PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA TERHADAP PENINGKATAN PERAN KADER DI DESA TAMBONG WETAN KALIKOTES KLATEN

  

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMANTAUAN

PERTUMBUHAN BALITA TERHADAP PENINGKATAN PERAN

KADER DI DESA TAMBONG WETAN KALIKOTES KLATEN

  Oleh:

  

Anik Kurniawati

  Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan kurniawati_anik@yahoo.co.id

  

ABSTRAK

Seorang kader harus mempunyai pengetahuan tentang perannya untuk

melaksanakan program-program demi kelangsungan pelayanan di Posyandu.

  

Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa peran kader dalam pemantauan

pertumbuhan Balita masih kurang, untuk itu perlu diberikan pendidikan

kesehatan dan penyegaran sesuai tugas kader yaitu pemantauan pertumbuhan

Balita. Penelitian ini bertujuanUntuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan

tentang pemantauan pertumbuhan Balita terhadap peningkatan peran kader di

Desa Tambong Wetan Kalikotes Klaten.Metode penelitian adalah quasy

experiment dengan rancangan one-group pra-post test design. Sampel penelitian

sebanyak 33 responden yang diambil secara purposive sampling. Instrumen yang

digunakan lembar checklist. Analisis data bivariat menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitianPeran kader dalam pemantauan pertumbuhan Balita sebelum

diberikan pendidikan kesehatan adalah kurang sebanyak 17 orang (51,5%) dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah cukup sebanyak 21 orang

(63,6%). Uji bivariat nilai p = 0,002 (p < 0,05). KesimpulanAda pengaruh

pendidikan kesehatan tentang pemantauan pertumbuhan Balita terhadap

peningkatan peran kader di Desa Tambong Wetan Kalikotes Klaten.

  Kata kunci : Pendidikan kesehatan, balita, peran kader PENDAHULUAN

  Anak di bawah lima tahun (Balita) merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga membutuhkan zat-zat gizi yang tinggi perkilogram berat badannya. Anak Balita termasuk kelompok umur yang rentan menderita akibat kekurangan gizi. Masa Balita adalah masa pertumbuhan sehingga memerlukan gizi yang baik. Bila gizinya buruk maka akan mengganggu perkembangan otaknya (Paath, 2005).

  Masalahgizipadaanakdapatdiantisipasidenganmelakukanpemantauanterhad appertumbuhannya.Pemantauanpertumbuhanmerupakansalahsatukegiatanutama program perbaikangizi yang menitikberatkanpadaupayapencegahandanpeningkatankeadaangizianak.Pemantau anpertumbuhanBalitadigunakanuntukmempercepatpenurunanangkakematianbayi, angkakematianBalitadanangkakematianibu.Kegiatanpemantauanpertumbuhandiint egrasikandenganpelayanankesehatandasar lain (KesehatanIbudanAnak (KIA), imunisasi, pemberantasanpenyakit) di Posyandu (Depkes, 2006).

  PemantauanpertumbuhanBalitadapatdiwujudkandenganmemberdayakanm asyarakatyaitudenganmengikutsertakananggotamasyarakatataukader yang bersediasecarasukarelaterlibatdalammasalah-masalahkesehatan (Kemenkes RI,

  2011).Kader berperandalampembinaanmasyarakat di bidangkesehatanmelaluikegiatan yang dilakukan di Posyandu.Kader harusmempunyaipengetahuantentangperannyauntukmelaksanakan program- program demi kelangsunganpelayanan di Posyandusesuaidengansituasiataukebutuhandasar yang dalamkegiatannyatetapmemperhatikanaspekpemberdayaanmasyarakat (Depkes RI, 2006).

  PerankaderdalampemantauanpertumbuhanBalitamemilikirangkaiankegiata n yang terdiridari: 1) penilaianpertumbuhananaksecarateraturmelaluipenimbangansetiapbulan, pengisianKartuMenujuSehat, penilaian status pertumbuhanberdasarkankenaikanberatbadan; 2) tindaklanjutsetiapkasusgangguanpertumbuhandengankonseling, rujukan, PemberianMakananTambahan (PMT); 3) tindaklanjutberupakebijakandan program di tingkatmasyarakat, sertameningkatkanmotivasiuntukmemberdayakankeluarga (Depkes, 2006).

  Hasilobservasidaripeneliti di

wilayahkecamatanKecamatanKalikotesKabupatenmasihdidapatkanbeberapamasa

lah.Salah

satupermasalahannyaadalahkurangnyaperankaderdalammelaksanakantugas di

PosyanduyaitudalampemantauantumbuhkembangBalita.

  Jumlah kader Posyandu di Desa Tambong Wetan cukup memadai, namun

hasil observasi pada survei pendahuluan didapatkan kader hanya berperan dalam

pengelolaan kegiatan saat Posyandu saja, yaitu setiap bayi atau Balita yang

datang ditimbang kemudian dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Pada

pelaksanaan penimbangan serta pencatatan pada plot KMS oleh kader juga

masih kurang tepat dan apabila terdapat bayi atau Balita yang mengalami

masalah gizi atau berat badan kurang tidak diberikan penyuluhan oleh kader

sebagai tindak lanjut. Selain itu bayi atau Balita yang tidak hadir saat Posyandu

juga tidak diberikan motivasi agar mengikuti Posyandu setiap bulan. Selama ini

kader sudah melakukan pertemuan setiap bulan, namun kegiatan yang sering

dilakukan mengumpulkan laporan F3 gizi dan penyuluhan tentang penyakit

sedangkan penyuluhan mengenai pemantauan pertumbuhan balita tidak pernah

dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa peran kader dalam pemantauan

pertumbuhan Balita masih kurang, untuk itu perlu diberikan pendidikan

kesehatan dan penyegaran sesuai tugas kader yaitu pemantauan pertumbuhan

Balita.

  Untuk meningkatkan perantugas kader dalamkegiatanPosyandu maka

diperlukan suatu pembinaan denganpenyuluhandari berbagai pihak yaitu

Puskesmas KecamatanKalikotesKabupaten dan Pemerintah Desa atau

PemberdayaanKesejahteraanKeluarga (PKK) dalam wilayah Puskesmas

KecamatanKalikotesKabupaten, guna membina Posyandu yang berada di desa

tersebut. Sehingga kader Posyandu dapat lebih

maksimaldalammenjalankanperannya.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuipengaruhpendidikankesehatantentangpemantauanpertumbuhanBalitat

  erhadappeningkatanperankader di DesaTambongWetanKecamatanKalikotesKabupatenKlaten.

TINJAUAN PUSTAKA

  Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela. Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat yang dibentuk melalui musyawarah mufakat desa/kelurahan yang dikelola oleh pengelola Posyandu. Menurut Permenpdagri no 19 tahun 2011, kegiatan posyandu antara lain: 1. pendaftaran; 2. penimbangan; 3. pencatatan; 4. pelayanan kesehatan; 5. penyuluhan kesehatan; 6. percepatan penganekaragaman pangan; dan 7. peningkatan perekonomian keluarga. Sistem 5 meja posyandu Kegiatan di MEJA 1

1. Pendaftaran Balita

  a. Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita b. Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak sudah ditimbang.

  Minta KMSnya, namanya dicatat pada secarik kertas. Kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya menuju tempat penimbangan.

  c. Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut penimbangan atau KMS lamanya hilang. Ambil KMS baru, kolomnya diisi secara lengkap, nama anak dicatat pada secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat penimbangan.

2. Pendaftaran ibu hamil a. Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.

  b. Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung menuju ke meja 4

  untuk mendapat pelayanan gizi oleh kader serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5.

  c. Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada secarik kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu kepada petugas kesehatan di meja 5.

  Kegiatan di MEJA 2 Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat pada 1. secarik kertas yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini ke dalam KMS.

  

2. Selesai ditimbang, ibu dan anaknyadipersilakan menu meja 3, meja

pencatatan.

  Kegiatan di MEJA 3 Buka KMS balita yang bersangkutan.

  1. Pindahkan hasil penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya.

  2.

  3. Pada penimbangan pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.

  4. Bila ada Kartu Kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut.

  

5. Bila tidak ada Kartu Kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak

sesuai ingatan ibunya.

  

6. Bila ibu tidak ingat dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan

bulan lahir anak dan catat.

  Kegiatan di MEJA 4

  

1. Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak, perhatikan

  umur dan hasil penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu balita diberi penyuluhan. Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu memeriksakan 2. kehamilannya sebanyak minimal 5 kali selama kehamilan pada petugas kesehatan atau bidan

  

3. Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI, kapsul

iodium/garam iodium dan vitamin A.

  Kegiatan di MEJA 5 Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan

  KB, imunisasi serta pemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.

METODE PENELITIAN

  Jenispenelitianiniadalahquasy experimentdenganrancanganone-group pra-

  

post test design.Penelitianinidilakukan di

  desaTambongWetanKecamatanKalikotesKabupatenKlaten.Populasi penelitian ini adalah semua kader kesehatan di

  

DesaTambongWetanKecamatanKalikotesKabupatenKlaten sebanyak 41 orang.

  Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, perolehan sampel sebanyak 33 responden. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar checklist yang diambildariDepkes (2006) dalampelaksanaanperankaderpadapemantauanpertumbuhanBalitasaatPosyanduseh inggatidakperludilakukanujiinstrumenkarenasudahbaku.

  Jenis data yang digunakandalampenelitianiniadalah data primer.Pengumpulan data dilakukandengancaracaramenilairespondenmengenaiperankaderdalampemantauan pertumbuhanBalita di

  Posyanduberdasarkanlembarchecklistselanjutnyadilakukanintervensiberupapendid ikankesehatantentangpemantauanpertumbuhanBalitakemudiandilakukanpengukur anterhadapperankaderkembali.Analisis data padapenelitianinimenggunakanujiWilcoxondenganbantuankomputer program

  SPSS for Windowsversi 17.0.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisisunivariat

1. Jeniskelamin

  

Tabel 1.JenisKelamin

  No Kategori F % 1 18-40 tahun 14 42,4 2 41-60 tahun 19 57,6 3 >60 tahun

  Jumlah 33 100

  2. Pendidikan

  

Tabel 2.Pendidikan

  No Kategori f %

  1 Pendidikan Dasar (SD, 14 42,4 SMP)

  2 Pendidikan Menengah 18 54,5 (SMA/SMK)

  3 Pendidikan Tinggi 1 3,0 (DIII/Akademi)

  Jumlah 33 100

  3. Lama kerja

  

Tabel 3. Lama kerja

  No Kategori F %

  1 17 51,5 ≤5 tahun 2 >5 tahun

  16 48,5 Jumlah 33 100

  AnalisisBivariat Tabel

4.PengaruhPendidikanKesehatanTentangPemantauanPertumbuhanBalitaT

  erhadapPeningkatanPeran Kader

  No Peran Pretest Postest p f % f %

  1 Baik 3 9,1 4 12,1 0,002

  2 Cukup 1 39,4 2 63,6

  3 Kurang 3 51,5 1 24,2

  1

  8

  7 Total 3 100 33 100

  3 PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai peran kader dalam pemantauan pertumbuhan

  Balita sebelum diberi pendidikan kesehatan sebagian besar adalah kurang sebanyak 17 responden (51,5%). Hasil ini didukung dengan penelitian Widjajati (2009), dimana peran kader posyandu dalam pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang pada bayi adalah cukup sebanyak 16 responden (53%). Kurangnya peran kader dalam pemantauan pertumbuhan Balita menunjukkan bahwa pentingnya pemberian pendidikan kesehatan kepada kader tentang pemantauan pertumbuhan Balita sehingga pertumbuhan dan perkembangan Balita dapat dipantau dan diperoleh hasil yang optimal.

  Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan peran kader dimana peran dengan kategori cukup meningkat dari 39,4% menjadi 63,6% dan peran dalam kategori kurang menurun dari 51,5% menjadi 24,2%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan memiliki peran yang sangat besar dalam pelayanan kesehatan. Peran pendidikan kesehatan dalam pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk melakukan perbaikan kesehatan masyarakat (Blum, 1974 dalam Notoatmodjo, 2007).

  Menurut Blum (1974) dalam Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan diupayakan agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, ke mana seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit dan lain sebagainya. Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktikkan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style).

  Hasil analisis bivariat yang menunjukkan p value sebesar 0,002, yang berarti pemberian pendidikan kesehatan tentang pemantauan pertumbuhan Balita terbukti sangat efektif dalam meningkatkan peran kader dalam pemantauan pertumbuhan Balita. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Setyatama (2012), yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi kader dengan peran kader Posyandu lansia (p=0,000). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peran kader dapat meningkat dengan diadakannya pendidikan kesehatan sehingga kinerja kader juga lebih maksimal.

  Hasil penelitian mengenai peran kader dalam pemantauan pertumbuhan Balita sebelum diberi pendidikan kesehatan sebagian besar adalah kurang sebanyak 17 responden (51,5%), kader dengan peran cukup sebanyak 13 orang (39,4%) dan hanya 3 kader (9,1%) yang memiliki peran baik. Peran responden dalam pemantauan pertumbuhan Balita dipengaruhi oleh karakteristik responden.

  Penelitian yang telah dilakukan di Desa Tambong Wetan Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang. Hasil penelitian mengenai umur responden pada tabel 4.1 diperoleh bahwa sebagian besar adalah berumur 41-60 tahun sebanyak 19 orang (57,6%). Responden pada usia 41-60 tahun lebih banyak ditemukan karena pada usia ini seseorang sudah disebut sebagai usia dewasa. Bertambahnya umur seseorang menjadi dewasa maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang (Mubarak, 2007). Peran responden dalam hal ini tidak dipengaruhi oleh umur responden, namun peran responden dalam pemantauan pertumbuhan Balita dikarenakan kurangnya pendidikan kesehatan sedangkan peningkatan peran responden dikarenakan usia 41-60 tahun merupakan usia yang telah matang sehingga lebih mudah dalam menerima informasi sehingga peran responden dalam pemantauan pertumbuhan Balita dapat meningkat.

  Menurut Muchlas (2008), usia 41-60 tahun seseorang akan mulai memasuki tahap pertanggungjawaban (responsible stage) dimana orang-orang usia paruh baya tersebut menaruh perhatian pada target jangka panjang dan masalah praktis yang berkaitan dengan tanggung jawab mereka terhadap pekerjaan, sehingga orang usia tua akan memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap pekerjaan dibandingkan orang usia muda dan hal tersebut dapat mempengaruhi peran seseorang terhadap suatu pekerjaan yang dilakukan.

  Perolehan hasil penelitian mengenai pendidikan responden pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah menempuh pendidikan hingga tingkat SMA/SMK sebanyak 18 orang (54,5%). Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memahami arti penting pendidikan sehingga dapat menempuh pendidikan hingga tingkat menengah. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhimya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Seseorang akan lebih mudah dalam menjalankan perannya dengan pengetahuan yang baik (Mubarak, 2007).

  Mudahnya dalam menerima informasi ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa sebelum diberi pendidikan kesehatan peran responden sebagian besar adalah kurang sebanyak 17 orang (51,5%) sedangkan setelah diberi pendidikan kesehatan meningkat yaitu peran responden sebagian besar adalah cukup sebanyak 21 orang (63,6%) dan 8 orang (24,2%) yang memiliki peran kurang.

  Hasil penelitian ini juga ditemukan responden yang tidak mengalami peningkatan peran, hal ini disebabkan responden telah menjadikan perannya sebagai kebiasaan saat pelaksanaan Posyandu. Hasil ini berarti bahwa pendidikan kesehatan bukan merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan peran kader, namun peran kader dapat meningkat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti umur, pendidikan dan lama kerja. Menurut teori Mubarak (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi peran yaitu pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman, kebudayaan dan informasi.

  Pada hasil jawaban lembar checklist menunjukkan bahwa peningkatan peran kader lebih menonjol pada item pertanyaan nomor 16 yaitu kader memberikan konseling atau penyuluhan pada ibu balita. Hal ini didukung dengan saat pelaksanaan studi pendahuluan yaitu bayi atau Balita yang mengalami

  

masalah gizi atau berat badan kurang tidak diberikan penyuluhan oleh kader

sebagai tindak lanjut. Hasil tersebut juga dapat membuktikan bahwa pemberian

pendidikan kesehatan pada kader memiliki efek peningkatan peran yang sangat

baik pada pemantauan pertumbuhan Balita. Sehingga dalam hal ini tujuan dan

  sasaran pendidikan kesehatan dapat tercapai.

  Menurut Notoatmodjo (2007), untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan, salah satunya adalah pengembangan potensi swadaya masyarakat di bidang kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan hidup sehat dan penyebarluasan metodologi pengembangan masyarakat melalui ormas dan kelompok potensial lainnya.

  Pada pertanyaan nomor 17 tertulis bahwa kader harus merujuk balita yang sakit, berat badan 2 kali berturut-turut tidak naik dan BGM ke puskesmas dengan membawa KMS. Namun, berdasarkan praktek yang dilakukan sebelum diberikan pendidikan kasehatan, kader tidak melakukan rujukan Balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut dengan alasan bahwa berat badan Balita masih berada pada garis hijau. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan yang diberikan mampu menambah pengetahuan kader dalam mendeteksi gangguan pertumbuhan Balita. Menurut Depkes (2006), seorang Balita apabila berat badannya tidak naik sebanyak 2 kali maka harus segera merujuk ke petugas kesehatan untuk mendapatkan perawatan, memberikan makanan tambahan sesuai

  anjuran petugas, memberikan nasehat gizi dan kesehatan secara teratur serta memberikan konseling, penyuluhan atau rujukan.

  MenurutDepkes (2006), perankaderPosyandudalampemantauanpertumbuhanBalitameliputiprosedurpenim banganBalitayaitupersiapanalatdenganmenggantungdacinpadatempat yang kokohsepertipenyangga kaki tigaataupelanarumahataukusenpintuataudahanpohon yang kuatsertamemastikanbandulgeserberadapadaangka NOL danposisipakutegaklurus. Padapelaksanaanpenimbangan, Balitadimasukkankedalamsarungtimbangdenganpakaianseminimalmungkinkemud iangeserbandulsampaijarumtegaklurusdanmengembalikanbandulkeangka NOL danmengeluarkanBalitadarisarung / kotaktimbang.Prosedur yang terakhiryaitupenilaianhasilpenimbangandenganpengisiandanpenilaianNaikatauTid aknaikpada KMS.

  KESIMPULAN

  1. PerankaderdalampemantauanpertumbuhanBalitasebelumdiberikanpendidikank

  esehatan di DesaTambongWetanKalikotesKlatendalamkategoribaiksebanyak 3 orang (9,1%), cukupsebanyak 13 orang (39,4%) dankurangsebanyak 17 orang (51,5%).

  2. PerankaderdalampemantauanpertumbuhanBalitasesudahdiberikanpendidikank

  esehatan di DesaTambongWetanKalikotesKlatendalamkategoribaikmeningkatmenjadi

  4 orang (12,1%), cukupsebanyak 21 orang (63,6%) dankurangmenurunmenjadi 8 orang (24,2%).

  3. Ada pengaruhpendidikankesehatantentangpemantauanpertumbuhanBalitaterhadap

  peningkatanperankader di DesaTambongWetanKalikotesKlatendengan p value 0,002 (p < 0,005) sehinggapenelitianinibermaknasecarastatistik.

  Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka saran yang dapat diambil bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian dengan meneliti peran kader yang lain sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang lebih bervariatif.

  DAFTAR PUSTAKA Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

  Jakarta. Depkes RI. 2005. Buku Kader; Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Depkes RI.

  Jakarta. _______. 2005. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu. Depkes RI. Jakarta _______. 2006. Buku Kader Posyandu dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga.

  Depkes RI. Jakarta. _______. 2006. Cuplikan tentang Pos Pelayanan Terpadu Model. Pedoman Teknis Operasional Posyandu Model. Jawa Tengah.

  _______. 2006. Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita. Depkes RI. Jakarta. _______. 2006. POSYANDU. DepKes RI. Jakarta _______. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan

  Pembangunan Desa Siaga. Depkes RI. Jakarta

  _______. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

  Gita. 2010. Peranan Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Dalam

  Pembagunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus Di Desa Jatijajar kabupaten Kebumen). Karya Tulis Ilmiah Universitas Jendral Soedirman

  Purwokerto. Hurlock. 2004. Psikologi Perkembangan. EGC. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku Paduan Kader Posyandu. Jakarta : Depkes

  RI Machfoedz I. dan Suryani E., 2005. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi

  Kesehatan. Fitramaya. Yogyakarta

  Mubarak I.W., dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar

  Mengajar dalam Pedidikan. Jakarta

  Muchlas. 2008.

  Diakses tanggal 22 Desember 2013 Jam 20.00 WIB.

  Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Cetakan Pertama.

  Rineka Cipta. Jakarta Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

  Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

  Paath. 2005. Status Gizi. Rineka Cipta. Jakarta Riwidikdo. 2007. Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia Press. Yogyakarta Setyatama, I.P. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Motivasi Kader dengan Peran

  Kader Posyandu Lansia di Desa Kangkung Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Karsa Mulia

  Semarang. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. Widjajati, I. 2009. Gambaran Peran Kader Poryandu dalam Pelaksanaan

  Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang pada Bayi di Kelurahan Manisrenggo Kecamatan Kota Kediri. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Depkes

  Malang.