PENGGUNAAN MEDIA PEWARNA BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA SEKUNDER PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK A TK ISLAM BAKTI XII WONOREJO GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014 2015 | Fatimah | KUMARA CENDEKIA 6098 13107 1 PB
PENGGUNAAN MEDIA PEWARNA BAHAN ALAM UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA
SEKUNDER PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK A TK
ISLAM BAKTI XII WONOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015
Okki Fatimah1, Idam Ragil Widianto Atmojo2, Karsono2
1
Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret
2
Program studi PGSD, Universitas Sebelas Maret
e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna
sekunder melalui penggunaan media pewarna bahan alam pada peserta didik kelompok A TK
Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini berbentuk penelitian
tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari
tiga pertemuan, dengan empat tahap yaitu; perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemberian tugas dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif komparatif dan analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ketuntasan kelas pada uji pratindakan sebesar 20%, pada
siklus I diperoleh hasil ketuntasan kelas sebesar 65%, dan pada siklus II ketuntasan kelas
mencapai 85%. Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan media pewarna bahan alam
dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK
Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015.
Kata kunci: Media Pewarna Alami, Warna Sekunder
ABSTRACT: The objective of this research is to improve ability to recognize the secondary
color by using dye natural materials media in group A of kindergarten Islam Bakti XII
Wonorejo in Academic Year 2014/2015. The form of this research is classroom action research
(CAR), which conducted in two cycles and each cycle conducted in three meetings, in four
phases; planning, action, observation, and reflection. The data collection techniques use
interview, observation, testing (task), and documentation. Validity of the data using the source
triangulation, and methods triangulation. Data analysis using descriptive comparative and
interactive data analysis from Miles and Huberman The result of research shows that in the
class completeness of recognize secondary color in pretest by 20%, in the first cycle the class
completeness increased to 65%, and the second cycle the class completeness become 85%. The
conclusion of this research is the application dye natural materials media can improves the
ability to recognize of secondary color in group A of kindergarten Islam Bakti XII Wonorejo in
Academic Year 2014/2015.
Keywords: Dye Natural Media, Secondary Color
PENDAHULUAN
Salah satu hasil belajar di bidang kognitif adalah anak dapat mengenal konsep sains sederhana.
Pernyataan tersebut sesuai dengan indikator yang terdapat di Permendiknas Nomor 58 tahun
2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa tingkat perkembangan anak usia 4-6
tahun dalam bidang kognitif adalah anak bisa mengenal konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.
1
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa anak usia 4-6 tahun sudah harus dapat mengenal
konsep bentuk warna, ukuran dan pola dengan baik. Namun, jika anak belum dapat mengenal
indikator tersebut dengan baik berarti anak mengalami kesulitan dalam perkembangan
kognitifnya khususnya kemampuan mengenal warna.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 Desember 2014 dengan Hastuti selaku guru
kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo, bahwa sebagian besar anak didik belum mampu
mengenal warna sekunder dengan baik. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan hasil
observasi peneliti yang menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam mengenal warna
sekunder masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dari 20 anak, 50% (10 anak) belum
tuntas dalam mengenal warna sekunder, 30% (6 anak) mendapatkan nilai setengah tuntas atau
belum mencapai indikator yang diharapkan, sedangkan 20% (4 anak) sudah tuntas dan mampu
dalam mengenal warna sekunder dengan baik. Dari hasil ketuntasan uji pratindakan tersebut
maka dibutuhkan media yang lebih menarik untuk digunakan dalam pembelajaran mengenal
warna sekunder. Salah satu solusi media yang digunakan ialah dengan media pewarna bahan
alam.
Media secara sederhana berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah
suatu perantara yang digunakan pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Pendapat tersebut sesuai dengan Trianto (2011:227) yang menjelaskan bahwa media
pembelajaran ialah wadah penyampai pesan dalam pembelajaran yang disampaikan pada saat
proses belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak usia dini harus
bersifat konkret, menarik perhatian anak, aman dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka media pembelajaran yang digunakan ialah media
pewarna bahan alam.
Media pewarna bahan alam merupakan media yang konkret dan bersifat eksperimentatif
sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu media pewarna bahan
alam lebih aman digunakan untuk anak usia dini. Hal tersebut dikarenakan bahan alam
merupakan bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga penggunaannya
lebih aman dan tanpa efek samping (Pitojo & Zumiati, 2009:26). Media pewarna bahan alam
yang dimaksud dalam penelitian ini ialah media yang berasal dari alam dan dalam
penggunaannya dapat menghasilkan warna.
Dalam penggunaan media pewarna bahan alam tersebut perlu dipersiapkan dan direncanakan
dengan baik supaya tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Mengadopsi dari pendapat
Pitojo dan Zumiati (2009:53) media pewarna bahan alam yang digunakan untuk anak usia dini
dalam mengenal warna ialah daun Jati (merah), Kunyit (kuning), rebusan daun Ubi Jalar (biru),
Wortel (orange), daun Singkong (hijau), dan Ubi Jalar Ungu (ungu). Bahan-bahan tersebut
digunakan dalam tindakan pada penelitian untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
mengenal warna sekunder.
Kemampuan adalah suatu dorongan yang dapat diukur dan sesuai dengan kenyataan yang ada
(Nugraha & Dwiyana, 2008:9). Sedangkan kemampuan mengenal dalam taksonomi Bloom dan
telah direvisi oleh Anderson, berada pada tingkat paling dasar dalam tahapan aspek mengingat
atau remembering (Supratiknya, 2012: 5-6). Kemampuan mengenal warna ialah bentuk
keterampilan kognitif yang muncul ketika anak merespon berbagai macam warna yang
dilihatnya.
Kemampuan anak dalam mengenal warna sekunder melalui media bahan alam dapat diukur
dari tiga indikator. Mengadopsi dari teori Medirus dan Jhonshon (1976) indikator tersebut
meliputi: (1) kemampuan membedakan warna, (2) kemampuan mengenal warna primer dan
2
sekunder, dan (3) kemampuan membuat warna sekunder dari pencampuran warna primer
(Zuliatin, Farid, & Wigati, 2013:187-188).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah dengan menggunakan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan
kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII
Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder melalui penggunaan media pewarna
bahan alam pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran
2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun
Ajaran 2014/2015 dan dilaksanakan selama enam bulan yakni mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2015. Subjek penelitian ialah anak kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo
dengan jumlah peserta didik sebesar 20 anak. Data berasal dari data kualitatif dan kuantitatif,
sedangkan sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemberian tugas dan dokumentasi. Uji Validitas
data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data
menggunakan deskriptif komparatif dan analisis interaktif model Miles & Huberman.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga pertemuan.
Siklus I dilaksanakan pada 28-30 April 2015, sedangkan pada siklus II dilaksanakan pada 5-7
Mei 2015. Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan ialah (1) membuat perencanaan
pembelajaran yang meliputi RKH (Rencana Kegiatan Harian) dan skenario, penilaian, lembar
observasi guru dan aktivitas anak, (2) menyiapkan media pembelajaran yaitu pewarna bahan
alam, (3) menyiapkan alat untuk dokumentasi. Setelah itu tahap pelaksanaan dilaksanakan
dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama indikator yang digunakan ialah anak dapat
membedakan warna dengan membuat pewarna bahan alam. Pertemuan kedua indikatornya
ialah anak dapat mengenal warna primer dan sekunder dari media pewarna bahan alam dan
pada pertemuan ketiga indikatornya ialah membuat warna sekunder dari pencampuran warna
primer.
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan uji pratindakan tentang kemampuan anak
dalam mengenal warna sekunder. Hasil persentase ketuntasan yang diperoleh pada uji
pratindakan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel. 1. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna pada Uji Pratindakan
P
Indikator yang dinilai
P1
●
√
O
f
%
f
%
F
%
Membedakan warna
4
20%
2
10%
14
70%
P2
Mengenal warna primer dan sekunder
4
20%
9
45%
7
35%
P3
Membuat warna sekunder dari
pencampuran warna primer
Rata- rata Ketuntasan
2
10%
8
40%
10
50%
4
20%
6
30%
10
50%
3
Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa dari total 20 anak, sebanyak 20% (4 anak)
mendapatkan hasil tuntas, 50% (10 anak) mendapatkan hasil setengah tuntas, dan 30% (6 anak)
mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil ketuntasan tersebut diperoleh dari hasil perhitungan total
pada setiap indikator dari ketuntasan mengenal warna sekunder. Anak dapat dikatakan tuntas
jika memperoleh nilai ● pada setiap indikatornya, kriteria setengah tuntas jika anak
memperoleh nilai √ pada setiap indikatornya, sedangkan kategori belum tuntas, anak
memperoleh nilai O pada setiap indikatornya.
Dari hasil ketuntasan pada uji pratindakan kemudian dilakukan tindakan siklus I dengan
menggunakan media pewarna bahan alam. Hasil ketuntasan yang diperoleh pada siklus I dapat
meningkat dari sebelumnya. Dari 20 anak diperoleh ketuntasan sebesar 65% (13 anak), anak
yang mendapatkan hasil setengah tuntas sebesar 35% (7 anak) dan tidak ada anak yang
mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil persentase pada siklus I dapat dilihat pada tabel. 2.
Tabel. 2. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekunder pada Siklus I
●
√
O
P
Indikator yang dinilai
P1
Membedakan warna
14
70%
4
20%
2
10%
P2
Mengenal warna primer dan sekunder
13
65%
7
35%
0
0
P3
Membuat warna sekunder dari
pencampuran warna primer
Rata- rata Ketuntasan
11
55%
9
45%
0
0
13
65%
7
35%
0
0
f
%
F
%
F
%
Dari hasil ketuntasan kelas pada siklus I belum dapat mencapai target indikator kinerja yang
diharapkan yaitu 80%. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II supaya hasil
ketuntasan dapat meningkat. Dari 20 anak diperoleh ketuntasan sebesar 85% (17 anak), yang
mendapatkan setengah tuntas sebesar 15% (3 anak) dan tidak ada anak yang mendapatkan hasil
belum tuntas. Hasil persentase ketuntasan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel. 3. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekudner pada Siklus II
P
Indikator yang dinilai
P1
P2
P3
●
√
O
f
%
F
%
F
%
Membedakan warna
18
90%
2
10%
0
0
Mengenal warna primer dan sekunder
Mengenal warna sekunder dari
pencampuran warna
Rata- rata Ketuntasan
17
85%
3
15%
0
0
16
80%
4
20%
0
0
17
85%
3
15%
0
0
Selain disajikan dalam bentuk tabel, perbandingan hasil ketuntasan antara uji pratindakan,
siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 1.
4
100%
85%
80%
65%
60%
Tuntas
50%
40%
35%
30%
Setengah Tuntas
20%
Belum Tuntas
15%
20%
0
0
0%
Uji Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Diagram Pebandingan Persentase Ketuntasan Kelas
dalam Mengenal Warna Sekunder
Hasil peningkatan ketuntasan peserta didik dalam mengenal warna sekunder diiringi juga
dengan hasil peningkatan kinerja guru dan hasil peningkatan aktivitas anak dalam belajar.
Penilaian kinerja guru dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengajar dengan
menggunakan media pewarna bahan alam, sedangkan pengamatan aktivitas anak dilakukan
untuk mengetahui minat belajar dan keaktifan anak dalam pembelajaran. Hasil penilaian pada
kinerja guru yang diamati meliputi aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Sedangkan pada observasi aktivitas anak aspek yang dinilai meliputi aspek keterlaksanaan oleh
anak, motivasi belajar anak dan keaktifan anak dalam pembelajaran.
Hasil observasi kinerja guru menunjukkan adanya peningkatan pada setiap pertemuannya. Pada
siklus I pertemuan pertama memperoleh skor 2,82 atau 70,5% (baik), pada pertemuan kedua
memperoleh skor 2,96 atau 74% (baik), dan pada pertemuan ketiga memperoleh skor 3,11 atau
77,75% (sangat baik). Pada siklus II pertemuan pertama hasil kinerja guru meningkat menjadi
3,39 atau 84,75% (sangat baik), pertemuan kedua meningkat menjadi 3,46 atau 86,5% (sangat
baik), dan pada siklus tiga diperoleh hasil 3,72 atau 93% (sangat baik). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru dapat meningkat pada setiap pertemuannya. Hal tersebut
dikarenakan pada setiap pembelajaran dilakukan evaluasi bersama dengan guru dan dilakukan
perbaikan pada pertemuan berikutnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Nilai Hasil observasi kinerja guru pada Siklus I dan Siklus II
Hasil Penilaian
Nilai Rata- rata
Persentase
Kategori
Siklus II
Siklus I
P1
P2
P3
P1
P2
P3
2,82
2,96
3,11
3,39
3,46
3,72
70,5%
74%
77,75%
84,75%
86,5%
93%
Baik
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Selain observasi kinerja guru, penilaian pengamatan juga dilakukan pada aktivitas anak. Dalam
observasi aktivitas peserta didik atau anak menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklus
dan setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama siklus I diperoleh hasil 2,68 atau 67% (baik)
dan pada siklus II meningkat menjadi 3,37 atau 84,73% (sangat baik). Pada pertemuan kedua
hasil rata-rata siklus I sebesar 2,81 atau 70,25% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi
3,56 atau 89% (sangat baik). Sedangkan pada pertemuan ketiga siklus I memperoleh hasil 2,93
5
atau 73,25% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 3,87 atau 96,75% (sangat baik). Hasil
aktivitas anak dalam belajar dapat meningkat dikarenakan anak sudah mulai terbiasa dengan
media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran mengenal warna sekunder. Hasil
peningkatan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada Siklus I dan Siklus II
Hasil Penilaian
Siklus II
Siklus I
P1
P2
P3
P1
P2
P3
2,68
2,81
2,93
3,37
3,56
3,87
Persentase
65,62%
70,25%
73,25%
Baik
Baik
Baik
89%
Sangat
Baik
96,75%
Kategori Nilai
84,37%
Sangat
Baik
Nilai Rata- rata
Sangat
Baik
Berdasarkan hasil yang dikumpulkan dari kondisi awal (pratindakan) dalam pembelajaran
hingga kondisi akhir (siklus II), serta perbandingan antar siklus dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna
sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo
Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015. Selain itu dapat juga meningkatkan kinerja guru dan
aktivitas anak dalam pembelajaran.
Pada uji pratindakan, guru belum menggunakan media pewarna bahan alam dan masih
menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran. Pada kondisi awal tersebut diperoleh
ketuntasan klasikal sebesar 20% (4 dari 20 anak) sedangkan yang belum tuntas mencapai 80%
(16 dari 20 anak). Hal ini dikarenakan anak masih belum dapat membedakan warna yang
hampir serupa seperti biru dan hijau, kuning dan orange dan lain-lain. Selain itu anak masih
belum mengetahui pencampuran warna primer supaya menjadi warna sekunder. Oleh karena
itu dilakukan tindakan dengan menggunakan media pewarna bahan alam untuk memudahkan
anak mengenal warna baik primer maupun sekunder.
Pada siklus I ketuntasan klasikal anak mencapai 65% (13 dari 20 anak) dan sisanya 35% (7 dari
20 anak) belum mampu mencapai ketuntasan dengan baik. Peningkatan yang terjadi pada siklus
I dikarenakan media yang digunakan saat pembelajaran merupakan media baru bagi anak dan
dilakukan dengan cara bermain. Dari hal itu anak menjadi tertarik dan dapat fokus dalam
pembelajaran. Namun, hasil ketuntasan tersebut belum dapat mencapai target indikator kinerja
yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sehingga dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II ketuntasan klasikal anak mencapai 85% (17 dari 20 anak) dan 15% (3 dari 20
anak) belum mampu mencapai ketuntasan. Hasil ketuntasan tersebut dapat melebihi target
kinerja yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus
selanjutnya. Peningkatan tersebut terjadi karena media pewarna bahan alam merupakan media
pembelajaran yang bersifat kontekstual dan berada di lingkungan sekitar anak. Hal itulah yang
membuat anak lebih mudah memahami dan mengenal warna sekunder yang dimaksudkan guru
dalam pembelajaran. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Rachmawati dan Kurniati
(2005:57) yang menyatakan bahwa media yang berasal dari alam dapat membantu anak
menambah pengetahuan dan pembiasaan belajar yang lebih bermakna, mandiri dan menarik.
Selain itu, Torquati (2010:65) juga menyatakan bahwa:
Experiences in the natural world help children understand life cycles and seasons,
make predictions, and become aware of the interdependence between plants, animals,
6
and elements like rain and sun. Engagement with the natural world is perhaps the most
powerful way to support the investigation process observations and experimentation.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dengan menggunakan alam sekitar dalam
pembelajaran, membuat anak memperoleh pengalaman langsung tentang kehidupan karena
dilakukan dengan pengamatan atau eksperimen.
Selain pendapat kedua ahli tersebut, penggunaan media bahan alam juga terdapat dalam
penelitian yang dilakukan oleh Syavaliani dan Khotimah dengan judul penelitian “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Kegiatan Mencetak Menggunakan Media
Bahan Alam pada Kelompok A1 TK Tunas Cendekia Puri Mojobaru Cj-23 Canggu Jetis
Mojokerto”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan adanya kesimpulan bahwa media
pewarna bahan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak yang dilakukan melalui
kegiatan mencetak. Dari penelitian tersebut berarti media bahan alam sangat efektif digunakan
dalam pembelajaran untuk mengembangkan suatu keterampilan atau kemampuan pada anak
usia dini.
Hasil peningkatan ketuntasan anak dalam mengenal warna sekunder juga diiringi dengan
peningkatan pada observasi kinerja guru dan aktivitas anak dalam pembelajaran yang dapat
dikatakan sangat baik. Peningkatan yang terjadi dikarenakan guru dan anak sudah terbiasa
menggunakan media pewarna bahan alam dalam pembelajaran. Dengan media tersebut anak
juga semakin aktif dalam belajar dan dapat mengenal warna dengan baik melalui media
pewarna bahan alam. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pewarna bahan
alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada anak kelompok A TK
Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Anak yang belum mencapai ketuntasan
sebelum dikembalikan lagi ke guru kelas dilakukan bimbingan secara khusus untuk mengenal
warna sekunder dengan membuat warna yang disukai anak.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa melalui
penggunaan medi pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna
sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran
2014/2015. Data-data yang menunjukkan peningkatan dilihat dari persentase ketuntasan
klasikal dalam mengenal warna pada pratindakan yang memperoleh 20% (4 dari 20 anak) dapat
meningkat menjadi 65% (13 dari 20 anak) pada siklus I. Peningkatan ketuntasan kelas terjadi
juga pada siklus II yang dapat mencapai 85% (17 dari 20 anak). Hasil ketuntasan pada siklus II
dapat melebihi target yang diharapkan yakni 80%, sehingga dalam hal ini penelitian tidak
dilanjutkan lagi ke siklus selanjutnya. Dari data tersebut anak yang belum mencapai ketuntasan
pada siklus II sebesar 15% (3 dari 20 anak) dikembalikan lagi ke guru kelas untuk dilakukan
bimbingan.
Peningkatan pembelajaran juga terjadi pada observasi kinerja guru. Data yang diperoleh dari
skor rata- rata siklus I mendapatkan skor 2,96 atau 74,08% (baik) dapat meningkat pada siklus
II menjadi 3,52 atau 88% (sangat baik). Selanjutnya, peningkatana juga terjadi pada observasi
aktivitas anak dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dari skor rata- rata siklus I sebesar 2,80
atau 70,16% (baik) dan pada siklus II dapat meningkat menjadi 3,60 atau 96% (sangat baik).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa keefektifan pembelajaran dapat meningkat dengan
menggunakan media pewarna bahan alam. Berdasarkan hasil simpulan penelitian tersebut,
dapat diketahui bahwa penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan
kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII
Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015.
7
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disampaikan beberapa
saran antara lain:
1. Bagi Guru
Sebaiknya guru dapat memilih metode dan media pembelajaran yang tepat dalam
melaksanakan pembelajaran khususnya mengenal warna sekunder.
2. Bagi Anak
Anak sebaiknya dilatih untuk saling bekerjasama dan aktif dalam pembelajaran, sehingga
rasa ingin tahunya akan suatu hal dapat terjawab.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah sebaiknya memberikan pembinaan terhadap guru supaya lebih memahami
metode atau strategi dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
4. Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pada peneliti lain untuk
mencoba menggunakan media pembelajaran lain yang lebih menarik, serta metode
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, A & Dwiyana, D (Ed.). (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia
Dini. Bandung: JILSI Foundation.
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Pitojo, S & Zumiati. (2009). Pewarna Nabati Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Rachmawati, Y & Kurniati, E. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta:
Kencana.
Supratiknya, A. (2012). Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sutara, P.K. (2009). Jenis Tumbuhan sebagai Pewarna Alam pada Beberapa Perusahaan Tenun
di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari, 9 (2), 217-223. Diperoleh 11 Maret 2015 dari
http://download.portalgaruda.org/article. php?article=15765&val=988.
Syavaliani, T & Khotimah, N. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Mencetak Menggunakan Media Bahan Alam Pada Kelompok A1 TK Tunas
Cendekia Puri Mojobaru Cj-23 Canggu Jetis Mojokerto. PAUD Teratai. 3 (3). Diperoleh
15
Desember
2014
dari
http://ejournal.unesa.ac.id/
index.php/paudteratai/
article/view/7551.
Torquati, J. (2010). Environmental Education: A Natural Way to Nuture Children’s
Development and Learning. ProQuest Education Journal, 65 (6), 98. Diperoleh 7 Maret
2015 dari http://eric.ed.gov/?id=EJ930000.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Dini TK/RA & Anak
Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
Zuliatin, Farid, M & Wigati, D. (2013). Pengaruh Seni Finger Painting Terhadap Pengetahuan
Warna. Jurnal Penelitian Psikologi, 4 (2), 181-192. Diperoleh 15 Desember 2015 dari
http://jurnalpsikologi.uinsby. ac.id/index.php/jurnalpsikologi/ article/view.
8
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA
SEKUNDER PADA PESERTA DIDIK KELOMPOK A TK
ISLAM BAKTI XII WONOREJO TAHUN AJARAN 2014/2015
Okki Fatimah1, Idam Ragil Widianto Atmojo2, Karsono2
1
Program Studi PG-PAUD, Universitas Sebelas Maret
2
Program studi PGSD, Universitas Sebelas Maret
e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna
sekunder melalui penggunaan media pewarna bahan alam pada peserta didik kelompok A TK
Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini berbentuk penelitian
tindakan kelas (PTK), yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari
tiga pertemuan, dengan empat tahap yaitu; perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemberian tugas dan
dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif komparatif dan analisis interaktif Miles dan Huberman. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ketuntasan kelas pada uji pratindakan sebesar 20%, pada
siklus I diperoleh hasil ketuntasan kelas sebesar 65%, dan pada siklus II ketuntasan kelas
mencapai 85%. Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan media pewarna bahan alam
dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK
Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015.
Kata kunci: Media Pewarna Alami, Warna Sekunder
ABSTRACT: The objective of this research is to improve ability to recognize the secondary
color by using dye natural materials media in group A of kindergarten Islam Bakti XII
Wonorejo in Academic Year 2014/2015. The form of this research is classroom action research
(CAR), which conducted in two cycles and each cycle conducted in three meetings, in four
phases; planning, action, observation, and reflection. The data collection techniques use
interview, observation, testing (task), and documentation. Validity of the data using the source
triangulation, and methods triangulation. Data analysis using descriptive comparative and
interactive data analysis from Miles and Huberman The result of research shows that in the
class completeness of recognize secondary color in pretest by 20%, in the first cycle the class
completeness increased to 65%, and the second cycle the class completeness become 85%. The
conclusion of this research is the application dye natural materials media can improves the
ability to recognize of secondary color in group A of kindergarten Islam Bakti XII Wonorejo in
Academic Year 2014/2015.
Keywords: Dye Natural Media, Secondary Color
PENDAHULUAN
Salah satu hasil belajar di bidang kognitif adalah anak dapat mengenal konsep sains sederhana.
Pernyataan tersebut sesuai dengan indikator yang terdapat di Permendiknas Nomor 58 tahun
2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini bahwa tingkat perkembangan anak usia 4-6
tahun dalam bidang kognitif adalah anak bisa mengenal konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.
1
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa anak usia 4-6 tahun sudah harus dapat mengenal
konsep bentuk warna, ukuran dan pola dengan baik. Namun, jika anak belum dapat mengenal
indikator tersebut dengan baik berarti anak mengalami kesulitan dalam perkembangan
kognitifnya khususnya kemampuan mengenal warna.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 Desember 2014 dengan Hastuti selaku guru
kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo, bahwa sebagian besar anak didik belum mampu
mengenal warna sekunder dengan baik. Hasil wawancara tersebut sejalan dengan hasil
observasi peneliti yang menunjukkan bahwa kemampuan anak dalam mengenal warna
sekunder masih rendah. Hal tersebut dapat diketahui bahwa dari 20 anak, 50% (10 anak) belum
tuntas dalam mengenal warna sekunder, 30% (6 anak) mendapatkan nilai setengah tuntas atau
belum mencapai indikator yang diharapkan, sedangkan 20% (4 anak) sudah tuntas dan mampu
dalam mengenal warna sekunder dengan baik. Dari hasil ketuntasan uji pratindakan tersebut
maka dibutuhkan media yang lebih menarik untuk digunakan dalam pembelajaran mengenal
warna sekunder. Salah satu solusi media yang digunakan ialah dengan media pewarna bahan
alam.
Media secara sederhana berasal dari bahasa latin medius, dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran adalah
suatu perantara yang digunakan pendidik dalam menyampaikan informasi kepada peserta didik.
Pendapat tersebut sesuai dengan Trianto (2011:227) yang menjelaskan bahwa media
pembelajaran ialah wadah penyampai pesan dalam pembelajaran yang disampaikan pada saat
proses belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan untuk anak usia dini harus
bersifat konkret, menarik perhatian anak, aman dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan karakteristik tersebut maka media pembelajaran yang digunakan ialah media
pewarna bahan alam.
Media pewarna bahan alam merupakan media yang konkret dan bersifat eksperimentatif
sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu media pewarna bahan
alam lebih aman digunakan untuk anak usia dini. Hal tersebut dikarenakan bahan alam
merupakan bahan pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga penggunaannya
lebih aman dan tanpa efek samping (Pitojo & Zumiati, 2009:26). Media pewarna bahan alam
yang dimaksud dalam penelitian ini ialah media yang berasal dari alam dan dalam
penggunaannya dapat menghasilkan warna.
Dalam penggunaan media pewarna bahan alam tersebut perlu dipersiapkan dan direncanakan
dengan baik supaya tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai. Mengadopsi dari pendapat
Pitojo dan Zumiati (2009:53) media pewarna bahan alam yang digunakan untuk anak usia dini
dalam mengenal warna ialah daun Jati (merah), Kunyit (kuning), rebusan daun Ubi Jalar (biru),
Wortel (orange), daun Singkong (hijau), dan Ubi Jalar Ungu (ungu). Bahan-bahan tersebut
digunakan dalam tindakan pada penelitian untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
mengenal warna sekunder.
Kemampuan adalah suatu dorongan yang dapat diukur dan sesuai dengan kenyataan yang ada
(Nugraha & Dwiyana, 2008:9). Sedangkan kemampuan mengenal dalam taksonomi Bloom dan
telah direvisi oleh Anderson, berada pada tingkat paling dasar dalam tahapan aspek mengingat
atau remembering (Supratiknya, 2012: 5-6). Kemampuan mengenal warna ialah bentuk
keterampilan kognitif yang muncul ketika anak merespon berbagai macam warna yang
dilihatnya.
Kemampuan anak dalam mengenal warna sekunder melalui media bahan alam dapat diukur
dari tiga indikator. Mengadopsi dari teori Medirus dan Jhonshon (1976) indikator tersebut
meliputi: (1) kemampuan membedakan warna, (2) kemampuan mengenal warna primer dan
2
sekunder, dan (3) kemampuan membuat warna sekunder dari pencampuran warna primer
(Zuliatin, Farid, & Wigati, 2013:187-188).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah dengan menggunakan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan
kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII
Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder melalui penggunaan media pewarna
bahan alam pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran
2014/2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun
Ajaran 2014/2015 dan dilaksanakan selama enam bulan yakni mulai bulan Februari sampai
dengan Juli 2015. Subjek penelitian ialah anak kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo
dengan jumlah peserta didik sebesar 20 anak. Data berasal dari data kualitatif dan kuantitatif,
sedangkan sumber data berasal dari sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi, pemberian tugas dan dokumentasi. Uji Validitas
data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Teknik analisis data
menggunakan deskriptif komparatif dan analisis interaktif model Miles & Huberman.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga pertemuan.
Siklus I dilaksanakan pada 28-30 April 2015, sedangkan pada siklus II dilaksanakan pada 5-7
Mei 2015. Dalam tahap perencanaan kegiatan yang dilakukan ialah (1) membuat perencanaan
pembelajaran yang meliputi RKH (Rencana Kegiatan Harian) dan skenario, penilaian, lembar
observasi guru dan aktivitas anak, (2) menyiapkan media pembelajaran yaitu pewarna bahan
alam, (3) menyiapkan alat untuk dokumentasi. Setelah itu tahap pelaksanaan dilaksanakan
dengan tiga pertemuan. Pada pertemuan pertama indikator yang digunakan ialah anak dapat
membedakan warna dengan membuat pewarna bahan alam. Pertemuan kedua indikatornya
ialah anak dapat mengenal warna primer dan sekunder dari media pewarna bahan alam dan
pada pertemuan ketiga indikatornya ialah membuat warna sekunder dari pencampuran warna
primer.
Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan uji pratindakan tentang kemampuan anak
dalam mengenal warna sekunder. Hasil persentase ketuntasan yang diperoleh pada uji
pratindakan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel. 1. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna pada Uji Pratindakan
P
Indikator yang dinilai
P1
●
√
O
f
%
f
%
F
%
Membedakan warna
4
20%
2
10%
14
70%
P2
Mengenal warna primer dan sekunder
4
20%
9
45%
7
35%
P3
Membuat warna sekunder dari
pencampuran warna primer
Rata- rata Ketuntasan
2
10%
8
40%
10
50%
4
20%
6
30%
10
50%
3
Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa dari total 20 anak, sebanyak 20% (4 anak)
mendapatkan hasil tuntas, 50% (10 anak) mendapatkan hasil setengah tuntas, dan 30% (6 anak)
mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil ketuntasan tersebut diperoleh dari hasil perhitungan total
pada setiap indikator dari ketuntasan mengenal warna sekunder. Anak dapat dikatakan tuntas
jika memperoleh nilai ● pada setiap indikatornya, kriteria setengah tuntas jika anak
memperoleh nilai √ pada setiap indikatornya, sedangkan kategori belum tuntas, anak
memperoleh nilai O pada setiap indikatornya.
Dari hasil ketuntasan pada uji pratindakan kemudian dilakukan tindakan siklus I dengan
menggunakan media pewarna bahan alam. Hasil ketuntasan yang diperoleh pada siklus I dapat
meningkat dari sebelumnya. Dari 20 anak diperoleh ketuntasan sebesar 65% (13 anak), anak
yang mendapatkan hasil setengah tuntas sebesar 35% (7 anak) dan tidak ada anak yang
mendapatkan hasil belum tuntas. Hasil persentase pada siklus I dapat dilihat pada tabel. 2.
Tabel. 2. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekunder pada Siklus I
●
√
O
P
Indikator yang dinilai
P1
Membedakan warna
14
70%
4
20%
2
10%
P2
Mengenal warna primer dan sekunder
13
65%
7
35%
0
0
P3
Membuat warna sekunder dari
pencampuran warna primer
Rata- rata Ketuntasan
11
55%
9
45%
0
0
13
65%
7
35%
0
0
f
%
F
%
F
%
Dari hasil ketuntasan kelas pada siklus I belum dapat mencapai target indikator kinerja yang
diharapkan yaitu 80%. Oleh karena itu penelitian dilanjutkan ke siklus II supaya hasil
ketuntasan dapat meningkat. Dari 20 anak diperoleh ketuntasan sebesar 85% (17 anak), yang
mendapatkan setengah tuntas sebesar 15% (3 anak) dan tidak ada anak yang mendapatkan hasil
belum tuntas. Hasil persentase ketuntasan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel. 3. Persentase Ketuntasan Kelas dalam Mengenal Warna Sekudner pada Siklus II
P
Indikator yang dinilai
P1
P2
P3
●
√
O
f
%
F
%
F
%
Membedakan warna
18
90%
2
10%
0
0
Mengenal warna primer dan sekunder
Mengenal warna sekunder dari
pencampuran warna
Rata- rata Ketuntasan
17
85%
3
15%
0
0
16
80%
4
20%
0
0
17
85%
3
15%
0
0
Selain disajikan dalam bentuk tabel, perbandingan hasil ketuntasan antara uji pratindakan,
siklus I dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk diagram seperti pada gambar 1.
4
100%
85%
80%
65%
60%
Tuntas
50%
40%
35%
30%
Setengah Tuntas
20%
Belum Tuntas
15%
20%
0
0
0%
Uji Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 1. Diagram Pebandingan Persentase Ketuntasan Kelas
dalam Mengenal Warna Sekunder
Hasil peningkatan ketuntasan peserta didik dalam mengenal warna sekunder diiringi juga
dengan hasil peningkatan kinerja guru dan hasil peningkatan aktivitas anak dalam belajar.
Penilaian kinerja guru dilakukan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengajar dengan
menggunakan media pewarna bahan alam, sedangkan pengamatan aktivitas anak dilakukan
untuk mengetahui minat belajar dan keaktifan anak dalam pembelajaran. Hasil penilaian pada
kinerja guru yang diamati meliputi aspek kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Sedangkan pada observasi aktivitas anak aspek yang dinilai meliputi aspek keterlaksanaan oleh
anak, motivasi belajar anak dan keaktifan anak dalam pembelajaran.
Hasil observasi kinerja guru menunjukkan adanya peningkatan pada setiap pertemuannya. Pada
siklus I pertemuan pertama memperoleh skor 2,82 atau 70,5% (baik), pada pertemuan kedua
memperoleh skor 2,96 atau 74% (baik), dan pada pertemuan ketiga memperoleh skor 3,11 atau
77,75% (sangat baik). Pada siklus II pertemuan pertama hasil kinerja guru meningkat menjadi
3,39 atau 84,75% (sangat baik), pertemuan kedua meningkat menjadi 3,46 atau 86,5% (sangat
baik), dan pada siklus tiga diperoleh hasil 3,72 atau 93% (sangat baik). Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa kinerja guru dapat meningkat pada setiap pertemuannya. Hal tersebut
dikarenakan pada setiap pembelajaran dilakukan evaluasi bersama dengan guru dan dilakukan
perbaikan pada pertemuan berikutnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4. Nilai Hasil observasi kinerja guru pada Siklus I dan Siklus II
Hasil Penilaian
Nilai Rata- rata
Persentase
Kategori
Siklus II
Siklus I
P1
P2
P3
P1
P2
P3
2,82
2,96
3,11
3,39
3,46
3,72
70,5%
74%
77,75%
84,75%
86,5%
93%
Baik
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Selain observasi kinerja guru, penilaian pengamatan juga dilakukan pada aktivitas anak. Dalam
observasi aktivitas peserta didik atau anak menunjukkan adanya peningkatan pada setiap siklus
dan setiap pertemuannya. Pada pertemuan pertama siklus I diperoleh hasil 2,68 atau 67% (baik)
dan pada siklus II meningkat menjadi 3,37 atau 84,73% (sangat baik). Pada pertemuan kedua
hasil rata-rata siklus I sebesar 2,81 atau 70,25% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi
3,56 atau 89% (sangat baik). Sedangkan pada pertemuan ketiga siklus I memperoleh hasil 2,93
5
atau 73,25% (baik) dan pada siklus II meningkat menjadi 3,87 atau 96,75% (sangat baik). Hasil
aktivitas anak dalam belajar dapat meningkat dikarenakan anak sudah mulai terbiasa dengan
media dan metode yang digunakan dalam pembelajaran mengenal warna sekunder. Hasil
peningkatan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil observasi aktivitas peserta didik pada Siklus I dan Siklus II
Hasil Penilaian
Siklus II
Siklus I
P1
P2
P3
P1
P2
P3
2,68
2,81
2,93
3,37
3,56
3,87
Persentase
65,62%
70,25%
73,25%
Baik
Baik
Baik
89%
Sangat
Baik
96,75%
Kategori Nilai
84,37%
Sangat
Baik
Nilai Rata- rata
Sangat
Baik
Berdasarkan hasil yang dikumpulkan dari kondisi awal (pratindakan) dalam pembelajaran
hingga kondisi akhir (siklus II), serta perbandingan antar siklus dapat disimpulkan bahwa
penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna
sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Gondangrejo
Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015. Selain itu dapat juga meningkatkan kinerja guru dan
aktivitas anak dalam pembelajaran.
Pada uji pratindakan, guru belum menggunakan media pewarna bahan alam dan masih
menggunakan metode klasikal dalam pembelajaran. Pada kondisi awal tersebut diperoleh
ketuntasan klasikal sebesar 20% (4 dari 20 anak) sedangkan yang belum tuntas mencapai 80%
(16 dari 20 anak). Hal ini dikarenakan anak masih belum dapat membedakan warna yang
hampir serupa seperti biru dan hijau, kuning dan orange dan lain-lain. Selain itu anak masih
belum mengetahui pencampuran warna primer supaya menjadi warna sekunder. Oleh karena
itu dilakukan tindakan dengan menggunakan media pewarna bahan alam untuk memudahkan
anak mengenal warna baik primer maupun sekunder.
Pada siklus I ketuntasan klasikal anak mencapai 65% (13 dari 20 anak) dan sisanya 35% (7 dari
20 anak) belum mampu mencapai ketuntasan dengan baik. Peningkatan yang terjadi pada siklus
I dikarenakan media yang digunakan saat pembelajaran merupakan media baru bagi anak dan
dilakukan dengan cara bermain. Dari hal itu anak menjadi tertarik dan dapat fokus dalam
pembelajaran. Namun, hasil ketuntasan tersebut belum dapat mencapai target indikator kinerja
yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sehingga dilanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II ketuntasan klasikal anak mencapai 85% (17 dari 20 anak) dan 15% (3 dari 20
anak) belum mampu mencapai ketuntasan. Hasil ketuntasan tersebut dapat melebihi target
kinerja yang diharapkan yaitu sebesar 80%, sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus
selanjutnya. Peningkatan tersebut terjadi karena media pewarna bahan alam merupakan media
pembelajaran yang bersifat kontekstual dan berada di lingkungan sekitar anak. Hal itulah yang
membuat anak lebih mudah memahami dan mengenal warna sekunder yang dimaksudkan guru
dalam pembelajaran. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat Rachmawati dan Kurniati
(2005:57) yang menyatakan bahwa media yang berasal dari alam dapat membantu anak
menambah pengetahuan dan pembiasaan belajar yang lebih bermakna, mandiri dan menarik.
Selain itu, Torquati (2010:65) juga menyatakan bahwa:
Experiences in the natural world help children understand life cycles and seasons,
make predictions, and become aware of the interdependence between plants, animals,
6
and elements like rain and sun. Engagement with the natural world is perhaps the most
powerful way to support the investigation process observations and experimentation.
Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa dengan menggunakan alam sekitar dalam
pembelajaran, membuat anak memperoleh pengalaman langsung tentang kehidupan karena
dilakukan dengan pengamatan atau eksperimen.
Selain pendapat kedua ahli tersebut, penggunaan media bahan alam juga terdapat dalam
penelitian yang dilakukan oleh Syavaliani dan Khotimah dengan judul penelitian “Upaya
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus melalui Kegiatan Mencetak Menggunakan Media
Bahan Alam pada Kelompok A1 TK Tunas Cendekia Puri Mojobaru Cj-23 Canggu Jetis
Mojokerto”. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan adanya kesimpulan bahwa media
pewarna bahan dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak yang dilakukan melalui
kegiatan mencetak. Dari penelitian tersebut berarti media bahan alam sangat efektif digunakan
dalam pembelajaran untuk mengembangkan suatu keterampilan atau kemampuan pada anak
usia dini.
Hasil peningkatan ketuntasan anak dalam mengenal warna sekunder juga diiringi dengan
peningkatan pada observasi kinerja guru dan aktivitas anak dalam pembelajaran yang dapat
dikatakan sangat baik. Peningkatan yang terjadi dikarenakan guru dan anak sudah terbiasa
menggunakan media pewarna bahan alam dalam pembelajaran. Dengan media tersebut anak
juga semakin aktif dalam belajar dan dapat mengenal warna dengan baik melalui media
pewarna bahan alam. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pewarna bahan
alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna sekunder pada anak kelompok A TK
Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran 2014/2015. Anak yang belum mencapai ketuntasan
sebelum dikembalikan lagi ke guru kelas dilakukan bimbingan secara khusus untuk mengenal
warna sekunder dengan membuat warna yang disukai anak.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diambil kesimpulan bahwa melalui
penggunaan medi pewarna bahan alam dapat meningkatkan kemampuan mengenal warna
sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII Wonorejo Tahun Ajaran
2014/2015. Data-data yang menunjukkan peningkatan dilihat dari persentase ketuntasan
klasikal dalam mengenal warna pada pratindakan yang memperoleh 20% (4 dari 20 anak) dapat
meningkat menjadi 65% (13 dari 20 anak) pada siklus I. Peningkatan ketuntasan kelas terjadi
juga pada siklus II yang dapat mencapai 85% (17 dari 20 anak). Hasil ketuntasan pada siklus II
dapat melebihi target yang diharapkan yakni 80%, sehingga dalam hal ini penelitian tidak
dilanjutkan lagi ke siklus selanjutnya. Dari data tersebut anak yang belum mencapai ketuntasan
pada siklus II sebesar 15% (3 dari 20 anak) dikembalikan lagi ke guru kelas untuk dilakukan
bimbingan.
Peningkatan pembelajaran juga terjadi pada observasi kinerja guru. Data yang diperoleh dari
skor rata- rata siklus I mendapatkan skor 2,96 atau 74,08% (baik) dapat meningkat pada siklus
II menjadi 3,52 atau 88% (sangat baik). Selanjutnya, peningkatana juga terjadi pada observasi
aktivitas anak dalam pembelajaran. Data yang diperoleh dari skor rata- rata siklus I sebesar 2,80
atau 70,16% (baik) dan pada siklus II dapat meningkat menjadi 3,60 atau 96% (sangat baik).
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa keefektifan pembelajaran dapat meningkat dengan
menggunakan media pewarna bahan alam. Berdasarkan hasil simpulan penelitian tersebut,
dapat diketahui bahwa penggunaan media pewarna bahan alam dapat meningkatkan
kemampuan mengenal warna sekunder pada peserta didik kelompok A TK Islam Bakti XII
Wonorejo Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015.
7
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disampaikan beberapa
saran antara lain:
1. Bagi Guru
Sebaiknya guru dapat memilih metode dan media pembelajaran yang tepat dalam
melaksanakan pembelajaran khususnya mengenal warna sekunder.
2. Bagi Anak
Anak sebaiknya dilatih untuk saling bekerjasama dan aktif dalam pembelajaran, sehingga
rasa ingin tahunya akan suatu hal dapat terjawab.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah sebaiknya memberikan pembinaan terhadap guru supaya lebih memahami
metode atau strategi dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
4. Bagi Peneliti yang Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan pada peneliti lain untuk
mencoba menggunakan media pembelajaran lain yang lebih menarik, serta metode
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha, A & Dwiyana, D (Ed.). (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia
Dini. Bandung: JILSI Foundation.
Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Pitojo, S & Zumiati. (2009). Pewarna Nabati Makanan. Yogyakarta: Kanisius.
Rachmawati, Y & Kurniati, E. (2005). Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta:
Kencana.
Supratiknya, A. (2012). Penilaian Hasil Belajar dengan Teknik Nontes. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Sutara, P.K. (2009). Jenis Tumbuhan sebagai Pewarna Alam pada Beberapa Perusahaan Tenun
di Gianyar. Jurnal Bumi Lestari, 9 (2), 217-223. Diperoleh 11 Maret 2015 dari
http://download.portalgaruda.org/article. php?article=15765&val=988.
Syavaliani, T & Khotimah, N. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui
Kegiatan Mencetak Menggunakan Media Bahan Alam Pada Kelompok A1 TK Tunas
Cendekia Puri Mojobaru Cj-23 Canggu Jetis Mojokerto. PAUD Teratai. 3 (3). Diperoleh
15
Desember
2014
dari
http://ejournal.unesa.ac.id/
index.php/paudteratai/
article/view/7551.
Torquati, J. (2010). Environmental Education: A Natural Way to Nuture Children’s
Development and Learning. ProQuest Education Journal, 65 (6), 98. Diperoleh 7 Maret
2015 dari http://eric.ed.gov/?id=EJ930000.
Trianto. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Dini TK/RA & Anak
Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.
Zuliatin, Farid, M & Wigati, D. (2013). Pengaruh Seni Finger Painting Terhadap Pengetahuan
Warna. Jurnal Penelitian Psikologi, 4 (2), 181-192. Diperoleh 15 Desember 2015 dari
http://jurnalpsikologi.uinsby. ac.id/index.php/jurnalpsikologi/ article/view.
8