T1 802012707 Full text

HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI
BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SMA
SANTO BERNARDUS PEKALONGAN

OLEH
DESTALIA PUTRI
80 2012 707

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

Abstrak


Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya adalah
gaya belajar atau learning style. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris
hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo
Bernardus Pekalongan. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo
Bernardus Pekalongan yang berjumlah 95 siswa. Pengumpulan data menggunakan
instrumen berupa angket KLSI (Kolb Learning Style Inventory) untuk mengukur
variabel gaya belajar siswa, sedangkan prestasi belajar matematika diukur berdasarkan
studi dokumentasi yang diambil dari nilai asli hasil tes sub sumatif Tahun Ajaran 20132014 mata pelajaran matematika. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang
positif dan signifikan antara gaya belajar keseluruhan yang terdiri dari diverger ,
assimilator , converger , maupun accomodator dengan prestasi belajar matematika pada

kelas XI SMA Santo Bernardus dengan koefisien hubungan sebesar 0,594 dengan p =
0,000 (p < 0,05). Gaya belajar converger merupakan gaya belajar paling berperan
terhadap prestasi belajar matematika di Kelas XI SMA Santo Bernardus.
Kata Kunci: Gaya belajar, Prestasi belajar, Siswa

i

Abstract


Learning achievement is influenced by many factors, one of which is included learning
style. The objective of this study was to test empirically the relationship between
learning style with mathematics achievement in student grade XI SMA Santo Bernadus
Pekalongan. Samples were numbered 95 students grade XI from SMA Santo Bernadus
Pekalongan. Collecting data was using measuring instrument KLSI (Kolb Learning

Style Inventory) to measure the student’s learning style, whereas the student’s
mathemathics achievement measured by documental study taken from mathemathics
sub-summative test resut 2013-2014 school year. The results showed a positive and
significant relationship between the overall learning styles comprising diverger,
assimilator, Converger, nor accomodator with mathematics achievement in grade XI
SMA Santo Bernadus with a coefficient of correlation of 0.594. Converger learning style
is the most instrumental learning styles to mathematics achievement in grade XI SMA
Santo Bernadus Pekalongan.
Keywords: Learning Style, Academic Achievement, Student

ii

1


PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, prestasi belajar merupakan hal yang sangat penting
dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi belajar pada
hakekatnya merupakan cermin dari usaha belajar. Prestasi belajar adalah hasil yang
telah dicapai setelah siswa mendapat pengajaran dalam waktu tertentu. Semakin baik
usaha belajar semakin baik pula prestasi yang dicapai. Dengan kata lain, prestasi siswa
merupakan cerminan kemampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran.
Menurut Slameto (2003) bahwa prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan sejauhmana
pengetahuan anak terhadap materi yang diterima. Dari pengertian tersebut, dapat
dikatakan bahwa prestasi merupakan hal yang penting dalam pendidikan karena menjadi
salah satu alat ukur sejauhmana tingkat pemahaman siswa dalam memahami suatu
materi. Selain itu, tinggi rendahnya prestasi belajar sering pula dikaitkan dengan baik
buruknya mutu pendidikan. Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana
proses belajar, proses atau gaya belajar pasti berbeda-beda dan masing-masing gaya
belajar memiliki nilai positif dan negatif. Tetapi yang paling mempengaruhi pola belajar
terhadap prestasi belajar adalah murid itu sendiri. Jika dia punya motivasi yang tinggi
untuk mengembangkan pola belajar maka pola belajar tersebut akan membaik dan hasil
prestasinya pun juga akan membaik (Sularso, 2006).
Prestasi belajar matematika adalah prestasi belajar yang berkaitan dengan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan lambang bilangan atau simbolsimbol, ketajaman penalaran atau pembuktian, dan menggunakan konsep untuk

menganalisa dan menyelesaikan masalah-masalah matematis atau non matematis
(Gunartomo, 2003). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar atau prestasi belajar yaitu: faktor dari dalam diri dan faktor dari lingkungan.
Faktor dari dalam diri meliputi : kesehatan, intelegensi, minat, motivasi, dan gaya

2

belajar. Sedangkan faktor dari lingkungan meliputi : keluarga, sekolah, masyarakat, dan
lingkungan sekitar (Djaali, 2007). Kossay (2005), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempunyai hubungan dengan prestasi belajar matematika antara lain: keteraturan
belajar, jarak tempat tinggal, dan cita-cita. Keteraturan belajar adalah kadar konsistensi
kegiatan belajar harian di luar jam sekolah pada hari sekolah. Sedangkan jarak tempat
tinggal adalah jarak tempuh yang dilakukan siswa dalam mencapai lokasi sekolah.
Prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang salah satunya
adalah gaya belajar atau learning style . Learning style atau gaya belajar adalah suatu
karakteristik afektif, kognitif dan psikomotoris. Gaya belajar merupakan indikator
supaya pembelajar merasa paling berhubungan dan bereaksi terhadap lingkungan
belajar pembelajar (NASSP dalam Widiyanti, 2011). Handayani (dalam Ramlah dkk.,
2014) juga mengungkapkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan orang tua agar
anaknya memiliki prestasi yang baik adalah dengan menemukan gaya belajar anak dan

menerima anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Ardi (2007) menyatakan bahwa hasil belajar optimal akan diperoleh apabila
beragam perbedaan seperti kebiasaan, minat, dan gaya belajar pada siswa lebih
ditekankan oleh guru melalui pilihan metoda mengajar dan materi ajar yang sesuai
dengan gaya belajar peserta didik. Di kalangan pendidik telah dipahami bahwa setiap
peserta didik memiliki berbagai macam cara dalam belajar. Dua individu yang tumbuh
dalam lingkungan yang sama, mendapat perlakuan yang sama, belum tentu mempunyai
pemahaman, pemikiran dan pandangan yang sama terhadap lingkungan sekitar. Masingmasing mempunyai cara sendiri terhadap setiap peristiwa yang dibuat dan dialami
(Suradi, 2007). Sama halnya setiap siswa mempunyai cara sendiri yang disukai dalam
menyusun apa yang dilihat, diingat, dan dipikirkannya. Siswa mempunyai cara yang

3

berbeda dalam mengolah informasi berkaitan dengan proses belajar.
Menurut Kolb (1984), gaya belajar melibatkan pengalaman baru siswa,
mengembangkan observasi atau merefleksi, menciptakan konsep, dan menggunakan
teori untuk memecahkan masalah. Batasan pengertian gaya belajar model Kolb, terdapat
dua aspek, yaitu: pengalaman konkret pada suatu pihak dan konseptual abstrak pada
pihak lain, serta eksperimentasi aktif pada suatu pihak dan observasi reflektif pada
pihak lain. Gaya belajar model Kolb terdiri dari empat kutub kecenderungan yaitu:

Kutub perasaan atau Concrete Experience (CE) adalah belajar melalui perasaan, dengan
menekankan segi-segi pengalaman konkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama
dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Kutub pengamatan atau Reflection
Observation (RO) adalah belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati

sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu
menyimak makna dari hal-hal yang diamati.
Kutub pemikiran atau Abstract Conceptualization (AC) adalah belajar melalui
pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis,
dan pemahaman intelektual dari situasi yang dihadapi , dan kutub tindakan atau Active
Experimentation (AE) adalah belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi

kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang
lain lewat perbuatannya. Keempat kutub tersebut membentuk empat kombinasi gaya
belajar, yaitu: gaya belajar Diverger perpaduan antara Concrete Experience (CE)
dan Reflective Observation (RO), gaya belajar Assimillator perpaduan antara Abstract
Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO) , gaya belajar Converger

perpaduan antara Abstract Conceptualization (AC) dan Reflective Observation (RO),
dan gaya belajar Accomodator perpaduan antara Concrete Experience (CE) dan Active


4

Experimentation (AE).

Kolb (1984), mengemukakan bahwa tidak ada individu yang gaya belajarnya
secara mutlak didominasi oleh salah satu saja dari kutub tersebut. Biasanya yang terjadi
adalah kombinasi dari dua kutub dan membentuk satu kecenderungan atau orientasi
belajar. Dari dua kutub membentuk empat kombinasi gaya belajar, yaitu:
1. Gaya belajar divergen merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan ( feeling
and watching), yaitu gaya belajar individu yang membentuk pengalaman belajar
melalui menghayati sendiri secara konkret, kemudian mentransformasikan ke dalam
pengamatan reflektif. Individu dengan gaya belajar divergen unggul dalam melihat
situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap
situasi adalah "mengamati" dan bukan "bertindak". Individu seperti ini menyukai
tugas belajar yang menuntutnya untuk curah ide-ide (brainstorming), biasanya juga
menyukai isu budaya serta suka sekali mengumpulkan berbagai informasi.
2. Gaya belajar assimillator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati
(thinking and watching ), yaitu gaya belajar individu yang menangani pengalaman
melalui konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam pengamatan reflektif.

Individu dengan gaya belajar asimilasi memiliki kelebihan dalam memahami
berbagai sajian informasi serta merangkumnya dalam suatu format yang logik,
singkat, dan jelas. Biasanya individu dengan gaya belajar ini kurang perhatian
kepada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak, mereka juga
cenderung lebih teoritik.
3. Gaya belajar convergen merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking
and doing), yaitu gaya belajar dengan membentuk pengalaman melalui

konseptualisasi abstrak dan mentransformasi ke dalam eksperimentasi aktif.

5

Individu dengan tipe konvergen unggul dalam menemukan fungsi praktis dari
berbagai ide dan teori. Individu biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, cenderung lebih menyukai tugas-tugas
teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antar pribadi.
4. Gaya belajar accomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan
(feeling and doing ), yaitu gaya belajar yang menafsirkan pengalaman melalui
menghayati sendiri secara konkret dan mentransformasi pengalamannya ke
eksperimentasi aktif. Individu dengan gaya belajar akomodasi memiliki kemampuan

belajar yang baik dari hasil pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri. Individu
membuat rencana dan melibatkan diri dalam berbagai pengalaman baru yang
menantang. Individu cenderung untuk bertindak berdasarkan intuisi/dorongan hati
daripada berdasarkan analisis logik. Dalam usaha memecahkan masalah, mereka
biasanya mempertimbangkan faktor manusia (untuk mendapatkan masukan/
informasi) dibanding analisis teknis.
Gaya belajar diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar. Terbukti dari
penelitian yang dilakukan oleh Sadwika (2005), yang menemukan bahwa semua gaya
belajar berhubungan positif dengan prestasi belajar bidang kognitif pada 127 siswa
kelas X di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga. Begitu pula dengan hasil penelitian
Missa (2005) juga menemukan hal serupa bahwa ada hubungan yang positif antara gaya
belajar Asimilator dengan prestasi belajar siswa pada 68 siswa kelas 1 di SMKN 2 Soe.
Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian Utami (2008) bahwa ada hubungan yang
positif antara gaya belajar dengan hasil belajar pada 60 mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Prof. DR. Moestopo. Selanjutnya hasil penelitian Kolb (dalam
Setyowati, 2006) pada Undergraduate College Major menunjukkan adanya kecocokan

6

gaya belajar dengan spesialisasi pendekatan tertentu, misalnya gaya belajar Diverger

dengan bidang sejarah atau psikologi, gaya belajar Assimilator dengan kimia,
matematika, sosiologi, dan ekonomi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Aoetpah
(2005) mendapati hasil penelitiannya yaitu tidak ada hubungan yang positif antara gaya
belajar dengan prestasi belajar pada 61 siswa kelas II Pekerjaan Sosial SMK N 2 Soe.
Supeno (2003) juga menemukan bahwa tidak mendapati korelasi yang signifikan antara
gaya belajar dengan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar yang baik pasti ditentukan oleh bagaimana proses belajar
individu untuk menuju hasil prestasi yang baik tadi. Proses atau gaya belajar pasti
berbeda-beda dan masing-masing memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Gaya belajar
memiliki nilai positif dan negatif begitu juga dengan dampaknya kepada orang tersebut
dan di sekelilingnya. Memang betul ada pola belajar yang tidak baik dan karena itu
menghasilkan prestasi belajar yang buruk tetapi kalau pola belajar baik sudah dijamin
mendapat hasil yang memuaskan (Sularso, 2006).
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara pada tanggal 29 Oktober 2011
terhadap salah satu staf pengajar matematika di SMA Santo Bernardus Pekalongan yaitu
siswa yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran yang pada akhirnya
berdampak pada hasil belajar mereka khususnya pada Mata Pelajaran Matematika.
Siswa juga kerap kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara mengajar
guru di sekolah. Demikian juga di rumah, siswa kadang harus belajar dengan aturan
yang sudah ditetapkan oleh orang tua.

Proses pembelajaran yang dilakukan siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan dalam penilaiannya khususnya pada pelajaran matematika, penilaian yang
dilakukan oleh guru dapat dijadikan sebagai analisis dan evaluasi terhadap nilai yang

7

dihasilkan oleh para siswa. Apabila tingkat keberhasilan masih berada di bawah ratarata, maka mata pelajaran yang telah diberikan guru belum diserap baik oleh kelas.
Untuk itu perlu dikaji kembali apakah soalnya terlalu sulit, atau soalnya sudah benarbenar sesuai dengan indikator, atau cara pembelajarannya kurang baik sehingga siswa
kurang memahami materi pelajaran. Jika soalnya tidak terlalu sulit maka perlu
memperbaiki kegiatan pembelajarannya termasuk metodenya, media atau strategi
pembelajarannya. Adapun harapan yang ingin dicapai pihak sekolah adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dapat meningkatkan nilai dan tingkat
pemahaman siswa dalam pelajaran matematika sehingga nilai yang diperoleh dan
prestasi yang didapatkan dapat meningkat. Keadaan tersebut menjadi perhatian bagi
semua guru matematika di SMA Santo Bernardus Pekalongan untuk berusaha mencari
jalan keluar agar hasil belajar siwa dapat ditingkatkan.
Gaya belajar merupakan faktor internal yang terdapat dalam diri siswa yang dapat
mendukung prestasi belajarnya. Gaya belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah
Gaya belajar dalam kegiatan pembelajaran matematika. Apabila guru menyesuaikan
metode belajarnya dengan gaya belajar siswa, kemungkinan siswa akan mendapatkan
prestasi belajar matematika yang optimal. Siswa akan dengan mudah menyerap,
memahami dan mengolah segala informasi dalam pembelajaran matematika dengan
baik. Uraian di atas dapat digunakan sebagai arahan berpikir, bahwa gaya belajar
matematika siswa secara bersama-sama terdapat hubungan yang positif dengan prestasi
belajar matematikanya (Handayani dalam Ramlah dkk., 2014).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian ini adalah:
adakah hubungan yang signifikan antara jenis gaya belajar dengan prestasi belajar
matematika siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus Pekalongan. Penelitian ini

8

bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara jenis gaya belajar
dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo Bernardus
Pekalongan.

Hipotesis
Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif
antara gaya belajar dengan prestasi belajar matematika siswa kelas XI di SMA Santo
Bernardus Pekalongan”

METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pada
penelitian ini terdapat dua variabel, gaya belajar sebagai variabel bebas dan prestasi
belajar matematika sebagai variabel terikat.

Partisipan
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Santo Bernardus
Pekalongan yang berjumlah 95 siswa. Subjek dari kelas IPA berjumlah 29 terdiri dari
subjek perempuan sebesar 17 orang (17,9%) dan subjek laki-laki sebesar 12 orang
(12,6%). Kemudian subjek dari kelas IPS berjumlah 66 terdiri dari subjek perempuan
sebesar 41 orang (25,3%) subjek laki-laki sebesar 42 orang (44,2%).

Prosedur Sampling

9

Teknik sampel menggunakan sampling jenuh atau studi populasi karena
mengambil semua populasi sebagai sampel.

Pengukuran
Gaya belajar diukur menggunakan instrumen berupa angket KLSI (Kolb Learning
Style Inventory) 1985 yang diadaptasi dari Sulistyaningrum (2011), sedangkan prestasi

belajar matematika diukur berdasarkan studi dokumentasi yang diambil dari nilai asli
dari hasil tes sub sumatif Tahun Ajaran 2013-2014 mata pelajaran matematika. Nilai
diperoleh dari guru mata pelajaran matematika dari kelas XI.
Sebelum pengambilan data penelitian, instrumen berupa angket KLSI (Kolb
Learning Style Inventory) terlebih dahulu dilakukan seleksi item dan reliabilitas. Hasil

seleksi item dari masing-masing kelompok model belajar baik CE, AE, AC dan RO
mempunyai r hitung yang ditunjukkan oleh nilai Corrected Item Total Correlation
masing-masing itemnya lebih besar dari 0,3. Diperoleh kisaran r hitung model belajar
CE antara 0,341 – 0,578; kisaran r hitung model belajar AE antara 0,313 – 0,658;
kisaran r hitung model belajar AC antara 0,336 – 0,704; dan kisaran r hitung model
belajar RO antara 0,327 – 0,578. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa
semua item pada penelitian ini valid dan semua dapat digunakan untuk penelitian.
Uji

reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan batas nilai 0,6.

Instrument model gaya belajar dikatakan Reliabel apabila nilai Alpha Cronbach lebih
besar dari 0,6 dan instrument model gaya belajar dikatakan tidak Reliabel apabila nilai
Alpha Cronbach lebih kecil dari 0,6. Hasil uji reliabilitas instrument model gaya belajar
diperoleh nilai Alpha pada CE sebesar 0,837; AE sebesar 0,804; AC sebesar 0,845; dan
RO sebesar 0,838. Seluruh instrumen berada pada tingkat reliabilitas yang

10

dipersyaratkan, yang berarti seluruh instrumen dapat digunakan untuk penelitian. Teknik
analisis yang digunakan untuk uji hipotesis adalah analisis korelasi dengan bantuan
komputer.

HASIL
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara
normal atau tidak. Uji normalitas sebaran data penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov Smirnov Goodness of Fit Test. Hasil selengkapnya dari uji normalitas
Kolmogorov Smirnov dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1
Uji Normalitas
Variabel

Kolmogorov
Smirnov (Z)

Prestasi belajar
Gaya belajar

1,377
1,084

P
(p>0,05)
0,451
0,532

Bentuk
Normal
Normal

Berdasarkan hasil uji normalitas prestasi belajar menunjukkan skor Kolmogorov
Smirnov Z adalah 0,451 dengan p = 0,451 (p > 0,05) yang berarti data berdistribusi

normal, dan hasil uji normalitas gaya belajar menunjukkan skor Kolmogorov Smirnov Z
adalah 1,084 dengan p = 0,532 (p > 0,05) yang berarti data berdistribusi normal.

Uji Liniearitas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang linier
antara kedua variabel. Hasil uji linearitas pada kedua variabel dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2
Hasil Uji Linearitas Variabel Gaya Belajar

11

dengan Prestasi Belajar Matematika
Signifikansi
Keterangan
(p