PENGARUH ASSET TURNOVER, CURRENT RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TERJADINYA UNDERPRICING SAHAM PADA PERUSAHAAN DI PASAR PENAWARAN SAHAM PERDANA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

1 Putri Sesti Maulidya* 2 , Maya Febrianty Lautania*

1,2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Syiah Kuala

1 e-mail: putri.sesti@yahoo.com* 2 , maya_lautania@yahoo.com

Abstract

The purpose of this research is to examine the influence of asset turnover, current ratio, debt to equity ratio, and company size on that occurs on initial public offering. Sampling techniques used in this research is purposive sampling with criterions companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) that cinducted IPO during period 2010-2014, outside financial company sector, companies that underpriced, and companies which, have complete information. By those criterions, 71 companies were obtained as samples. The result of this research show that asset turnover, current ratio, debt to equity ratio, and company size silmutaneously influence to underpricing. Partially asset turnover has negative influence to underpiricing, current ratio has negative influence to underpricing, debt to equity ratio has positive influence to underpricing, and company size has negative influence to underpricing.

Keywords— Underpricing, Asset Turnover, Current Ratio, Debt To Equity Ratio, and Company Size saat IPO merupakan faktor penting, baik bagi

1. Pendahuluan

perusahaan maupun penjamin emisi, karena Setiap perusahaan mempunyai tujuan

berhubungan dengan jumlah dana yang akan diperoleh untuk dapat mengembangkan bisnisnya, dalam

perusahaan.

mengembangkan bisnisnya perusahaan membutuhkan Lestari et al., (2015) menjelaskan bahwa tambahan modal. Dalam proses mencari tambahan

overpricing terjadi apabila harga saham di pasar modal, seringkali dana dari dalam perusahaan yang

perdana lebih tinggi dibandingkan harga saham yang umumnya berupa laba yang ditahan tidak mencukupi,

berada di pasar sekunder, sebaliknya underpricing sehingga perusahaan mencari sumber dana alternatif

terjadi apabila harga saham di pasar perdana lebih dari luar perusahaan. Alternatif sumber dana dari luar

rendah dibandingkan dengan harga saham yang berada perusahaan dapat berupa pinjaman dari kreditur

di pasar sekunder. Kondisi undepricing merupakan seperti melakukan pinjaman kepada bank, pembiayaan

kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, bentuk lain, atau dengan melakukan penerbitan surat-

karena sebagai pihak yang membutuhkan dana, surat utang, maupun pendanaan yang bersifat

perusahaan harus mendapatkan harga IPO yang penyertaan dalam bentuk saham (equity) di pasar

maksimum. Fenomena underpricing yang terjadi di modal (Darmadji, 2012:57).

pasar modal disebabkan oleh informasi asimetri di Perusahaan yang menjual sahamnya dalam

pasar perdana. Informasi asimetri ini dapat terjadi penawaran umum kepada investor disebut sebagai

antara perusahaan emiten dengan perusahaan perusahaan go public. Penjualan saham pertama ini

penjamin (Baron, 1982), atau antara investor informed dikenal sebagai penawaran publik perdana, atau IPO

dengan uninformed (Rock, 1986). (Initial Public Offfering) (Brealey et al., 2007:414).

Fenomena underpricing yang terjadi di pasar Horne et al., (2013:240) mengungkapkan kebanyakan

modal disebabkan oleh informasi asimetri di pasar penawaran saham perdana (initial public offering)

perdana. Informasi asimetri ini dapat terjadi antara dicapai melalui penjamin emisi. Dalam IPO, saham

perusahaan emiten dengan perusahaan penjamin perusahaan yang akan go public sebelumnya tidak

(Baron, 1982), atau antara investor informed dengan pernah diperdagangkan di pasar terbuka, sehingga

uninformed (Rock, 1986). Terjadinya underpricing tidak ada penawaran harga pasar yang dapat

pada saham-saham IPO sering dihubungkan dengan digunakan. Kristiantari (2012) mengungkapkan

motivasi perusahaan melakukan go public. Kim penentuan harga saham yang akan ditawarkan pada

(1993) mengemukakan terdapat dua alasan mengapa

I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) 

ISSN: 1978-1520 perusahaan melakukan go public, pertama karena

mengalami underpricing pada penjualan perdana pemilik lama (founders) ingin melakukan diversifikasi

sahamnya di pasar sekunder, adapun dari 23 portofolio mereka dan kedua, karena perusahaan tidak

perusahaan yang melakukan IPO hanya terdapat 3 memiliki alternatif sumber dana lain untuk membiayai

perusahaan yang tidak mengalami underpricing proyek investasi dalam melakukan pengembangan

saham, dengan kode emiten: PNBS, LRNA, dan usahanya.

MBAP.

Berikut ini adalah data perbedaan harga Penelitian tentang faktor-faktor yang saham yang terjadi di pasar perdana dan pasar

mempengaruhi underpricing pada penawaran sekunder pada tahun 2014

saham perdana telah banyak dilakukan, namun penelitian di bidang ini masih dianggap menarik

No Kode Harga

Harga

karena hasil temuannya tidak selalu konsisten.

Emiten Pelaksanaan Penutupan

Penelitian-penelitian

tersebut diantaranya

IPO

Pasar

menguji pengaruh total asset turnover terhadap

Sekunder

underpricing ,

current

ratio terhadap

1 PNBS Rp 100

Rp 96

underpricing , debt to equity ratio terhadap

2 BINA Rp 240

Rp 270

underpricing , dan ukuran perusahaan terhadap underpricing . Pada penelitian ini, peneliti

3 CANI Rp 200

Rp 239

mengambil empat faktor yang mempengaruhi

4 ASMI Rp 270

Rp 405

underpricing , diantaranya yaitu total asset

5 TALF Rp 395

Rp 411

turnover, current ratio, debt to equity ratio , dan

6 WTON Rp 590

Rp 760

ukuran

perusahaan

(Aridhonda, 2013;

7 BLTZ Rp 3,000

Rp 3,400

Razafindrambimina et al.,2013; Karina, 2015) Rasio-rasio keuangan merupakan hal yang

8 MDIA Rp 1,380

Rp 1,510

penting bagi investor dalam mengambil keputusan

9 LRNA Rp 900

Rp 780

investasi. Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling umum dan banyak

10 DAJK Rp 470

Rp 530

digunakan dalam menyediakan pandangan terhadap

11 LINK Rp 1,600

Rp 2,400

kondisi perusahaan. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi keadaan kondisi

12 CINT Rp 330

Rp 337

perusahaan yang sebenarnya. (Subramanyam et al.,

13 MGNA Rp 105

Rp 155

14 BPII Rp 500

Rp 550

Risiko perusahaan dapat mempengaruhi keputusan dan harapan investor terhadap perusahaan dimasa yang akan datang. TATO (Total Asset

15 MBAP Rp 1,300

Rp 1,300

Turnover) merupakan rasio yang mengukur

16 TARA Rp 106

Rp 411

perputaran seluruh harta perusahaan, dan mengukur

17 DNAR Rp 110

Rp 184

efisiensi

dalam menggunakan persediaannya. Para investor dapat mengetahui

perusahaan

18 BIRD Rp 6,500

Rp 7,450

seberapa besar perusahaan tersebut dalam melakukan

19 SOCI Rp 550

Rp 620

perputaran persediaannya, sehingga semakin tinggi

20 IMPC Rp 3,800

Rp 5,700

nilai TATO semakin rendah tingkat underpricing dalam perusahaan (Aisyah,2009). Razafindrambimina

21 IBFN Rp 288

Rp 290

et al., (2013) menguji pengaruh variabel TATO

22 AGRS Rp 110

Rp 187

terhadap underpricing , dan hasil penelitian

23 GOLL Rp 288

menunjukkan bahwa TATO memiliki pengaruh yang Sumber: data diolah 2016

Rp 289

tidak signifikan terhadap underpicing. Selanjutnya Aridhonda (2013) menguji variabel TATO, hasil

bahwa TATO yang melakukan Initial Public Offering di Bursa Efek berpengaruh negatif terhadap Underpricing. Indonesia pada periode 2014. Sebagian besar

Tabel 1.1 memperlihatkan 23 perusahaan

penelitiannya

menunjukkan

yang mempengaruhi perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

Variabel

lain

underpricing adalah Current Ratio . Brigham

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 1, No. 1, (2016) (2013:135) menyatakan apabila perusahaan mulai

2. Kerangka Teoritis Dan Pengembangan

mengalami kesulitan keuangan, maka perusahaan akan

Hipotesis

mulai terlambat membayar tagihan pinjaman, jika kewajiban lancar naik lebih cepat daripada aset lancar,

Kajian Pustaka Pasar Modal

CR (Current Ratio) akan turun, dan ini merupakan Fahmi (2012:55) mengungkapkan pasar modal pertanda adanya masalah yang terjadi di dalam

perusahaan, oleh karena itu investor harus mengetahui adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond)

sebelum berinvestasi pada perusahaan yang dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya diinvestasikan. Pada penelitian Razafindrambimina et akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk al., (2013) menguji pengaruh variabel CR terhadap memperkuat modal sendiri. Anoraga (2006:5) underpricing , hasil penelitian menunjukkan bahwa mengungkapakan pasar modal pada hakikatnya adalah current ratio memiliki pengaruh yang negatif dan jaringan tatanan yang memungkinan pertukaran klaim signifikan terhadap underpricing. Selanjutnya Aisyah jangka panjang, penambahan financial assets dan (2009) yang menguji initial return sebagai variabel

dependen, dan current ratio sebagai variabel hutang pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio

independennya, menunjukkan bahwa current ratio investasi (melalui pasar sekunder). berpengaruh signifikan terhadap initial return.

DER yang tinggi akan mempengaruhi minat

Saham

masyarakat dalam pengambilan keputusan investasi, Fahmi (2012:81) mengungkapkan saham sehingga semakin rendah nilai DER semakin rendah

tingkat underpricing dalam perusahaan (Linazah, adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal yang dimiliki oleh investor pada suatu perusahaan,

2015). Wahyusari (2013) menguji pengaruh variabel kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, DER terhadap underpricing. DER merupakan salah

satu variabel yang berpengaruh positif dan signifikan nama perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegang

dalam penelitian ini. Berbeda dengan hasil penelitian saham. Darmadji (2012:5) mengungkapkan saham yang dilakukan Razafindrambimina et al., (2013) yang berbentuk selembar kertas yang menerangkan bahwa menguji underpricing sebagai variabel dependen, dan pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan DER sebagai variabel independennya, penelitiannya yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi menunjukkan bahwa variabel DER memiliki pengaruh

yang tidak signifikan terhadap underpricing. kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

Perusahaan yang berukuran besar umumnya memiliki tingkat ketidakpastian yang jauh lebih rendah daripada, tingkat kepastian yang dimiliki oleh

Underpricing

Definisi underpricing digunakan untuk perusahaan kecil, jadi, semakin besar ukuran

perusahan tersebut semakin rendah underpricing yang menggambarkan perbedaan harga antara harga penawaran saham di pasar primer dan harga saham di

terjadi dalam perusahaan (Aini, 2013). Subhan (2015) pasar sekunder pada hari pertama (Beatty, 1989). menguji pengaruh variabel ukuran perusahaan

terhadap underpricing ,

Menurut Hanafi (2004), underpricing merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam IPO. Ada

menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak kecenderungan dimana harga penawaran di pasar berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan Linazah perdana selalu lebih rendah dibandingkan dengan harga penutupan pada hari pertama diperdagangkan di

(2015) penelitiannya menunjukkan bahwa ukuran pasar sekunder. Sedangkan overpricing yang disebut perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap

underpricing. juga underpricing negatif, merupakan kondisi dimana harga penawaran perdana lebih tinggi daripada harga

Berdasarkan latar belakang masalah, dan penutupan hari pertama di pasar sekunder. perbedaan hasil penelitian, maka penelitian ini diberi

judul: “Pengaruh Asset Turnover, Current Ratio,

Total Asset Turnover

Debt To Equity Ratio, Dan Ukuran Perusahaan

Kasmir (2013:180) mengungkap total asset

Terhadap Terjadinya Underpricing Saham Pada

(TATO) merupakan rasio yang digunakan

Perusahaan Di Pasar Penawaran Saham Perdana

turnover untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam

Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu

2010-2014”.

periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turnover). Garrison

I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) 

ISSN: 1978-1520 et al., (2013:328) menyatakan bahwa rasio perputaran

perputaran persediaannya semakin efisien perusahaan persediaan mengukur beberapa kali persediaan telah

dalam melakukan pergantian jumlah persediaan terjual dan digantikan dalam setahun, rasio tersebut

perusahaan tersebut. Garrison et al., (2013:329) dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dan

mengungkapkan bahwa perusahaan yang rasio rata-rata tingkat persediaan yang ada.

perputaran persediaanya jauh lebih lambat daripada rata-rata industrinya mungkin mempunyai persedian

Current Ratio

terlalu banyak atau memiliki komposisi persediaan Razafindrambimina et al., (2013) menyatakan

yang salah. Apabila persediaan yang berada di dalam bahwa current ratio merupakan sebuah kesanggupan

dapat mengakibatkan perusahaan dalam melakukan pelunasan utang jangka

perusahaan

berlebihan,

meningkatnya dana yang digunakan untuk operasi pendeknya. Dimana, current ratio menjadi ukuran

perusahaan yang lainnya.

kesanggupan perusahaan untuk melunasi hutang Aisyah (2009) mengungkapkan bahwa TATO lancarnya. Aisyah (2009) juga mengungkapkan bahwa

(Total Assets Turn Over) merupakan perputaran rasio keuangan current ratio merupakan rasio yang

seluruh harta perusahaan, yang mengukur efisiensi menunjukkan likuiditasnya suatu perusahaan.

penggunaan

secara keseluruhan. Razafindrambimina et al., (2013) menyatakan bahwa

aset

Debt To Equity Ratio

TATO merupakan ukuran efektivitas sebuah bisnis Garrison et al., (2013:330) mengungkapkan

menggunakan aset untuk menghasilkan penjualan. bahwa kreditur jangka panjang juga menaruh

Aridhonda (2013) menguji variabel TATO, hasil perhatian pada kemampuan perusahaan untuk

bahwa TATO menjaga keseimbangan antara utang dan ekuitas.

penelitiannya

menunjukkan

berpengaruh negatif terhadap underpricing Razafindrambimina et al., (2013) menyatakan bahwa indikasi

Pengaruh Current Ratio Terhadap Underpricing

Sartono (2010:116) mengungkapkan bahwa perusahaan. Rasio ini sebagai ukuran kesanggupan

mempercayakan hutang

dalam

menjalankan

likuiditas suatu perusahaan, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menunjukkan ketergantungannya

perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya. CR dalam peminjaman.

adalah ukuran yang umum digunakan perusahaan yaitu, kemampuan suatu perusahaan memenuhi

Ukuran Perusahaan

kebutuhan utang ketika jatuh tempo. Aini (2013) mengungkapkan bahwa ukuran

Garrison et al., (2013:326) mengungkapkan perusahaan merupakan nilai besar atau kecilnya

bahwa rasio lancar banyak digunakan sebagai ukuran perusahaan yang ditunjukkan dengan total aset yang

kemampuan membayar utang jangka pendek, rasio dimiliki. Ukuran perusahaan dapat didefinisikan

lancar harus diinterprestasikan dengan hati-hati. Rasio gambaran seberapa baiknya kemampuan perusahaan

lancar yang menurun, mungkin merupakan tanda dalam menghasilkan akses informasi yang lebih besar

kondisi keuangan yang memburuk, hal ini dapat dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus

disebabkan dari penjualan persediaan yang usang atau kas. Suyatmin (2006) mengungkapkan bahwa

aset lancar lainnya. Rasio lancar yang meningkat perusahaan yang memiliki skala yang lebih besar

mungkin berasal dari penimbunan persediaan secara cenderung dikenal oleh para investor dan masyarakat,

tidak bijaksana.

sehingga dapat memudahkan dalam mengakses Aisyah (2009) meneliti mengenai initial informasi mengenai prospek perusahaan yang berskala

return sebagai variabel dependen, dan CR sebagai besar daripada mengakses prospek perusahaan yang

variabel independennya, menunjukkan bahwa current berskala kecil.

ratio berpengaruh signifikan terhadap initial return. Dalam penelitian Linazah (2015) menemukan bahwa

Kerangka Pemikiran

CR sebagai variabel independenya memiliki pengaruh

Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap

negatif dan signifikan terhadap underpricing.

Underpricing

Sartono (2010:120) mengungkapkan Total

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap

Asset Turnover disebut juga dengan perputaran total

Underpricing

aset. Rasio ini mengukur keseluruhan aset yang Sartono (2010:120) DER merupakan rasio dimiliki oleh perusahaan, apakah terjadi perputaran

perbandingan hutang dan modal. DER yang tinggi secara efektif atau tidak. Dimana semakin tinggi

menunjukan bahwa hutang perusahaan yang juga

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 1, No. 1, (2016) besar. Perusahaan lebih banyak menggunakan hutang

sebagai berikut

daripada modal sendiri untuk pemenuhan segala kinerja perusahaan. DER yang tinggi akan mempengaruhi minat masyarakat dalam pengambilan

Total Asset

keputusan investasi. Jadi semakin tinggi DER semakin

Turnover (-)

tinggi pula underpricing yang terjadi dalam perusahaan.

Current Ratio

Garrison et al., (2013:330) mengungkapkan

(-)

Underpricing bahwa kreditur dan pemegang saham memiliki

pandangan yang berbeda tentang tingkat optimal dari

Debt to Equity

rasio utang terhadap ekuitas. Umumnya pemegang

Ratio (+)

saham menginginkan utang yang banyak untuk mengambil manfaat dari leverage keuangan yang positif. Sebaliknya karena, ekuitas mencerminkan

Ukuran

kelebihan total aset atas total liabilitas, sehingga

Perusahaan (-)

memberikan jaminan bagi kreditur, maka kreditur menginginkan utang yang lebih sedikit dan ekuitas yang lebih banyak.

Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran

Pada penelitian

Wahyusari

menemukan bahwa DER merupakan salah satu Berdasakan uraian kerangka berpikir yang variabel yang berpengaruh positif dan signifikan

telah dijelaskan, maka dapat ditarik kesimpulan terhadap underpricing. Selanjutnya Linazah (2015)

sementara sebagai berikut :

menemukan bahwa DER berpengaruh dan signifikan

0 (i= b 1 ,b 2 ,b 3 ,b 4 ) total asset turnover, terhadap underpricing saham. Hal ini, sama dengan

1) Ha 1 = i

current ratio , debt to equity ratio, dan ukuran penilitian Rita Karina (2015) yang menemukan bahwa

perusahaan secara simultan berpengaruh terhadap DER berpengaruh positifdan signifikan terhadap

underpricing saham pada perusahaan yang underpricing .

terdaftar pada pasar penawaran saham perdana.

2) Ha 2 : Terdapat pengaruh negatif signifikan antara

Pengaruh Ukuran

Perusahaan

Terhadap

asset turnover terhadap underpricing.

Underpricing

3) Ha 3 : Terdapat pengaruh negatif signifikan antara Aset merupakan salah satu ukuran dalam

current ratio terhadap underpricing. menentukan seberapa besar skala perusahaan. Yasa

4) Ha 4 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara (2008) mengungkapkan jumlah total aset yang

debt to equity ratio terhadap underpricing. dimiliki oleh perusahaan menunjukkan seberapa besar

5) Ha 5: Terdapat pengaruh negatif signifikan antara skala perusahaannya. Semakin besar aset yang

ukuran perusahaan terhadap underpricing. dimiliki perusahaan semakin mengindikasikan

besarnya skala perusahaan tersebut. Ali et al., (2003), mengungkapkan bahwa

3. Metode Penelitian

semakin besar perusahaan mempunyai kepastian Berdasarkan situasi penelitian ini tidak diatur, (certainty) terhindar dari risiko kerugian yang lebih

karena penelitian ini dapat dilakukan kapan saja besar. Apabila dibandingkan perusahaan kecil, dengan

dengan tingkat intervensi peneliti adalah minimal. adanya kepastian terhindar dari risiko investor

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dimana meyakini bahwa, mereka dapat meminimalisasi risiko

data yang digunakan yaitu laporan perusahaan yang yang akan mereka peroleh ketika melakukan investasi

terdaftar di pasar perdana BEI (Bursa Efek Indonesia) pada perusahaan tersebut.

periode 2010-2014. Unit analisis yang digunakan Aridhonda (2013) yang menemukan bahwa

adalah perusahaan listing yang terdaftar di BEI. variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif

Horizon waktu yang digunakan adalah unbalanced dan signifikan terhadap underpricing. Hal ini, sama

panel data. Waktu pengamatan ditentukan pada tahun dengan penilitian Linazah (2015) yang menemukan

2010 sampai dengan 2014.

bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing.

Populasi dan Sampel

Berdasarkan uraian diatas maka kerangka Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan

adalah perusahaan listing di pasar penawaran saham

I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) 

ISSN: 1978-1520 perdana yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti, dan dengan tahun pengamatan 2010 sampai dengan 2014

menelaah laporan keuangan perusahaan yang menjadi sebanyak 125 perusahaan. Teknik pemilihan sampel

populasi dalam penelitian ini.

berdasarkan purposive sampling dengan tujuan

Definisi Operasional Variabel

mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan

Variabel Dependen (Y)

kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang Underpricing yang menjadi variabel dependen digunakan untuk memilih sampel pada penelitian ini

dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan adalah sebagai berikut :

initial return untuk mengukur apakah terjadi selisih

1) Perusahaan yang go public dan listing di pasar positif antara harga saham pada penawaran saham penawaran saham perdana, dan terdaftar di Bursa

perdan dan harga penutupan pada hari pertama di Efek Indonesia periode 2010-2014.

pasar sekunder. Rumus dari initial return ini adalah

2) Perusahaan yang harga saham di pasar perdana

(Yasa, 2008):

tidak mengalami underpricing.

3) Perusahaan yang tidak termasuk dalam sektor perbankan dan sektor lembaga keuangan lainnya

4) Perusahaan yang

laporan

keuangannya

Variabel Independen (Y)

menggunakan mata uang rupiah.

Total Asset Turnover (X1)

5) Memiliki memiliki informasi atau kelengkapan TATO (Total asset turnover) mengukur data terkait dengan variabel yang digunakan dalam

seberapa efisiensinya seluruh aset perusahaan penelitian ini yaitu asset turnover, current ratio,

digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan ( debt to equity ratio , dan ukuran perusahaan

Ang, 1997). Nilai total asset turnover berasal dari Berdasarkan kriteria yang ditentukan, maka

perbandingan antara penjualan dengan rata-rata total jumlah sampel yang ada adalah sebanyak 71

aktiva yang dimiliki perusahaan dalam satu tahun perusahaan. Adapun jumlah penentuan sampel

terakhir sebelum IPO. Variabel ini dinyatakan dalam berdasarkan kriteria-kriteria dapat dilihat pada tabel

satuan rasio. Secara matematis rumus menghitung

3.1. TATO adalah sebagai berikut (Fahmi, 2013:80)

Tabel 3.1

Identifikasi Perusahaan

Jumlah

Perusahaan yang go public dan

listing di BEI tahun 2010-2014,

Current Ratio (X2)

Saham Perusahaan yang

CR (Current ratio) merupakan salah satu rasio

mengalami Overpricing.

likuiditas yang ditentukan dengan perbandingan antara

Perusahaan yang merupakan

jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

perbankan dan lembaga keuangan

Semakin tinggi Current Ratio dihitung melalui rumus

lainnya

Perusahaan yang laporan

sebagai berikut (Kasmir 2013:135) :

keuangannya mengunakan mata uang selain rupiah. Perusahaan yang informasi

keuangannya tidak lengkap. Jumlah Sampel Penelitian.

71 Debt To Equity Ratio (X3)

DER (Debt to Equity Ratio) merupakan

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

kemampuan membayar hutang dengan ekuitas yang Data yang digunakan dalam penelitian ini dimiliki perusahaan. DER merupakan ukuran yang adalah laporan keuangan auditan yang berasal dari digunakan dalam menganilisis laporan keuangan, ICMD (Indonesian Capital Market Directory), harga melihat seberapa besarnya jaminan perusahaan dalam perusahaan saat melakukan IPO, dan harga penutupan membayar kreditor. DER dapat dihitung melalui pada hari pertama di pasar sekunder. . Data-data rumus sebagai berikut (Fahmi, 2013:73): tersebut diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia

yaitu www.idx.co.id, harga perusahaan saat melakukan IPO yaitu www.e-bursa.com, dan harga pernutupan pada hari pertama di pasar sekunder yaitu

Ukuran Perusahaan (X4)

http://finance.yahoo.com.

Pengumpulan

data

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 1, No. 1, (2016) Ukuran perusahaan merupakan gambaran

Uji asumsi klasik yang pertama dalam penelitian ini potensi perusahaan dalam menghasilkan arus kas dan

dilakukan dengan uji normalitas data melalui analisis kemampuan dalam menghasilkan informasi lebih

statistik dengan melakukan uji statistik nonparametric besar. Ukuran perusahaan dapat dihitung melalui

one sample kolmogorov-smirnov. Uji asumsi klasik rumus sebagai berikut (Aini:2013):

pertama dilakukan adalah uji normalitas data. Tabel

4.2 berikut ini menunjukkan pengujian normalitas.

Analisis Regresi Linier Berganda

Tabel 4.2

Analisis regresi yang digunakan dalam

Hasil Uji Normalitas

penelitian ini adalah regresi berganda. Regresi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh dua

Unstand

atau lebih variabel independen terhadap satu variabel

ardized Residual

dependen. Hubungan ini disampaikan dalam rumus

berikut ini :

Normal Parameters a,b

Mean Std. Deviation

Y = .43123 a+b

1 X 1 +b 2 X 2 +b 3 X 3 +b 4 X 4 +e

Most Extreme

Y 1.300 = Initial Return

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

a = Konstanta

b 1 b 2 b 3 b 4 = Koefisien Regresi Berdasarkan Tabel 4.2 data disimpulkan

X 1 = Total Asset Turnover bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) berdistribusi normal

X 2 = Current Ratio karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 (Ghozali,

X 3 = Debt to Equity Ratio 2009:114). Setelah variabel terdistribusi normal maka

X 4 = Ukuran Perusahaan data tersebut dapat digunakan untuk menguji statistik

E = Error term, yaitu tingkat kesalahan

lainnya.

dalam penelitian

Uji Multikolinieritas

4. Hasil Dan Pembahasan

Uji multikolinieritas data dapat dilakukan

Statistik Deskriptif

dengan melihat besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan nilai tolerance. Suatu model regresi yang

Statistik deskriptif memberikan gambaran bebas dari multikolinieritas memiliki angka VIF mengenai karakteristik variabel yang diamati. Statistik

disekitar 1 dan angka tolerance mendekati satu. Hasil deskriptif variabel yang digunakan dalam penelitian

pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel dapat dilihat pada Tabel 4.1.

4.3, jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 atau VIF

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinieritas.

Sebaliknya, jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10

Va 71 71 71 71 71 atau VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi

lid

multikolonieritas (Ghozali, 2009:106).

Deviation VIF

B Error

Beta

t Sig. ance

Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas SIZE

Uji normalitas bertujuan untuk menguji

a. Dependent Variable: IR

apakah sebuah model regresi, variabel dependen, Sumber: Output SPSS 23 (2016) variabel independen, dan keduanya mempunyai

Tabel 4.3 menunjukkan nilai VIF dan distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

tolerance dari masing-masing variabel, yaitu total adalah data distribusi normal atau mendekati normal.

asset turnover , current ratio, debt to equity ratio, dan

I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) 

ISSN: 1978-1520

ukuran perusahaan. Nilai tolerance untuk keempat variabel > 0,10 dan nilai VIF < 10. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi yang digunakan terbebas dari multikolinieritas antar variabel bebas.

Uji Heterokedastisitas

Pengujian Hipotesis Hasil Regresi Linier Berganda

Uji heterokedastisitas merupakan indikasi bahwa varian antar-residual tidak heterogen yang

Tabel 4.6

mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi

Hasil Regresi Linier Berganda

efisien. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

Coefficients a

mendeteksi ada tidaknya heterokesdastisitas dapat

Standard

dilihat dengan menggunakan grafik scatterplot

Coefficie t Sig.

Gambar 4.1

nts

Hasil Uji Heterokesdastisitas

B Std. Error Beta

Model Summary

Sumber: Output SPSS 23 (2016)

Adjuste Std. Error

dR

of the

Berdasarkan gambar 4.1 yang menunjukkan

Model

R Square Square Estimate

bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu

Y, maka tidak terjadi hererokedastisitas.

a. Predictors: (Constant), SIZE, TATO, DER, CR b. Dependent Variable: IR

Uji Autokolerasi

Sumber: Output SPSS 23 (2016)

Berdasarkan Persamaan regresi linier berganda dengan hasil pengujian tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada tingkat signifikansi 5% pengukuran underpricing yang diperoleh berdasarkan

hasil perhitungan statistik seperti yang terlihat pada untuk 71 sampel (n) nilai dU = 1,73584 dan 4-dU

tabel 4.5 adalah:

= 2,2632. Nilai Durbin Watson 1,742 sehingga

Y =1,610 – 0,107TATO – 0,107CR + 0,023DER – 0,077SIZE + e

1,73584< 1,742 <2,2632, maka

dapat

disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi pada Berdasarkan persamaan regresi linier berganda data tersebut. menunjukkan hasil sebagai berikut:

1) Konstanta (a) sebesar 1,610 Artinya, jika

underpricing , total asset turnover, current ratio, debt to equity ratio , dan ukuran perusahaan dianggap konstan, maka underpricing pada

Tabel 4.5

Model RR

Adjuste

Std. Error

Durbin-

perusahaan yang melakukan go public di pasar

penawaran saham perdana yang terdaftar di Bursa

e Square

Estimate

1 .613 a .375

Efek Indonesia periode 2010-2014 naik sebesar

a. Predictors: (Constant), SIZE, TATO, DER, CR

2) Variabel TATO menunjukkan arah negatif

b. Dependent Variable: IR Sumber: Output SPSS 23 (2016)

terhadap underpricing. Koefisien regresi total asset turnover sebesar -0,107. Artinya setiap kenaikan 100% total asset turnover menurunkan persentase

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 1, No. 1, (2016) underpricing pada perusahaan yang melakukan go

Dasar keputusan yang diambil adalah dengan melihat public di pasar penawaran saham perdana yang

tingkat signifikansi kurang dari 0,05 (5%). terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.6 2014 sebesar 10,7%.

menunjukkan hasil sebagai berikut:

3) Variabel CR menunjukkan arah negatif terhadap

1) Variabel total asset turnover (X 1 ) memiliki nilai underpricing . Koefisien regresi current ratio

koefisien regresi sebesar -0,107 dengan tingkat sebesar -0,107. Artinya setiap kenaikan 100%

nilai signifikansi 0,032 lebih kecil dari 0,05 (5%). current ratio menurunkan persentase underpricing

Dengan demikian (Ha 2 ) yang menyatakan bahwa pada perusahaan yang melakukan go public di

terdapat pengaruh negatif signifikan antara asset pasar penawaran saham perdana yang terdaftar di

turnover terhadap underpricing diterima, dan Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 sebesar

menolak (H0 2 ).

2) Variabel current ratio (X 2 ) memiliki nilai

4) Variabel DER menunjukkan arah positif terhadap koefisien regresi sebesar -0,107 dengan tingkat underpricing . Koefisien regresi debt to equity ratio

nilai signifikansi 0,037 lebih kecil dari 0,05 (5%). sebesar 0,023. Artinya setiap kenaikan 100% debt

Dengan demikian, (Ha 3 ) yang menyatakan bahwa to equity ratio menaikan persentase underpricing

terdapat pengaruh negatif signifikan antara pada perusahaan yang melakukan go public di

current ratio terhadap underpricing diterima, dan pasar penawaran saham perdana yang terdaftar di

menolak (H0 3 ).

Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 sebesar

3) Variabel debt to equity ratio (X 3 ) memiliki nilai 2,3%.

koefisien regresi sebesar 0,023 dengan tingkat

5) Variabel SIZE menunjukkan arah negatif terhadap nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 (5%). underpricing . Koefisien regresi ukuran perusahaan

Dengan demikian, hipotesis kedua (Ha 4 ) yang sebesar -0,077. Artinya setiap kenaikan 100%

menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan ukuran perusahaan menurunkan persentase

antara debt to equity ratio terhadap underpricing underpricing pada perusahaan yang melakukan go

diterima, dan menolak (H0 4 ). public di pasar penawaran saham perdana yang

4) Variabel ukuran perusahan (X 4 ) memiliki nilai terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-

koefisien regresi sebesar -0,077 dengan tingkat 2014 sebesar 7,7%.

nilai signifikansi 0,018 lebih kecil dari 0,05 (5%). Dengan demikian, hipotesis kedua (Ha 5 ) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan

Uji F (Simultan)

antara ukuran perusahaan terhadap underpricing Berdasarkan Tabel 4.7 hasil uji statistik

diterima, dan menolak (H0 5 ). terlihat F untuk variabel dependen underpricing sebesar 9,916, dengan nilai signifikansi yang

Koefisien Determinasi

diperoleh adalah 0,000. Hal ini membuktikan bahwa semua variabel bebas, yaitu total asset turnover,

Tabel 4.8

current ratio, debt to equity ratio 2 , dan ukuran Hasil Uji Koefisien Determinasi (R )

Model Summary

perusahaan secara bersama-sama berpengaruh terhadap underpricing yang memiliki arti bahwa

Mod

R Square

Adjusted R Std. Error of the

hipotesis pertama diterima.

el

Square Estimate

Tabel 4.7

Uji T (Parsial) Hasil Uji Statistik F

ANOVA a

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui

Model

Sum of

df Mean F Sig

seberapa besar pengaruh variabel independen secara

Squares

Square .

individu atau parsial terhadap variabel dependen. Uji

ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik t

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh total asset

turnover 6 , current ratio, debt to equity ratio, dan

ukuran perusahaan, untuk variabel dependen

Total

underpricing pada perusahaan yang melakukan go

a. Dependent Variable: IR

public di pasar penawaran saham perdana yang

b. Predictors: (Constant), SIZE, TATO, DER, CR

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

1 .613 a .375

I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) 

ISSN: 1978-1520

Berdasarkan hasil pengujian statistik, terlihat

a. Predictors: (Constant), SIZE, TATO, DER, CR

F untuk variabel CR (X 2 ) memiliki nilai koefisien

b. Dependent Variable, IR Sumber: Output SPSS 23 (2016).

regresi sebesar -0,107 dan nilai t sebesar -2.131 dengan tingkat signifikansi 0,037 lebih kecil dari

Pengujian regresi linier berganda ini dianalisis tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Hal ini pula besarnya koefisien determinasi (R 2 ) . Uji

variabel current ratio koefisien determinasi dalam penelitian ini digunakan

menunjukkan bahwa

berpengaruh negatif secara signifikan terhadap untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen

underpricing pada perusahaan yang melakukan go (total asset turnover, current ratio, debt to equity

public di pasar penawaran saham perdana yang ratio , dan ukuran perusahaan) terhadap variabel

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian dependen

dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga (H0 3 ) menunjukkan nilai R 2 seperti terlihat pada Tabel 4.8.

ditolak, dan menerima (Ha 3 ).

Brigham (2013:135) menyatakan apabila

Pembahasan Hasil Penelitian

perusahaan mulai mengalami kesulitan keuangan,

Pengaruh Total Asset Turnover, Current Ratio, Debt

maka perusahaan akan mulai terlambat membayar

To Equity Ratio, dan Ukuran Perusahaan Secara

tagihan pinjaman, jika kewajiban lancar naik lebih

Bersama-sama Terhadap Underpricing

cepat daripada aset lancar, CR (Current Ratio) akan Berdasarkan hasil uji statistik terlihat F untuk

turun, dan ini merupakan pertanda adanya masalah variabel dependen underpricing sebesar 9,916 dengan

yang terjadi di dalam perusahaan, oleh karena itu tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari

investor harus mengetahui sebelum berinvestasi pada tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Dengan demikian

perusahaan yang diinvestasikan. Para investor dapat model yang digunakan untuk menguji underpricing

mengetahui seberapa likuid perusahaan dalam adalah model yang layak, sehingga hipotesis pertama

melakukan pembayaran kewajiban jangka pendeknya. (Ha 1 ) yang merupakan total asset turnover, current

ratio , debt to equity ratio, dan ukuran perusahaan

Pengaruh

Debt to Equity Ratio terhadap

secara simultan berpengaruh terhadap underpricing

Underpricing

saham diterima. Berdasarkan hasil pengujian statistik, terlihat

Pengaruh Total Asset Turnover terhadap

F untuk variabel DER (X 3 ) memiliki nilai koefisien

Underpricing

regresi sebesar 0,023 dan nilai t sebesar 4,427 dengan Berdasarkan hasil pengujian statistik, terlihat

tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dari tingkat

signifikansi 0,05 atau 5%. Hal ini menunjukkan regresi sebesar -0,107 dan nilai t sebesar -2,192

F untuk variabel TATO (X 1 ) memiliki nilai koefisien

bahwa variabel debt to equity ratio berpengaruh dengan tingkat signifikansi sebesar 0,032 lebih kecil

positif secara signifikan terhadap underpricing pada dari tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Hal ini

perusahaan yang melakukan go public di pasar menunjukkan bahwa

penawaran saham perdana yang terdaftar di Bursa berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

total asset turnover

Efek Indonesia. . Dengan demikian dapat disimpulkan underpricing pada perusahaan yang melakukan go

bahwa hipotesis keempat (H0 4 ) ditolak, dan menerima public di pasar penawaran saham perdana yang

(Ha 4 ).

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian Kasmir (2013:157) mengungkapkan bahwa

dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua (H0 2 )

DER merupakan rasio yang menilai utang dengan

ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara seluruh utang Sartono (2010:120) mengungkapkan Total

ditolak, dan menerima (Ha 2 ).

termasuk utang lancar yang berada didalam Asset Turnover disebut juga dengan perputaran total

perusahaan, dibandingkan dengan seluruh jumlah aset. Rasio ini mengukur keseluruhan aset yang

ekuitas. Dengan adanya DER investor dapat dimiliki oleh perusahaan, apakah terjadi perputaran

mengetahui hubungan total utang perusahaan dengan secara efektif atau tidak. Dimana semakin tinggi

besarnya pendanaan yang dibiayai oleh ekuitas perputaran persediaannya semakin efisien perusahaan

pemegang saham.

dalam melakukan pergantian jumlah persediaan perusahaan tersebut.

Pengaruh

Ukuran Perusahaan terhadap

Underpricing

Pengaruh Current Ratio terhadap Underpricing

Berdasarkan hasil pengujian statistik, terlihat

F untuk variabel Size (X 4 ) memiliki nilai koefisien

Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis Vol. 1, No. 1, (2016) regresi sebesar -0,077 dan nilai t sebesar -2,432

Penelitian ini memiliki keterbatasan- dengan tingkat signifikansi 0,018 lebih kecil dari

keterbatasan yang dapat dijadikan bahan tingkat signifikansi 0,05 atau 5%. Hal ini

pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, sehingga menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan

hasil yang didapat lebih baik di masa yang akan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

datang. Keterbatasan tersebut antara lain: underpricing pada perusahaan yang melakukan go

1) Penelitian ini hanya menggunakan periode public di pasar penawaran saham perdana yang

pengamatan 2010-2014, sehingga tidak dapat terdaftar di Bursa Efek Indonesia. . Dengan demikian

menggambarkan hasil analisis terbaru pada tahun

dapat disimpulkan bahwa hipotesis kelima (H0 5 )

2) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan Ali et al., (2003), mengungkapkan bahwa

ditolak, dan menerima (Ha 5 ).

keuangan yang mengalami semakin besar perusahaan mempunyai kepastian

sektor non

underpricing dari sampel penelitian, karena (certainty) terhindar dari risiko kerugian yang lebih

menggunakan variabel total asset turnover. besar. Apabila dibandingkan perusahaan kecil, dengan

Saran

adanya kepastian terhindar dari risiko investor Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan meyakini bahwa, mereka dapat meminimalisasi risiko

penelitian ini, maka dapat dikemukakan saran-saran yang akan mereka peroleh ketika melakukan investasi

sebagai berikut:

pada perusahaan tersebut.

1) Penelitian

selanjutnya

diharapkan dapat

menambah

variabel-variabel lain yang

5. Kesimpulan, Keterbatasan Dan Saran

mempengaruhi underpricing, dan menggunakan data tahun terbaru.

Kesimpulan

disarankan dapat Berdasarkan pembahasan hasil penelitian menggunakan sampel dari sektor lain yang yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat

2) Penelitian

selanjutnya

terdaftar di BEI untuk diteliti, dengan disimpulkan bahwa: menambahkan variabel lain yang diduga

1) Total asset turnover, current ratio, debt to equity mempengaruhi underpricing seperti earning per ratio , dan ukuran perusahaan secara bersama- share , tingkat kebangkrutan perusahaan, dan umur sama

berpengaruh signifikan terhadap

perusahaan.

underpricing saham pada perusahaan yang terdaftar pada pasar penawaran saham perdana

Daftar Pustaka

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

Aini, Shoviyah Nur. 2013. Faktor-faktor yang

2) Total asset turnover berpengaruh negatif dan Mempengaruhi underpricing saham pada signifikan terhadap underpricing saham pada

perusahaan IPO di BEI periode 2007-2011. perusahaan yang terdaftar pada pasar penawaran

Jurnal Ilmiah Manajemen Vol.1 No. 1. saham perdana yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.

Aisyah, Isye Siti. 2009, Pengaruh Variabel-Variabel

3) Current ratio berpengaruh negatif dan signifikan Keuangan pada Intial Return Saham di Pasar terhadap underpricing saham pada perusahaan

Perdana, Jurnal Trikonomika Vol. 8, No. 1: 22-31 yang terdaftar pada pasar penawaran saham perdana yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Ali, S.,&Jogiyanto, H. 2003. Pengaruh Pemilihan tahun 2010-2014.

Metode

Akuntansi

Terhadap Tingkat

4) Debt to equity ratio berpengaruh positif dan Underpricing Saham Perdana. Jurnal Riset signifikan terhadap underpricing saham pada

Akuntansi Indonesia Vol.6, No.1:45-53 perusahaan yang terdaftar pada pasar penawaran saham perdana yang terdaftar di Bursa Efek

Anoraga, Pandji & Pakarti,Piji. 2006. Pengantar Indonesia tahun 2010-2014.

Pasar Modal . Edisi 2. Jakarta: PT Neraca Cipta.

5) Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap underpricing saham pada

Aridhonda, 2013, Pengaruh Likuiditas, Total Asset perusahaan yang terdaftar pada pasar penawaran

Turnover, Ukuran Perusahaan, dan Umur saham perdana yang terdaftar di Bursa Efek

Perusahaan terhadap Initial Return pada Indonesia tahun 2010-2014.

Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek

Keterbatasan

Indonesia Tahun 2008-2012, Skripsi. Universitas Negeri Padang.

I Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Vol. 1, No. 1, (2016) 

ISSN: 1978-1520 IPO di Bursa EFEK Indoesia Periode 2003-2012. Baron, D.P. 1982. A Model of The Demand for

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Investment Bank Advising and Distribution

Vol.4 No.2

Services for New Issues. Journal of Finance 37. p 955-976

Razafindrambimina, Dominique, Kwan Tiffany. 2013. Beatty, Randolph. P. 1989. “Audior Reputation and

The Influence of Underwriter and Auditor the Pricing of Initial Public Offerings”.

Reputation on IOO Underpricing. European Accounting Review Vol. LXIV No.4 pp.693-707

Journal of Business and Management Vol. 5, No.

Brealey,A. Richard,Myers,&Marcus. 2007. Dasar- dasar Manajemen Keuangan Perusahaan , Jilid 1,

Rock, K. F. 1986. Why New Issues Are Underpriced Erlangga ,Jakarta.

Journal of Financials Economics , 15. Brigham, F Eugene dan Joel, F. Houston. 2013.

Sartono, R. Agus.2010. Manajemen Keuangan Teori Dasar-dasar Manajemen Keuangan Buku 1 .

dan Aplikasi Buku 1 . Edisi keempat. BPFE: Edisi Kesebelas. Jakarta Salemba Empat.

Yogyakarta.

Darmadji, T dan Fakhrudin M.H. 2012. Pasar Modal Subhan. & Sirat J. 2015. Faktor-faktor yang di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab . Jakarta:

Mempengaruhi Tingkat Underpricing Pada Salemba Empat.

Perusahaan yang melakukan Initial Public Offering Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Fahmi, Irham. 2012. Pengantar Pasar Modal, Indonesia. ISSN 1412-2936. Bandung. Alfabet. Subramanyam, K.R., Wild. John J. Analisis Laporan Garrison, Ray H., Eric W. Noreen, , & Peter C.

Keuangan . Buku 1 Edisi 10. Jakarta: Salemba Brewer. 2013. Akuntansi Manjerial Buku 2 .

Empat.

Edisi Keempatbelas. Penerjemah:Kartika Dewi. Jakarta Salemba Empat.

Suyatmin, dan Sujadi. 2006. „Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Hanafi, M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta:

Umum Perdana di Bursa Efek Jakarta‟. Benefit: BPFE.

Jurnal Manajemen dan Bisnis . Vol. 10 No. 1. Hal. 11-32.

Horne, C.Van James, John M. Wachwi cz, Jr. 2013. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Buku 2.

Wahyusari, Ayu. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Edisi Ketigabelas. Jakarta Salemba Empat

Mempengaruhi underpricing saham saat Initial Public Offering . Jurnal Akuntansi. Semarang

Lestari, Anggelia H., Hidayati Raden R., Sulasmiyati Sri, 2015, Analisis Faktor-Faktor Yang

Yasa, W, 2008. Penyebab Underpricing pada Mempengaruhi Underpricing Saham Pada

Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta. Penawaran Umum Perdana Di BEI Periode 2012-

Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.3, No.2: 145-157 2014, Jurnal Administrasi Bisnis Vol.25 No.1

Linazah, L.Nisvi, & Setyowati T. 2015. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Underpricing Pada Perusahaan yang Melakukan Penawaran Umum Perdana Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Bisni Vol.1 No.1 Juni 2015

Karina, Rita. 2015. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Pada Perusahan Non-Keuangan Yang Melakukan

Dokumen yang terkait

ANALISIS IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA PEMERINTAH DAERAH (Studi Deskriptif Pada Dinas DPKKD Kabupaten Aceh Selatan)

0 1 14

PENGARUH JUMLAH ZAKAT PRODUKTIF, UMUR PRODUKTIF MUSTAHIK, DAN LAMA USAHA MUSTAHIK TERHADAP PRODUKTIVITAS USAHA MUSTAHIK (Studi pada Baitul Mal Kota Banda Aceh)

0 0 9

306 PENGARUH REMUNERASI TERHADAP MOTIVASI DALAM PELAYANAN PUBLIK (Studi pada kantor Kejaksaan Tinggi Aceh) Iqbal Mukhti

0 0 12

TINGKAT PENGUNGKAPAN WAJIB PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 0 9

258 PENGARUH TINGKAT HUTANG DAN ARUS KAS AKRUAL TERHADAP PERSISTENSI LABA (STUDI PADA PERUSAHAAN PROPERTY AND REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014) Nurul Fitriana

0 4 14

PENGARUH BIAYA OPERASIONAL, DANA PIHAK KETIGA DAN NON PERFORMING FINANCE TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

0 5 11

ANALISIS PERBANDINGAN PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTIVARIATE DISCRIMINANT ANALYSIS DAN REGRESI LOGISTIK PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA PERIODE 2010-2014

0 0 17

PENGARUH PERTUMBUHAN PENJUALAN, PROFITABILITAS, UKURAN, DAN AKTIVITAS PERUSAHAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2012-2014

0 5 9

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, BELANJA MODAL, DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP PREDIKSI LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI INDEKS LQ 45 TAHUN 2011-2015

0 0 9

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA BAGI HASIL TERHADAP BELANJA MODAL (STUDI PADA KABUPATENKOTA DI WILAYAH ACEH)

0 1 9