Hati Ikhlas – Pikiran CerdasMenuju Sosok Muslim Produktif Hati Ikhlas - Pikiran Cerdas
Menuju Sosok Muslim
Produktif
Oleh Acep Taryana
Volume I, revisi 1.0
26 September 2008
Disampaikan dalam Kultum Tarawih dan Subuh, Ramadhan
1429H malam ke 27 di Darul Arqom Perum GS 2
Miskonsepsi Umat
(kesalahan konsep)
Produktifitas Ala Islam
Produktif merupakan salah
satu sifat inti yang sangat
didambakan oleh setiap manusia. Pengakuan eksistensi
individu (juga sebuah kelompok) di lingkungan masyarakat akan ditentukan oleh ada
tidaknya produktifitas individu tersebut. Oleh karena itu,
seseorang yang tidak produktif biasanya akan digelari wujuduhu ka „adamihi, keberadaannya tidak berpengaruh dan tidak menimbulkan
perubahan yang signifikan dan
ketiadaannya pun tidak menimbulkan rasa kehilangan
serta penurunan etos produktifitas yang lainnya.Maka, sangatlah wajar bila dalam rangka
memenuhi keingian manusia
untuk menjadi sosok yang
produktif, dan eksistensinya
secara sosial diakui, banyak
konsep-konsep yang ditawarkan kepada mereka supaya
bisa membangun dirinya menjadi manusia yang produktif.
Semua konsep mempunyai
misi tertentu, baik dalam pembentukan paradigma seseorang
Bekerja bukan ibadah. 1
ataupun pembentukan visi dan
misi hidupnya
Oleh karena itu, banyak terdapat perbedaan asasi antara
konsep yang ditawarkan oleh
Islam (strategi Islam menciptakan manusia produktif) dengan konsep-konsep dari luar
Islam. Konsep-konsep dari
luar Islam biasanya berorientasikan materi dan dunia serta
menjauhkannya dari nilai-nilai
ilahiyyah. Sedangkan konsep
Islam adalah penggabungan
keduanya.
Konsep-konsep
Islam mampu menembus dimensi basyariyah sekaligus
dimensi ilahiyah. Oleh karena
itu, Islam bukanlah agama
yang hanya mengurusi masalah-masalah vertikal saja,
melainkan juga membahas
masalah yang sifatnya horizontal.
Waktu adalah uang.
2
Rizki itu adalah uang
atau materi.
3
Wujud Produktifitas Muslim
Manusia produktif
4
adalah mereka yang
memiliki banyak karya,
aktif dan enerjik
dalam bekerja.
Sekolah untuk mencari 5
kerja mendapatkan
uang.
Kematian untuk menuju kehidupan abadi.
Hidup berakhir dengan 6
kematian
Point produktifitas
Usaha Meningkatkan Produktivitas
Tahun delapan puluhan pun
sudah terdengar istilah
1 produktivitas. Teori,
konsep pendapat2 tentang produktivitaspun sdh
cukup banyak, tapi celakanya
orang Indonesia masih dituduh produktivitas kerja nya
rendah. Tapi ada yang lucu,
ada seorang direktur produksi
di Perusahaan Tekstil terbesar
di Negeri ini, paling getol
mengirim SDMnya magang
ke Jepang. Diam diam dia
mengamati produktivitas sebelum berangkat, dan setelah
kembali, pun waktu di Jepang
diminta laporan dari supervisornya. Lucunya apa? Begini!
Selama di Jepang Produktivitas naik sangat tajam, tidak
kalah dengan orang Jepang
disana. Tapi begitu kembali ke
habitat lama, Produktivitas yg
tinggi hanya bertahan beberapa bulan, sebelum kem-
Produktif untuk Alloh
SWT
bali ketitik semula (“back to
basic”).
Saat ini sedang ramai
2
pelatihan-pelatihan
manajemen seperti ESQ
(Emotional Spiritual Quotion). 2
hari pelatihan sangat berdampak
sampai nangis-nangis, tetapi
mengapa setelah kembali
kepada lingkungan bekerjanya
maka seperti tidak ada perubahan.
Produktif untuk diri
sendiri
Produktif untuk sesama
manusia.
Menuju Sosok Muslim Produktif
Page 2
Usaha Meningkatkan Produktivitas
Pengalaman seorang teman
kuliah di luar negeri.
3
Diantara teman yang
pernah mengenyam pen-
Sistem pendidikan di
4
pesantren. Sistem di
pesantren sangat ketat,
mulai pukul 3 pagi harus bangun
didikan di luar negeri sering
untuk sholat tahajud, kemudian
berseloroh, “Gimana sudah
sholat subuh, talim, sholat dhu-
kembali kedalam kondisi se-
hur, sholat ashar, sholat magrib,
mula ?”. Apa maksudnya? Tern-
talim, sholat isya dst.
yata, berhubungan dengan produktivitas bekerja, disana sangat
produktif mulai dari jam 8 pagi
sampai dengan jam 10 malam.
Tetapi disini, cukup [produktif
Anak adalah Amanah, didiklah
anak untuk tidak memboroskan
waktu, aturlah waktu belajar,bermain, istirahatnya dsb secara kontinyu.
dari pukul 7.30 sampai dengan
13.00.
Mengapa usaha itu belum memunculkan dampak yang signifikan ?
Indonesia masih dianggap negara rendah produktivitas.
ANGKA PRODUKTIFITAS :
Pendapatan minimum
bangsa produktif adalah $ 6
-8 per jam.
Pendapatan masyarakat
konsumtif $ 1- 3 per hari.
Jepang adalah bangsa produktif, umur rata-rata
orang jepang adalah 83 th
untuk wanita dan 80 tahun
untuk laki-laki.
Indonesia kurang produktif,
umur rata-rata adalah 4060 tahun. Tetapi umur
adalah rahasia Alloh SWT.
Pemecahan Masalah
Ubah Paradigma hidup.
Benahi Qolbu.
Mulai saat ini
Kontinyu
Yang
pertama,
perlu
mengubah paradigma hidup
dan ibadah. Dalam Islam,
hidup
bukanlah
menuju
kematian, akan tetapi menuju
kehidupan yang abadi. Hidup
merupakan ladang yang akan
dituai hasilnya di kehidupan
abadi nanti. Sehingga hidup
ini
merupakan
durasi
penyeleksian manusia dari
amalan-amalannya,
dari
produktifitasnya di pentas
dunia. Mana di antara mereka
yang tigkat produktifitasnya
tinggi dan mana yang tidak.
Allah
swt
berfirman:
“Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS. 67:2)
Juga dalam ayat yang lain;
“Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu.” (QS. 51:56)
Apabila paradigma (cara
pandang) terhadap hidup dan
ibadah mulai diarahkan sesuai
dengan tuntunan Islam, maka
peningkatan
produktifitas
setiap
muslim
akan
mengalami lonjakan kenaikan
yang
tinggi.
Adapun
keterbelakangan umat Islam
sekarang ini ialah disebabkan
oleh salahnya cara pandang
mereka terhadap hidup dan
ibadah
ini,
mereka
memisahkan
wilayah
kehidupan dengan agama,
dunia dengan akhirat. Padahal
sebenarnya Islam merupakan
penghubung antara dunia dan
akhirat.
akhirat.
Padahal
Pemecahan Masalah
sebenarnya Islam merupakan
penghubung antara dunia dan
akhirat.
Waktu adalah kehidupan
Yang kedua, memelihara
kunci produktifitas, yaitu hati.
Rasulullah
saw
bersabda:”Ingatlah dalam diri
manusia
ada
segumpal
daging, apabila daging itu
baik maka akan baiklah
seluruh
jasadnya.
Dan
apabila daging itu rusak maka
rusaklah seluruh jasadnya, itu
tidak lain adalah hati.” Hati
merupakan “ruh” bagi semua
potensi yang kita miliki.
Pikiran dan tenaga tidak akan
tercurahkan serta tersalurkan
dalam suatu bentuk „amaliyah
khairiyyah
(bernilai
produktif) jika kondisi hati ini
mati atau rusak. Sebagaimana
yang telah ditegaskan oleh
Rasulullah saw dalam hadits
di atas. Kalaupun ada, maka
itu secara dhahir saja dan
tidak menyentuh nilai-nilai
ilahiyyah. Hati yang terpelihara dan terlindungi akan
memancarkan energi yang
mendorong manusia untuk
beramal lebih banyak dan
lebih berkualitas lagi. Produktivitasnya akan terjaga bahkan
akan terus bertambah sedikit
demi sedikit. Dan tidak hanya
itu,
„amaliyahnya
(produktifitas) pun akan mempunyai nilai yang abadi. Nilai
ini adalah nilai keikhlasan
yang jauh dari kepentingankepentingan
pribadi
dan
duniawi. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap
amalan itu tergantung pada
niatnya“.
Volume I, revisi 1.0
Page 3
Pemecahan Masalah
Yang ketiga, bergerak dari
sekarang. Seorang sahabat
pernah berkata, “Jika engkau
di pagi hari maka janganlah
menunggu waktu besok, dan
jika engkau di sore hari maka
janganlah menunggu nanti
sore“. Prinsip “bergerak dari
sekarang” ini menunjukan
suatu etos kerja yang tinggi
dan hamasah (semangat)
beramal yang menggebugebu.
Seorang
muslim
sangatlah tidak pantas jika
menunda-nunda suatu amal,
karena
waktu
dalam
pandangan Islam sangatlah
mahal (oleh karena itu, dalam
Al-Quran Allah swt banyak
bersumpah dengan waktu).
Imam Asy-Syahid Hasan AlBanna mengatakan bahwa
“waktu adalah kehidupan” .
sangatlah tidak pantas jika
menunda-nunda suatu amal,
karena
waktu
dalam
pandangan Islam sangatlah
mahal Oleh karena itu, dalam
Al-Quran Allah swt banyak
bersumpah dengan waktu).
Dari prinsip ini, akan terlahir
sosok-sosok manusia „amali.
Manusia yang senantiasa
menghiasi waktunya dengan
lnilai-nilai produktivitas yang
tinggi, dan menjauhi nilainilai
yang
tidak
akan
mengantarkannya
kepada
suatu yang tidak produktif.
Dan inilah sosok muslim yang
ideal sebagaimana yang telah
digambarkan oleh Rasulullah
saw dalam haditsnya, ia
berkata:
“Di antara tanda bagusnya
Islam seseorang, ia senantiasa
meninggalkan perbuatan yang
tidak
bermanfaat
bagi
dirinya”.
Yang keempat, kontinuitas
dalam beramal. Dalam Islam,
masa
produktif
ialah
sepanjang hayat, selama ia
masih menghirup kehidupan,
maka ia dituntut untuk terus
beramal
dan
menjaga
produktivitasnya,
walaupun
amalan itu dilakukan sedikit
demi sedikit. Aisyah pernah
menceritakan bahwa suatu
waktu Rasulullah saw pernah
ditanya mengenai amalan
yang paling dicintai oleh
Allah, Maka Rasul pun
spontan
menjawab:“Yang
dilakukan
secara
terus
menerus,
walaupun
sedikit” (al-Hadits).
Dengan prinsip kontinuitas
ini, maka Islam dapat menjaga
kestabilan
produktivitas
seorang muslim. Islam tidak
membiarkan seorang muslim
beramal “besar” kemudian
setelah itu padam dan surut
kembali. Dorongan kontinu
(dawam)
dalam
beramal
dengan bentuk ahabul a‟mali
ilallah (yang paling disukai
oleh
Allah)
merupakan
dorongan terbesar bagi setiap
muslim untuk senantiasa terus
produktif
dan
menjaga
produktivitasnya.
Prinsip Etos Kerja Seorang Muslim
Point ketiga produktifitas
adalah “mulai/bergerak dari
saat ini”. Point ini akan berhubungan dengan masalah
etos kerja. Ada lima prinsip
etos kerja mencakup:
Keempat : Kerja keras. Ciri
pekerja keras adalah sikap
pantang menyerah;
terus
menerus mencoba hingga
berhasil. Kita bias meneladani
ibunda Ismal a.s.
Pertama : Kerja, aktifitas,
amal dalam islam adalah perwujudan rasa syukur kita
kepada ni‟mat Alloh SWT.
Kelima : Kerja dengan cerdas.
Cirinya memiliki pengetahuan
dan
keterampilan;terencana;memanfaatkan
segenap sumber daya yang
ada. Seperti dalam kisah nabi
Sulaiman.
Kedua : Seorang muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian di dunia (hasanah fiad
-dunyaa) dan akhirat (hasanah
fi al-akhirah).
Ketiga : Dua karakter utama
yang hendaknya kita miliki :
al-qawiyy dan al-amiin. Alqawiyy merujuk kepada reliability, dapat diandalkan. Juga
berarti, memiliki kekuatan
fisik dan mental(emosional,
intelektual, spiritual). Sementara Al-amiin, merujuk kepada
integrity, satunya kata dengan
perbuatan alias jujur, dapat
memegang amanah.
Etos kerja dimaknai dengan
semangat kerja atau etika
kerja. Jika etos kerja dimaknai
dengan semangat kerja maka
etos kerja seorang Muslim
bersumber dari visinya :
meraih hasanah fidunnya dan
fi alhkhirat. Jika etos kerja
dipahami sebagai etika kerja ;
sekumpulan karakter, sikap,
mentalitas kerja, maka dalam
bekerja, seorang Muslim
senantiasa menunjukkan kesungguhan.
Alloh memerintahkan umat
islam : kalau sudah selesai satu
pekerjaan, maka kerjakan lagi
yang lain. Hasil kerja hari ini
harus lebih baik dan banyak.
Dengan mengubah cara pandang bahwa Waktu adalah
bukan sekedar uang maka seorang Muslim tidak perlu takut
ketika
bekerja
kemudian
menunaikan sholat dhuhur,
ashar. Alloh sudah menjamin
Rizki kita dalam QS Ath Thalaq ayat 2-3 : “Barang siapa
yang bertakwa kepada Alloh
maka niscaya dia akan mengadakan jalan keluarnya. Dan
memberinya rizki dari arah
yang tiada disangka-sangka” .
Dengan mengubah cara pandang bahwa Produktif bukan
sekedar bekerja secara fisik
maka seseorang yang sudah
sepuh tidak perlu putus asa,
mereka masih bisa menyumbangkan pikiran untuk kehidupan ini.
Bekerja adalah Ibadah
Teori Kemungkinan :
Seandainya Surga dan Neraka
itu tidak ada maka tidak
menjadi masalah kita tidak
makan daging Babi, toh masih
banyak daging yang halal.
Tidak menjadi masalah tidak
minum Khamer, karena kalau
kita menyetir mobil minum
khamer dapat memabukkan.
Tapi apa jadinya jika Surga
dan Neraka itu ada ? Setiap
amalan akan dapat ganjaran.
Dibakar, dipotong, digergaji,
direbus, minum nanah.
Wawlahu Alam bisowab. (DR
Wahyudi Martono, Pengajar
UIIM Malaysia)
Knowledge Society merupakan
konsep baru dalam peningkatan
produktifitas.
Oleh Acep Taryana
Jl. KH Samsuri Ridwan Blok G18 Perumahan
Griya Satria Indah 2 Kalisari Purwokerto
Phone: 0281-6841573
E-mail: [email protected];
[email protected]
Homepage:aetthea.blog.unsoed.ac.id
Pengajar di Jurusan Teknik Elektro
(dimensi Informasi) Unsoed
Ramadhan Sebagai Kontrol / Pemacu :
Melalui Ramadhan ini hendaknya dijadikan sebagai pemacu untuk mengubah diri
sehingga menjadi Muslim yang produktif menuju Ridhanya. Ramadhan hanya 30
hari, tetapi Alloh telah menjamin dan berjanji bahwa banyak kebaikkan di
dalamnnya. Ibadah sunnah disejajarkan dengan ibadah wajib, banyak pahala yang
ditingkatkan derajatnya (bukan kali), ada malam lailatur qodar yang setara dengan
kebaikkan 1000 bulan jika mendapatkannya. Semuanya ini adalah janji Alloh dan
Alloh tidak pernah bohong. Janji Alloh ini akan sangat logis bagi orang-orang yang
selamanya bergelimpangan dosa ingin bertobat. Seandainya orang itu selama 50
tahun berlumuran dosa dan batas kematiannya adalah 55 tahun, maka kalau tidak
ada janji Alloh seperti itu dipastikan putus asa. Bagaimana tidak kalau dihitung
secara normal waktu tersisa dia hanya 5 tahun untuk bertobat dan mendapatkan pahala-pahala, dapat dipastikan jika menggunakan perhitungan normal biasa (linier)
maka akan lebih banyak dosanya 50 tahun. Tetapi Alloh maha tahu dan maha perkasa, Alloh ciptakan pahala yang membuat ketidaklinieran. Sehingga sangat
dimungkinkan waktu beribadah 5 tahun akan menyebabkan timbangan kebaikan
lebih berat dibanding dengan dosa yang telah dilakukan selama 50 tahun.
Ada 3 hal yang menjadikan Ramadhan istimewa yaitu 1). Sistem yang mendukung :
lingkungan mendadak berubah menjadi Islami, dimana-mana gaung ramadhan dikumandangkan, pertelevisian berubah acaranya menjadi Islami walaupun isinya tidak
sesuai dengan judul. 2). Jadwal yang ketat yang senantiasa kita ikuti, bak masuk
dalam lingkaran/pusaran air, sekali masuk maka tidak bisa keluar lagi, hati terus
terpana dan berusaha mengikuti terus amaliyah Ramadhan. 3). Tarbiah Ramadhan :
tajil bersama, kultum taraweh, kultum subuh. Semuanya telah menumbuhkan bakal
baru ustad-ustad.
Sehingga jangan heran setelah Ramadhan berakhir ada beberapa teman yang telah
mengalami perubahan diri yang tadinya malas berjamaah di mesjid menjadi rajin,
yang tadinya pemarah menjadi pemaaf, yang tadinya pendendam menjadi penyayang, yang tadinya berwajah kusam menjadi cerah dengan senyumnya yang
menawan, yang tadinya suka mengeluh berubah menjadi pemberi solusi. Perubahan
ini terjadi tiada lain karena fasilitas yang telah Alloh berikan kepada kita selama
Ramadhan.
Kesimpulan
SATU : Jadilan Muslim yang
produktif dengan etos kerja
yang baik, kerja keras saja
tidak cukup tetapi kerja dengan cerdas. Saatnya menyongsong “Knowledge Society”,
yang tadinya mengetik kata
langsung melalui papan ketik
mesin tik, tetapi sekarang
melalui computer terlebih
dahulu kita harus memiliki
bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat mengetikkan
kata/kalimat. Yang tadinya
asset organisasi itu adalah
property atau benda-benda
fisik tetapi sekarang bergeser
menjadi sumber daya manusia, sumber daya knowledge
baik tacit maupun non tacit.
Ketidakcerdasan
dalam
bekerja dapat menimbulkan
efek fatal seperti halnya Indonesia kehilangan pulau Ambalat karena kalah dipersidangan
dan karena kita tidak mengamankan knowledge berupa
dokumen/data tentang kepulauan Indonesia, paten-paten
seperti tempe, batik, angklung
telah dimiliki oleh Negara
lain. Suatu saat kita akan dilarang untuk memproduksi
angklung, tempe, batik karena
tidak memiliki hak patennya.
Walaupun dalam tulisan terdahulu digambarkan ukuran
Negara produktif itu adalah $,
tetapi sebenarnya ironi karena
menurut Islam bahwa produktifitas bukan diukur dengan
materi. Ilmuwan Jepang mengatakan bahwa sudah saatnya
ukuran kekayaan bukan materi
tetapi HIT atau jumlah akses,
seberapa banyak tetangga
yang berkunjung kerumah kita
dalam kebaikkan. Teknologi
telah memungkinkan kita
untuk dapat diakses dari seluruh dunia sehingga kita akan
sangat terasa bermanfaat untuk orang lain.
dap Alloh, produktif terhadap
diri sendiri, produktif terhadap
orang lain.
DUA : Marilah ubah cara
pandang tentang Miskonsepsi
Umat islam. Tidak hanya
produktif untuk dunia saja
tetapi produktif untuk akhirat
sehingga kita akan menjadi
muslim yang produktif terha-
Mohon maaf bila ada kata
yang kurang tepat dan menyinggung perasaan hadirin.
TIGA : Melalui Ramadhan
yang tersisa 3 hari lagi, mudah-mudahan kita bisa menjadikannya sebagai wahana
untuk menggembleng diri,
sarana tarbiah. Jangan khawatir Ramadhan tinggal 3 hari
lagi, Alloh telah menyediakan
kebaikkan didalamnya, Alloh
telah menyediakan ketidaklinieran pahala sehingga sangat dimungkinkan waktu yang
tersisa akan lebih berbobot
dibandingkan dengan waktu
yang 27 hari yang lalu.
Sumber Pustaka :
1. Al Qur‟an dan terjemahannya
2. republika.co.id
3. http://adhisaputra.wordpress.co
m/2007
4. Gibson,Rowan, Rethinking the
Future.London,Nicholas Brealy
Publishing, 1997.
5. Ibrahim,Anwar,The Asian Renaissance.Singapore, Times
BookInternational,1996.
6. Sumber lain yang belum teridentifikasi.
EMPAT : Semoga kita
mampu menjadi Muslim yang
lebih baik dari hari kemarin.
Wasalamua‟laikum wR wB
Data diolah menjadi informasi,
informasi menjadi bahan membentuk pengetahuan (Knowledge),
Knowledge akan membentuk
manusia yang arif/bijak (wise)
Produktif
Oleh Acep Taryana
Volume I, revisi 1.0
26 September 2008
Disampaikan dalam Kultum Tarawih dan Subuh, Ramadhan
1429H malam ke 27 di Darul Arqom Perum GS 2
Miskonsepsi Umat
(kesalahan konsep)
Produktifitas Ala Islam
Produktif merupakan salah
satu sifat inti yang sangat
didambakan oleh setiap manusia. Pengakuan eksistensi
individu (juga sebuah kelompok) di lingkungan masyarakat akan ditentukan oleh ada
tidaknya produktifitas individu tersebut. Oleh karena itu,
seseorang yang tidak produktif biasanya akan digelari wujuduhu ka „adamihi, keberadaannya tidak berpengaruh dan tidak menimbulkan
perubahan yang signifikan dan
ketiadaannya pun tidak menimbulkan rasa kehilangan
serta penurunan etos produktifitas yang lainnya.Maka, sangatlah wajar bila dalam rangka
memenuhi keingian manusia
untuk menjadi sosok yang
produktif, dan eksistensinya
secara sosial diakui, banyak
konsep-konsep yang ditawarkan kepada mereka supaya
bisa membangun dirinya menjadi manusia yang produktif.
Semua konsep mempunyai
misi tertentu, baik dalam pembentukan paradigma seseorang
Bekerja bukan ibadah. 1
ataupun pembentukan visi dan
misi hidupnya
Oleh karena itu, banyak terdapat perbedaan asasi antara
konsep yang ditawarkan oleh
Islam (strategi Islam menciptakan manusia produktif) dengan konsep-konsep dari luar
Islam. Konsep-konsep dari
luar Islam biasanya berorientasikan materi dan dunia serta
menjauhkannya dari nilai-nilai
ilahiyyah. Sedangkan konsep
Islam adalah penggabungan
keduanya.
Konsep-konsep
Islam mampu menembus dimensi basyariyah sekaligus
dimensi ilahiyah. Oleh karena
itu, Islam bukanlah agama
yang hanya mengurusi masalah-masalah vertikal saja,
melainkan juga membahas
masalah yang sifatnya horizontal.
Waktu adalah uang.
2
Rizki itu adalah uang
atau materi.
3
Wujud Produktifitas Muslim
Manusia produktif
4
adalah mereka yang
memiliki banyak karya,
aktif dan enerjik
dalam bekerja.
Sekolah untuk mencari 5
kerja mendapatkan
uang.
Kematian untuk menuju kehidupan abadi.
Hidup berakhir dengan 6
kematian
Point produktifitas
Usaha Meningkatkan Produktivitas
Tahun delapan puluhan pun
sudah terdengar istilah
1 produktivitas. Teori,
konsep pendapat2 tentang produktivitaspun sdh
cukup banyak, tapi celakanya
orang Indonesia masih dituduh produktivitas kerja nya
rendah. Tapi ada yang lucu,
ada seorang direktur produksi
di Perusahaan Tekstil terbesar
di Negeri ini, paling getol
mengirim SDMnya magang
ke Jepang. Diam diam dia
mengamati produktivitas sebelum berangkat, dan setelah
kembali, pun waktu di Jepang
diminta laporan dari supervisornya. Lucunya apa? Begini!
Selama di Jepang Produktivitas naik sangat tajam, tidak
kalah dengan orang Jepang
disana. Tapi begitu kembali ke
habitat lama, Produktivitas yg
tinggi hanya bertahan beberapa bulan, sebelum kem-
Produktif untuk Alloh
SWT
bali ketitik semula (“back to
basic”).
Saat ini sedang ramai
2
pelatihan-pelatihan
manajemen seperti ESQ
(Emotional Spiritual Quotion). 2
hari pelatihan sangat berdampak
sampai nangis-nangis, tetapi
mengapa setelah kembali
kepada lingkungan bekerjanya
maka seperti tidak ada perubahan.
Produktif untuk diri
sendiri
Produktif untuk sesama
manusia.
Menuju Sosok Muslim Produktif
Page 2
Usaha Meningkatkan Produktivitas
Pengalaman seorang teman
kuliah di luar negeri.
3
Diantara teman yang
pernah mengenyam pen-
Sistem pendidikan di
4
pesantren. Sistem di
pesantren sangat ketat,
mulai pukul 3 pagi harus bangun
didikan di luar negeri sering
untuk sholat tahajud, kemudian
berseloroh, “Gimana sudah
sholat subuh, talim, sholat dhu-
kembali kedalam kondisi se-
hur, sholat ashar, sholat magrib,
mula ?”. Apa maksudnya? Tern-
talim, sholat isya dst.
yata, berhubungan dengan produktivitas bekerja, disana sangat
produktif mulai dari jam 8 pagi
sampai dengan jam 10 malam.
Tetapi disini, cukup [produktif
Anak adalah Amanah, didiklah
anak untuk tidak memboroskan
waktu, aturlah waktu belajar,bermain, istirahatnya dsb secara kontinyu.
dari pukul 7.30 sampai dengan
13.00.
Mengapa usaha itu belum memunculkan dampak yang signifikan ?
Indonesia masih dianggap negara rendah produktivitas.
ANGKA PRODUKTIFITAS :
Pendapatan minimum
bangsa produktif adalah $ 6
-8 per jam.
Pendapatan masyarakat
konsumtif $ 1- 3 per hari.
Jepang adalah bangsa produktif, umur rata-rata
orang jepang adalah 83 th
untuk wanita dan 80 tahun
untuk laki-laki.
Indonesia kurang produktif,
umur rata-rata adalah 4060 tahun. Tetapi umur
adalah rahasia Alloh SWT.
Pemecahan Masalah
Ubah Paradigma hidup.
Benahi Qolbu.
Mulai saat ini
Kontinyu
Yang
pertama,
perlu
mengubah paradigma hidup
dan ibadah. Dalam Islam,
hidup
bukanlah
menuju
kematian, akan tetapi menuju
kehidupan yang abadi. Hidup
merupakan ladang yang akan
dituai hasilnya di kehidupan
abadi nanti. Sehingga hidup
ini
merupakan
durasi
penyeleksian manusia dari
amalan-amalannya,
dari
produktifitasnya di pentas
dunia. Mana di antara mereka
yang tigkat produktifitasnya
tinggi dan mana yang tidak.
Allah
swt
berfirman:
“Yang menjadikan mati dan
hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” (QS. 67:2)
Juga dalam ayat yang lain;
“Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahKu.” (QS. 51:56)
Apabila paradigma (cara
pandang) terhadap hidup dan
ibadah mulai diarahkan sesuai
dengan tuntunan Islam, maka
peningkatan
produktifitas
setiap
muslim
akan
mengalami lonjakan kenaikan
yang
tinggi.
Adapun
keterbelakangan umat Islam
sekarang ini ialah disebabkan
oleh salahnya cara pandang
mereka terhadap hidup dan
ibadah
ini,
mereka
memisahkan
wilayah
kehidupan dengan agama,
dunia dengan akhirat. Padahal
sebenarnya Islam merupakan
penghubung antara dunia dan
akhirat.
akhirat.
Padahal
Pemecahan Masalah
sebenarnya Islam merupakan
penghubung antara dunia dan
akhirat.
Waktu adalah kehidupan
Yang kedua, memelihara
kunci produktifitas, yaitu hati.
Rasulullah
saw
bersabda:”Ingatlah dalam diri
manusia
ada
segumpal
daging, apabila daging itu
baik maka akan baiklah
seluruh
jasadnya.
Dan
apabila daging itu rusak maka
rusaklah seluruh jasadnya, itu
tidak lain adalah hati.” Hati
merupakan “ruh” bagi semua
potensi yang kita miliki.
Pikiran dan tenaga tidak akan
tercurahkan serta tersalurkan
dalam suatu bentuk „amaliyah
khairiyyah
(bernilai
produktif) jika kondisi hati ini
mati atau rusak. Sebagaimana
yang telah ditegaskan oleh
Rasulullah saw dalam hadits
di atas. Kalaupun ada, maka
itu secara dhahir saja dan
tidak menyentuh nilai-nilai
ilahiyyah. Hati yang terpelihara dan terlindungi akan
memancarkan energi yang
mendorong manusia untuk
beramal lebih banyak dan
lebih berkualitas lagi. Produktivitasnya akan terjaga bahkan
akan terus bertambah sedikit
demi sedikit. Dan tidak hanya
itu,
„amaliyahnya
(produktifitas) pun akan mempunyai nilai yang abadi. Nilai
ini adalah nilai keikhlasan
yang jauh dari kepentingankepentingan
pribadi
dan
duniawi. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap
amalan itu tergantung pada
niatnya“.
Volume I, revisi 1.0
Page 3
Pemecahan Masalah
Yang ketiga, bergerak dari
sekarang. Seorang sahabat
pernah berkata, “Jika engkau
di pagi hari maka janganlah
menunggu waktu besok, dan
jika engkau di sore hari maka
janganlah menunggu nanti
sore“. Prinsip “bergerak dari
sekarang” ini menunjukan
suatu etos kerja yang tinggi
dan hamasah (semangat)
beramal yang menggebugebu.
Seorang
muslim
sangatlah tidak pantas jika
menunda-nunda suatu amal,
karena
waktu
dalam
pandangan Islam sangatlah
mahal (oleh karena itu, dalam
Al-Quran Allah swt banyak
bersumpah dengan waktu).
Imam Asy-Syahid Hasan AlBanna mengatakan bahwa
“waktu adalah kehidupan” .
sangatlah tidak pantas jika
menunda-nunda suatu amal,
karena
waktu
dalam
pandangan Islam sangatlah
mahal Oleh karena itu, dalam
Al-Quran Allah swt banyak
bersumpah dengan waktu).
Dari prinsip ini, akan terlahir
sosok-sosok manusia „amali.
Manusia yang senantiasa
menghiasi waktunya dengan
lnilai-nilai produktivitas yang
tinggi, dan menjauhi nilainilai
yang
tidak
akan
mengantarkannya
kepada
suatu yang tidak produktif.
Dan inilah sosok muslim yang
ideal sebagaimana yang telah
digambarkan oleh Rasulullah
saw dalam haditsnya, ia
berkata:
“Di antara tanda bagusnya
Islam seseorang, ia senantiasa
meninggalkan perbuatan yang
tidak
bermanfaat
bagi
dirinya”.
Yang keempat, kontinuitas
dalam beramal. Dalam Islam,
masa
produktif
ialah
sepanjang hayat, selama ia
masih menghirup kehidupan,
maka ia dituntut untuk terus
beramal
dan
menjaga
produktivitasnya,
walaupun
amalan itu dilakukan sedikit
demi sedikit. Aisyah pernah
menceritakan bahwa suatu
waktu Rasulullah saw pernah
ditanya mengenai amalan
yang paling dicintai oleh
Allah, Maka Rasul pun
spontan
menjawab:“Yang
dilakukan
secara
terus
menerus,
walaupun
sedikit” (al-Hadits).
Dengan prinsip kontinuitas
ini, maka Islam dapat menjaga
kestabilan
produktivitas
seorang muslim. Islam tidak
membiarkan seorang muslim
beramal “besar” kemudian
setelah itu padam dan surut
kembali. Dorongan kontinu
(dawam)
dalam
beramal
dengan bentuk ahabul a‟mali
ilallah (yang paling disukai
oleh
Allah)
merupakan
dorongan terbesar bagi setiap
muslim untuk senantiasa terus
produktif
dan
menjaga
produktivitasnya.
Prinsip Etos Kerja Seorang Muslim
Point ketiga produktifitas
adalah “mulai/bergerak dari
saat ini”. Point ini akan berhubungan dengan masalah
etos kerja. Ada lima prinsip
etos kerja mencakup:
Keempat : Kerja keras. Ciri
pekerja keras adalah sikap
pantang menyerah;
terus
menerus mencoba hingga
berhasil. Kita bias meneladani
ibunda Ismal a.s.
Pertama : Kerja, aktifitas,
amal dalam islam adalah perwujudan rasa syukur kita
kepada ni‟mat Alloh SWT.
Kelima : Kerja dengan cerdas.
Cirinya memiliki pengetahuan
dan
keterampilan;terencana;memanfaatkan
segenap sumber daya yang
ada. Seperti dalam kisah nabi
Sulaiman.
Kedua : Seorang muslim hendaknya berorientasi pada pencapaian di dunia (hasanah fiad
-dunyaa) dan akhirat (hasanah
fi al-akhirah).
Ketiga : Dua karakter utama
yang hendaknya kita miliki :
al-qawiyy dan al-amiin. Alqawiyy merujuk kepada reliability, dapat diandalkan. Juga
berarti, memiliki kekuatan
fisik dan mental(emosional,
intelektual, spiritual). Sementara Al-amiin, merujuk kepada
integrity, satunya kata dengan
perbuatan alias jujur, dapat
memegang amanah.
Etos kerja dimaknai dengan
semangat kerja atau etika
kerja. Jika etos kerja dimaknai
dengan semangat kerja maka
etos kerja seorang Muslim
bersumber dari visinya :
meraih hasanah fidunnya dan
fi alhkhirat. Jika etos kerja
dipahami sebagai etika kerja ;
sekumpulan karakter, sikap,
mentalitas kerja, maka dalam
bekerja, seorang Muslim
senantiasa menunjukkan kesungguhan.
Alloh memerintahkan umat
islam : kalau sudah selesai satu
pekerjaan, maka kerjakan lagi
yang lain. Hasil kerja hari ini
harus lebih baik dan banyak.
Dengan mengubah cara pandang bahwa Waktu adalah
bukan sekedar uang maka seorang Muslim tidak perlu takut
ketika
bekerja
kemudian
menunaikan sholat dhuhur,
ashar. Alloh sudah menjamin
Rizki kita dalam QS Ath Thalaq ayat 2-3 : “Barang siapa
yang bertakwa kepada Alloh
maka niscaya dia akan mengadakan jalan keluarnya. Dan
memberinya rizki dari arah
yang tiada disangka-sangka” .
Dengan mengubah cara pandang bahwa Produktif bukan
sekedar bekerja secara fisik
maka seseorang yang sudah
sepuh tidak perlu putus asa,
mereka masih bisa menyumbangkan pikiran untuk kehidupan ini.
Bekerja adalah Ibadah
Teori Kemungkinan :
Seandainya Surga dan Neraka
itu tidak ada maka tidak
menjadi masalah kita tidak
makan daging Babi, toh masih
banyak daging yang halal.
Tidak menjadi masalah tidak
minum Khamer, karena kalau
kita menyetir mobil minum
khamer dapat memabukkan.
Tapi apa jadinya jika Surga
dan Neraka itu ada ? Setiap
amalan akan dapat ganjaran.
Dibakar, dipotong, digergaji,
direbus, minum nanah.
Wawlahu Alam bisowab. (DR
Wahyudi Martono, Pengajar
UIIM Malaysia)
Knowledge Society merupakan
konsep baru dalam peningkatan
produktifitas.
Oleh Acep Taryana
Jl. KH Samsuri Ridwan Blok G18 Perumahan
Griya Satria Indah 2 Kalisari Purwokerto
Phone: 0281-6841573
E-mail: [email protected];
[email protected]
Homepage:aetthea.blog.unsoed.ac.id
Pengajar di Jurusan Teknik Elektro
(dimensi Informasi) Unsoed
Ramadhan Sebagai Kontrol / Pemacu :
Melalui Ramadhan ini hendaknya dijadikan sebagai pemacu untuk mengubah diri
sehingga menjadi Muslim yang produktif menuju Ridhanya. Ramadhan hanya 30
hari, tetapi Alloh telah menjamin dan berjanji bahwa banyak kebaikkan di
dalamnnya. Ibadah sunnah disejajarkan dengan ibadah wajib, banyak pahala yang
ditingkatkan derajatnya (bukan kali), ada malam lailatur qodar yang setara dengan
kebaikkan 1000 bulan jika mendapatkannya. Semuanya ini adalah janji Alloh dan
Alloh tidak pernah bohong. Janji Alloh ini akan sangat logis bagi orang-orang yang
selamanya bergelimpangan dosa ingin bertobat. Seandainya orang itu selama 50
tahun berlumuran dosa dan batas kematiannya adalah 55 tahun, maka kalau tidak
ada janji Alloh seperti itu dipastikan putus asa. Bagaimana tidak kalau dihitung
secara normal waktu tersisa dia hanya 5 tahun untuk bertobat dan mendapatkan pahala-pahala, dapat dipastikan jika menggunakan perhitungan normal biasa (linier)
maka akan lebih banyak dosanya 50 tahun. Tetapi Alloh maha tahu dan maha perkasa, Alloh ciptakan pahala yang membuat ketidaklinieran. Sehingga sangat
dimungkinkan waktu beribadah 5 tahun akan menyebabkan timbangan kebaikan
lebih berat dibanding dengan dosa yang telah dilakukan selama 50 tahun.
Ada 3 hal yang menjadikan Ramadhan istimewa yaitu 1). Sistem yang mendukung :
lingkungan mendadak berubah menjadi Islami, dimana-mana gaung ramadhan dikumandangkan, pertelevisian berubah acaranya menjadi Islami walaupun isinya tidak
sesuai dengan judul. 2). Jadwal yang ketat yang senantiasa kita ikuti, bak masuk
dalam lingkaran/pusaran air, sekali masuk maka tidak bisa keluar lagi, hati terus
terpana dan berusaha mengikuti terus amaliyah Ramadhan. 3). Tarbiah Ramadhan :
tajil bersama, kultum taraweh, kultum subuh. Semuanya telah menumbuhkan bakal
baru ustad-ustad.
Sehingga jangan heran setelah Ramadhan berakhir ada beberapa teman yang telah
mengalami perubahan diri yang tadinya malas berjamaah di mesjid menjadi rajin,
yang tadinya pemarah menjadi pemaaf, yang tadinya pendendam menjadi penyayang, yang tadinya berwajah kusam menjadi cerah dengan senyumnya yang
menawan, yang tadinya suka mengeluh berubah menjadi pemberi solusi. Perubahan
ini terjadi tiada lain karena fasilitas yang telah Alloh berikan kepada kita selama
Ramadhan.
Kesimpulan
SATU : Jadilan Muslim yang
produktif dengan etos kerja
yang baik, kerja keras saja
tidak cukup tetapi kerja dengan cerdas. Saatnya menyongsong “Knowledge Society”,
yang tadinya mengetik kata
langsung melalui papan ketik
mesin tik, tetapi sekarang
melalui computer terlebih
dahulu kita harus memiliki
bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat mengetikkan
kata/kalimat. Yang tadinya
asset organisasi itu adalah
property atau benda-benda
fisik tetapi sekarang bergeser
menjadi sumber daya manusia, sumber daya knowledge
baik tacit maupun non tacit.
Ketidakcerdasan
dalam
bekerja dapat menimbulkan
efek fatal seperti halnya Indonesia kehilangan pulau Ambalat karena kalah dipersidangan
dan karena kita tidak mengamankan knowledge berupa
dokumen/data tentang kepulauan Indonesia, paten-paten
seperti tempe, batik, angklung
telah dimiliki oleh Negara
lain. Suatu saat kita akan dilarang untuk memproduksi
angklung, tempe, batik karena
tidak memiliki hak patennya.
Walaupun dalam tulisan terdahulu digambarkan ukuran
Negara produktif itu adalah $,
tetapi sebenarnya ironi karena
menurut Islam bahwa produktifitas bukan diukur dengan
materi. Ilmuwan Jepang mengatakan bahwa sudah saatnya
ukuran kekayaan bukan materi
tetapi HIT atau jumlah akses,
seberapa banyak tetangga
yang berkunjung kerumah kita
dalam kebaikkan. Teknologi
telah memungkinkan kita
untuk dapat diakses dari seluruh dunia sehingga kita akan
sangat terasa bermanfaat untuk orang lain.
dap Alloh, produktif terhadap
diri sendiri, produktif terhadap
orang lain.
DUA : Marilah ubah cara
pandang tentang Miskonsepsi
Umat islam. Tidak hanya
produktif untuk dunia saja
tetapi produktif untuk akhirat
sehingga kita akan menjadi
muslim yang produktif terha-
Mohon maaf bila ada kata
yang kurang tepat dan menyinggung perasaan hadirin.
TIGA : Melalui Ramadhan
yang tersisa 3 hari lagi, mudah-mudahan kita bisa menjadikannya sebagai wahana
untuk menggembleng diri,
sarana tarbiah. Jangan khawatir Ramadhan tinggal 3 hari
lagi, Alloh telah menyediakan
kebaikkan didalamnya, Alloh
telah menyediakan ketidaklinieran pahala sehingga sangat dimungkinkan waktu yang
tersisa akan lebih berbobot
dibandingkan dengan waktu
yang 27 hari yang lalu.
Sumber Pustaka :
1. Al Qur‟an dan terjemahannya
2. republika.co.id
3. http://adhisaputra.wordpress.co
m/2007
4. Gibson,Rowan, Rethinking the
Future.London,Nicholas Brealy
Publishing, 1997.
5. Ibrahim,Anwar,The Asian Renaissance.Singapore, Times
BookInternational,1996.
6. Sumber lain yang belum teridentifikasi.
EMPAT : Semoga kita
mampu menjadi Muslim yang
lebih baik dari hari kemarin.
Wasalamua‟laikum wR wB
Data diolah menjadi informasi,
informasi menjadi bahan membentuk pengetahuan (Knowledge),
Knowledge akan membentuk
manusia yang arif/bijak (wise)