perda Retribusi IZIN Gangguan

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH
NOMOR

39

TAHUN 2003

TENTANG
RETRIBUSI IZIN GANGGUAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PRABUMULIH
Menimbang

:

a. bahwa dalam rangka Pemantapan pelaksanaan kegiatan perekonomian dan
meningkatkan pendapatan Asli Daerah dari sektor retribusi maka perlu
menerbitkan pedoman tentang retribusi izin gangguan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut diatas, maka perlu
menetapkan Peraturan Daerah Kota Prabumulih tentang retribusi izin

gangguan.

Mengingat

:

1. Undang-undang Gangguan (Hinder Ordonantie) Stbl Tahun 1926 Nomor 226
yang diubah dan ditambah dengan Stbl Tahun 1940 Nomor 14 dan 450;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3669);
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
4. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4048);
5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Prabumulih
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 86, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4113);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara 4139);
8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan
Presiden( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70).
9. Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 30 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Prabumulih
(Lembaran Daerah Kota Prabumulih Tahun 2003 Nomor 42 );
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PRABUMULIH
MEMUTUSKAN :

2


Menetapkan

:

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG RETRIBUSI
GANGGUAN

IZIN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Peraturan Derah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kota Prabumulih.
2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Prabumulih.
3. Walikota adalah Walikota Prabumulih.
4. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Prabumulih
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Prabumulih.
6. Izin Undang-undang Gangguan (HO) adalah izin yang diberikan oleh Walikota Prabumulih bagi tempat
usaha yang kegiatan usahanya berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang Gangguan (Hinder

Ordonantie) Stbl Tahun 226 Jo.Stbl Tahun 1940 Nomor 14 dan 450.
7. Usaha adalah setiap kegiatan pengusaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.
8. Biaya perizinan adalah pungutan atau pemasukan uang bagi Pemerintah Kota pemberian Izin Undangundang Gangguan.
9. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Prabumulih.
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
(1) Setiap orang atau Badan Hukum yang akan melaksanakan kegiatan mendirikan membuka atau
memperluas tempat usaha yang berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang gangguan Stbl Tahun
1926 nomor 226 Jo Stbl Tahun 1940 Nomor 14 dan 450 diwajibkan memiliki izin Gangguan yang
diberikan Walikota.
(2)
Jangka waktu berlakunya izin gangguan ditetapkan selama usaha tersebut masih berjalan dan
dilakukan pendaftaran ulang setiap 5 (lima) Tahun sekali dalam rangka pengendalian dan pengawasan.
(3)
Permohonan izin Gangguan diajukan kepada Walikota melalui Kepala Kantor.
(4)
Syarat-syarat dan cara pengajuan izin akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
(5)
Setiap pemberian izin gangguan dipungut retribusi.

BAB III
NAMA, OBJEK, SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 3
Dengan nama retribusi izin gangguan, dipungut retribusi atas izin yang diajukan untuk mendirikan,
membuka atau memperluas tempat usaha yang diwajibkan memiliki izin gangguan.
Pasal 4
Objek Retribusi Izin Gangguan adalah semua tempat usaha yang kegiatanya meliputi :
1. Yang didalamnya akan diadakan alat yang dijalankan dengan pesawat uap air atau pesawat gas,
demikian juga akan dijalankan dengan motor listrik dan lain-lain tempat bekerja yang
menggunakan uap air, gas uap air yang besar (tinggi) tekananya.
2. Yang disediakan untuk membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin dan bahan-bahan lainya
mudah meletus termasuk juga pabrik-pabrik dan tempat-tempat menyimpan kembang api (petasan
atau mercon)
3. Yang disediakan untuk membuat bahan-bahan kimia, termasuk juga pabrik geretan (korek api)
4. Yang disediakan untuk memperoleh, mengolah dan menyimpan benda-benda hasil pengolahan
yang mudah habis (menguap)

3

5. Yang disediakan untuk mengukus tanpa memakai air, bahan-bahan yang berasal dari tanaman

atau binatang-binatang dan untuk mengolah hasil yang diperoleh dari pembuatan itu, didalamnya
termasuk juga pabrik-pabrik gas.
6. Yang disediakan untuk membuat lemak damar.
7. Yang disediakan untuk menyimpan dan mengolah ampas (bungkil atau sampah).
8. Yang dipergunakan sebagai tempat membuat mouth (kecambah-kecambah) dari berbagai jenis
(kedelai dan kacang) tempat-tempat membuat bir, pembakaran, pengukusan, pabrik spiritus,
pabrik cuka, pabrik tepung dan pembikinan roti, demikian pula pabrik sirup buah-buahan.
9. Yang disediakan untuk pemotongan hewan, pengkulitan, tempat pengolahan isi perut
hewan,penjemuran, pengasapan ( penyalian ) dan pengasinan , benda- benda yang berasal dari
binatang demikian pula penyamakan kulit.
10. Parik- parik dan personil tembikar( keramik ) pembakaran batu , genteng , ubin dan tegal .tempat
pembuatan barang - barang kaca , pembuatan kapur karang kapur bata dan tempat penghancuran
kapur.
11. Untuk peleburan logam , penuangan besi , pemukulan logam , tampat mencanai logam ,
pertukangan tembaga , kakung dan pembikinan kawah.
12. Untuk penggilingan batu kincir, penggergajian kayu dan penggilingan ( kilang ) minyak .
13. Untuk galangan kapal , pematahan batu dan penggergajian kayu , pembuatan gilingan
pembakaran karet , pembuatan tahang dan kedai tukang kayu.
14. Untuk penyewaan kereta dan pemeliharaan susu.
15. Untuk latihan menembak.

16. Untuk bangsal tempat menggantungkan daun- daun tembakau .
17. Untuk pabrik kayu ( singkong dan tapioka )
18. Untuk pabrik guna mengerjakan ruber , karet atau getah pecah atau benda- benda yang
mengandung karet.
19. Untuk bangsal kapuk dan pembatikan
20. Untuk warung-warung dalam bangunan yang tetap,demikian pula segala pendirian yang lain,yang
dapat mengakibatkan bahaya dan gangguan.
Pasal 5
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang melakukan jenis kegiatan usaha yang
diwajibkan memiliki izin gangguan.
BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Retribusi izin gangguan termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.
BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
Tingkat penggunaan jasa di ukur berdasarkan luas tempat usaha.

4


BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN YANG DIANUT DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BERDASARKAN TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.

BAB VII
STRUKTUR BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 9
Atas izin gangguan yang diajukan dikenakan tarif retribusi sebagai berikut:
NO
1.

Golongan Tempat Usaha
Tempat Usaha Besar

Jenis Usaha
a. Tempat

usaha
yang
ada
didalamnya diadakan alat yang
dijalankan dengan pesawat uap
atau pesawat gas, motor listrik
dan lain-lain tempat bekerja yang
menggunakan uap air, gas atau
uap air yang besar (tinggi)
tekanannya.
b. Tempat usaha yang dipergunakan
untuk membuat, mengerjakan dan
menyimpan mesin dan buahbuahan
yang
mudah
meletus/meledak, termasuk juga
pabrik-pabrik dan tempat-tempat
penyimpanan
kembang
api

(petasan dan mercon).
c. Tempat usaha yang digunakan
untuk membuat bahan-bahan
kimia
termasuk juga pabrik
geretan (korek api).
d. Tempat usaha yang dipergunakan
untuk
mengukus
tanpa
menggunakan air, bahan-bahan
yang berasal dari tanaman atau
binatang dan untuk megobah hasil
yang di peroleh itu, termasuk juga
pabrik gas.
e. Pabrik-pabrik
porselin
dan
tembikar (Keramik), pembakaran
batu dan tempat menghancurkan

kapur.
f. Tempat usaha yang dipergunakan
untuk penggilingan batu kincir,
penggergajian
kayu
dan
penggilingan (Kilang) minyak.
g. Pabrik guna mengerjakan Rubber,
karet, getah percah atau bendabenda yang mengandung karet.

Tarif
Rp 300.000,-

5

2.

Tempat Usaha Menengah

a. Tempat usaha yang disediakan Rp 250.000,untuk memperoleh, mengolah dan
menyimpan
benda-benda
pengolahan yang mudah habis
(menguap).
b. Tempat usaha yang dipergunakan
sebagai tempat untuk membuat
Mouth (Kecambah) dari berbagai
jenis kedelai dan kacang, tempattempat membuat bir, pembakaran
pengukusan, pabrik spritus, pabrik
cuka, pabrik penyaringan pabrik
tepung dan pembikinan roti
demikian pula pabrik sirup buahbuahan.
c. Tempat usaha yang dipergunakan
untuk
pemotongan
hewan,
pengulitan, tempat mengolah isi
perut
hewan,
penjemuran
pengasapan (penyalaian) dan
pengasinan benda-benda yang
berasal dari binatang, demikian
pula penyamakan kulit.
d. Tempat usaha yang dipergunakan
sebagai tempat pemahatan batu
dan
penggergajian
kayu,
pembuatan
penggilingan,
pembikinan kereta, pembuatan
tahang dan kedai tukang kayu.
e. Tempat usaha penyewaan kereta
dan pemerahan susu.
f. Tempat/lapangan/ruangan untuk
latihan menembak.
g. Pabrik ubi kayu (singkong dan
tapioka)
h. Bangsal Kapuk dan pembatikan.

3.

Tempat Usaha Kecil

a. Tempat usaha yang dipergunakan
untuk membuat lemak dan damar
b. Tempat usaha yang dipergunakan
untuk menyimpan dan mengolah
ampas (Bungkil atau Sampah).
c. Bangsal tempat menggantungkan
daun-daun tembakau.
d. Warung-warung dalam bangunan
yang tetap dan pendirian tempat
usaha yang dapat mengakibatkan
bahaya, kerugian atau gangguan.

BAB VIII

Rp 150.000,-

6

WILAYAH PEM UNGUTAN
Pasal 10
Retribusi terutang dipungut diwilayah Daerah.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 11
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan surat keterangan retribusi Daerah atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 12
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi
adminstrasi berupa biaya sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan surat tagihan retribusi Daerah.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai/lunas.
(2) Pembayaran retribusi Daerah dilakukan diluar Daerah atau tempat lain yang dituju sesuai waktu yang
ditentukan dengan menggunakan SKRD, SKRD Jabatan dan SKRD Tambahan.
(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka hasil penerimaan retribusi harus
disetor ke kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh
Walikota.
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1)

Pengeluaran surat teguran / peringatan /surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo
pembayaran.
(2)
Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain
yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terhutang.
(3)
Surat teguran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang
ditunjuk.
Pasal 15
Bentuk – bentuk formulir yang di pergunakan untuk melaksanakan penagihan retribusi penagihan Daerah
sebagaimana di maksud dalam Pasal 14 ayat ( I ) ditetapkan oleh WaliKota.

7

BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 16
(1)

Walikota dapat memberikan pengurangan , keringanan, dan pembebasan
retribusi setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(2)
Pengurangan , keringanan ,dan pembebasan retribusi diberikan dengan
memperhatikan kemampuan wajib retribusi.
BAB XIV
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Penagihan retribusi kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 ( tiga ) tahun terhitung sejak saat
terutangnya retribusi , kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi .
(2) Kadaluwarsa penagihan sebagaimana di maksud dalam ayat ( 1 ) tertunda apabila;
a. Diterbitkan surat teguran atau ;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. .

BAB XV
INSTANSI PEMUNGUT
Pasal 18
(1) Instansi pemungut ditetapkan oleh Walikota.
(2)
kepada instansi pemungut diberikan biaya pemungutan sebesar 5 % ( lima persen ) dari hasil yang
disetor ke Kas Daerah.
(3)
Pembagian biaya pemungutan tersebut pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut oleh Walikota.
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 19
(1)

Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan
paling lama 3 ( tiga ) bulan atau denda paling banyak Rp . 2.500 000 .00 ( Dua juta lima ratus ribu
rupiah ).
(2)
Tindak pidana sebagimana dimaksud ayat ( 1 ) adalah pelanggaran.
(3)
Denda sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ) disetor ke kas Daerah.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 20
(1)

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberikan wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan Penyidikan Tindak Pidana dibidang retribusi Daerah.
(2)
Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a.
Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan Tindak Pidana Retribusi Daerah agar keterangan atau laopran tersebut menjadi
lengkap dan jelas.

8

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
(3)

Meneliti,mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana Retribusi
Daerah.
Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.
Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah.
Melakukan penggeledahan, untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi Daerah.
Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat
pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud hurup c.
Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang retribusi Daerah.
Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
Menghentikan penyidikan.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyidikan Tindak Pidana bidang
retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21

Hal – hal yang belum di atur dalam peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan di atur
lebih lanjut oleh Walikota.
Pasal 22
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya , memerintahkan, pengudangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Prabumulih
Ditetapkan di Prabumulih
pada tanggal 30 Desember 2003
WALIKOTA PRABUMULIH

RACHMAN DJALILI
Diundangkan di Prabumulih
pada tanggal 9 Februari 2004
SEKRETARIS DAERAH KOTA
PRABUMULIH

ABDUL LATIEF M ENDIWO

9

LEMBARAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI C