemdiknas.
Prabowo, Agung, dan Sidi, Pramono. (2012). “Memahat Karakter Melalui
Pembelajaran Matematika”.Makalah dimuat dalam Prosiding Seminar
Nasional Matematika Prodi Pendidikan Matematika, Universitas
Muhammadiyah
Surakarta,
24
Juli
2011.
Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/PRO .[27 Agustus 2014].
Soedjadi. (2000). “Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi
Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan”. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.
Sugiono. 2012. Memahami penelitian kualitatif. Alfabeta : Anggota Ikatan
Penerbit Indonesia.
Surapranata, Sumarna. (2014). Kurikulum 2013 Menekankan Pembangunan
Karakter
Anak.
Tersedia:
http://smpn3klaten.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-menekankanpembangunan.html. [6 Januari 2014].

14