Latest 20 Additions to bkg - bkg

   DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN MALANG Oleh: EKA MAULUDINA PRAMASANI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2018

  

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PERUBAHAN

MUSIM TANAM PADI (Oryza sativa L.) DI KABUPATEN

MALANG

  

Oleh :

EKA MAULUDINA PRAMASANI

145040201111164

MINAT BUDIDAYA PERTANIAN

  

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

  

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

MALANG

2018

  

PERNYATAAN

  Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing. Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

  Malang, Agustus 2018 Eka Mauludina Pramasani

RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat pada 4 Agustus 1996 dari pasangan Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, anak pertama dari 2 bersaudara. Penulis menempuh pendidikan di TK Al-Muhajirin pada tahun 2000

  • – 2002, SDN 17 Nagri Kaler pada tahun 2002 – 2008, kemudian melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Purwakarta pada tahun 2008
  • – 2011 dan sekolah menengah atas ditempuh selama tahun 2011 – 2014 di SMA Negeri 2 Purwakarta. Pada tahun 2014, penulis terdaftar sebagai mahasiswa strata 1 program studi Agroekoteknologi, Minat Budidaya Pertanian, Laboratorium Klimatologi, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

  Selama menjadi Mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Klimatologi pada tahun 2016. Organisasi yang diikuti penulis ialah FORSIKA (Forum Studi Islam Insan Kamil), sebagai staf muda, kemudian staf dan selanjutnya menjadi Sekertaris Departemen Pemberdayaan Sumberdaya Muslim (PSDM) pada tahun 2014, 2015, 2016 dsn Organisasi UAKI (Unit Aktivitas Kerohanian Islam) sebagai staf iqtishody. Penulis pernah lolos pendanaan PKM RISTEK DIKTI pada tahun 2017.

  

ABSTRAK

Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). Dampak Perubahan Iklim

Terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza sativa L.) Di Kabupaten

Malang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS sebagai

Pembimbing Utama.

  Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor pertanian merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan iklim akan mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber pokok pangan nasional. Namun padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga perubahan iklim dapat mempegaruhi produksi padi bahkan hingga gagal panen. Lalu banyak juga lahan pertanaman padi yang rusak akibat kekeringan dan kebanjiran. Penentuan musim tanam bisa menjadi solusi adaptasi perubahan iklim sehingga produksi padi tetap stabil. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan iklim di Kabupaten Malang dan mengetahui perubahan musim tanam terhadap produktivitas padi di Kabupaten Malang. Hipotesis yang penelitian ini ialah terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang, perubahan iklim beerpengaruh terhadap perubahan musim tanam padi di Kabupaten Malang.

  Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Malang yaitu sentra produksi padi di Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Kalipare, dan Kecamatan Kepanjen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 hingga bulan April 2018. Bahan yang digunakan ialah data primer berupa data wawancara dengan petani di sentra produksi padi Kabupaten Malang dan data sekunder berupa data curah hujan di Kabupaten Malang Stasiun Geofisika Karang Kates tahun 1997 hingga tahun 2016, data produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016, dan peta Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kuesioner wawancara, kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010 dan SPSS 20 untuk perangkat analisis data. Analisis untuk mengetahui pengaruh antara variabel iklim dengan produktivtas padi menggunakan uji korelasi dan regresi linear berganda.

  Kabupaten Malang telah terjadi keragaman iklim yang ditunjukkan dengan keragaman curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara dari tahun 1997-2016.. Hasil analisis keragaman produktivitas padi 72% dipengaruhi oleh teknik budidaya yaitu varietas, irigasi, sistem tanam, jarak tanam, dan pemupukan, lalu 28% dipengaruhi oleh iklim yaitu curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara. Perubahan iklim tidak mempegaruhi perubahan musim tanam padi pada lahan irigasi di Kabupaten Malang.

  

ABSTRACT

Eka Mauludina Pramasani (145040201111164). The Impact of Climate

Change to the Change of the Growing Season of Rice (Oryza sativa L.) in

Malang District. Under the guidance of Dr. Ir. Roedy Soelistyono, M.S. as the

Main Supervisor.

  The impact of climate change to the agricultural sector is big enough. The agricultural sector is a part of national food security, so that the climate change will affect the stability of agricultural production. Rice is the primary source of national food. However, rice is susceptible to the climate change, so the climate change can affect rice production even it can cause failed to harvest. A lot of rice planting lands are damaged due to drought and flooding. A determination of the growing season can be a solution for adapting to the climate change, so that the rice production remains stable. This study aims to find out the climate change in Malang District and to discover the climate change direction to the change of the growing season of rice in Malang District. The proposed hypothesis in this study is the climate change occurred in Malang District, the climate change affects the change of the growing season of rice in Malang District.

  This study was conducted in the three sub-districts of Malang District, precisely in the rice production centers which are located in Donomulyo, Kalipare and Kepanjen sub-district. This study was conducted in February 2018 to March 2018. The materials used are primary data and secondary data. The primary data contain the interview data with the farmers of rice productivity centers in Malang District. Meanwhile the secondary data contain rainfall data of Malang District, Karang Kates Geophysics Station, from 1997 to 2016. Others are the data of rice production in Malang District in 1997 to 2016, and the map of Malang District. The tools used in this study are stationery (pen and notebook), questionnaire of interview, camera, Microsoft Office Excel 2010 and SPSS 20 as the device of data analysis. To find out the effect between climate variable with rice productivity, the analysis uses correlation test and multiple linear regression.

  Malang District has climate change which is shown by diversity of rainfall, temperature, long irradiation, and humadity change from 1997-2016. The result of analysis of the determination of rice productivity 72% is affected by varieties, irrigation, cropping systems, fertilizing. Then 28% is affected by rainfall, temperature, long irradiation, and humidity. Climate change doesn’t affect the changes of growing season irrigated land in Malang District.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kelimpahan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penelitian ini yang berjudul

  

“Dampak Perubahan Iklim terhadap Perubahan Musim Tanam Padi (Oryza

sativa

  L.) di Kabupaten Malang” dengan lancar dan tepat waktu, sebagai salah

  satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

  Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah tulus dan ikhlas membantu, mendampingi dan memberikan motivasi, terutama kepada : 1.

  Kedua orang tua tercinta, Bapak Prapto Sampurno dan Ibu Mardiani, saudara laki –laki Rofi Pralastomo yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya hingga saat ini.

  2. Dr. Ir. Roedy Soelistyono, MS selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan arahan dan juga masukan dalam penulisan penelitian ini.

  3. Prof. Dr. Ir. Mudji Santoso, MS selaku dosen pembahas yang juga memberikan masukan perbaikan untuk penelitian ini.

  4. Prof. Dr. Ir. Ariffin, MS. selaku dosen penguji skripsi atas nasehat, saran dan bimbingan kepada penulis.

  5. Dr. Ir. Nurul Aini, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian.

  6. Teman-teman yang saya sayangi, Maulidya, Habibah, Verry, Faisal, Zulfa, Siti Halimah, Izza, Miftahatur, Rafli Yudi, Shinta Yuni, Erinda, yang telah banyak membantu dalam proses penelitian.

  7. Keluarga besar FORSIKA dan keluarga besar UAKI yang telah menjadi wadah bagi penulis untuk belajar dan memberikan pengalaman dalam organisasi.

  Harapannya penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak, khusunya untuk menambah wawasan mengenai tanaman padi. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu, penulis menerima kritikan dan saran untuk perbaikan penelitian ini.

  Malang, Agustus 2018 Penulis

  

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... v

ii

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  DAFTAR TABEL

  Nomor Teks Halaman 1.

  Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ........ 10 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ..................... 11 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ......................................................................................................... 12

  4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997 - 2016 ......................................................................................................... 13

  5. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016........................... 15 6.

  Produksi, luas lahan, dan produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ..................................................................................... 17

  7. Uji Korelasi Iklim terhadap Produktivitas Padi ...................................... 18 8.

  Uji Regresi Linier Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ................................................................................... 19 9. Uji t Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi.................................. 20 10.

  Koefisien Determinasi Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi ...... 21 11. Persentase Hasil Wawancara Petani di Kabupaten Malang ................... 21

  DAFTAR GAMBAR

  Nomor Teks Halaman 1.

  Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode ....... 10 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode ................... 11 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua

  Periode..................................................................................................... 12 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang Dua Periode ....... 14 5.

  Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 .......... 16 6. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 ....................... 16 7. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016 ......................................................................................................... 17

  8. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997- 2016 ......................................................................................................... 17

  9. Histogram Persamaan Regresi Linear Berganda Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Padi..................................................................... 22

  DAFTAR LAMPIRAN

  Nomor Teks Halaman 1.

  Kuesioner Wawancara Penelitian ........................................................... 33 2. Hasil Analisis Uji Anova ........................................................................ 37 3. Dokumentasi ........................................................................................... 37 4. Peta Survei Penelitian ............................................................................. 38

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perubahan iklim sebagai akibat dari pemanasan global merupakan masalah yang harus segera diatasi. Perkembangan industri yang terus meningkat dan aktivitas manusia yang memacu perubahan iklim yang cukup signifikan. Perubahan ini ditandai oleh adanya perubahan cuaca ekstrim, perubahan pola hujan, perubahan musim tanam, peningkatan suhu dan permukaan air laut. Menurut Surmaini et. al (2011), bahwa pemanasan global akan terus meningkat dengan percepatan yang lebih tinggi pada abad ke-21 jika tidak ada upaya menanggulanginya. Banjir adalah bencana yang paling sering terjadi (34%), diikuti longsor (16%).

  Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian cukup besar. Sektor pertanian merupakan bagian dari ketahanan pangan nasional sehingga perubahan iklim akan mempengaruhi kestabilan produksi pertanian. Padi merupakan sumber pokok pangan nasional. Produksi padi di Indonesia mengalami peningkataan dan penurunan (fluktuatif). Menurut BPS (2017) bahwa hasil produksi padi di Kabupaten Malang mengalami penurunan, pada tahun 2015 produksi padi sebesar 470.283 ton lalu pada tahun 2016 sebesar 446.513 ton sehingga mengalami penurunan sebesar 23.770 ton.

  Tanaman padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi hingga gagal panen. Menurut Boer et al. (2014) menyatakan bahwa di antara tiga komoditas pangan utama (padi, jagung, dan kedelai), padi paling rentan terhadap kejadian iklim ekstrim yang berasosiasi dengan El Nino. Data Kementrian Pertanian (2017) menunjukkan bahwa luas pertanaman padi pada tahun 2015 yang rusak akibat kekeringan mencapai 580 ribu hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerusakan akibat banjir sebesar 100 ribu hektar. Tahun 2016 luas pertanaman padi yang rusak akibat banjir sebesar 250 ribu hektar lebih besar dibandingkan dengan kerusakan akibat kekeringan sebesar 70 ribu hektar.

  Fenomena kerusakan pertanaman padi akibat perubahan iklim menunjukkan perlu adanya penentuan musim tanam padi yang tepat sehingga produksi padi tetap stabil dan tidak terjadi kerusakan akibat banjir dan kekeringan. Menurut Surmaini dan Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa dengan penyesuaian waktu tanam dan pemilihan komoditas pada awal dan selama musim tanam sudah dipertimbangkan untuk menghindari gagal tanam dan gagal panen akibat kekeringan atau banjir. Perlu diketahui dampak perubahan iklim di Kabupaten Malang dan pengaruhnya terhadap perubahan musim tanam padi.

1.2 Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1.

  Mengetahui perubahan iklim di Kabupaten Malang 2. Mengetahui perubahan musim tanam terhadap produktivtas padi di Kabupaten

  Malang

1.3 Hipotesis

  Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu : 1.

  Terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang 2. Perubahan iklim berpengaruh terhadap perubahan musim tanam padi di

  Kabupaten Malang

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Iklim di Indonesia

  Perubahan iklim di Indonesia ditandai dengan peningkatan jumah curah hujan tahunan di Wilayah Timur Indonesia, berkisar antara 490 mm/tahun (Sula- wesi Selatan), 1.400 mm/tahun (Jawa Timur), dan peningkatan suhu siang dan

  O O

  malam hari antara 0,5-1,1 C dan 0,6-2,3

  C. Lalu di Wilayah Barat Indonesia terjadi penurunan curah hujan tahunan sekitar 135-860 mm/tahun, dengan pening-

  O O

  katan suhu siang dan malam hari antara 0,2-0,4 C dan 02,-0,7 C (Syahbuddin et.al , 2004 dalam Ruminta, 2016).

  Perubahan curah hujan menunjukkaan perubahan yang beragam berdasar- kan pembagian data setiap 20 tahunan. Variasi perubahan curah hujan disebabkan oleh faktor pengendali iklim seperti ENSO (El Nino-Southern Oscillation) yang memiliki pengaruh besar dalam distribusi tren perubahan curah hujan. Suatu wilayah dapat mengalami tren penurunan dan peningkan pada antar periode. Wilayah Pantai Utara Jawa mengalami penurunan curah hujan pada periode 1971- 2000 dibandingkan dengan periode 1981-2009. Lalu di pulau Sumatera mengala- mi penurunan curah hujan lebih dari 30 mm/tahun pada periode 1901-1930, na- mun mengalami peningkatan curah hujan hingga lebih dari 50 mm/tahun di bagian barat pulau tersebut pada periode 1921-1950 (Estiningtyas, 2016).

  Wahab et.al (2007) dalam Suciantini (2015) menyatakan bahwa pada musim tanam 2002/2003, terjadi musim kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan dan puso dan terjadi kehilangan hasil produksi padi sekitar 67,56 %. Suciantini (2015) menyatakan bahwa terjadi perubahan iklim di Kabupaten Paci- tan pada tahun 2007 yang ditandai dengan waktu panen lebih lambat pada tana- man pangan yatu padi, jagung, kacang tanah, dan ubi kayu. Menurut Rizqiyah (2006) menyatakan bahwa terjadi perubahan iklim di Kabupaten Malang selama 14 tahun terakhir (1997-2011) yang ditandai dengan perubahan kebutuhan air yang mempengaruhi produksi kedelai. Rochimah et.al (2014) menyatakan bahwa perubahan iklim yang terjadi di Kabupaten Malang yang ditandai dengan peru- bahan curah hujan mempengaruhi hasil produksi dan rendemen tebu. Wilayah

  O

  Malang Raya menunjukkan peninggkatan suhu udara sebesar 0,7-08 C dan cu- rah hujan menurun sebesar 0-550 mm (Ruminta dan Handoko (2012b) dalam Ruminta (2016).

2.2 Tinjauan Umum dan Syarat Tumbuh Padi

  Tanaman padi merupakan tanaman budidaya yang banyak di budidayakan di Indonesia, karena tanaman padi merupakan sumber pangan pokok nasional. Padi dapat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi (2.000 mdpl) (Utama, 2015).

  Pertumbuhan tanaman padi dibagi ke dalam tiga fase: (1) vegetati (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordia); (2) reproduktif (pri- mordial sampai pembungaan), dan (3) pematangan (pembungaan sampai gabah matang). (Makarim dan Suhartik, 2009). Fase vegetatif merupakan fase pertum- buhan organ-organ vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot, dan luas daun. (De Datta 1981; Yoshida, 1981 dalam Makarim dan Suhartik, 2009). Fase reproduktif ditandai dengan: (a) memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman; (b) berkurangnya jumlah anakan (matinya anakan tidak produktif); (c) munculnya daun bendera; (d) pembungaan (Makarim dan Su- hartik, 2009).

  Curah hujan yang optimum untuk padi lahan kering adalah lebih dari 1.600 mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah minimal 4 bulan secara berurutan. Bulan basah ialah bulan yang mempunyai curah hujan lebih dari 200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada hujan sehingga tidak me- nyebabkan tanaman stress karena kekeringan. Suhu minimum untuk petumbuhan

  o o

  padi berkisar antara 24 C - 29

  C. Padi gogo biasa ditanam pada lahan kering da- taran rendah. Padi dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Kandungan pH opti- mum untuk pertumbuhan padi berkisar antara 5,5-7,5 (BPTP, 2009). Menurut Bouman et al. (2007) menyatakan bahwa rata-rata pemakaian air untuk padi sawah mencapai 1300

  • – 1500 mm di mana 25 - 50 % dari jumlah tersebut hilang akibat perkolasi dan perembesan. Tanaman padi merupakan tanaman C3. Tana- man C3 memiliki rasio transpirasi yang lebih tinggi dan keadaan stomata selalu terbuka. Tanaman C3 mengalami fotorespirasi yang berdampak pada hasil bersih fotosintesisnya lebih rendah dari tanaman C4 (Priyatno, 2012).

2.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Padi

  Perubahan iklim global berpengaruh terhadap produksi padi di Indonesia ialah (a) kenaikan suhu udara di permukaan bumi; (b) curah hujan yang ekstrim); (c) naiknya permukaan air laut yang menyebabkan banjir langsung dan tidak lang- sung; (d) sering terjadi bencana alam seperti banjir yang merendam lahan-lahan sawah sehingga mengakibatkan kegagalan atau menurunkan produksi padi (Ma- karim dan Ikhwani, 2011).

  Pengaruh perubahan iklim terhadap penurunan produksi padi terjadi di Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu sangat rentan terhadap kejadian iklim ekstrim, terutama kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan. Pengaruh EN- SO di Jawa Barat ditemukan paling kuat terjadi di Wilayah Indramayu, khususnya pada bulan Juli, Agustus, dan September. Ketika terjadi El Nino, curah hujan di

  o

  Indramayu dapat turun sekitar 30 - 70 % dari kondisi normal (per 1 C peningkatan anomali suhu muka laut) (Estiningtyas et.al., 2012).

  Dampak perubahan iklim dalam bidang pertanian adalah kekeringan yang terjadi di lahan pertanian (Sujinah dan Jamil, 2016). Kekeringan berdampak pada pertumbuhan tanaman padi, terutama pada fase generatif (Akram et.al., 2013). Kekeringan pada fase vegetatif dan generative menurunkan kandungan air pada daun padi varietas Nerica yang kemungkinan disebabkan oleh hilangnya air me- lalui evapotranspirasi (Sikuku et.al., 2012). Menurut Tubur et.al (2012), perla- kuan kekeringan dan genotif berpengaruh nyata terhadap jumlah malai per rumpun, persen pembungaan, panjang malai, persen gabah hampa, bobot gabah per rumpun, bobot 1.000 butir, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk dan indeks panen. Fase generatif terganggu dapat mengurangi hasil padi dan kualitas gabah (Tao et.al., 2006). Tingkat intensitas kekeringan pada tanaman dibagi menjadi empat, yaitu: (1) ringan, apabila tingkat kerusakan kurang dari 25 %; (2) sedang, apabila tingkat kerusakan lebihdari sama dengan 25

  • – 50 %; (3) berat, apabila tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 50 – 85 %; dan (4) puso, apabila tingkat kerusakan lebih dari sama dengan 85 % (Sujinah dan Jamil, 2016).

2.4 Musim Tanam Padi

  Musim tanam atau periode tanam didefinisikan sebagai periode dimana tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara potensial berdasarkan kondisi la- han setempat (Primordia dan Santoso, 1992 dalam Patty, 2006). Penentuan peri- ode tanam bertujuan untuk memilih waktu tanam yang tepat, dimana pada saat faktor iklim dan tanah bukan faktor pembatas.

  Awal musim tanam ialah hujan pertama yang memungkinkan menanam tanpa deret hari kering yang panjang setelah tanam. Intensitas hujan, panjang hari hujan dan hari kering bergantung pada jenis tanaman dan sifat tanah. Akumulasi curah hujan 20 - 40 mm selama 2 - 5 hari berturut-turut merupakan indikasi untuk menentukan awal musim tanam (Sivakumar 1988 dalam Surmaini dan Syahbud- din, 2016).

  Penentuan musim tanam dapat menggunakan metode dasarian yang dikeluarkan oleh Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). BMKG menetapkan awal musim hujan dengan tiga kali dasarian (10 hari) hujan lebih dari sama dengan 50 mm berurutan sehingga awal musim hujan dimulai pada da- sarian pertama. Begitupun sebaliknya awal musim kering ditetapkan dengan tiga kali dasarian hujan kurang dari sama dengan 50 mm (Aldrian et. al., 2011).

  Selain itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian menyusun kalender tanam berdasarkan pada perkiraan musim dan ak- tivitas petani. Kalender tanam ini memuat informasi estimasi awal waktu tanam, potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam di setiap kecamatan selama musim tanam satu tahun (Runtunuwu et al., 2013).

  Lalu penetapan waktu tanam lain menggunakan Metode FAO. Menurut metode ini, musim tanam adalah selang waktu dalam setahun dengan curah hujan lebih dari 0.5 ETp (evapotranspirasi potensial) ditambah waktu pada akhir musim hujan (awal musim kemarau) untuk mengevapotranspirasikan air setinggi 100 mm dari air tanah yang masih tersimpan. Penentuan musim tanam diperlukan data bu- lan curah hujan dan evapotranspirasi potensial (Laimeheriwa, 2014). Surmaini dan Syahbuddin (2016) menyatakan bahwa pengambil kebijakan dan petani menyusun manajemen produksi usaha tani membutuhkan prediksi waktu tanam yang akurat 2 hingga 3 bulan sebelum waktu tanam, agar produksi usaha tani dapat menguntungkan pada musim tanam yang akan datang.

3. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Wilayah penelitian dilakukan di Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

  o o

  Kabupaten Malang terletak antara 112 17’, 10, 90’’ BT dan 122 57’, 00, 00’’ BT

  o o

  dan antara 7 44’, 55,11’’ LS dan 8 26’, 35,45’’ LS. Kondisi topografi Kabupaten Malang berada di daerah dataran tinggi yang dikelilingi oleh beberapa gunung dan dataran lembah pada ketinggian 250-250 mdpl yang terletak di bagian tengah wilayah Kabupaten Malang. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2015). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Maret 2018.

3.2 Bahan dan Alat

  Penelitian ini menggunakan bahan data primer dan data sekunder. Data primer berupa data wawancara dengan petani di sentra produksi padi Kabupaten Malang. Data sekunder berupa data curah hujan di Kabupaten Malang Stasiun Geofisika Karang Kates dari tahun 1997 hingga tahun 2016, data produktivitas padi di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016, dan peta Kabupaten Malang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis, kuesioner wawancara, kamera, dan software Micosoft Office Excel 2010 dan SPSS 20 untuk perangkat analisis data.

3.3 Metode Penelitian

  Penelitian ini menggunakan metode survei yang menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari data wawancara dan data sekunder yang digunakan berupa data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016, data produksi padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016. Menurut Morissan (2016), bahwa metode kuantitatif menggunakan variabel yang dapat diukur dan menggunakan angka untuk menyampaikan suatu jumlah.

3.3.1 Metode Penentuan Lokasi

  Penentuan lokasi sampel yang digunakan untuk penelitian dengan metode

  

purposive sample yaitu pemilihan lokasi berdasarkan setra produksi padi di

  Kabupaten Malang. Menurut Morissan (2016), bahwa teknik purposive sample menggunakan sampel berdasarkan karakteristik dan kualitas tertentu. Lalu sampel dipilih berdasarkan panduan tertentu seperti batasan jumlah atau kategori responden yang dipilih. Selain itu jumlah kecamatan sampel ditentukan berdasarkan intensitas sampling 10% dari populasi, metode ini merupakan sampel minimum penelitian yang bersifat deskriptif (Gay dan Diehl, 1992 dalam Nurrani dan Tabba, 2013). Kecamatan yang dipilih sebagai sampel yaitu Kecamatan Donomulyo, Kecamatan Kalipare, dan Kecamatan Kepanjen.

  3.3.2 Metode Penentuan Sampel Sampel responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 45 petani jumlah ini didapatkan berdasarkan bahwa penelitian bersifat korelasi dengan jumlah minimum sampel sebesar 30 responden (Gay dan Diehl, 1992

  

dalam Prasetyo, 2015). Penentuan individu responden yang dipilih secara acak

(Random Sampling).

  3.3.3 Teknik Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan petani responden, data yang dibutuhkan yaitu musim tanam, luas lahan, sistem irigasi, jarak tanam, produksi, dan pengetahuan tentang iklim. Data sekunder yang dibutuhkaan yaitu data curah hujan di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016. Data produktivitas padi di Kabupaten Malang dari tahun 1997 hingga tahun 2016. Data Kalender Musim Tanam Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten Malang. Data curah hujan diperoleh dari Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Karang Kates, data produktivitas padi dari Kementrian Pertanian, dan data kalender musim tanam dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.

3.4 Metode Analisis Data

  Analisis data perubahan iklim menggunakan data iklim (curah hujan, suhu, kelembaban, dan lama penyinaran) tahunan selama 20 tahun yang terdiri dari data iklim tahun 1997 hingga tahun 2016. Data iklim tersebut dibagi menjadi dua periode pengamatan, periode pertama tahun 1997 hingga tahun 2006. Periode kedua tahun 2007 hingga tahun 2016. Analisis iklim dilakukan dengan cara membandingkan perubahan rata-rata iklim selama 20 tahun antara periode pertama dan periode kedua Data iklim dianalisis dengan bantuan software Microsoft excel dan disajikan dalam bentuk grafik.

  Analisis untuk mengetahui pengaruh antara variabel iklim dengan produksi padi menggunakan uji korelasi dan regresi linear berganda kemudian dilanjutkan dengan analisis deskripsi. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan keeratan unsur iklim dengan produksi padi. Uji regresi dilakukan jika hubungan antara data iklim dan produksi padi memiliki hubungan yang nyata. Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel iklim terhadap produksi padi dengan rumus:

  Y= a + b

  1 X + 1 b

  

2

X 2 + b

  3 X 3 +b

  4 X

  4 Keterangan:

  Y = Produksi Padi (ton)

  X

  1 = Curah hujan

  X

  2 = Suhu

  X

  3 = Lama Penyinaran

  X

  4 = Kelembaban udara

  b = Koefisien Regresi Pertama

  1

  b

  2 = Koefisien Regresi Kedua

  b

  3 = Koefisien Regresi Ketiga

  b

  4 = Koefisien Regresi Keempat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1.

  November 285,3 275,95 -9,35 Desember 372,6 403,87 +31,27

  1997-2006 2007-2016

  Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des C urah Huj an (m m ) Bulan

  50 100 150 200 250 300 350 400 450

  Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

  Tahun 2366 2304 -62

  Perubahan Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga tahun 2016 Analisis perubahan iklim di Kabupaten Malang dibagi menjadi dua periode. Periode pertama tahun 1997-2006 dan periode kedua tahun 2007-2016.

  Unsur iklim yang diamati ialah curah hujan, suhu, lama penyinaran, dan kelembaban udara. 1)

  Juli 38,72 29,7 -9,02 Agustus 24,4 19,09 -5,31

  April 236,3 275,09 +38,79 Mei 85,8 135,02 +49,22 Juni 90,7 101,26 +10,56

  Februari 293,4 309,88 +16,48 Maret 401,8 264,58 -137,22

  Bulan Tahun Periode Perubahan (mm) 1997-2006 2007-2016 Januari 375 293,11 - 81,89

  (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

  

Tabel 1. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang dalam Dua Periode

  Curah Hujan (mm)

  September 35,18 56,99 +21,81 Oktober 126,8 139,46 +12,66

  Data perubahan curah hujan pada periode 1997-2006 dan periode 2007- 2016 dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1 perubahan curah hujan pada dua periode terdapat perubahan mm/bulan dan mm/tahun. Curah hujan periode 1 menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Mei sebesar 49,22 mm dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Maret sebesar 137,22 mm. Dua periode menunjukkan penurunan curah hujan sebesar 62 mm /dekade.

  2) Suhu (

  o

  C)

  

Tabel 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode (Stasiun

  Geofisika Karangkates, 2018)

  Bulan Tahun Periode Perubahan (oC) 1997-2006 2007-2016 Januari 26,07 25,98 -0,09 Februari 26,16 25,94 +2,08

  

Maret 26,08 26,06 -1,55

April 26,23 26,25 +0,74

Mei 26,42 26,18 -1,07

Juni 25,63 25,3 -1,87

  

Juli 25,07 24,54 -1,36

Agustus 24,95 24,55 -0,59 September 25,87 25,41 -2,5 Oktober 26,53 26,67 +4,12 November 26,71 26,53 -1,75 Desember 25,66 26,02 -1,22

  

Tahun 311,38 309,43 -21,29

  Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

27 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

  

Gambar 2. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang dalam Dua Periode

  23 23,5 24 24,5 25 25,5 26 26,5

  Su hu ( oC ) Bulan 1997-2006 2007-2016

  Data perubahan suhu pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2 perubahan suhu pada dua periode terdapat perubahan O

  C /bulan dan O C /tahun. Suhu periode 1 menuju periode 2

  menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Oktober sebesar 4,12 O

  C

  dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Juni sebesar 1,87 O

  C

  . Dua periode menunjukkan penurunan suhu sebesar 21,29 O C /dekade.

  3) Lama Penyinaran (Jam)

  

Tabel 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam Dua Periode

  (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

  Bulan Tahun Periode Perubahan (jam) 1997-2006 2007-2016 Januari 3,75 4,29

  • 0,55 Februari 4,19 3,82
    • 0,38 Maret 4,08 4,50

  • 0,42 April 4,77 4,80
  • 0,03 Mei 5,87 5,40
    • 0,47 Juni 6,21 5,88
    • 0,34 Juli 6,13 6,27

  • 0,14 Agustus 6,49 6,34
    • 0,15 September 6,33 6,97

  • 0,64 Oktober 6,05 6,83
  • 0,78 November 5,72 6,45
  • 0,73 Desember 4,52 4,56
  • 0,04 Tahun 64,12 66,10
  • 1,99
Data perubahan lama penyinaran pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 3 perubahan lama penyinaran pada dua periode terdapat perubahan jam/bulan dan jam/tahun. Lama penyinaran periode 1 menuju periode 2 menunjukkan peningkatan terbesar yaitu pada bulan Oktober sebesar 0,78 jam dan penurunan terbesar yaitu pada bulan Mei sebesar 0,47 jam. Dua periode menunjukkan peningkatan lama penyinaran sebesar 1,99 jam /dekade.

  Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

  

Gambar 3. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang dalam DuaPeriode

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00

  

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

L am a P enyi naran (j am )

  

Bulan

1997-2006 2007-2016

  4) Kelembaban Udara (%)

  

Tabel 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang dalam Dua Periode

  (Stasiun Geofisika Karangkates, 2018)

  Bulan Tahun Periode Perubahan (%) 1997-2006 2007-2016 Januari 84,34 81,90 -2,44 Februari 84,12 82,05 -2,08

  Maret 83,42 81,87 -1,55 April 81,69 80,95 -0,74 Mei 79,07 78,00 -1,07 Juni 77,98 76,11 -1,87

  Juli 76,69 75,33 -1,36 Agustus 74,42 73,83 -0,59 September 74,32 71,82 -2,5 Oktober 75,32 71,20 -4,12 November 80,02 78,27 -1,75 Desember 84,75 83,53 -1,22

  Tahun 956,14 934,85 -21,29

  Keterangan : + = bertambah, - = berkurang

  90 )

  85 (%

  80 dara U

  75 an

  1997-2006 bab

  70 2007-2016 em el

  65 K

  60 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Bulan

  Gambar 4. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang Dua Periode

  Data perubahan kelembaban udara pada periode 1997-2006 dan periode 2007-2016 dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 4 perubahan kelembaban udara pada dua periode terdapat perubahan % /bulan dan % /tahun. Kelembaban udara periode 1 menuju periode 2 menunjukkan penurunan pada setiap. Kelembaban udara mengalami penurunan terbesar yaitu pada bulan Oktober sebesar 4,12 %. Dua periode menunjukkan penurunan kelembaban udara sebesar 21,29 % /dekade.

4.1.2. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

  Data kondisi iklim yang terdiri dari unsur iklim curah hujan, suhu, lama penyinaran, kelembaban udara di Kabupaten Malang.

  

Tabel 5. Kondisi Iklim di Kabupaten Malang tahun 1997-2016 (Stasiun Geofisika

  Karangkates, 2018)

  Tahun Curah Hujan (mm) Suhu (oC) Lama Penyinaran (Jam) Kelembaban Udara (%) 1997 1.349 26,06 71,80 956,54

1998 3.147 25,75 63,29 1.012,82

1999 1.660 25,66 58,75 980,10 2000 2.345 25,93 62,46 981,16 2001 2.309 25,26 68,04 897,59

2002 2.980 26,13 50,93 1.001,65

2003 2.415 24,05 69,53 933,04 2004 2.780 25,51 70,75 923,37 2005 2.588 26,29 67,21 962,56 2006 2.087 26,57 58,42 912,50 2007 2.108 25,27 66,06 927,15 2008 2.554 26,55 60,74 936,33 2009 1.620 26,63 69,09 906,20 2010 3.382 25,83 61,94 975,60 2011 1.792 26,04 64,57 919,19 2012 2.282 25,80 68,15 914,81 2013 2.377 25,39 62,60 956,12 2014 1.771 25,72 70,58 929,20 2015 1.974 26,78 76,20 920,13 2016 3.181 26,17 61,12 963,86

  Jumlah 46.700 517,39 1.302,23 18.909,92 Rata-rata 2.335 25,87 65,11 945,50

  Curah Hujan 4.000 3.500

  ) (m 3.000 an

  2.500 2.000 1.500 urah Huj

  1.000 C

  500 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

  Tahun Gambar 5. Perubahan Curah Hujan di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

  

Suhu

  27 26,5

  26 )

  25,5 oC (

  25 24,5 hu

  24 Su 23,5 23 22,5

  1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Tahun

  Gambar 6. Perubahan Suhu di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

  

Gambar 7. Perubahan Lama Penyinaran di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

Gambar 8. Perubahan Kelembaban Udara di Kabupaten Malang tahun 1997-2016

  Kondisi curah hujan di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 5). Kondisi curah hujan tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2010 sebesar 3.382 mm/tahun, sedangkan kondisi curah hujan terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 1997 sebesar 1.349 mm/tahun. Lalu curah hujan sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebesar 2.345 mm/tahun. Rata-rata curah hujan selama 20 tahun terakhir sebesar 2.335 mm.

  10

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  90 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

  L am a P enyi naran(Jam ) Tahun

Lama Penyinaran

  820 840 860 880 900 920 940 960 980 1000

  1020 1040 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

  K el em bab an U dara (% ) Tahun

Kelembaban Udara

  Kondisi suhu di Kabupaten Malang tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 6). Kondisi suhu

  o

  tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 26,75 C/tahun, sedangkan suhu terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2003 sebesar 24,05

  o

  C/tahun. Lalu suhu sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2000 sebesar

  o o

  25,93 C/tahun. Rata-rata suhu selama 20 tahun terakhir sebesar 25,87 C.

  Kondisi lama penyinaran tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 7). Kondisi lama penyinaran tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebesar 76,20 jam/tahun, sedangkan lama penyinaran terendah selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2007 sebesar 66,06 jam/tahun. Lalu lama penyinaran sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2002 sebesar 50,95 jam/tahun. Rata-rata lama penyinaran selama 20 tahun terakhir sebesar 65,11 jam.

  Kondisi kelembaban udara tahun 1997 hingga 2016 mengalami peningkatan dan penurunan (berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 8). Kondisi kelembaban udara tertinggi selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 1998 sebesar 1.021,82 %/tahun, sedangkan kelembaban udara terendah selama 20 tahun terkhir yaitu tahun 2001 sebesar 897,59 %/tahun. Lalu kelembaban udara sedang selama 20 tahun terakhir yaitu tahun 2008 sebesar 936,33 %/tahun. Rata-rata kelembaban udara selama 20 tahun terakhir sebesar 945,50 %.

4.1.3. Produktivitas Padi