PENGUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1950 TENTANG SUSUNAN, KEKUASAAN DAN JALAN PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG INDONESIA (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1950 NO. 30)

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 58 TAHUN 1958
TENTANG
PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 21 TAHUN 1957 TENTANG
PENGUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 1956 TENTANG
PEMBENTUKAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT II DALAM LINGKUNGAN
DAERAH SWATANTRA TINGKAT I SUMATERA TENGAH" (LEMBARANNEGARA TAHUN 1957 NO. 77) SEBAGAI UNDANG-UNDANG

Presiden Republik Indonesia,

Menimbang

:

a. bahwa Pemerintah berdasarkan pasal 96 ayat 1 Undang-undang
Dasar Sementara telah menetapkan Undang-undang Darurat No.
21 tahun 1957 tentang perubahan Undang-undang No. 12 tahun
1956 tentang pembentukan daerah swatantra tingkat II dalam

lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah
(Lembaran Negara tahun 1957 No. 77);
b. bahwa peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undangundang Darurat tersebut perlu ditetapkan sebagai Undangundang;

Mengingat

:

a. pasal-pasal 89 dan 97 Undang-undang Dasar Sementara Republik
Indonesia;
b. Undang-undang

No.1

tahun 1957 tentang pokok-pokok

pemerintahan daerah (Lembaran Negara tahun 1957 No. 6),
sebagaimana sejak itu telah diubah;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;


MEMUTUSKAN: …

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

:

UNDANG-UNDANG
UNDANG

TENTANG

DARURAT


PERUBAHAN
TENTANG

No.

21

PENETAPAN
TAHUN

UNDANG-UNDANG
PEMBENTUKAN

No.

1957

"UNDANGTENTANG

12 TAHUN


DAERAH

1956

SWATANTRA

TINGKAT II DALAM LINGKUNGAN DAERAH SWATANTRA
TINGKAT I SUMATERA TENGAH" (LEMBARAN NEGARA
TAHUN 1957 No. 77), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

PASAL I.

Peraturan-peraturan yang termaktub dalam Undang-undang Darurat No.
21 tahun 1957 tentang perubahan Undang-undang No. 12 tahun 1956
tentang pembentukan daerah swatantra tingkat II dalam lingkungan
Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah (Lembaran Negara tahun
1957 No. 77), ditetapkan sebagai Undang-undang dengan perubahanperubahan, sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1.

A. Ketentuan pasal 1 Undang-undang No. 12 tahun 1956 tentang
pembentukan daerah-daerah swatantra Tingkat II dalam lingkungan
Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah diubah menjadi
ketentuan ayat 1 dari pasal 1 itu dan diadakan perubahan-perubahan
sebagai berikut:
a. angka "14" dalam kalimat pertama diubah menjadi angka "15";

b. ketentuan …

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-3-

b. ketentuan angka No. 7 diubah hingga dibaca; "Pesisir Selatan
dengan nama Daerah Swatantra Tingkat II Pesisir Selatan dengan
watas-watas sebagai dimaksud dalam pasal 1 dari surat ketetapan
Gubernur Militer Sumatera Tengah tanggal 9 Nopember 1949
No. 1O/G.M./S.T.G./49, dikurangi dengan wilayah Kecamatankecamatan:
1) Kerinci Hulu,

2) Kerinci Tengah dan
3) Kerinci Hilir;
c. sesudah ketentuan angka No. 14 diadakan ketentuan angka No.
15 baru yang berbunyi sebagai berikut: "15 Kerinci, dengan nama
Daerah Swatantra Tingkat II Kerinci, yang wilayahnya meliputi
wilayah Kecamatan-kecamatan:
1) Kerinci Hulu,
2) Kerinci Tengah dan
3) Kerinci Hilir".

B. Pasal 1 tersebut B di atas ditambah dengan ayat 2 baru yang berbunyi
sebagai berikut:
"(2)a.

daerah-daerah swatantra seperti tersebut dalam No. 1 sampai
dengan 8 termasuk dalam lingkungan Daerah Swatantra
Tingkat I Sumatera Barat sebagai daerah-daerah swatantra
tingkat II";

b.


daerah-daerah swatantra seperti tersebut dalam No. 9 sampai
dengan 12 termasuk dalam lingkungan Daerah Swatantra
Tingkat I Riau sebagai daerah-daerah swatantra tingkat II.

c.

daerah-daerah swatantra seperti tersebut dalam No. 13
sampai dengan 15 termasuk dalam lingkungan Daerah
Swatantra Tingkat I Jambi sebagai daerah- daerah swatantra
tingkat II";

Pasal 2. …

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

Pasal 2.

Dalam pasal 2 diadakan perubahan-perubahan seperti berikut:
a.

pasal 2 ayat 1 No. 7 harus dibaca: "Daerah Swatantra Tingkat II
Pesisir Selatan berkedudukan di Painan";

b. Pasal 2 ayat 1 tersebut ditambah dengan No. 15 yang berbunyi
sebagai berikut:
"Daerah Swatantra Tingkat II Kerinci berkedudukan di Sungai
Penuh".
Pasal 3.
Dalam pasal 3 diadakan perubahan-perubahan seperti berikut:
a.

Pasal 3 ayat 1 No. 7 harus dibaca; "Daerah Swatantra Tingkat II
Pesisir Selatan terdiri dari 20 orang";

b. pasal 3 ayat 1 tersebut ditambah dengan No. 15 yang berbunyi
sebagai berikut:
"Daerah Swatantra Tingkat II Kerinci terdiri dari 15 orang".

Pasal 4.
Semua persoalan-persoalan yang timbul dalam pelaksanaan perubahan
menurut Undang-undang ini diselesaikan oleh Menteri Dalam Negeri
bersama Dewan-dewan Pemerintah Daerah swatantra tingkat I yang
bersangkutan.
Pasal 5.
Undang-undang ini dapat disebut "Undang-undang tentang perubahan
Undang-undang No. 12 tahun 1956 tentang pembentukan daerah
swatantra tingkat II dalam lingkungan Daerah Swatantra tingkat I
Sumatera Tengah".

PASAL II. ..

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

PASAL II.
Undang-undang ini mulai berlaku pada hari diundangkan.


Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal 17 Juli 1958.
Presiden Republik Indonesia,
ttd.
SUKARNO.
Diundangkan
pada tanggal 29 Juli 1958.
MENTERI KEHAKIMAN,
ttd.
G.A. MAENGKOM.

MENTERI DALAM NEGERI,
ttd.
SANOESI HARDJADINATA.


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1958 NOMOR 108

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

MEMORI PENJELASAN
MENGENAI
UNDANG-UNDANG No. 58 TAHUN 1958
TENTANG
PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT No. 21 TAHUN 1957 TENTANG
PEMBENTUKAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT II DALAM LINGKUNGAN
DAERAH SWATANTRA TINGKAT I SUMATERA TENGAH
(LEMBARAN NEGARA TAHUN 1957 No. 77), SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

Sebagai akibat pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat,
Jambi dan Riau, maka dengan sendirinya harus diadakan perubahan terhadap Undangundang No. 12 tahun 1956 tentang pembentukan daerah-daerah swatantra tingkat II dalam
lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah lama.
Dengan Undang-undang No. 12 tahun 1956 itu dilakukan pembentukan 14 daerahdaerah otonom Kabupaten yang dimaksud dalam Undang-undang R.I. No. 22 tahun 1948,
dalam wilayah Propinsi Sumatera Tengah lama.

Pembentukan itu sesungguhnya

merupakan suatu legalisasi pembentukan keempat belas daerah tadi, yang dilakukan
dengan peraturan-peraturan Gubernur Militer Sumatera Tengah.
Dengan dibentuknya Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan
Riau, haruslah diadakan penegasan, dimasukkan dalam masing-masing daerah swatantra
tingkat I manakah keempat belas Kabupaten-kabupaten termaksud. Sementara itu
Kabupaten tersebut, sejak berlakunya Undang-undang No. 1 tahun 1957 telah menjadi
Daerah-daerah Swatantra Tingkat II.
Penegasan ini dilakukan dalam pasal 1 Undang-undang penetapan ini, di mana
dicantumkan bahwa:
1.

dalam Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, termasuk Daerah-daerah Tingkat
II:
1.

Agam,

2.

Padang/Pariaman,
3.

Solok, …

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-7-

2.

3.

3.

Solok,

4.

Pasaman,

5.

Sawahlunto/Sijunjung,

6.

Limapuluh Kota,

7.

Pesisir Selatan,

8.

Tanah Datar,

dalam Daerah Swatantra Tingkat I Jambi, termasuk Daerah- daerah Tingkat II:
1.

Merangin,

2.

Batanghari,

3.

Kerinci,

dalam Daerah Swatantra Tingkat I Riau, termasuk Daerah-daerah Tingkat II:
1.

Kampar,

2.

Inderagiri,

3.

Bengkalis,

4.

Kepulauan Riau.

Dalam penegasan ini, telah dilaksanakan sekaligus, bahwa wilayah Kerinci
berdasarkan alasan-alasan yang telah cukup dibentangkan dalam memori penjelasan atas
rancangan Undang-undang tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 19 tahun 1957
tentang pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau
sebagai Undang-undang, harus dimasukkan dalam wilayah Daerah Swatantra Tingkat I
Jambi.
Adapun cara pemasukan itu dilakukan seperti dicantumkan dalam pasal 1 sub A ad b
dan c, sebagai berikut:
a.

wilayah kesatuan otonom Pesisir Selatan/Kerinci dikurangi dengan bahagian yang
meliputi Kecamatan-kecamatan Kerinci Hulu, Kerinci Tengah dan Kerinci Hilir;

b.

wilayah yang meliputi ketiga Kecamatan tersebut ditetapkan menjadi Daerah
Swatantra Tingkat II Kerinci dan dimasukkan dalam wilayah Daerah Swatantra
Tingkat I Jambi;

c.

Sisa …

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-8-

c.

Sisa dari wilayah Kesatuan otonom Pesisir Selatan/Kerinci tersebut dalam sub A
ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II Pesisir Selatan dan termasuk dalam
lingkungan wilayah Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat.
Untuk menampung persoalan yang timbul dalam pelaksanaan perubahan menurut

Undang-undang penetapan ini, ditetapkan dalam pasal 4, bahwa Menteri Dalam Negeri
bersama-sama dengan Dewan Pemerintah Daerah Swatantra Tingkat I yang bersangkutan,
merupakan instansi yang akan memecahkan persoalan-persoalan itu.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1643

CATATAN
*)Disetujui D.P.R. dalam rapat pleno terbuka ke-58 pada tanggal 27 Mei 1958, pada hari
Selasa, P.250/1957

Dokumen yang terkait

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

PENETAPAN "UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 40 TAHUN 1950 TENTANG SURAT PERJALANAN REPUBLIK INDONESIA (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1950 NO. 82), SEBAGAI UNDANG-UNDANG

0 0 12

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 12 TAHUN 1955 TENTANG PENGUBAHAN PASAL 4 AYAT 1 UNDANG-UNDANG NO. 12 TAHUN 1953 (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1955 NO. 37), SEBAGAI UNDANG-UNDANG

0 0 4

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 4 TAHUN 1958 TENTANG PENGUBAHAN UNDANG-UNDANG MATA UANG TAHUN 1953 (LEMBARAN-NEGARA TAHUN 1958 NO. 46), SEBAGAI UNDANG-UNDANG

0 0 5

PENGUBAHAN DAN TAMBAHAN PASAL 4 UNDANG-UNDANG NO. 18 TAHUN 1953 (LEMBARAN-NEGARA NO. 48 TAHUN 1953)

0 0 2

MENGUBAH UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 19 TAHUN 1950 (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1950 NO. 28), TENTANG PERATURAN PEMBERIAN PENSIUN DAN ONDERSTAND KEPADA PARA ANGGOTA TENTARA ANGKATAN DARAT

0 0 4

PENETAPAN UNDANG-UNDANG DARURAT NO. 24 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN TAMBAHAN PERJALANAN KE LUAR NEGERI (LEMBARAN-NEGARA NO. 39 TAHUN 1950) SEBAGAI UNDANG-UNDANG

0 0 3

TAMBAHAN DAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG PAJAK PEREDARAN 1950 (UNDANG-UNDANG DARURAT NR. 12, TAHUN 1950)

0 0 3

SUSUNAN, KEKUASAAN DAN JALAN-PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG INDONESIA

0 0 20

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950 halaman 86-92); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang

0 0 9