T1 802013134 Full text

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA
PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

OLEH
DYAH AYU NOVIANDHINI
802013134

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN
AKADEMIS


Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama
:
Dyah Ayu Noviandhini
NIM
:
802013134
Program Studi
:
Psikologi
Fakultas
:
Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
:
Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN
DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Salatiga
Pada Tanggal: 22 Agustus 2017
Yang menyatakan,

Dyah Ayu Noviandhini

Mengetahui,
Pembimbing

Prof. Dr. Sutarto Wijono., MA

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama

:

Dyah Ayu Noviandhini

NIM

:

802013134

Program Studi

:

Psikologi

Fakultas


:

Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir, judul :
HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN
DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN
Yang dibimbing oleh :
Prof. Dr. Sutarto Wijono., MA.
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan Tugas Akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 22 Agustus 2017
Yang memberi pernyataan

Dyah Ayu Noviandhini


LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA PENSIUN
DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Oleh
Dyah Ayu Noviandhini
802013134

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 22 Agustus 2017
Oleh:
Pembimbing

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
Diketahui Oleh,

Disahkan oleh,


Kaprogdi

Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS

Prof. Dr. Sutarto Wijono., MA

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN MENGHADAPI MASA
PENSIUN DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

Dyah Ayu Noviandhini
Sutarto Wijono


Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji hubungan antara kecemasan
menghadapi pensiun dengan semangat kerja karyawan.Penelitian ini merupakan
penelitian populasi. Subjek penelitian adalah karyawan yang akan memasuki cuti besar
dengan usia pegawai antara 52-57 tahun, dan mereka akan pensiun dalam kurun waktu
1-6 tahun lagi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yang
menggunakan subjek penelitian sebanyak 50 orang. Hasil analisis korelasi "Spearman
Ranked-Order " r = 0,498 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara dua variabel. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa ada hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun
dengan semangat kerja pada pegawai


Kata Kunci : Kecemasan Menghadapi Pensiun, Semangat Kerja Pegawai

i

Abstract

The purpose of this research is to examine the correlation between the anxiety of facing
retired time with the work spirit of the employee. This research includes population
research. The subject of this research is all the employees who will face the furlough,
the age between 52-57 years old and they will face the retired time about next 1 – 6
years. This research use quantitative method and the data taken from 50 people. The
result of the analysis correlation “Spearman Ranked-Order” r = 0,498 and the
significant degree is 0,000 (p < 0,05). It shows that there is a significant positive
correlation between two variables and it can be concluded that there is acorrelation
between the anxiety of facing the retired time with the work spirit of the employee.

Keywords : The Anxiety Of Facing The Retired Time, The WorkSpirit Of The

Employee


ii

PENDAHULUAN
Ketika orang memasuki masa pensiun seorang karyawan seharusnya merasa
senang karena telah mencapai puncak kariernya. Individu dapat menikmati masa
hidupnya dengan lebih santai, rileks, tenang, dan bahagia. Dengan kata lain, individu
tidak lagi terbebani dengan berbagai tugas dan tanggung jawab dari instansi atau
organisasi tempatnya bekerja. Saat masa pensiun tiba, maka individu akan lebih banyak
waktu dan kesempatan bersama-sama dengan keluarga atau pasangannya. Individu
mengerjakan sesuatu yang disukai dan bukan pekerjaan yang harus dikerjakannya,
individu dapat meningkatkan kualitas kesehatan karena berkurangnya tekanan beban
kerja yang harus dihadapi. Pada akhirnya individu dapat memaknai kehidupannya
dengan penuh keoptimisan (Aidit, 2000). Akan tetapi, dalam memasuki masa pensiun
ada juga individu yang merasa kehilangan semangat dalam bekerja.
Seorang karyawan yang memiliki semangat kerja yang baik tentunya akan
memberikan sikap yang positif seperti kesetiaan, kegembiraan, kerjasama, kebanggan
dalam dinas dan ketaatan dalam kewajiban. Berbeda dengan karyawan yang memiliki
semangat kerja yang rendah, karena karyawan tersebut cenderung menunjukkan sikap
yang pasif seperti suka membantah, merasa gelisah dalam bekerja dan merasa tidak
nyaman (Karsini, dkk, 2016).

Ada beberapa fenomena yang terkait dengan semangat kerja dapat diidentifikasi,
melalui hasil observasi dan wawancara penulis dengan karyawan pada hari Jumat 21
April 2017 secara personal pada karyawan. Hasilnya menunjukan bahwa karyawan
yang akan menghadapi masa pensiun mengatakan bahwa mereka sering telat masuk
kerja bahkan tak jarang mereka membolos ataupun ijin tidak masuk kerja. Selain itu,
sebagian dari mereka kurang begitu fokus terhadap tugas-tugas pekerjaan yang

1

2

diberikan sehingga mereka kurang dapat disiplin dalam mengerjakan ataupun
melakukan tugasnya. Sebagian juga kurang dapat melakukan kerja sama dengan teman
dan masih belum dapat bertanggung jawab ketika diberi tugas. Karyawan mengaku
merasa jenuh dengan pekerjaan yang sudah lama mereka lakukan. Berdasarkan
fenomena tersebut dapat dikatakan terdapat masalah terkait dengan semangat kerja.
Oleh sebab itu, semangat kerja karyawan penting diteliti.
Beberapa penelitian yang dapat mendukung mengenai semangat kerja
diantaranya, seorang pegawai yang mempunyai semangat kerja tinggi akan selalu
memberikan sikap yang positif kepada pekerjaan dan juga lingkungan kerjanya (Djui &

Setiasih, 2001). Seorang pegawai yang memiliki semangat kerja sedang terkadang
melakukan tugas-tugasnya dengan perasaan biasa-biasa saja, melakukan tugasnya
dengan santai hingga terkadang tidak tepat waktu dalam penyelesaiannya, dan juga
terkadang juga merasa malas dan bosan dengan pekerjaannya. Pegawai yang
mempunyai semangat kerja rendah biasanya dalam bekerja dia tidak tenang, sering
menunda pekerjaannya, serta ingin menyelesaikan pekerjaan sendiri tanpa mau
bekerjasama dengan teman yang lain (Djui & Setiasih, 2001). Menurut Nitisemito
(2000) gejala-gejala yang nampak saat seorang pegawai mengalami penurunan
semangat kerja diantaranya yaitu, rendahnya produktivitas kerja, tingkat absensi yang
tinggi, tingkat perpindahan karyawan yang tinggi, tingkat kerusakan yang meningkat,
kegelisahan dimana-mana, tuntutan yang sering terjadi, dan pemogokan. Secara khusus
mengenai perasaan kegelisahan ini dapat diartikan sebagai kecemasan dimana hal ini
menjadi suatu ancaman bagi kehidupan seseorang terhadap gambaran masa depannya
(Kartono, 2000).

3

Semangat kerja memiliki dampak yang sangat besar bagi perusahaan,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Tohardi (2002), semangat kerja sangat penting
bagi organisasi karena, (1) semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka
absensiatau tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat kerja yang tinggi dari
buruh dan karyawan maka pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan
dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih singkat atau lebih cepat, (3) dengan
semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh keuntungan dari sudut
kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam bekerja, maka semakin
besar angka kerusakan, (4) semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan
akan merasa senang bekerja seingga kecil kemungkinan karyawan akan pindah bekerja
ke tempat lain, (5) semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi angka kecelakaan
karena karyawan yang mempunyai semangat kerja tinggi cenderung bekerja dengan
hati-hati dan teliti sehingga bekerja sesuai dengan prosedur yang ada.
Semangat kerja pada karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Jos
Masdani (dalam Anoraga, 1992) menyebutkan faktor yang mempengaruhi semangat
kerja ada dua yaitu faktor kepribadian dan faktor kehidupan emosional karyawan,
seperti rasa takut, khawatir, cemas ataupun gelisah; dengan kata lain bahwa pada
kenyataannya karyawan yang sedang memasuki masa pensiun akan memiliki rasa
kecemasan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang mengatakan
bahwa ketika memasuki masa pensiun, sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak
tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak (Rini, 2001), oleh karena itu
penelitian tentang kecemasan penting dilakukan.
Kemudian, Nawawi (2003) menjelaskan bahwa ketika individu yang mengalami
kecemasan dalam menghadapi masa pensiun, maka individu tersebut akan mengalami

4

penurunan semangat kerja. Menurut hasil penelitian Widiastuti (2008) menunjukkan
bahwa pada umumnya, seseorang mengalami kecemasan adalah karena ketidakpastian
karyawan dalam menghadapi pensiun yang disebabkan masih banyaknya tanggungan
yang harus diselesaikan. Pada kenyataannya banyak orang yang mengalami ketakutan
akan pensiun. Perasaan inilah yang akhirnya menimbulkan kecemasan pada seseorang
yang akan mengalami pensiun.
Hasil penelitian Yuliarti & Mulyana (2014),

mengenai hubungan antara

kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT. Pos
Indonesia (Persero) Kantor Pusat Surabaya, terdapat hubungan yang signifikan antara
kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada pegawai PT. Pos
Indonesia (Persero) Kantor Pusat Surabaya.
Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa pensiun adalah pemberhentian dengan
hormat oleh pihak perusahaan terhadap pegawai yang usianya telah lanjut. Terdapat
beberapa perubahan yang dialami seorang pegawai ketika akan menghadapi pensiun,
yaitu masalah keuangan, berkurangnya harga diri, berkurangnya kontak sosial yang
berorientasi pekerjaan, hilangnya makna suatu tugas dan hilangnya rutinitas.
Kecemasan menghadapi pensiun adalah perasaan yang muncul karena rasa
khawatir akan kondisi yang tidak menentu, tidak pasti, tidak bisa diprediksi, dan
gangguan-gangguan yang berpotensi sebagai akibat karena akan memasuki masa
pension. Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi dan menyebabkan timbulnya
kecemasan dalam menghadapi pensiun, diantaranya masih mempunyai tanggungan
keluarga, datangnya masa tua, hilangnya status pekerjaan, status sosial, dan fasilitasfasilitas yang didapatkan selama masih bekerja, dan juga tidak mempunyai pekerjaan
sampingan.

5

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian ini yaitu
tentang hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun dengan semangat kerja pada
pegawai.

RUMUSAN MASALAH
Apakah ada hubungan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan
semangat kerja karyawan.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara
kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja.

HIPOTESIS
Ada hubungan negatif signifikan antara kecemasan menghadapi masa pensiun
dengan semangat kerja karyawan. Dengan kata lain semakin tinggi kecemasan dalam
menghadapi masa pensiun, maka semakin rendah semangat kerja karyawan. Semakin
rendah kecemasan menghadapi masa pensiun maka semakin tinggi tingkat semangat
kerja karyawan.
LANDASAN TEORI
A. Semangat Kerja
1. Pengertian semangat kerja
Hasley (dalam Palloan, 2010) menyatakan bahwa semangat kerja adalah
sikap kesediaan perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk
menghasilkan kerja yang lebih banyak dan lebih tanpa menambah keletihan,
yang menyebabkan karyawan dengan antusias ikut serta dalam kegiatan-

6

kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan
tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang
mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-satunya
kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
2. Aspek-aspek semangat kerja menurut Hasley (dalam Palloan, 2010), yaitu:
a. Presensi, kehadiran pegawai ditempat kerja, ketepatan pegawai datang
dan pulang kerja, kehadiran pegawai mengikuti kegiatan atau acara
dalam instansi.
b. Disiplin kerja, kepatuhan karyawan terhadap peraturan dan tata tertib
instansi, kepatuhan karyawan terhadap instruksi yang datang dari atasan.
c. Kerjasama, mau bekerjasama dengan atasan teman sejawat maupun
bawahan, adanya kemauan membantu teman yang mengalami kesulitan
dalam melakukan pekerjaan, adanya kemauan untuk menerima kritik
serta saran dari orang lain.
d. Tanggung jawab, adanya kesadaran bahwa pekerjaan yang diberikan
bukan hanya kepentingan instansi tetapi juga untuk kepentingannya
sendiri, penyelesain tugas.
e. Produktivitas kerja, hasil yang dicapai, ketepatan menggunakan waktu
dalam menyelesaikan tugas
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap semangat kerja karyawan
menurut Zainun (2004), yaitu:

7

a. Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan terutama antara
pimpinan yang sehari-hari berhadapan langsung dengan para karyawan
yang dibawahinya.
b. Kepuasan para karyawan terhadap tugas dan pekerjaannya karen
memperoleh tugas yang disukai sepenuhnya
c. Terdapatnya suatu suasana dan iklim kerja yang bersahabat sehingga
mampu meningkatkan semangat kerja karyawan.
d. Rasa kemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga
merupakan tujuan bersama-sama mereka yang diwujudkan secara
bersama-sama pula.
e. Adanya tingkat kepuasan ekonomi sebagai imbalan yang dirasakan adil
terhadap jerih payah yang telah diberikan oleh organisasi.
f. Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap
segala sesuatu yang dapat membahayakan diri pribadi dan karier dalam
pekerjaan.Fakta yang tidak bisa terelakkan adalah terdapat karyawan
yang akan memasuki masa pensiun yang menyebabkan berkurangnya
ketenangan jiwa karyawan saat bekerja.

B. Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
1. Pengertian kecemasan menghadapi masa pensiun
Kecemasan menghadapi masa pensiun merupakan suatu reaksi seseorang
terhadap kejadian yang akan dilaluinya yaitu aktivitas pengunduran diri dari
pekerjaannya dan kehidupan afektifnya yang menandai akhir periode kerja.
Aktivitas yang akan dilaluinya tersebut dirasakan mendatangkan beberapa
permasalahan yaitu permasalahan ekonomi, kehilangan status, perasaan tidak

8

berguna, dan masalah kesepian yang dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi,
dan kognitif (Purnomo, 2008).
2.

Aspek-aspek kecemasan menghadapi masa pensiun menurut Mahler
(dalam Prastiti, 2005) adalah sebagai berikut:
a. Aspek emosional, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan
perasaan individu terhadap suatu hal yang dialami secara sadar dan
mempunyai ketakutan yang mendalam. Misalnya : cenderung terus-menerus
merasa khawatir akan sesuatu yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak
sabar dan sering mengeluh.
b. Aspek kognitif , reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan
kekhawatiran individu terhadap konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan
dialami. Bila kekhawatiran meningkat, hal ini dapat mengganggu kemampuan
kognitif individu, seperti : sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan
mudah panik.
c. Aspek fisik, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan dengan reaksi
tubuh. Secara fisik, individu akan tampak berkeringat walaupun udara tidak
panas, jantung berdebar terlalu keras, tangan atau kaki dingin, gangguan
pencernaan, mulut dan tenggorokan terasa kering, muka tampak pucat, sering
buang air kecil, otot dan persendian terasa kaku, sering mengalami gangguan
tidur atau susah tidur. Hal lain yang dapat diperhatikan adalah individu
mudah merasa lelah, tidak merasa santai, mudah terkejut dan terkadang
menggerak-gerakkan wajah atau anggota tubuh dalam frekuensi yang
berlebihan,

seperti

mengoyang-goyangkan kaki

atau

tangan,

sering

9

merenggangkan leher atau anggota tubuh lainnya. Setiap individu yang cemas
mengalami gejala fisik yang berbeda-beda
3.

Hubungan kecemasan menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Setyaningsih dan Mu’in
(2013), Adanya hubungan yang signifikan antara Semangat kerja dengan tingkat
kecemasan pada kelompok pekerja PNS yang menghadapi masa pensiun.
Semangat kerja dengan tingkat kecemasan pada kelompok pekerja PNS yang
menghadapi masa pensiun, tampaknya cukup jelas diketahui bahwa dalam hasil
penelitian ini para pegawai yang akan menghadapi pensiun memiliki kecemasan
yang sedang dan semangat kerja mereka juga sedang. Kecemasan yang dialami
oleh pegawai yang akan menghadapi pensiun itu tidak terlalu tinggi karena
mereka masih bisa mengatasi rasa cemas yang muncul pada dirinya. Sama
halnya dengan semangat kerja pegawai yang menghadapi pensiun juga tidak
terlalu rendah karena para pegawai masih mempunyai semangat kerja yang
cukup atau sedang meskipun dirinya akan segera menghadapi pensiun dan sudah
tidak bekerja lagi. Hal ini diperkuat juga melalui penelitian yang di lakukan
Unger dan Crawford (1992) ada dua, yakni pandangan positif dan negatif.
Seseorang yang memiliki pandangan positif memaknai pensiun sebagai suatu
kebebasan setelah sekian tahun bekerja, kesempatan yang cukup baik untuk
bepergian atau berlibur, melakukan hobi, dan memanfaatkan waktu luang.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki pandangan negatif memaknai pensiun
sebagai keadaan yang membosankan, penarikan diri, dan kemungkinan besar
munculnya perasaan tidak berguna. Pandangan negatif seperti ini yang dapat

10

menimbulkan emosi-emosi negatif sehingga akan mengarahkan seseorang pada
kecemasan menghadapi masa pensiun.
Selain itu Newman dan Newman (1999) juga mengatakan bahwa bagi
beberapa orang, pensiun merupakan beban yang tidak diharapkan. Mereka
merasa pesimis dan merasa tidak berguna karena kehilangan pekerjaan. Pensiun
lebih dimaknai sebagai suatu kehilangan daripada suatu kesempatan baru atau
kebebasan sehingga mempengaruhi semangat kerja individu. Sama seperti yang
dikemukakan oleh Davidoff & Collings (dalam Syahraini & Rohmatun, 2007)
bahwa orang yang mengalami kecemasan ini biasanya mempunyai penilaian
yang kurang baik terhadap dirinya, mempunyai kecerdasan emosi yang rendah
dan kurang percaya diri.

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Azwar (2012) menyebutkan bahwa pada penelitian kuantitatif, data penelitian
hanya akan diintrepretasikan dengan lebih objektif apabila diperoleh melalui suatu
proses pengukuran.

Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, sebagai berikut :
1. Variabel Bebas (X)

: Kecemasan menghadapi masa pensiun

2. Variabel Terikat (Y)

: Semangat kerja

11

B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 yaitu karyawan yang akan
memasuki masa pensiun. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifatsifat yang ada didalam populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Narbuko &
Achmadi, 2003). Karakteristik yang dijadikan sampel penelitian adalah: (1)
karyawan tetap, (2) berusia 52 – 57 tahun, (3) akan pensiun dalam kurun waktu 1 6 tahun.

C. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penulis melakukan
pengumpulan data dengan menyebarkan angket pada tanggal 21 April 2017. Subjek
yang dipilih dalam penelitian ini karyawan yang akan memasuki masa pensiun
dalam jangka waktu 1—6 tahun lagi. Penyebaran angket dilakukan oleh penulis dan
dibantu oleh beberapa rekan penulis. Penulis memberikan angket sebanyak 75 ke
sebuah perusahaan di Semarang dan hanya 25 angket yang diberikan kembali pada
penulis. Selanjutnya, penulis juga langsung mendatangi ke rumah-rumah subjek
dengan bantuan beberapa rekan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan try out
terpakai, dimana subjek yang digunakan dalam try out sekaligus digunakan dalam
penelitian.
D. Instrumen Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecemasan
menghadapi pensiun dan skala semangat kerja, berikut penjelasannya:

12

1. Skala kecemasan menghadapi masa pensiun
Kecemasan karyawan dalam menghadapi dalam masa pensiun diukur
dengan skala kecemasan menghadapi pensiun dari Mahler (dalam Prastiti,
2005). Skala ini terdiri dari 3 aspek yang meliputi (1) aspek emosional yaitu
perasaan khawatir, tegang, gelisah, (2) Aspek kognitif , yaitu perilaku sulit
berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau, dan mudah panik, dan (3) Aspek fisik,
yaitu keadaan fisik seperti jantung berdebar, gangguan tidur, dan sesak nafas.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala
dari Likert dengan 4 kategori pilihan, yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak
sesuai (TS), sesuai (S) dan sangat sesuai (SS). Jenis item yang digunakan
terdapat 2 macam yaitu, favourable dan unfavourable. Untuk item favourable,
pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S mendapat
skor 3 dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya untuk item unfavourable,
pilihan STS mendapat skor 4, TS mendapat skkor 3, S mendapat skor 2 dan SS
mendapat skor 1.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji
kembali alat ukur dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan
sekaligus untuk penelitian. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi aitem dan
reliabilitas skala kecemasan menghadapi masa pensiun sebanyak dua kali
putaran, yang terdiri dari 36 aitem, diperoleh aitem gugur sebanyak 11 aitem.
Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik
koefisien Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala kecemasan
menghadapi masa pensiun sebesar 0,926

13

Tabel 1
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha
.926

N of Items
25

2. Skala semangat kerja
Semangat kerja karyawan diukur dengan skala semangat kerja dari
Hasley (dalam Palloan, 2010). Penyusunan skala dalam penelitian ini terdiri dari
5 aspek yang meliputi (1) Presensi, kehadiran pegawai ditempat kerja, ketepatan
pegawai datang dan pulang kerja, kehadiran pegawai mengikuti kegiatan atau
acara dalam instansi (2) Disiplin kerja, kepatuhan karyawan terhadap peraturan
dan tata tertib instansi, kepatuhan karyawan terhadap instruksi yang datang dari
atasan (3) Kerjasama, mau bekerjasama dengan atasan teman sejawat maupun
bawahan, adanya kemauan membantu teman yang mengalami kesulitan dalam
melakukan pekerjaan, adanya kemauan untuk menerima kritik serta saran dari
orang lain (4) Tanggung jawab, adanya kesadaran bahwa pekerjaan yang
diberikan bukan hanya kepentingan instansi tetapi juga untuk kepentingannya
sendiri, penyelesain tugas (5) Produktivitas kerja, hasil yang dicapai, ketepatan
menggunakan waktu dalam menyelesaikan tugas.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode skala
dari Likert dengan 4 kategori pilihan, yaitu sangat tidak sesuai (STS), tidak
sesuai (TS), sesuai (S) dan sangat sesuai (SS). Jenis item yang digunakan
terdapat 2 macam yaitu, favourable dan unfavourable. Untuk item favourable,
pilihan STS mendapat skor 1, pilihan TS mendapat skor 2, pilihan S mendapat

14

skor 3 dan pilihan SS mendapat skor 4. Sebaliknya untuk item unfavourable,
pilihan STS mendapat skor 4, TS mendapat skkor 3, S mendapat skor 2 dan SS
mendapat skor 1.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai untuk menguji
kembali alat ukur dimana subjek yang digunakan untuk try out digunakan
sekaligus untuk penelitian. Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi aitem dan
reliabilitas skala semangat kerja sebanyak dua kali putaran, terdiri dari 50 aitem,
diperoleh aitem gugur sebanyak 5 aitem.
Teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas menggunakan teknik
koefisien Alpha Cronbach. Hasil koefisien Alpha pada skala semangat kerja
sebesar 0,955.
Tabel 2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.955

45

E. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah dengan menggunakan
metode statistik. Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua
variabel adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Dalam penelitian ini,
analisis data akan dilakukan dengan bantuan program khusus komputer statistik
yaitu SPSS seri 16.0 for windows.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar
deviasi sebagai hasil pengukuran skala kecemasan menghadapi masa pensiun dan skala
semangat kerja:
Tabel 3. Deskriptif Statistika
Desriptive Statistics
N
KECEMASAN
SK
Valid N
(listwise)

Minimum Maximum
50
50

73
129

100
176

Mean
83.00
151.10

Std.
Deviation
8.816
14.029

50

Berdasarkan tabel, tampak skor empirik yang diperoleh pada skala kecemasan
menghadapi masa pensiun paling rendah adalah 73 dan skor paling tingi adalah 100,
rata-ratanya adalah 83,00 dengan standar deviasi 8,816. begitu juga dengan skala
semangat kerja paling rendah 129 dan paling tinggi adalah 176, rata-ratanya adalah
151,10 dengan standar deviasi 14,029.
Menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel kecemasan menghadapi
masa pensiun yaitu dengan menggunakan 4 (empat) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,
rendah dan sangat rendah. Jumlah pilihan pada masing-masing aitem adalah 4 (empat).
Pembagian skor maksimum dengan cara mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah
soal, yaitu 4 x 25 aitem = 100 dan pembagian skor minimum dengan mengkalikan skor
terendah dengan jumlah soal, yaitu 1 x 25 aitem = 25. Sedangkan untuk menentukan
tinggi rendahnya hasil pengukuran variabel semangat kerja yaitu juga dengan
menggunakan 4 (4mpat) kategori yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah.

16

Skor tertinggi adalah 4 (empat) dan skor terendah adalah 1 (satu), maka skor maksimun
diperoleh dengan mengkalikan skor tertinggi dengan jumlah aitem, yaitu 4 x 45 aitem =
180 dan pembagian skor minimum dengan mengkalikan skor terendah dengan jumlah
soal,

yaitu

1

x

45

aitem

=

45.

Untuk

pembagian

interval

dilakukan

menjadiempatkategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah dan
membaginya dengan jumlah kategori.

Maka dari perhitungan tersebut didapatkan hasil seperti di tabel berikut ini:

Tabel 4. Kategorisasi Pengukuran Skala Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
Skala

Kecemasan
Menghadapi
Masa
Pensiun

No

Interval

Kategori

N

Persentase

1

81,25≤ x ≤ 100

Sangat
Tinggi

21

42%

2

62,5≤ x < 81,25

Tinggi

29

58%

3

43,75≤ x < 62,5

Rendah

0

0%

4

25≤ x < 43,75

Sangat
Rendah

0

0%

50

100%

Jumlah

Mean

SD

83,00

8,816

Berdasarkan tabel data diatas, menunjukan tingkat kecemasan menghadapi masa
pensiun yang diperoleh dari 50 subjek tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada
kategori sangat rendah berjumlah 0 karyawan dengan presentase sebesar 0%, kategori
rendah sebanyak 0 karyawan dengan presentase sebesar 0%, kategori tinggi sebanyak
29karyawan dengan presentase sebesar 58% dan kategori sangat tinggi sebanyak

17

21karyawan dengan presentase sebesar 42%. Berdasarkan data diatas juga dapat dilihat
bahwa karyawan rata-rata memiliki kecemasan menghadapi masa pensiun yang tinggi
yaitu 83,00%, dengan standar deviasi 8,816. Skor karyawan bergerak dari skor
minimum yakni sebesar 25 dan skor maksimum sebesar 100.
Berdasarkan seleksi item dari uji reliabilitas terdapat 11 item yang dinyatakan
gugur dan 25 item yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan hasil yang didapat
bahwa tingkat kinerja pada karyawan berada pada tingkat yang sedang.
Tabel 5. Kategorisasi Pengukuran Skala Semangat Kerja
Skala

Semangat
Kerja

No

Interval

Kategori

N

Persentase

1

146,25≤ x ≤ 180

Sangat
tinggi

26

52%

2

112,75≤ x
0,05)
yang didapat dari hasil analisa menggunakan program SPSS 16.0. Hasil uji
normalitas adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KECEMASAN SK
N
Normal Parametersa

Mean
Std. Deviation
Most
Extreme Absolute
Differences
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

50
83.00
8.816
.210
.210
-.128
1.483
.025

50
151.10
14.029
.127
.127
-.079
.901
.391

Hasil perhitungan uji Kolmogorov-smirnov Z pada kecemasan menghadapi
masa pensiun diperoleh besar nilai K-S-Z sebesar 1,483 dengan nilai sign. = 0,025 (p <
0,05) yang artinya variabel kecemasan menghadapi masa pensiun berdistribusi tidak

19

normal, dan semangat kerja memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,901 dengan nilai sign. =
0,391 (p > 0,05) yang artinya variabel semangat kerjaberdistribusi normal.
b. Uji Linearitas
Pengujian linearitas diperlukan untuk mengetahui apakan dua variabel yang
sudah ditetapkan, memiliki hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kedua
variable dapat dikatakan linear bila memiliki nilai signifikansi deviation from linearity
(p > 0,05).
Tabel 7. Uji Linearitas
ANOVA Table

SK *
KECEMASAN

Between
Groups

(Combined)
Linearity
Deviation
from
Linearity

Within Groups
Total

Sum of
Squares

df

Mean
Square

Sig.

5756.821

21

274.134 1.974

2885.826

1

2885.826

2870.996

20

143.550 1.034

3887.679

28

138.846

9644.500

49

F
.046

20.78 .000
4
.459

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
hubungan kecemasan menghadapi masa pensiun dan semangat kerja adalah linear,
karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda = 1,034 dan nilai signifikansi sebesar
0,459 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan antara kecemasan
menghadapi masa pensiun dengan semangat kerja menunjukkan garis yang sejajar atau
linear.

20

Uji Korelasi
Perhitungan korelasi dilakukan setelah uji asumsi yang meliputi uji normalitas
dan uji lineritas, dari perhitungan uji korelasi antara variabel bebas dan terikat, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Uji Korelasi
Correlations
Spearman's rho KECEMAS
AN

SK

KECEMASAN

SK

Correlation Coefficient

1.000

.498**

Sig. (1-tailed)

.

.000

N

50

Correlation Coefficient

50
**

.498

1.000

Sig. (1-tailed)

.000

.

N

50

50

Berdasarkan hasil korelasi antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan
semangat kerja, didapatkan r= 0,498 dengan sig.=0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut
menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kecemasan menghadapi
masa pensiun dengan semangat kerja. Semakin tinggi kecemasan menghadapi masa
pensiun maka semakin tinggi pula semangat kerja yang dimiliki karyawan.

PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara kecemasan menghadapi masa
pensiun dengan semangat kerja karyawan, diperoleh hasil r = 0,498, p < 0,05. Hasil
tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara kecemasan dengan
semangat kerja. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa, semakin tinggi kecemasan
yang dimiliki, semakin tinggi pula semangat kerja karyawan. Ini artinya kecemasan
menjadi perasaan yang dianggap penting untuk memengaruhi semangat kerja.

21

Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Yuliarti &
Mulyana (2014), Hubungan antara kecemasan menghadapi masa pensiun dengan
semangat kerja pegawai PT.POS (Persero) kantor pusat Surabaya, adanya hubungan
yang positif signifikan antara hubungan kecemasan menghadapi masa pensiun dengan
semangat kerja pada pegawai PT.POS (Persero) kantor pusat Surabaya. Kecemasan
yang dialami oleh pegawai yang akan menghadapi pensiun itu tidak terlalu tinggi karena
mereka masih bisa mengatasi rasa cemas yang muncul pada dirinya. Sama halnya
dengan semangat kerja pegawai yang menghadapi pensiun juga tidak terlalu rendah
karena para pegawai masih mempunyai semangat kerja yang cukup atau sedang
meskipun dirinya akan segera menghadapi pensiun dan sudah tidak bekerja lagi.
Ada beberapa kemungkinan bahwa hasil penelitian tidak sesuai dengan hipotesis
yang dibangun. Pertama, sebagian karyawan menganggap bahwa mereka telah memiliki
kesiapan dalam menghadapi masa pensiun, sehingga membuat dirinya merasa bahwa
kecemasan adalah hal yang dianggap bagian yang mesti mereka nikmati. Sehingga
dapat meningkatkan semangat kerja mereka. Seperti yang diungkapkan Rosyid (2003);
Braithwaithe, dkk (dalam Wanti, 2008); Parkinson dkk (1990); Atamimi dan Djaini
(dalam Wahyu, 2011), faktor internal yang mempengaruhi kecemasan menghadapi
masa pensiun antara lain kesiapan menghadapi masa pensiun ditunjukkan dalam bentuk
perencanaan-perencanaan prapensiun. Orang yang memiliki perencanaan dan persiapan
yang matang dalam menghadapi masa pensiun, akan cenderung lebih dapat beradaptasi
dengan kondisi paskapensiun sehingga dapat mencegah kecemasan menghadapi masa
pensiun.
Kedua, para karyawan sadar akan masa kerjanya yang sebentar lagi akan habis
sehingga mereka menikmati tugas-tugas yang diberikan. Selama mereka bekerja,

22

mereka mengaku hanya memiliki waktu sedikit untuk melakukan liburan bersama
keluarga dan melakukan hobi-hobi yang mereka senangi, ini menjadi salah satu alasan
mereka menikmati kecemasan dalam menghadapi masa pensiun yang mereka hadapi,
karena setelah masa pensiun tiba mereka akan dapat melakukan kegiatan yang mereka
senangi dan memiliki waktu lebih banyak bersama keluarga mereka, karena mereka
tidak perlu mengerjakan tugas-tugas kantor setelah pensiun. Hal ini didukung oleh teori
yang diungkapkan oleh Aidit ( 2000), memasuki masa pensiun seorang karyawan
seharusnya merasa senang karena telah mencapai puncak kariernya. Individu dapat
menikmati masa hidupnya dengan lebih santai, rileks, tenang, dan bahagia. Dengan kata
lain, individu tidak lagi terbebani dengan berbagai tugas dan tanggung jawab dari
instansi atau organisasi tempatnya bekerja. Saat masa pensiun tiba, maka individu akan
lebih banyak waktu dan kesempatan bersama-sama dengan keluarga atau pasangannya.
Individu mengerjakan sesuatu yang disukai dan bukan pekerjaan yang harus
dikerjakannya, individu dapat meningkatkan kualitas kesehatan karena berkurangnya
tekanan beban kerja yang harus dihadapi. Pada akhirnya individu dapat memaknai
kehidupannya dengan penuh keoptimisan.
Ketiga, karyawan mengaku sudah terlanjur nyaman dengan sesama rekan kerja
mereka, bahkan tidak sedikit yang menganggap rekan kerjanya tidak hanya sekedar
rekan kantor biasa melainkan sebagai keluarga mereka. Selain saling membantu dalam
mengerjakan tugas, mereka juga saling berbagi cerita atau bertukar fikiran ketika
memiliki masalah. Hal ini menjadi semangat tersendiri dalam mengerjakan tugas-tugas
di kantor. Seperti yang diungkapkan oleh Muchinsky (2002), kondisi seseorang yang
menunjang dirinya melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik. Suasana kerja pada
umumnya menjadi faktor penentu yang dapat membangkitkan semangat kerja

23

karyawan. Misalnya saja, terciptanya seasana

kekeluargaan diantara sesama rekan

kerja, dan juga suasana ruang kondusif. Hal tersebut dapat memberikan reaksi positif
bagi karyawan untuk membangkitkan semangat dan kegairahan kerja.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Adanya hubungan positif yang signifikan antara kecemasan menghadai masa
pensiun dengan semangat kerja pegawai. Semakin tinggi kecemasan
menghadapi masa pensiun yang dimiliki pegawai, semakin tinggi semangat
kerja yang dilakukan, begitu pula sebaliknya.
2. Para pegawai rata-rata memiliki kecemasan menghadapi masa pensiun yang
masuk ke dalam kategori tinggi dengan presentase 58%, dan rata-rata
memiliki semangat kerja yang masuk dalam kategori sangat tinggi juga
dengan presentase sebesar 52%.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta mengingat masih banyaknya keterbatasan dalam
penelitian ini, maka peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Pegawai
Setiap karyawan perlu mempersiapkan diri dalam menghadapi pensiun dengan
cara menikmati setiap tugas yang diberikan. Sehingga karyawan akan tetap
bersemangat dalam bekerja. Ada beberapa yang perlu dilakukan agar karyawan
tetap fokus terhadap tugas-tugas yang dialami oleh karyawan melalui sharing,

24

saling bertukar pikiran dan melihat alternatif lain untuk persiapan masa pensiun
nanti.
2. Bagi Kantor
Pihak perusahaan harus mempunyai iniasiatif tinggi dalam memberi kesempatan
kepada setiap karyawan untuk menghadapi tingkat kecemasan sehingga
membuat mereka lebih bersemangat. Strategi yang perlu dilakukan adalah
memberi wadah berdiksuai atau mengadakan pelatihan/seminar tentang masa
pensiun.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini menekankan pada variabel kecemasan menghadapi pensiun,
sehingga tidak semua faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja dapat
diungkap.

Oleh

karena

itu,

diharapkan

panelitian

selanjutnya

dapat

mengungkapkan variabel lain yang belum diungkap pada penelitian ini,
misalnya hubungan semangat kerja dengan komitmen organisasi. Adanya variasi
pada penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang ilmu
psikologi,

terutama

psikologi

industri

organisasi.

25

DAFTAR PUSTAKA
Aidit,

S.
(2000).
Catatan
Seorang
Pensiun.
Dalam
psikologi/com/htm:51k. Diakses tanggal 3 Januari 2009.

http://www.e-

Azwar, S. (2014).Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta : Pustaka Belajar
Djui, T. & Setiasih.2001. Pengaruh Musik Pengiring Kerja Terhadap Semangat Kerja
Karyawan Bagian Administrasi.Anima, Indonesian Psychological Journal. 16
(3): 290-299, (Online), (www.anima.ubaya.ac.id), diakses 5 Februari 2014.
Karsini, Paramita, P.D., Minarsih, M.M. (2016). Pengaruh semangat kerja dan disiplin
kerja terhadap kepuasan kerja yang berdampak pada kinerja pegawai dinas
pengelolaan keuangan dan asset daerah (DPKAD) kota Semarang. Journal Of
Management. 2(2), 1-12.
Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental, Cetakan Ketujuh. Bandung: Mandar Maju.
Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Muchinsky, P.M. (2002). Applied pscychology to work: an introduction to industrial
and organizational psychology. Chicago: The Dorsey Press.
Narbuko, C & Achmadi, H. A. (2003).Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Newman, B.M & Newman P.R 1999. Development Through Life A Psychologycal
Approach. Revised Editional. Illiois : The Dorsey Press
Nitisemito, Alex. 2000. Manajemen Personalia: Manajemen Sumber Daya Manusia .
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Palloan, Ivayanti. (2010). Perbedaan semangat kerja antara karyawan yang
mendapatkan jaminan sosial dan yang tidak mendapatkan jaminan sosial. Skripsi
(tidak diterbitkan). Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Parker, S. (1982). Work and Retirement. London: George Allen and Unwin.
Prastiti, H. (skripsi, 2005). Studi Deskriptif Kecemasan dalam Menghadapi Masa
Pensiun pada Guru SD di Kelurahan Sardonoharjo Kecamatan Ngaglik Sleman
Yogyakarta . Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

26

Purnomo, B.C. (2008). Perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan
wanita di rumah sakit pusat angkatan darat gatot soebroto Jakarta. Skripsi (tidak
diterbitkan). Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Rini. J.C. (2001). Pensiun dan Pengaruhnya . Dalam. www.Psikologi / usia / person /
com / htm : 62k. Diakses tanggal 9 Februari 2009.
Rosyid, H.R. 2003. Pemutusan Hubungan Kerja, masih kah mencemaskan?. Buletin
Psikologi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi. Universitas Gadjah Mada.

Setyaningsih, Santi, & Muhammad Mu’in.2013. Dukungan Sosial dan Tingkat
Kecemasan
Pada
Kelompok
Pekerja
PNS
Yang
Menghadapi
MasaPensiun.Jurnal
Keperawatan
Komunitas.
1
(2):
116-121,
(Online),(http://jurnal.unimus.ac.id), diakses 12 Februari 2014.
Suardiman, S.P. (2011) Psikologi usia lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Syahraini, Karyono dan Rohmatun. 2007. Kecerdasan Emosional dan Kecemasan
Pramenopause pada Wanita di RW IV dan XI Kelurahan Gebang Sari Semarang.
Jurnal Psikologi Proyeksi, Volume 2, Nomer 1, Februari 2007
Tohardi, A. (2002). Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung :
Penerbit Mandar Maju.
Unger, R & Crawford, M. 1992. Women and Gender A Ferminist Psychology. New
York : McGraw-Hill, Inc
Widiastuti, N. (2008). Kecemasan karyawan dalam mengahadapi pensiun di PTPN XII
(persero) Kebun kalisenan Jember. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM
Yuliarti, V., Mulyana, O.P. (2014). Hubungan antara kecemasan menghadapi pensiun
dengan semangat kerja pada pegawai PT. Pos Indonesia (PERSERO) kantor
pusat Surabaya. Character . 3(2), 1-5.
Zainun, Buchari. (2004). Manajemen Motivasi. Jakarta:BalaiAksara.