Correlational Study Between Self Concept, Parents’ Attention, Affiliation To Nonaggressive Group, And School Climate With Aggressivity

Pembelajaran dalam Perspektif teknologi Pendidi- kan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pembelajaran sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran di Indonesia dilaksanakan dalam bentuk interaksi pendidik-peserta didik, dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada pada lingkungan belajar, dengan tujuan mengembang-

kan potensi diri (pengetahuan, keterampilan, kepribadi- an, budaya, ahlak, agama). Dalam proses pembelajaran dimasukkan unsur keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik (band- ingkan dengan instructional theory dalam educational technology dari Reigeluth).

Menurut Reigeluth (Reigeluth, 1983: 19) instruction- al theory (dalam educational technology) meliputi kon- sep instructional conditions (goals, constraints, student characteristic), instructional methods (organizational strategies, delivery strategies, management strategies), dan instructional outcomes (effectiveness, efficiency, appeal of the instruction).

Untuk mendeskripsikan perspektif Teknologi Pendi- dikan dalam Pembelajaran, perlu diidentifikasi formu- lasi dan konsep-konsep Teknologi Pendidikan yang ter- kait dengan Pembelajaran. Menurut Yusufhadi Miarso (2007: 6) Teknologi Pendidikan dapat diidentifikasi dengan lima formulasi: 1) Teknologi Pendidikan meru- pakan suatu proses yang kompleks dan terintegrasi me- liputi manusia, alat, dan system, termasuk di antaranya gagasan, prosedur, dan organisasi. 2) Teknologi Pen- didikan memakai pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan persoalan proses belajar. 3) Teknologi Pendidikan merupakan suatu bi- dang yang berkepentingan dengan pengembangan se- cara sistematis berbagai macam sumber belajar, terma- suk di dalamnya pengelolaan dan penggunaan sumber tersebut. 4) Teknologi Pendidikan merupakan suatu bidang profesi yang terbentuk dengan adanya usaha terorganisasikan dalam mengembangkan teori, melak- sanakan penelitian, dan aplikasi praktis perluasan, serta peningkatan sumber belajar. 5) Teknologi Pendidikan beroperasi dalam seluruh bidang pendidikan secara in- tegratif, yaitu secara rasional berkembang dan berinte-

Gambar 2. Komponen Instructional-Design Theories

Gambar 3. Enam Jenis Instructional Design-Theory

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014

Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

grasi dalam berbagai kegiatan pendidikan.

yang ditentukan. Mengeliminir perilaku agresif negatif pelajar serta berusaha menemukan solusi untuk mem- Teknologi Pendidikan merupakan profesi pengelo- sum of features of the behavior system, for the duration

Miller, 1994: 30). Dijelaskan bahwa a situation as ”the

merupakan usaha membentuk perilaku yang mempun- batasi peningkatannya, yakni salah satu usaha menge- laan proses dan sistem pendidikan, teoretika dan prak- of a social encounter”

yai nilai positif bagi lingkungan hidup individu, yang lola aktifitas aspek belajar manusia, relevan dilakukan tika. “Domain Teknologi Pendidikan dapat disetarakan

oleh mahasiswa Teknologi Pendidikan Program Pas- dengan Komunikasi Pendidikan.” Apabila lingkup per- gunakan terminologi social stuation untuk menggam-

Goffman (1961) (Knapp, Miller, 1994: 144) meng-

berarti merupakan usaha pembelajaran.

Dalam perspektif Teknologi Pendidikan, konsep diri casarjana Universitas Negeri Jakarta. spektif Teknologi Pendidikan diarahkan kepada Komu- barkan ”the full spatial environment anywhere within

(variabel kedua penelitian) merupakan hasil belajar

nikasi Pendidikan, dapat diidentifikasi beberapa unsur which an entering person becomes a member of the

(mempersepsi, intrapersonal dialog) lingkungan. In- Agresivitas

Agresivitas berkembang melalui berbagai interaksi Maletzke, dll.

seperti dikemukakan Claude Shannon, Warren Weafer, gathering that is (or does then become) present. Situ-

dividu merespons intrapersonal semua tanggapan dan

sikap orang lain dalam lingkungan hidupnya (keluarga dalam berbagai latar lingkungan. Dalam lingkungan Model proses komunikasi dikemukakan secara rinci when the next to last person has left.” Dapat disimpul-

ations begin when mutual monitoring occurs and lapse

dan masyarakat), untuk kemudian menempatkan dirin- yang penuh kedamaian, perilaku agresif tidak mudah dalam Maletzke’s Model (1963) dari G. Maletzke beri- kan bahwa definisi dinamik dan konseptualisasi suatu

ya sebagai pribadi sesuai tanggapan lingkungan terse- berkembang. Sebaliknya, lingkungan yang keras akan kut ini. Lihat Gambar 5. Maletzke’s Model (Denis Mc- ”situation”: 1) Meliputi internal dan external individual

memperbesar kemungkinan berkembangnya agresivi- Quail, Sven Windahl, 1993: 52)

but.

- social level. 2) Sistem perilaku sosial. 3) Situasi sosial

Menurut perspektif Teknologi Pendidikan, perha- tas.

Dimensi agresivitas terdiri atas tindakan fisik, tinda- ous Feedback Penerima Pesan meliputi Communica-

Unsur-unsur Komunikasi pada Tataran Spontane- diawali ketika terjadi kebersamaan kelompok.

tian orangtua kepada anak (variabel ketiga penelitian)

adalah bagian dari pembelajaran orangtua kepada kan verbal, dan tindakan psikologis. Bentuk tindakan tor, Message, Medium, Receiver, Pressure/Constraint (variabel pertama penelitian) merupakan salah satu ha-

Dalam kajian Teknologi Pendidikan, agresivitas

anaknya. Perhatian orangtua (memelihara, komunikasi, fisik agresif adalah sewenang-wenang, penyergapan, from the Medium, Receiver’s Image of the Medium. sil belajar yang diperoleh melalui berbagai interaksi. Di

menampilkan contoh) merupakan dasar pembentukan berkelahi, kekejaman, mentiranisir, menyakiti, men- Dinyatakan dalam model ini, circumstances pada pi- rumah (oleh orangtua dan kerabat), di lingkungan tem-

cubit, menampar, memukul, menggigit, menendang, hak komunikator meliputi The Communicator’s Self- pat tinggal (teman sepermainan), di lingkungan sekolah

watak anak, mendahului pembelajaran formal.

Pilihan kelompok untuk berafiliasi (variabel keempat melukai, membunuh, meminta dengan memaksa, mer- Image, The Communicator’s Personality Structure, The (teman sekolah dan guru), kondisi masyarakat, saluran

penelitian), menurut perspektif Teknologi Pendidikan ampas, merusak.

Communicator’s Working Team, The Communicator’s media yang diakses, dan kondisi diri pribadi.

Bentuk tindakan verbal agresif adalah menuntut, me- Social Environment, The Communicator’s in The Or-

merupakan pilihan pembelajaran sosial. Kelompok sos-

ial memiliki model karakter yang berbeda-beda (positif nyalahkan, menyatakan pandangannya sebagai yang ganization, dan Pressure and Constraints Caused by luruh proses individu mengembangkan kemampuan,

Konsep pendidikan (AECT, 177: 56) merupakan se-

atau negatif) yang sangat berperan (setelah pembelaja- benar, memberikan perintah pada saat yang tidak tepat, The Public Character of The Media Content. Pada pi- sikap dan berbagai bentuk perilaku lain yang mempun-

ran keluarga) dalam membentuk kepribadian-perilaku membuat keputusan untuk orang lain yang sebenarnya hak Receiver meliputi The Receiver Self-Image, The yai nilai positif terhadap lingkungan tempat hidupnya.

individu. Pilihan kelompok identik dengan pilihan dapat dilakukan sendiri, banyak melakukan interupsi, Receiver Personality Structure, The Receiver a Mem- Konsep pembelajaran/instruksional merupakan usaha

watak yang dipilih individu untuk dipelajari dan diad- tidak memberikan waktu cukup bagi orang lain untuk ber of The Audience, dan The Receiver Social Envi- mengelola proses pendidikan di atas untuk diarahkan

menyelesaikan pembicaraannya, berusaha mengontrol, ronment. Dalam penelitian ini The Receiver dalam ko- kepada pembentukan perilaku tertentu dalam kondisi

opsi.

Dalam perspektif Teknologi Pendidikan, iklim seko- mendominasi, mempertahankan haknya dengan meny- munikasi pembelajaran adalah siswa SLTA di Jakarta tertentu (Yusufhadi Miarso, 2007: 77). Jadi, pendidikan

lah (variabel kelima penelitian) adalah kondisi atau erang hak orang lain, menonjolkan diri, mempermalu- dengan circumstances meliputi Agresivitas, Konsep merupakan proses pengembangan pengetahuan-sikap-

suasana dalam pembelajaran formal. Pembelajaran for- kan orang lain, kemarahan yang meluap, memfitnah, Diri, Perhatian Orangtua, Afiliasi Kelompok, dan Iklim perilaku individu yang bernilai positif bagi lingkungan-

mal efektif dalam suasana fisik (fasilitas alat belajar, ucapan agresif, berteriak, memusuhi, bergunjing, me- Sekolah.

pengajar, lingkungan belajar) dan psikis (keamanan, nyindir, mengejek, mencemoohkan, menuduh, marah- Identifikasi tentang suasana komunikasi dikemuka-

nya.

marah, meluapkan emosi, menghina, mengancam, kan oleh Argyle, Furnham, and Graham (1985) (Knapp, kan kemampuan, sikap, perilaku) dengan arah (positif)

Pembelajaran adalah usaha mendidik (mengembang-

keselamatan, kebanggaan) yang kondusif.

Maka, penelitian untuk mengidentifikasi agresivitas mencaci maki.

Lihat Gambar 4. Empat Phase Siklus Instruction

Gambar 5. Maletzke’s Model

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014 Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

Bentuk tindakan psikologis agresif adalah memperli- hatkan kemarahan, mengintimidasi, merendahkan, men- ghukum, mengancam, meremehkan, menonjolkan diri, mempermalukan, menyerang hak orang lain, menekan, memaksakan kehendak, tatapan mata menekan, tatapan mata seolah-olah melihat ke bawah dari ketinggian, gestur tegas, menunjukkan posisi defensif, secara fisik menempatkan diri lebih tinggi dari orang lain, menun- jukkkan posisi menang dengan mengepalkan tangan.

Konsep Diri

Dalam kajian Teknologi Pendidikan, konsep diri merupakan hasil belajar (mempersepsi, intrapersonal dialog) lingkungan. Individu merespons intrapersonal semua tanggapan dan sikap orang lain dalam lingkun- gan hidupnya (keluarga dan masyarakat), untuk kemu- dian menempatkan dirinya sebagai pribadi sesuai tang- gapan lingkungan tersebut.

Konsep diri adalah kognisi, afeksi, dan kesan ses- eorang, tentang keadaan fisik-nonfisik, akademik, so- sial, dan intrapersonal mereka sendiri, yang diperoleh dari mempersepsi diri sendiri dan memperoleh masuk- kan dari sikap atau pernyataan orang lain.

Konsep diri pelajar SLTA di Jakarta adalah kognisi (pikiran, pengetahuan, pengenalan, kesadaran, penger- tian), kesan (persepsi: sensasi, memilih, atensi, men- gamati, memfokuskan, mengetahui, menyadari, men- genali, membedakan, mengelompokkan, menafsirkan, merumuskan, menyimpulkan, memaknai, meyakini, memori, ekspektasi, motivasi) dan afeksi (sikap, per- asaan, kesadaran, keyakinan) (gambaran diri, citra diri, penerimaan diri, harga diri, dan pantas diri) pelajar SLTA di Jakarta tentang keadaan fisik - nonfisik, ke- adaan akademik, keadaan sosial, dan keadaan intrap- ersonal yang diperoleh dari diri sendiri dan sikap/per- nyataan orang lain.

Perhatian Orangtua

Menurut pandangan Teknologi Pendidikan, perhatian orangtua kepada anak adalah bagian dari pembelajaran orangtua kepada anaknya. Perhatian orangtua (meme- lihara, komunikasi, menampilkan contoh) merupakan dasar pembentukan watak anak, mendahului pembela- jaran formal.

Orangtua adalah ayah dan/atau ibu seorang anak , baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Dapat disarikan bahwa perhatian orangtua kepada anak adalah memusatkan kesadaran kepada anak, menyaring gangguan, hal-hal yang membingungkan, menyeleksi stimuli yang ditonjolkan, menerima, me- mahami, mengingat, mengevaluasi, merespons, ber-

partisipasi, berempati, memberi penilaian, mendalami pembicaraan, mengecek ulang penerimaan, menstimu- lasi pembicaraan anak agar mengungkapkan perasaan dan pemikiran mereka, merumuskan pemikiran pembi- cara, menyatakan pemahaman terhadap perasaan pem- bicara, serta mengajukan pertanyaan yang relevan; Ibu merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra, dan konsisten, mampu mengatur, mengendalikan, memberikan contoh-teladan, memberi rangsang aktifi- tas kepada anak; Bapak melindungi dengan tegas-bi- jaksana-mengasihi, dan memberi nafkah dengan penuh pengertian.

Afiliasi Kelompok

Pilihan kelompok untuk berafiliasi, menurut perspe- ktif Teknologi Pendidikan merupakan pilihan pembela- jaran sosial. Kelompok sosial memiliki model karakter yang berbeda-beda (positif atau negatif) yang sangat berperan (setelah pembelajaran keluarga) dalam mem- bentuk kepribadian-perilaku individu. Pilihan kelom- pok identik dengan pilihan watak yang dipilih individu untuk dipelajari dan diadopsi.

Afiliasi kepada kelompok adalah kondisi psikologis seseorang yang berusaha mengontrol hidupnya, men- dorong untuk melakukan usaha menjalin hubungan dengan tujuan untuk saling berbagi, saling mendu- kung, saling mendorong, bekerjasama, mendapatkan kasih sayang, membandingkan perasaan dalam situasi yang sama, mendapatkan kegembiraan, memperoleh pertolongan, menjalin keakraban, mendapatkan pu- jian, serta untuk mengevaluasi opini dan reaksi mereka dalam pandangan orang lain pada kelompok. Kelom- pok afiliasi ikut membentuk sikap dan perilaku tiap in- dividu anggota kelompok. Bila kelompok didominasi oleh anggota yang berperilaku agresif (negatif), maka anggota lain akan terpengaruh untuk bersikap serta berperilaku yang sama. Sebaliknya akan berlaku bila kelompok didominasi oleh anggota yang bersikap dan perilaku nonagresif.

Tingkat afiliasi pelajar SLTA di Jakarta kepada Ke- lompok Nonagresif adalah ketertarikan, keterikatan,

dan jalinan hubungan dengan kelompok nonagresif.

iklim sekolah

Dalam perspektif Teknologi Pendidikan, iklim seko- lah adalah kondisi atau suasana dalam pembelajaran formal. Pembelajaran formal efektif dalam suasana fisik (fasilitas alat belajar, pengajar, lingkungan bela- jar) dan psikis (keamanan, keselamatan, kebanggaan) yang kondusif.

School Climate (Iklim Sekolah) mempunyai dimensi

physic, social, dan learning environments sebagai per- sepsi siswa terhadap 10 faktor, yakni: Teacher – Stu- dent Relationships, Security and Maintenance, Ad- ministration, Student Academic Orientation, Student Behavioral Values, Guidance, Student-Peer Relation- ships, Parent and Community-School Relationships, Instructional Management, Student Activities.

Indikator positive school climate adalah kejelasan misi sekolah yang mendorong prestasi siswa, adanya harapan untuk suskses, pengajaran di kelas dengan kualitas yang konsisten, komunikasi yang efektif dian- tara semua pihak di sekolah dengan fokus khusus pada umpanbalik kepada orangtua dan siswa, moral seko- lah yang kuat, pemeliharaan keteraturan lingkungan belajar, instruksi kepemimpinan yang efektif, interaksi yang seimbang antara siswa dan guru, dan kejelasan, pengutaraan harapan kepada perilaku siswa yang se- cara konsisten diperkuat dan secara adil diaplikasikan.

Kerangka berpikir

Dari uraian teoretik yang berkaitan dengan variabel- variabel penelitian di atas, selanjutnya dipaparkan kerangka berpikir penelitian ini. Kerangka berpikir

meliputi hubungan konsep diri (X 1 ), perhatian orang-

tua (X 2 ), afiliasi kelompok (X 3 ), dan iklim sekolah (X 4 ),

sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan perilaku agresif (Y).

1. Hubungan Konsep Diri dengan Agresivitas Konsep diri merupakan salah satu pembentuk kara- kter seseorang, sedang “Several individual character- istics affect the chances that people will respond to provocation with aggression.” Karakter tertentu me- nyebabkan seseorang berperilaku agresif. Sebaliknya, karakter tertentu juga dapat menyebabkan seseorang memiliki resistensi yang kuat terhadap agresivitas (Watson, 1984: 318).

Dengan demikian dapat diduga bahwa konsep diri berhubungan dengan agresivitas.

Hubungan Perhatian Orangtua dengan Agresivitas

Brown (1961: 76) mengatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima ke- hadiran anak. Perkembangan tingkah laku agresif pada anak dipengaruhi oleh orang tuanya melalui pengon- trolan pengalaman frustasi anak dan juga cara orang tua memberikan penguatan ataupun hukuman terhadap tingkah laku agresif.

Bandura (1976: 256-260) mengatakan bahwa anak belajar bertingkah laku agresif melalui imitasi atau model terutama dari orang tuanya, guru dan anak-anak lainnya. Ia juga mengatakan bahwa dalam masyara-

kat modern ada tiga sumber munculnya tingkah laku agresif, yakni pengaruh keluarga, pengaruh subkultural (peer group), dan modelling (vicarious leaming). Kelu- arga merupakan lingkungan sosial anak yang terdekat. Oleh sebab itu, keadaan kehidupan keluarga bagi seorang anak dapat dirasakan melalui sikap dari orang yang sangat dekat dan berarti baginya.

Melly Budiman (1986: 6) mengatakan bahwa keluar-

ga yang dilandasi kasih sayang dapat mengembangkan tingkah laku sosial yang baik. Bila kasih sayang terse- but tidak ada, maka seringkali anak akan mengalami kesulitan dalam hubungan sosial, dan kesulitan ini akan mengakibatkan berbagai macam kelainan tingkah laku sebagai upaya kompensasi dari anak.

Dari ungkapan di atas dapat diduga bahwa perhatian orangtua kepada anak berhubungan dengan agresivitas.

Hubungan Afiliasi Kelompok dengan Agresivitas

Pemilihan bergabung pada suatu kelompok tertentu menujukkan kepribadian seseorang. Seseorang yang memilih berafiliasi kepada kelompok yang nyata-nyata agresif, mengindikasikan bahwa dirinya sendiri me- mang menyukai tindakan agresif. Selain itu, mereka yang tidak jelas berkepribadian agresif, yang berada di dalam kelompok agresif, akhirnya, cenderung akan berperilaku agresif juga.

Siswa SLTA tergolong dalam masa remaja. Fishbein (1978: 307) mengemukakan bahwa remaja ditandai dengan datangnya masa pubertas, dan bersamaan den- gan itu terjadi pula pertumbuhan fisik, selain itu tim- bul gejolak-gejolak. Pada masa-masa seperti ini remaja senang mencari nilai-nilai baru, sehingga ia mulai sering meninggalkan rumah untuk bergabung dengan teman-temannya. Salah satu pengaruh yang mungkin dapat muncul adalah terjadinya perilaku agresif. Hal ini dapat terjadi karena remaja berada pada kondisi yang labil dan emosional. Di samping karena adanya solidar- itas yang kuat di antara sesama teman disebabkan ad- anya in group feeling yang sangat kuat. Group terben- tuk karena adanya kesesuaian aspek-aspek tertentu di antara anggota-anggotanya. Remaja hidup dalam suatu lingkungan sosial tertentu. Remaja yang berada pada kondisi ingin mencari nilai-nilai baru dalam group-nya kemungkinan pula bertolak belakang dengan norma- norma masyarakat yang sudah mapan. Benturan nilai ini memungkinkan terjadinya tindak agresif.

Dengan demikian dapat diduga bahwa afiliasi kelom- pok berhubungan dengan perilaku agresif.

Hubungan iklim sekolah dengan Agresivitas

Teori-teori yang membahas hubungan iklim sekolah

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014

Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

dengan agresivitas antara lain adalah the maturation- Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua, Afilia-

Fleming (1955: 47) berpendapat bahwa kebutuhan , perilaku agresif berhubungan dengan stabilitas kelu-

ist, environmentalist, dan constructivist perspectives si Kelompok, dan iklim sekolah dengan Agresivitas

psikologis remaja, diantaranya siswa SLTA, merupakan arga, pendidikan di rumah, dan pendidikan di sekolah. of development. Maturationist Theory: dikembangkan

Menurut paradigma social psychology dan model oleh Arnold Gessell. Maturationists percaya bahwa perilaku agresif dibentuk oleh faktor internal individu

Grand Theory yang relevan dengan asumsi bahwa

pemicu perilaku mereka. Berikut ini kutipan bagan ilus-

trasi hubungan timbal balik berbagai kebutuhan psikol- kebutuhan psikologis remaja, perilaku seseorang ber- perkembangan adalah proses biologi yang berlangsung dan lingkungan sosialnya (faktor eksternal) adalah

ogis remaja, yang merupakan kaitan antara kondisi diri hubungan dengan persepsi orang tersebut terhadap secara otomatis dapat diprediksi, dan bertingkat secara Social Psychology. Social psychology adalah studi

mereka sendiri dengan kondisi sosial. Lihat Gambar 6. pengalaman hidupnya. Pengalaman, secara dominan, sekuensial sepanjang hidup (Hunt, 1969). Environmen- science tentang bagaimana pikiran, perasaan, dan

Ilustrasi Hubungan Timbal Balik Berbagai Kebutuhan berkenaan dengan faktor internal yakni konsep diri ser- talist Theory: John B. Watson, B.F. Skinner, and Albert perilaku manusia dipengaruhi oleh pikiran, imajinasi,

ta manusia-manusia terdekat di lingkungannya, yakni Bandura percaya bahwa perilaku manusia berkembang dan penampilan orang lain. Definisi ini menekankan

Psikologis Remaja (Fleming, 1955: 47)

Berawal dari kebutuhan mendambakan serta menga- keluarga (orangtua), kelompok (teman), dan sekolah. akibat pemikiran dan reaksi atas lingkungannya. Con- bahwa konsep pikiran dan imajinasi orang lain tidak

Dengan demikian dapat diduga bahwa terdapat structivist Theory: Dikembangkan oleh teoretisi Jean perlu menghadirkan orang tersebut, misalnya penam-

presiasikan cinta dari/terhadap lingkungan sosialnya,

remaja akan memiliki kadar rasa aman, yang menen- hubungan antara konsep diri, afiliasi kelompok, dan Piaget, Maria Montessori, dan Lev Vygotsky. Mer- pakan visual media, atau meniru-internalisasi norma

tukan perilaku mereka. Apabila rasa aman tidak mer- iklim sekolah secara bersama-sama dengan perilaku eka konsisten dengan keyakinannya bahwa belajar suatu budaya. Secara umum penganut social psychol-

eka dapatkan dari lingkungan yang mereka harapkan agresif siswa SLTA.

dan berkembang terjadi ketika anak-anak berinteraksi ogy berpendapat, perilaku merupakan akibat dari inter-

(orangtua/keluarga, teman, sekolah, dan diri sendiri)

dengan lingkungannya dan orang-orang di sekitarnya aksi mental dan situasi sosial saat tersebut. Kurt Lewin maka mereka bisa kehilangan keseimbangan diri dan Hipotesis Penelitian

(Hunt, 1969). Constructivists memandang anak sebagai memformulakan, konsep perilaku (behavior) dapat dia-

Dari kerangka berpikir yang telah dikembangkan di partisipan aktif dalam proses belajar ( http://www.ncrel. mati sebagai fungsi individu (person) dan ingkungan-

berperilaku menyimpang. Dalam hubungannya dengan

penelitian yang hendak dilakukan, deskripsi ini men- atas, dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai beri- org/sdrs/pathwayg.htm ).

getengahkan bahwa pemicu agresivitas adalah faktor kut: 1. “Konsep diri” berhubungan negatif dengan Agresi dapat ditimbulkan oleh frustrasi. Frustrasi org/wiki/ Social_psychology )

nya (environment), B = f(P, E). ( http://en.wikipedia.

“agresivitas siswa SLTA Jakarta” 2. “Perhatian orang- terjadi ketika ada sesuatu yang memblokir usaha kita

internal-psikologis, dan faktor eksternal-sosiologis.

Gunarsa (2000: 182–192) mengemukakan bahwa tua” berhubungan negatif dengan “agresivitas siswa mencapai suatu tujuan (Myers, 1993: 426). Frustrasi suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi

Reinforcement penting dalam menentukan apakah

faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap-perilaku SLTA Jakarta” 3. “Afiliasi kelompok” berhubungan muncul pada saat motivasi kita untuk mencapai tujuan itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Belajar

remaja adalah pribadi, keluarga, dan lingkungan sos- negatif dengan “agresivitas siswa SLTA Jakarta” 4. sangat kuat, tetapi kita tidak dapat mencapainya karena melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terli-

ial. Dikemukakan bahwa faktor pribadi berupa keadaan “Iklim sekolah” berhubungan negatif dengan “agresi- jalan untuk itu tertutup. Iklim sekolah dapat mengkon- bat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi kon-

khusus konstitusi, potensi, bakat, dan sifat dasar, me- vitas siswa SLTA Jakarta” 5. “Konsep diri”, “perhatian disikan frustrasi yang kemudian dapat memicu agre- sekuensi. 3) Self-regulation and cognition: Manusia

lalui proses perkembangan, kematangan, dan rangsan- orangtua”, “afiliasi kelompok”, dan “iklim sekolah” sivitas. Sebaliknya, iklim sekolah yang kondusif akan adalah pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self-

gan akan membentuk perilaku tertentu kepada anak. secara bersama-sama berhubungan negatif dengan dapat membentuk resistensi terhadap agresivitas.

regulation), memengaruhi tingkah laku dengan cara

Faktor keluarga, sebagai unit sosial paling kecil, men- “agresivitas siswa SLTA Jakarta”

Dengan demikian dapat diduga bahwa iklim sekolah mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kogni-

jadi landasan bagi perkembangan kepribadian anak.

berhubungan dengan agresivitas.

tif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkahlakunya

Saat awal, ketika baru dilahirkan, anak dalam keadaan Metode Penelitian

sendiri (Bandura, 1977) ( www.afirstlook.com ).

lemah, tidak berdaya, tidak dapat memenuhi kebutu-

Penelitian ini berusaha mengidentifikasi hubungan han diri sendiri, sangat tergantung kepada lingkungan agresivitas dengan faktor internal, yakni konsep diri, terdekatnya, yakni keluarga (ibu-bapak). Berikutnya, serta dengan faktor eksternal, yakni perhatian orangtua,

Gambar 6. Ilustrasi Hubungan Timbal Balik Berbagai Kebutuhan Psikologis Remaja lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya, me- afiliasi kelompok, dan iklim sekolah. Agresivitas dicari megang peranan besar dalam membentuk corak dan hubungannya dengan kondisi diri sendiri (konsep diri), gambaran kepribadian anak.

lingkungan terdekat (orangtua), lingkungan terdekat di Faktor-faktor yang memengaruhi agresi (factors in- luar rumah (afiliasi kelompok), dan iklim sekolah. volved in aggression) adalah provokasi (provocations)

Tempat penelitian di SLTA (SMU dan SMK) Jakarta, (kelompok, afiliasi); lingkungan (environmental cues) yang kemudian secara purposive dipilih SMU Darul ( pendidikan di sekolah, pengalaman, identifikasi ke- Ma’arif (Jl. R. S. Fatmawati No. 45, Cipete, Jakarta lompok); sifat pribadi (characteristics of the person) Selatan)(terbanyak melakukan perkelahian-tawuran), ( identifikasi diri); pelampiasan (disinhibitors of aggres- SMU Cendrawasih (Jl. R. S. Fatmawati, Komplek De- sion); keluarga (rape and family violence), pemaksaan plu, Gandaria Selatan, Jakarta Selatan)(pada posisi di (rape), kekejaman keluarga (family violence) (stabilitas tengah frekuensi perkelahiannya), dan SMU Al-Azhar keluarga, pendidikan di rumah); kontrol (the control of Syifa Budi Jakarta (Jl. Kemang Raya 7, Jakarta Selatan) aggression) (kontrol sosial - social control - sikap ling- (tidak pernah melakukan perkelahian antarpelajar). kungan dan kontrol diri - individual control).

Penelitian (pengumpulan data lapangan) dilaksanakan

Kebutuhan anak meliputi: stabilitas keluarga, pen- pada bulan Mei-Juni 2012. didikan, serta pemeliharaan fisik dan psikis. (Ahmadi,

Penelitian ini adalah penelitian survey sample, den- 1991: 247-249). Apabila kebutuhan tersebut kurang gan teknik korelasional, meliputi empat variabel X dan terpenuhi, besar kemungkinannya, agresivitas anak- satu variabel Y. anak akan tumbuh berlebihan. Menurut Abu Ahmadi

Penelitian ini mempunyai empat variabel predik-

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014

Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

tor, yaitu Konsep Diri (X 1 ), Perhatian Orangtua (X 2 ), sampling sebesar B, adalah dengan menggunakan ru-

Setuju.

Hipotesis statistik

Uji hipotesis akan dilakukan melalui metode pengu- Sekolah (X 4 ). Keempat variabel tersebut dihubungkan

Afiliasi kepada Kelompok Nonagresif (X 3 ), dan Iklim mus berikut ini:

Setelah uji coba instrumen, skor teoretik instrumen

agesivitas (Y) adalah 111 (skor terendah) sampai den- jian:

dengan variabel Agresivitas (Y), dengan pola hubun-

Tabel Kerangka Sampling

gan 444 (skor tertinggi), skor teoretik instrumen konsep

Hubungan X 1 dengan Y, melalui persamaan linier

gan sebagai berikut: (1) Hubungan variabel X 1 dengan

SLTA

diri (X 1 ) 65 sampai dengan 260, skor teoretik instru- sederhana

Y; hubungan X 2 dengan Y; hubungan X 3 dengan Y;

men perhatian orangtua (X ) 51 sampai dengan 204,

2 Ŷ = a + bX

Darul Ma’arif

Hubungan X 2 dengan Y, melalui persamaan linier -X -X -X secara bersama-sama dengan variabel Y.

hubungan X 4 dengan Y; hubungan variabel-variabel X 1

skor teoretik instrumen afiliasi kelompok (X 3 ) 30 sam-

pai dengan 120, skor teoretik instrumen iklim sekolah sederhana

Ke 4 variabel bebas (X) diuji kemungkinannya menjadi

Al Azhar

(X 4 ) 91 sampai dengan 364. Lihat Gambar 8. Struktur

Ŷ = a + bX

variabel antara. Konstelasi masalah kelima pola hubun- Jumlah

Hubungan X 3 dengan Y, melalui persamaan linier gan antarvariabel tersebut tergambar sebagai berikut:

Hubungan Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat

Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif sederhana

Populasi target meliputi seluruh siswa SLTA (SMU

Ŷ = a + bX

Berdasarkan rumus di atas, dari populasi yang ber-

(mendeskripsikan variabel penelitian dengan meng-

dan SMK) negeri dan swasta di Jakarta. Di Jakarta ter- jumlah 865 siswa, ditentukan besar sampel 150 siswa

gunakan tabel tunggal, mean, modus, standard devia-

dapat 483 SMU dengan jumlah siswa 213.531 dan 547

dg tingkat keyakinan 95 %. Proporsi n terkecil (cluster

si, dan persentase) (mengubah empat kategori Likert Hubungan X 4 dengan Y, melalui persamaan linier

SMK dengan jumlah siswa 222.064 (BPS-Statistics Al Azhar) ditentukan 30 siswa (20,00 %), agar cluster

menjadi kategori baru dengan perhitungan Sturges), sederhana

DKI Jakarta, 1999: 117). Jumlah seluruh siswa SLTA tersebut mempunyai data yang secara statistika berarti.

serta menguji hipotesis dengan menggunakan statistik

Ŷ = a + bX

di Jakarta adalah 435.595. Populasi terjangkau adalah

Instrumen penelitian berupa angket. Tiap item in-

induktif (korelasi tunggal, korelasi berganda, korelasi

siswa SLTA di Jakarta yang secara administratif terdaf- strumen merupakan penurunan dari konsep-variabel-

Hubungan X 1 ,X 2 ,X 3 ,X 4 dengan Y, melalui persamaan tar aktif mengikuti pelajaran sekolah.

parsial, regresi tunggal, regresi berganda).

regresi ganda Ŷ = a 0 +a 1 X 1 +a 2 X 2 +a 3 X 3 +a 4 X 4 Sampel diambil secara purposive, dipilih pelajar laki- liditas isi). Validasi konstruk dalam konsep psikologi

dimensi-indikator, yang teruji secara konseptual (va-

Data yang terkumpul akan dianalisis melalui

uji persyaratan analisis: 1) Uji Normalitas dilakukan

laki dari SLTA yang paling sering melakukan perkela- dilakukan dengan meminta jasa tiga orang psikolog

dengan metode One Sample Kolmogorov Smirnov; 2)

hian menurut catatan kepolisian (SMU Darul Ma’arif -

klinis yang memberikan skor penilaian. Item instrumen

Uji Linearitas dilakukan dengan Linearity Regression; Pengujian Hipotesis Penelitian

Cipete), SLTA yang tidak pernah bermasalah (SMU Al juga diuji validitas dan reliabilitasnya secara empirik

Setelah uji prasyarat analisis regresi (normalitas, Azhar Syifa Budi - Kemang), dan SLTA yang frekuensi (validitas internal). Uji validitas dan reliabilitas di-

3) Uji Multikolinearitas dilakukan dengan metode Nilai

Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF); 4) Uji linearitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, auto- bermasalahnya di tengah-tengah (SMU Cendrawasih lakukan pada dua kelompok responden berbeda, yakni

Heterokedastisitas dilakukan dengan metode Glejser; korelasi) terpenuhi, selanjutnya dilakukan uji hipotesis - Cipete). Sampel dari SMU Darul Ma’arif sebanyak kelompok pelajar yang paling agresif (paling sering

5) Uji Autokorelasi dilakukan dengan metode Durbin penelitian. Hipotesis penelitian meliputi korelasi kon-

sep diri dengan agresivitas, korelasi perhatian orangtua Azhar Syifa Budi 30 siswa. Sampel diambil dengan pok pelajar yang paling tidak pernah bermasalah. Tiap

50 siswa, SMU Cendrawasih 70 siswa, dan SMU Al melakukan tindak kekerasan/perkelahian) dan kelom-

Watson.

. Kemudian dilakukan uji hubungan antarvariabel dengan agresivitas, korelasi afiliasi kelompok dengan teknik Cluster Simple-Random. Menurut Supranto item diukur dengan skala Likert dalam empat kategori

dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi.

(2000: 299), cara menentukan besarnya sampel untuk skala dikotomik; yang secara kontinum berwujud: memperkirakan U (rata-rata) dengan batas kesalahan Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan sangat Tidak

Gambar 8. Struktur Hubungan Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat

Gambar 7. Pola Hubungan Antarvariabel

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014

Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

agresivitas, korelasi iklim sekolah dengan agresivitas, pada α = 0,01

0,011 afiliasi kelompok, iklim sekolah secara bersama-sama korelasi keempat variabel bebas yang telah disebutkan

X 3 –Y

X 4 - 0,189

berhubungan negatif dg agresivitas. secara bersama-sama dengan agresivitas. Berikut ini uji agresivitas (Y), r Y2 sebesar – 0,142. Nilai sig 0,042 leb-

Kekuatan hubungan perhatian orangtua (X 2 ) dengan

Hipotesis statistik yang akan diuji:

pertama, korelasi konsep diri dengan agresivitas.

ihkecil dari 0,05. H

0 1 ditolak. Perhatian orangtua (X ) 3 2

H 0 : ρ Y1234 ≥0

H 1 : ρ Y1234 <0

berhubungan negatif dengan agresivitas (Y).

X 3 –Y

X 1 ,X 4 - 0,195**

Kontribusi konsep diri (X 1 ), perhatian orangtua (X 2 ), Hipotesis penelitian: Konsep diri berhubungan nega-

Hubungan Konsep Diri (X 1 ) dengan Agresivitas (Y)

X 3 –Y

X 2 ,X 4 - 0,185 *

0,010 afiliasi kelompok (X 3 ), dan iklim sekolah (X 4 3 ) secara 1 2 4 tif dengan agresivitas.

Tabel 9. Koefisien Korelasi Parsial Perhatian Orang-

X –Y

X ,X ,X - 0,192**

bersama kpd agresivitas (Y) sebesar 6,9 %. Hipotesis statistik yang akan diuji:

tua (X 2 ) dg Agresivitas (Y)

Korelasi Kontrol

Koefisien Kore- Signifikansi

Kekuatan hubungan afiliasi kelompok (X 3 ) dengan

H 0 : ρ Y1 ≥0

1) Persamaan regresi Ŷ = 528,343 – 0,383X 1 –

lasi Parsial

agresivitas (Y) sebesar

H 1 : ρ Y1 <0

– 0,228. Kurang dipengaruhi oleh ketiga variabel be- 0,213X 2 – 1,090X 3 – 0,026X 4 . Keberartian model re-

X 2 –Y

X 1 - 0,076

gresi sebesar 7,626. Nilai ini signifikan pada α = 0,01

Kontribusi konsep diri (X ) kpd agresivitas (Y) sebe- X 2 –Y

bas lainnya.

dan 2) Persamaan regresi di atas juga mengandung arti: sar 2,3% (0,023 x 100 %).

X 2 –Y

X 4 - 0,098

Hubungan iklim sekolah (X ) dengan Agresivitas

Perubahan satu unit variabel konsep diri (X 1 ), semen-

tara variabel perhatian orangtua (X 2 ), variabel afiliasi

2 –Y

X 1 ,X 3 - 0,043

Persamaan regresi Ŷ = 434,169 – 0,551X 1 X

(Y)

Hipotesis penelitian: Iklim sekolah berhubungan kelompok (X 3 ), dan variabel iklim sekolah (X 4 ) dikon- Keberartian model regresi sebesar 8,807 nilai ini sig-

2 –Y

X 1 ,X 4 - 0,058

trol, akan menghasilkan perubahan sebesar – 0,383 unit

nifikan pada α = 0,01

X 2 –Y

X 3 ,X 4 - 0,089

negatif dengan agresivitas.

Hipotesis statistik yang akan diuji:

pada variabel agresivitas (Y). Perubahan satu unit varia-

Kekuatan hubungan konsep diri (X 1 ) dengan agresi- X 2 –Y

X 1 ,X 3 ,X 4 - 0,043

H : ρ ≥0

bel perhatian orangtua (X 2 ), sementara variabel konsep

0 vitas (Y), r Y4 Y1 sebesar – 0,153. Nilai sig 0,031 lebih ke-

H 1 : ρ Y4 <0

diri (X 1 ), variabel afiliasi kelompok (X 3 ), dan variabel

iklim sekolah (X 4 ) dikontrol, akan menghasilkan pe- negatif dengan agresivitas (Y).

cil dari 0,05. H 0 ditolak. Konsep diri (X 1 ) berhubungan

Kekuatan hubungan perhatian orangtua (X 2 ) dengan

agresivitas (Y) sebesar – 0,142. Sangat dipengaruhi

Kontribusi iklim sekolah (X

4 ) kepada agresivitas (Y)

rubahan sebesar – 0,213 unit pada variabel agresivitas

Tabel 5. Koefisien Korelasi Parsial Konsep Diri (X 1 ) oleh ketiga variabel bebas lainnya.

(Y). Perubahan satu unit variabel afiliasi kelompok (X 3 ),

sebesar 1,9 %

sementara variabel konsep diri (X 1 ), variabel perhatian Korelasi Kontrol

dg Agresivitas (Y)

Persamaan regresi Ŷ = 441,933 – 0,368X

Koefisien Ko- 4 Signifikansi Keberartian model regresi sebesar 7,442. Nilai ini orangtua (X

Hubungan Afiliasi Kelompok (X 3 ) dengan Agresivi-

2 ), dan variabel iklim sekolah (X 4 ) dikon-

relasi Parsial

tas (Y)

signifikan pada α = 0,01

trol, akan menghasilkan perubahan sebesar – 1,090

Hipotesis penelitian: Afiliasi kelompok berhubungan

X unit pada variabel agresivitas (Y). Perubahan satu unit

Kekuatan hubungan iklim sekolah (X ) dengan

negatif dg agresivitas.

sebesar – 0,137. Nilai sig 0,047

4 variabel iklim sekolah (X

), sementara variabel konsep

1 –Y

X - 0,129

X 3 0,058

agresivitas (Y), r

Hipotesis statistik yang akan diuji:

Y4

lebih kecildari 0,05. H ditolak. Iklim sekolah (X ) ber- diri (X 1 ), variabel perhatian orangtua (X 2 ), dan variabel

X 1 –Y

X 4 - 0,109

H 0 : ρ ≥0

afiliasi kelompok (X 3 ) dikontrol, akan menghasilkan

H 1 : ρ Y3 <0

Y3

hubungan negatif dengan agresivitas (Y).

X 1 –Y

X 2 ,X 3 - 0,093

Tabel 17. Koefisien Korelasi Parsial Iklim Sekolah perubahan sebesar – 0,026 unit pada variabel agresivi-

X 1 –Y

X 2 ,X 4 - 0,076

Kontribusi Afiliasi Kelompok (X

(X ) dg Agresivitas (Y)

tas (Y). Perubahan pada variabel agresivitas (Y) terjadi

3 ) kepada Agresivi-

searah dengan konstanta sebesar 528,343.

X 1 –Y

X 3 ,X 4 - 0,120

0,072 tas (Y) sebesar 5,2 %.

Korelasi Kontrol

Koefisien Ko- Signifikansi

Dari hasil analisis regresi di atas dapat disimpulkan

X 1 –Y

X 2 ,X 3 ,X 4 - 0,092

Persamaan regresi Ŷ = 450,154 – 1,190X 3 . Keberar-

relasi Parsial

bahwa makin tinggi konsep diri, perhatian orangtua,

tian model regresi sebesar 11,655. Nilai ini signifikan

X 4 –Y

X 1 - 0,086

0,148 afiliasi kelompok, dan iklim sekolah, maka makin ren-

Kekuatan hubungan konsep diri (X 1 ) dengan agresiv- pada α = 0,01

X 4 –Y

X 2 - 0,092

0,133 dah agresivitas pelajar SLTA.

Kekuatan sumbangan variabel bebas secara bersama- variabel bebas lainnya.

itas (Y) sebesar – 0,153 sangat dipengaruhi oleh ketiga

X 4 –Y

X 3 - 0,047

X sama terhadap variansi pada agresivitas, dinyatakan Hubungan Perhatian Orangtua (X ) dengan Agresi- agresivitas (Y) r sebesar – 0,228. Nilai sig 0,003, leb-

Kekuatan hubungan afiliasi kelompok (X 3 ) dengan

X 4 –Y

1 ,X 2 - 0,071

oleh koefisien determinasi (R 2

2 Y3

1234 ) sebesar 0,069. Ang-

vitas (Y)

4 1 3 ka ini menunjukkan bahwa 6,9 % variansi pada variabel Hipotesis penelitian: Perhatian Orangtua berhubun- berhubungan negatif dengan agresivitas (Y).

ih kecil dari 0,05. H

0 ditolak. Afiliasi kelompok (X 3 )

0,426 terikat, agresivitas, dapat dijelaskan secara bersama-sa- gan negatif dengan agresivitas.

X 4 –Y

X 2 ,X 3 - 0,015

0,459 ma oleh keempat variabel bebas, konsep diri, perhatian Hipotesis statistik yang akan diuji:

X 4 –Y

X 1 ,X 2 ,X 3 - 0,008

Tabel 13. Koefisien Korelasi Parsial Afiliasi Kelom-

Kekuatan hubungan Iklim Sekolah (X 4 ) dengan agresi- orangtua, afiliasi kelompok, dan iklim sekolah.

H 0 : ρ Y2 ≥0

pok (X 3 ) dg Agresivitas (Y)

vitas (Y) sebesar – 0,137. Sangat dipengaruhi oleh ke-

Urutan korelasi terkuat sampai terlemah adalah an-

H 1 : ρ Y2 <0

Korelasi Kontrol Koefisien Kore-

Signifikansi

tiga variabel bebas lainnya.

tara:

lasi Parsial

1. Afiliasi kelompok (X 3 ) dan agresivitas (Y)

1 ) dan agresivitas (Y) tas (Y) sebesar 2,0 %.

Kontribusi perhatian orangtua (X 2 ) kepada agresivi- X

3 –Y

Hubungan Konsep Diri (X

1 ), Perhatian Orangtua

2. Konsep diri (X

(X 2 ), Afiliasi Kelompok (X ), dan iklim sekolah (X 4 ),

3. Perhatian orangtua (X

2 ) dan agresivitas (Y)

Persamaan regresi Ŷ = 429,635 – 0,607X 2 . Keber-

secara bersama-sama dg Agresivitas (Y)

4. Iklim sekolah (X 4 ) dan agresivitas (Y)

artian model regresi sebesar 8,485. Nilai ini signifikan 0,006

X 3 –Y

X 2 - 0,205**

Hipotesis penelitian: Konsep diri, perhatian orangtua,

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014 Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

Urutan korelasi terkuat sampai terlemah adalah an- tara:

1. Konsep diri (X 1 ) dan perhatian orangtua (X 2 )

2. Afiliasi kelompok (X 3 ) dan iklim sekolah (X 4 )

3. Konsep diri (X 1 ) dan iklim sekolah (X 4 )

4. Perhatian orangtua (X 2 ) dan iklim sekolah (X 4 )

5. Perhatian orangtua (X 2 ) dan afiliasi kelompok (X 3 )

Pembahasan

Hipotesis pertama penelitian, “Konsep diri” ber- hubungan negatif dengan “agresivitas siswa SLTA Jakarta” diterima. Jadi konsep diri yang kuat dapat mencegah agresivitas siswa. Temuan penelitian ini mendukung teori Gail Watson yang menyebutkan konsep diri merupakan salah satu pembentuk karakter seseorang, karakter tertentu menyebabkan seseorang berperilaku agresif, sebaliknya, karakter tertentu juga dapat menyebabkan seseorang memiliki resistensi yang kuat terhadap agresivitas.

Hipotesis kedua penelitian, “Perhatian orangtua” ber- hubungan negatif dengan “agresivitas siswa SLTA Ja- karta” diterima. Jadi perhatian orangtua berperan dalam mencegah agresivitas siswa. Teori Brown dan Bandura yang menyatakan bahwa keluarga adalah lingkungan yang pertama kali menerima kehadiran anak, anak be- lajar bertingkah laku agresif melalui imitasi atau model terutama dari orang tuanya, guru dan anak-anak lain- nya, diperkuat oleh temuan penelitian ini.

Hipotesis ketiga penelitian, “Afiliasi kelompok” berhubungan negatif dengan “agresivitas siswa SLTA Jakarta” diterima. Jadi afiliasi kelompok turut menen- tukan tindak agresif siswa. Temuan penelitian ini mem- perkuat pendapat Fishbein, pemilihan bergabung pada suatu kelompok tertentu menunjukkan kepribadian seseorang. Seseorang yang memilih berafiliasi kepada kelompok yang nyata-nyata agresif, mengindikasikan bahwa dirinya sendiri memang menyukai tindakan ag- resif. Selain itu, mereka yang tidak jelas berkepribadian agresif, yang berada di dalam kelompok agresif, akhir- nya, cenderung akan berperilaku agresif juga.

Hipotesis keempat penelitian, “Iklim sekolah” ber- hubungan negatif dengan “agresivitas siswa SLTA Jakarta” diterima. Jadi iklim sekolah berperan dalam mengkondisikan agresivitas siswa. Temuan penelitian ini memperkuat teori Gessell, Watson, dan Piaget yang menyatakan perkembangan adalah proses biologi yang berlangsung secara otomatis, dapat diprediksi, dan ber- tingkat secara sekuensial sepanjang hidup, perilaku manusia berkembang akibat pemikiran dan reaksi atas lingkungannya, belajar dan berkembang terjadi ketika anak-anak berinteraksi dengan lingkungannya dan

orang-orang di sekitarnya.

Hipotesis kelima penelitian, “Konsep diri”, “perha- tian orangtua”, “afiliasi kelompok”, dan “iklim seko- lah” secara bersama-sama berhubungan negatif dengan “agresivitas siswa SLTA Jakarta” diterima dan kontrol tiap variabel dapat meningkatkan koefisien korelasi. Jadi konsep diri, perhatian orangtua, afiliasi kelompok,

dan iklim sekolah secara bersama-sama berpengaruh dalam mengkondisikan agresivitas siswa SLTA. Setiap pengurangan atau penambahan pengkondisian salah satu atau beberapa variabel akan lebih memperkuat atau mengurangi agresivitas. Temuan penelitian ini mendukung Social Psychology Theory (Kurt Lewin) dan Social Learning Theory (Bandura), meliputi kon- sep reciprocal determinism (tingkah laku manusia ter- bentuk oleh interaksi timbal-balik yang terus menerus antara cognitive determinant, behavioral dan lingkun- gan), konsep beyond reinforcement (belajar melalui observasi harus disertai reinforcement agar muncul sebagai sikap-perilaku), konsep self-regulation and cognition (manusia adalah pribadi yang dapat menga- tur diri sendiri, memengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kogni- tif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkahlakunya sendiri).

Afiliasi kelompok berpengaruh paling kuat terhadap agresivitas siswa SLTA, melebihi pengaruh konsep diri dan kedekatan dengan orangtua. Iklim sekolah berpen-

garuh paling lemah terhadap agresivitas, namun paling kuat menjadi variabel antara hubungan afiliasi kelom- pok dengan agresivitas. Interaksi yang kuat dalam iklim sekolah dapat mengurangi tindak agresif kelompok-ke- lompok siswa.

Pemikiran obyektif linier yang dilakukan, ternyata belum sempurna mendeskripsikan penyebab agresi- vitas siswa SLTA di Jakarta. Pemikiran cybernetics sekilas berikut ini, barangkali dapat mengidentifikasi penyebab agresivitas remaja lebih sempurna.

Dimodifikasi dari Teori Konflik Klasik (Karl Hein- rich Marx, 1848)

Kondisi yang kurang kondusif untuk membangun (terutama) karakter manusia bangsa Indonesia, mung- kin akibat dari rekayasa determinasi kekuatan politik- ekonomi global. Kekuatan politik-ekonomi global berkepentingan mempurukkan kondisi bangsa Indo- nesia karena keinginan menguasai wilayah yang kaya (tambang, dari emas s/d uranium), indah (potensial un- tuk dinikmati atau industri wisata) dan strategis (tin- jauan militer dan distribusi hasil industri), populasi yang potensial untuk mengkonsumsi over-production industri adikuasa, serta individu manusia yang poten-

sial untuk dimanfaatkan industri global.

Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah penyebab agresivitas siswa SLTA belum dapat terungkap secara rinci.

Keterbatasan-keterbatasan ini hendaknya dapat di- kurangi dengan melaksanakan penelitian agresivitas pe- lajar menggunakan metode objective yang lebih kom- prehensif secara berulang, serta melakukan penelitian subjective terhadap siswa pelaku kriminal agar warna kriminalitas beserta unsur mengapa dan bagaimana mereka melakukan tindak kriminal tersebut dapat lebih terungkap.

Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat hubun- gan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan agresivitas; (2) terdapat hubungan negatif yang signifi- kan antara perhatian orangtua dengan agresivitas; (3) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara afilia-

si kelompok dengan agresivitas; (4) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara iklim sekolah dengan agresivitas; (5) terdapat hubungan negatif yang sig- nifikan antara konsep diri, perhatian orangtua, afiliasi kelompok, dan iklim sekolah secara bersama - sama dengan agresivitas.

Kontribusi tertinggi untuk mengurangi agresivitas adalah afiliasi kepada kelompok nonagresif, kemudian menyusul kondisi konsep diri, perhatian orangtua, dan yang terakhir iklim sekolah yang kondusif. Interaksi eksternal (antara anak-anak dengan lingkungan sos- ialnya) dan internal (kondisi konsep diri) yang positif dapat mengeliminasi agresivitas.

Implikasi penelitian ini: (1) usaha mempererat afiliasi anak kepada kelompok nonagresif, (2) memperkuat konsep diri anak, (3) meningkatkan perhatian orangtua kepada anak, (4) mengkondusifkan iklim sekolah, akan dapat menurunkan tingkat agresivitas pelajar SLTA di Jakarta, (5) usaha tersebut, dalam realisasinya, se- baiknya dilaksanakan secara simultan oleh pemerin- tah (kondisi sosial sebagai dasar kehidupan individu), orangtua (memberikan arah kepada kelompok per- gaulan anak serta memperhatikan keadaan anak), anak/ siswa sendiri (konsep diri terutama dibentuk atas usaha diri sendiri), dan sekolah (mengkondisikan suasana pendidikan yang baik dan mengarahkan kelompok- kelompok siswa agar melakukan aktifitas yang positif).

Afiliasi kelompok merupakan variabel yang paling kuat korelasinya dengan agresivitas, karena itu agar suasana pembelajaran formal lebih kondusif kelompok-

kelompok negatif di sekolah dan di luar sekolah sebai- knya dikontrol.

Dari hasil penelitian dapat disarankan, bahwa untuk mengurangi agresivitas pelajar hendaknya dilakukan usaha-usaha diri pribadi, orangtua, dan pengelola seko- lah sebagai berikut: (1) Secara dini, anak-anak seyog- yanya diarahkan kepada sikap memahami keadaan diri mereka masing-masing, mulai dari kondisi fisik, materi yang melekat pada diri mereka, sampai respons ling- kungan atas keberadaan mereka. (2) Orangtua henda- knya memberikan sikap responsif terhadap reaksi anak mereka sehari-hari. Melaksanakan dialog yang harmo- nis, sampai pemberian fasilitas penunjang dinamika ak- tifitas anak sehari-hari secara tepat. (3) Keluarga agar mengarahkan aktifitas anak kepada lingkungan (afiliasi kelompok) yang baik, demikian pula guru (pengelola sekolah) hendaknya memonitor afiliasi kelompok para

siswa. (4) Dalam hubungannya dengan iklim sekolah, aktifitas belajar di sekolah kiranya dikondisikan agar siswa bangga kepada sekolahnya, kepada gurunya, dan kepada reputasinya. (5) Untuk mencapai keberhasilan menurunkan agresivitas anak yang negatif, kiranya keempat usaha di atas (memperkuat konsep diri anak, meningkatkan perhatian orangtua kepada anak, menga- rahkan afiliasi kelompok anak, dan pembentukan iklim sekolah yang kondusif) dilaksanakan secara simultan.

Menelaah masalah perilaku anak hendaknya dilaku- kan dengan metode yang lebih komprehensif (Cyber- netics – System Analysis) sehingga dapat lebih diiden- tifikasi penyebabnya.

Sebagai saran akademik; karena kecenderungan perilaku agresif khususnya pelajar SLTA semakin me- ningkat, hendaknya dilakukan usaha penelitian obyek- tif (kuantitatif) dan subyektif (kualitatif) secara intensif dan berulang, agar gejala tersebut dapat diidentifikasi lebih sempurna.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Anderson, Kenneth E., dalam Jalaluddin Rakhmat,

Psikologi komunikasi , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.

Baron, R. A. dan Byrne, D., “Social Psychology: Un-

derstanding Human Interaction” (Boston: Al- lyn and Bacon, Inc., 1979), dalam Jalaluddin Rakhmat, Psikologi komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1998.

Berko, Roy M. dan Andrew D. Wolvin, Communicat-

ing: A Social and Career Focus, Boston: Hough- ton Mifflin Company Boston, 1989.

Wacana Volume XIII No.1, Februari 2014

Maryono Basuki, Mencari Penyebab Agresivitas Pelajar Hubungan Konsep Diri, Perhatian Orangtua,...

BPS, Jakarta dalam Angka: Jakarta in Figures 1999.

York: McGraw-Hill, Inc., 1993.

Dokumen yang terkait

Kajian Pertumbuhan, Kandungan Klorofil dan Hasil Beberapa Genotip Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Pada Kondisi Salinitas Study of Growth, Chlorophyll Content and Yield of Some Varieties Genotypes of Soybean (Glycine Max L.) in Saline Conditions

0 0 7

Kajian PendahuluanPerbanyakan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Melalui Kultur Antera dan Mikrospora Secara in vitro Preliminary Study on Physic Nut (Jatropha curcas L.)Propagation Via In VitroAnther and Microspore Culture

0 0 12

Perbaikan Kesuburan Kimia Media Campuran Tailing Bekas Penambangan Timah Dengan Penambahan Limbah Solid Kelapa Sawit Fertility Improvement Chemical Mixed Media Mining Tailings Former Lead With The Addition Of Solid Waste Oil

0 0 10

Pengintegrasian Ecological Footprint Dan Identifikasi Bencana Ekologi Banjir Akibat Perubahan Iklim di Sumatera Selatan Integrating Ecological Footprint And Identification Of Flood Ecology Disaster Due To Climate Change In South Sumatra

0 0 5

Hubungan Antara pH dan C-Organik Terhadap Ion Logam Cr(VI) Pada Tanah Bekas Pertambangan : Kajian Reaksi Kimia The Relationship Between pH and C-Organic Toward Cr(VI) Metal Ion in Ex-land of Mining : The Assesment of Chemical Reaction

0 0 5

Hubungan Karakter Agronomi Dan Fisiologi Sepuluh Varietas Cabai Merah Akibat Perbedaan Waktu Genangan The Relation Between Agronomy Characteristics And Physiology of Ten Red Chili Varieties Due to Diffrence Flooding time

0 0 8

Kajian Teknologi Hemat Air Pada Padi Gogo Pada Lahan Kering Masam Dalam Mengantisipasi Perubahan Iklim Di Propinsi Riau Save Water Technology Assessment In Upland Rice On Dry Land Anticipated Climate Change In The Province Riau

0 0 8

Comparison Of Productivity And Rice Farmer Income Organic Fertilizer Use At Different Land Of Agroecosystems In South Sumatra

0 0 7

Peluang Dan Kendala Pengembangan Pertanian Pada Agroekosistem Rawa Lebak : Kasus Desa Kota Daro II di Kecamatan Rantau Panjang Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan Agricultural Development Opportunities And Obstacles in Swamp Lebak agroecosystems : Case K

0 0 10

Faktor Ragi Roti dan Waktu Fermentasi Tepung Umbi Talas (Colocasia Esculenta [L] Schoot) Menjadi Bioetanol The Factor of Bread Yeast And Fermentation Time of Taro Tuber Starch (Colocasia Esculenta [L] Schoot) to Produce Bioethanol

0 1 12