PERAN PEMERINTAH KOTA MADIUN DALAM PENANGANAN KONFLIK PERGURUAN SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DAN PERGURUAN SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI WINONGO TUNAS MUDA THE ROLE OF MADIUN’S LOCAL GOVERNMENT IN THE CONFLICT MANAGEMENT OF SILAT COMMUNITY SETIA H
PERAN PEMERINTAH KOTA MADIUN DALAM PENANGANAN KONFLIK PERGURUAN SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE DAN PERGURUAN SILAT PERSAUDARAAN SETIA HATI WINONGO TUNAS MUDA THE ROLE OF MADIUN’S LOCAL GOVERNMENT IN THE CONFLICT MANAGEMENT OF SILAT COMMUNITY SETIA HATI TERATE AND SETIA HATI WINONGO TUNAS MUDA
Arief Budiarto (bimbing.unhan@gmail.com) Universitas Pertahanan Indonesia
Efendi Sihole (Efendys84@yahoo.com) Universitas Pertahanan Indonesia
Rachmad Budiantoro (vaniarachmad8@gmail.com) Universitas Pertahanan Indonesia
Abstrak - Konflik pesilat di Madiun melibatkan pesilat perguruan silat Setia Hati Terate dan Setia Hati Winongo Tunas Muda. Kedua perguruan silat berasal dari satu perguruan silat yang berdiri tahun 1917. Tahun 1922 Setia Hati Terate memisahkan diri dan setelah pendiri perguruan silat meninggal pada tahun 1944 terjadi konflik karena perbedaan identitas baik perbedaan tradisi, cara perekrutan dan cara pelatihan. Perbedaan identitas sebagai penyebab konflik juga terlihat dengan banyaknya tugu di Madiun yang mengindikasikan kategorisasi masyarakat Madiun. Juga terjadi penolakan warga Madiun apabila ada yang berusaha menghilangkan tugu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa identitas anggota perguruan silat dan peran Pemda dalam penanganan konflik pesilat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi naratif. Pengumpulan data menggunakan metoda wawancara dan melalui studi pustaka dan menggunakan teori Konflik, identitas Sosial dan Peran. Konflik antar pesilat yang terjadi di Madiun selama ini dipengaruhi oleh perbedaan tiap perguruan silat dalam hal perekrutan, cara melatih, dan tradisi yang tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan konflik. Keberadaan tugu simbol perguruan silat di Madiun telah membuat masyarakat Madiun terbelah dan dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pemda Madiun melaksanakan perannya Abstrak - Konflik pesilat di Madiun melibatkan pesilat perguruan silat Setia Hati Terate dan Setia Hati Winongo Tunas Muda. Kedua perguruan silat berasal dari satu perguruan silat yang berdiri tahun 1917. Tahun 1922 Setia Hati Terate memisahkan diri dan setelah pendiri perguruan silat meninggal pada tahun 1944 terjadi konflik karena perbedaan identitas baik perbedaan tradisi, cara perekrutan dan cara pelatihan. Perbedaan identitas sebagai penyebab konflik juga terlihat dengan banyaknya tugu di Madiun yang mengindikasikan kategorisasi masyarakat Madiun. Juga terjadi penolakan warga Madiun apabila ada yang berusaha menghilangkan tugu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa identitas anggota perguruan silat dan peran Pemda dalam penanganan konflik pesilat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan strategi naratif. Pengumpulan data menggunakan metoda wawancara dan melalui studi pustaka dan menggunakan teori Konflik, identitas Sosial dan Peran. Konflik antar pesilat yang terjadi di Madiun selama ini dipengaruhi oleh perbedaan tiap perguruan silat dalam hal perekrutan, cara melatih, dan tradisi yang tidak dikelola dengan baik sehingga menimbulkan konflik. Keberadaan tugu simbol perguruan silat di Madiun telah membuat masyarakat Madiun terbelah dan dapat membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Pemda Madiun melaksanakan perannya
Kata Kunci : Konflik, Perguruan Silat, Perbedaan Identitas
Abstract - The fighters conflict in Madiun are involving the Pencak Silat Martial Art School of Setia Hati Terate and Setia Hati Winongo Tunas Muda. Both of schools came from one Pencak Silat Martial Art School which established in 1917. In 1922, Setia Hati Terate seceded from Setia Hati and after the founder of the school passed away in 1944, the conflict happened due to identity differences as well as tradition differences, also in recruiting and trainning. The identity differences as the caused of the conflict also can be seen by many monuments in Madiun that indicates categorization in the community. Rejection also happened when there was any effort to eliminate the monuments. The aim of this research is to analyze the identity of Pencak Silat Martial Art Schools’ members and the local government’s role in resolving the conflict between fighters. This research is using a qualitative method with narrative strategy.The data collection is using an interview method, through a literature review, and using the theories of Conflict, Social Identity, and Roles. The conflict between fighters that has happened in Madiun was influenced by the differences between the schools in recruiting, training, and traditions that are not managed properly as
a result the conflict happened. The monuments symbol of Madiun Pencak Silat School has ma de Madiun communities divided and could harm the nation’s unity and integrity. The Local Government of Madiun has been doing its role in resolving the conflict between fighters by implementing Conflict Prevention; Giving a material lecture of national awareness, involving a senior fighter in handling security, holding an activity without limiting the participant but with time arrangement, Cessation of Conflict; Law enforcement for the perpetrators of violence, Post-Conflict Recovery; Holding Pencak Silat Festival in art, suggesting the pencak silat martial art school to make a banner to congratulate others schools that conduct an activity, forming Madiun Kampung Pesilat community to solve the misunderstanding.
Keyword : Conflict, Pencak Silat Martial Arts School, Identity Differences
Pendahuluan
diubah. Selain menyebutkan lima dasar embukaan
P hukum yang tertinggi dan memberikan yaitu membentuk suatu pemerintahan
negara Indonesia (Pancasila), Pembukaan Dasar Republik Indonesia
Undang-Undang
UUD 1945 juga secara jelas menyebutkan tahun 1945 merupakan tertib
empat tujuan nasional Bangsa Indonesia,
kemutlakan bagi tertib hukum Indonesia
Indonesia yang dan secara yuridis formal tidak bisa
Negara
Republik
melindungi segenap Bangsa Indonesia melindungi segenap Bangsa Indonesia
secara tepat yaitu untuk mengusir mencerdaskan kehidupan bangsa,serta
berperan aktif dan ikut serta dalam Di masa sekarang ini, keberadaan melaksanakan ketertiban duniayang
sejumlah perguruan yang mengajarkan berlandaskan kemerdekaan, perdamaian
ilmu bela diri di Indonesia bukanlah abadi dan keadilan sosial.
muncul begitu saja melainkan telah Untuk bisa mewujudkan keempat
diwarisi secara turun-temurun. Ilmu tujuan
beladiri sebenarnya sudah dikenal sejak Indonesia harus memiliki fisik dan psikis
nasional
tersebut, Bangsa
manusia ada, hal itu dapat dilihat dari yang sehat dan kuat, ulet dan tidak kenal
peninggalan-peninggalan purbakala, menyerah. Keberhasilan Indonesia meraih
seperti senjata-senjata dari batu, lukisan- kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
pada dinding goa yang 1945 dan bisa kita nikmati hingga
lukisan
menggambarkan pertempuran atau sekarang ini bukanlah dengan berpangku
perkelahian dengan binatang buas tangan melainkan melalui perjuangan
menggunakan senjata seperti tombak, panjang tanpa menyerah dari para
kapak batu, dan panah. Pada saat itu, pejuang dan pahlawan terdahulu. Selain
beladiri bersifat untuk mempertahankan diplomasi, perjuangan fisik melawan dan
diri dari gangguan binatang buas atau mengusir penjajah merupakan fakta
alam sekitarnya, dan setelah manusia sejarah
berkembang, gangguanpun timbul tidak Indonesia. Tercatat para pendekar yang
awal mula
terbentuknya
hanya dari binatang buas dan alam mengangkat
sekitarnya tapi juga dari manusia itu Panembahan Senopati, Sultan Agung,
senjata,
seperti
sendiri. Sekarang, di samping untuk Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro,
mempertahankan diri, beladiri digunakan Teuku Umar, Tuanku Imam Bonjol, serta
sebagai alat untuk menjaga kesehatan, para pendekar wanita, seperti Sabai Nan
mencari prestasi dan sebagai jalan hidup Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak
(Danardono, 2016).
Meutia (Kumaidah, 2012). Mereka ini Di Indonesia, salah satu aliran bela adalah orang-orang yang mempunyai,
diri yang bersumber asli dari nenek selain kekuatan otak dan mental, juga
moyang Bangsa Indonesia adalah Pencak
Silat. Ditinjau dari sisi sosiologis-
sarana untuk antropologis, Pencak Silat merupakan
merupakan
diri, membangun media untuk mewariskan nilai budaya
mempertahankan
karakter yang positif, menjaga kesehatan positif yang dimiliki Bangsa Indonesia
dan sarana melatih ketekunan dan termasuk pencak silat itu sendiri. Pencak
keuletan. Dan hal tersebut sudah silat berasal dari dua kata yaitu pencak
dipraktikkan oleh nenek moyang Bangsa dan silat. Pencak berarti gerak dasar
Indonesia yang terus menerus berupaya beladiri yang terikat pada peraturan. Silat
mengusir penjajah. Pencak Silat ditujukan berarti gerak beladiri sempurna yang
untuk meningkatan kesehatan dan bersumber pada kerohanian. Pencak silat
kebugaran, membangkitkan rasa percaya merupakan salah satu warisan budaya
ketahanan mental, Indonesia yang patut dilestarikan karena
diri,
melatih
mengembangkan kewaspadaan diri yang pencak silat merupakan salah satu alat
tinggi, membina sportivitas dan jiwa pemersatu bangsa dan identitas bangsa
ksatria, disiplin dan keuletan yang lebih Indonesia.
tinggi. Bercermin pada makna filosofis Pencak silat memiliki empat aspek
tersebut, hampir semua aspek Pencak yaitu aspek mental spiritual yang
Silat bermakna positif dan merupakan membangun
apa yang seharusnyadimiliki atau ada kepribadian
dan
mengembangkan
pada orang-orang yang belajar silat atau seseorang, aspek seni budaya yang
perguruan tinggi yang mengajarkan silat. menggambarkan bentuk seni tarian
Mereka diharapkan mampu menjadi pencak silat dengan musik dan busana
pemersatu dan kebanggaan Bangsa tradisional,
Indonesia dengan mendulang prestasi menekankan pada aspek kemampuan
olahraga di tingkat nasional maupun teknis beladiri pencak silat, serta aspek
internasional (das sollen). Namun olah raga yang berarti bahwa aspek fisik
demikian, apa yang seharusnya terjadi dalam pencak silat ialah penting dalam
tidak sepenuhnya sesuai dengan fakta menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh
yang terjadi (das sein).
(Subroto dan Rohadi dalam Kumaidah, Di beberapa tempat di Indonesia, 2016).
kondisi ideal yang diharapkan tersebut Dengan Demikian maka secara
tidak terjadi. Keberadaan perguruan silat filosofis Pencak Silat pada dasarnya
justru menimbulkan masalah dengan justru menimbulkan masalah dengan
pesilat dari kedua konflik ini sering diikuti kekerasan.
menyebutkan
perguruan silat telah beberapa kali Sebenarnya, menggunakan istilah Galtung
terlibat bentrok, terlebih saat perayaan (2009), konflik tidak bisa dihindari tetapi
malam 1 Sura atau yang disebut Suran kekerasan harus dihindari. Konflik dan
Agung setiap tahunnya, yaitu acara tradisi kekerasan merupakan dua hal yang tidak
ziarah ke makam pendiri perguruan silat bisa dipisahkan, sering kali konflik juga
Setia Hati di Desa Winongo Kecamatan disertai aksi kekerasan yang anarki.
Madiun yang Kekerasan atau dalam bahasa Inggris
Manguharjo
kota
dilaksanakan setiap tanggal 1 Sura. “violence” diartikan membawa kekuatan.
Berdasarkan datadi Kepolisian Istilah kekerasan digunakan untuk
Madiun sejak Maret 1998 hingga Februari menggambarkan perilaku, baik yang
2007 (sebagaimana dikutip Maksum, terbuka (overt) atau yang bersifat
2007), telah terjadi 217 kasus kekerasan menyerang (offensive) atau bertahan
yang melibatkan kedua perguruan silat, (defensive) yang disertai penggunaan
dimana 180 kasus terjadi di wilayah kekuatan orang lain. Kekerasan terbuka
Kabupaten Madiun dan 37 kasus terjadi di yaitu
wilayah Kota Madiun. Adapun kronologis perkelahian
peristiwa kekerasan antar perguruan silat tertutup yaitu kekerasan tersembunyi
sedangkan
kekerasan
tersebut sebagai berikut: antara tahun atau tidak dilakukan langsung, seperti
1998 sampai tahun 2000 eskalasi perilaku mengancam.
kekerasan terjadi dalam jumlah normal. Konflik dan kekerasan terbuka
Puncak eskalasi kekerasan terjadi pada dalam dunia persilatan yang saat ini masih
tahun 2001 dengan 53 kasus, kemudian hangat dibicarakan adalah konflik antara
eskalasi kekerasan menurun hingga 9 perguruan silat Persaudaraan Setia Hati
kasus di tahun 2004, hal ini terjadi setelah Terate (PSHT) dan Setia Hati Winongo
adanya ikrar kesepakatan damai antar Tunas Muda (SHWTM) di Madiun Jawa
kedua petinggi perguruan silat, namun Timur. Konflik ini cukup meresahkan
eskalasi kekerasan meningkat lagi pada masyarakat terutama mereka yang
tahun 2005 dengan 30 kasus. terkena dampak langsung dari konflik ini.
Data terbaru, antara tahun 2012- Setia Hati yang berdiri di kampung 2015 masih ada kejadian/ konflik yang
Tambak Gringsing Surabaya oleh Ki melibatkan kedua perguruan silat
Ngabei Soero Diwiryo dari Madiun pada tersebut, yang umumnya terjadi saat
tahun 1903. Saat itu Ki Ngabei belum pengerahan massa ketika perayaan 1 Sura
menamakan perguruannya dengan nama atau Suran Agung. Kejadian-kejadian
Setia Hati melainkan bernama Sedulur tersebut berupa perkelahian antar oknum
Tunggal Kecer (satu persaudaraan) pesilat, tindakan pengrusakan yang
dengan permainan silat yang disebut Joyo mengakibatkan kerugian warga sekitar
Gendilo Cipto Mulyo (pencak silat gagah jalan raya yang rumahnya rusak dan
yang selalu mendapatkan kemenangan kerusakan fasilitas publik, aksi saling
dan menciptakan kemuliaan) yang lempar batu antar pesilat, pemulangan
mempunyai murid 8 orang saja, terdiri paksa para pesilat ke wilayahnya masing
dari adik kandung KI Ngabei sendiri dan masing, sampai pelarangan memasuki
beberapa orang Knevel (Indo Belanda). kota Madiun bagi massa kedua kelompok
Perguruan silat Setia Hati pecah silat yang berniat akan menghadiri acara
menjadi 11 aliran perguruan, namun Suran Agung. Pihak Kepolisian, TNI dan
konflik antar pesilat yang terjadi lebih Pemerintah
banyak melibatkan massa dari perguruan mengerahkan sumberdaya yang tidak
silat Persaudaraan Setia Hati Terate sedikit dalam rangka mengamankan dan
(PSHT) dan Setia Hati Winongo Tunas mencegah agar gesekan antara kedua
Muda (STWTM). Kedua perguruan silat kelompok tidak menjadi konflik yang lebih
tersebut saling mengklaim bahwa mereka luas. Berbagai persoalan ditengarai dapat
lebih baik dibanding yang lain, dan saling memicu bentrok antar pesilat seperti,
merendahkan terutama pesilat di solidaritas satu perguruan, tawuran saat
kalangan bawah. Isu mendasar dalam menonton pertunjukan, aksi lempar
konflik antar pesilat kedua perguruan melempar batu, atau penghadangan di
tersebut adalah masalah identitas asli jalan (Tempo.co, 2012; 2013; 2015;
Setia Hati, dimana masing masing pihak Liputan6.com, 2014).
menganggap dirinya paing baik dan benar Ditinjau dari sejarahnya, kedua
sebagai penerus ajaran pendiri perguruan perguruan
silat. Konflik yang terjadi cukup lama merupakan satu perguruan yang bernama
silat
tersebut awalnya
antara kedua perguruan silat tersebut, antara kedua perguruan silat tersebut,
kampung pesilat. Namun demikian, menjadi alat pemecah belah antara
penegakan hukum di Madiun masih sesama bangsa Indonesia.
kurang baik, sehingga timbul korban dan Kondisi konflik yang sampai saat
kerugian akibat konflik ini. Akar masalah ini belum tertangani dengan baik, dan
tetapi strategi adanya
telah ditemukan
pendekatan penyelesaian konflik belum terulangnya bentrok antara kedua
kecenderungan
kembali
solusi yang dapat perguruan silat tersebut, menunjukkan
memberikan
mendamaikan kedua pihak yang bertikai. bahwa peran Pemda Madiun memang
Pemda menilai bahwa konflik yang krusial dalam penanganan konflik melalui
perguruan silat berbagai upaya penanganan konflik sosial
mengatasnamakan
selama ini sebenarnya hanya dipicu oleh yang meliputi upaya pencegahan,
oknum / orang yang tidak bertanggung penghentian, dan pemulihan pasca-
jawab dan bukan oleh pihak perguruan konflik. Hal ini telah diatur dalam Undang-
silat. Aparat kepolisian menganggap undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang
bahwa konflik antar perguruan silat ini Penanganan Konflik Sosial dan Peraturan
lemah/ kurangnya Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang
terjadi
karena
pembinaan yang dilakukan baik oleh Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Pemda maupun pihak Pergurauan Silat Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan
terhadap anggotanya. Kesadaran hukum Konflik Sosial.
masyarakat juga kurang karena tidak mau Pemda Madiun sebenarnya telah
melapor terkait konflik dan tidak adanya melakukan berbagai upaya melalui
sanksi tegas dari pihak Perguruan Silat koordinasi dengan aparat keamanan dan
apabila ada anggotanya yang melanggar pimpinan perguruan silat, diantaranya
Ikrar kesepakatan damai. melakukan pembinaan, ikrar bersama
Penelitian yang berjudul“Peran para pimpinan perguruan silat, koordinasi
Madiun Dalam dengan pihak terkait dalam penanganan
Pemerintah
Kota
Penanganan Konflik Perguruan Silat konflik, pengamanan sebelum dan saat
Persaudaraan Setia Hati Terate Dan ada acara Suran Agung, dan membentuk
Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati paguyuban
Winongo Tunas Muda” ini bertujuan Winongo Tunas Muda” ini bertujuan
didasarkan paradigma konstuktivisme Setia Hati Terate dan Perguruan Silat
dilakukan dengan Setia Hati Winongo Tunas Muda dapat
sosial
yang
pendekatan metode menyebabkan konflik, serta menganalisa
menggunakan
kualitatif. Creswell (2009) menjelaskan Peran Pemda dalam penanganan konflik
bahwa paradigma konstuktivisme sosial, antara Perguruan Silat Setia Hati Terate
didasarkan pada asumsi bahwa individu- dan Perguruan Silat Setia Hati Winongo
individu selalu berusaha untuk memahami Tunas Muda di Madiun
dunia di mana mereka hidup dan bekerja. Diharapkan, penelitian ini dapat
Mereka mengembangkan makna-makna memberikan
subjektif atas pengalaman-pengalaman dalam pengembangan studi Damai dan
sumbangsih
pemikiran
mereka. Makna-makna ini amat beragam Resolusi Konflik sebagai bagian dari kajian
sehingga peneliti dituntut untuk lebih dalam Ilmu Pertahanan di Indonesia,
kompleksitas pandangan- dengan
mencari
pandangan. Peneliti memiliki tujuan kolektif dalam kehidupan masyarakat
mengedepankan
nilai-nilai
utama untuk menafsirkan makna-makna Indonesia yang multikultur, dapat
yang dimiliki orang lain tentang dunia ini. memberikan
mengumpulkan dan pengambil kebijakan, khususnya Pemda
permasalahan dan terkait dengan penanganan konflik yang
mengungkapkan
tujuan yang hendak dicapai maka terjadi antara Perguruan Silat di Madiun,
dilakukan dengan serta bagi peneliti lain yang ingin meneliti
penelitian
ini
pendekatan deskriptif analitis. Penelitian hal yang sama/sejenis sebagai penambah
kualitatif deskriptif sebagai metode referensi dan wawasan dalam penelitian.
penelitian yang berlandaskan pada
Metodologi
filsafat post positivisme yang biasanya Berdasarkan klasifikasi jenis dan
digunakan untuk meneliti pada kondisi analisisnya, penelitian ini merupakan
objektif alamiah dengan peneliti berperan penelitian kualitatif. Moleong (2006)
instrumen kunci ( mendefinisikan
sebagai suatu jenis penelitian yang Penelitian didahului dengan studi menekankan pada penarikan kesimpulan
pustaka mengenai beberapa teori dan berdasarkan interpretasi terhadap suatu
konsep yang sesuai dengan tujuan konsep yang sesuai dengan tujuan
mendiskriminasikan dalam perlakuan Penanganan
yang lebih baik atau menguntungkan in Penelitian terdahulu. Konflik sosial
group di atas out-group (Sukanto, 2015; berupa benturan atau tabrakan yang
Fisher, 2001; Susan, 2012; Listiana, 2013; terjadi
Deutsch, 2016; Dahrendorf, 1958; Coser, Persaudaraan Setia Hati Terate dan
1956; Dougherty dan Pfaltzgraff, 1981; Perguruan Silat Setia Hati Winongo Tunas
Morong,1994; Lund, 1996; Tajfel, 1982; Muda
Afif, 2014; Hogg, 2006; Abrams dan Hogg, kebutuhan, nilai-nilai atau tuntutan-
mengindikasikan
adanya
1990; Brewer dan Campbel, 1976; Sarben tuntutan berkenaan dengan status,
dan Allen, 1968; Doise, 1998; . Moscovici, kekuasaan,
1981; Turner dan Onorato, 1999; Fearon, kekayaan yang dari persediaannya tidak
serta
sumber-sumber
1999; Brown, 2000; Turner, 1982) mencukupi. Adanya benturan yang
Pemerintah daerah merupakan terjadi di masyarakat dapat menguatkan
aktor utama yang memegang peran solidaritas internal dan integrasi dalam
penting dalam penanganan konflik di kelompok (in-group) apabila tingkat
daerahnya. Dapat dikatakan bahwa benturan
Pemerintah Daerah memenuhi perannya kelompok luar (out-group) bertambah
dalam penanganan konflik sosial apabila besar. Solidaritas ini berkembang menjadi
Pemerintah Daerah telah memenuhi hak Identitas sosial yang berkaitan dengan
kewajibannya sebagaimana Keterlibatan, Rasa peduli dan juga Rasa
dan
ditetapkan dalam peraturan perundang- bangga dari keanggotaan dalam suatu
undangan mengenai penanganan konflik kelompok. Adanya perasaan in-group
sosial. Pemerintah Daerah dikatakan sering menimbulkan In-group bias, yaitu
telah melaksanakan perannya dalam kecenderungan untuk menganggap baik
Pencegahan konflik apabila telah kelompoknya sendiri. In-group bias
melakukan tindakan-tindakan memelihara merupakan refleksi perasaan tidak suka
damai dalam masyarakat, pada out-group dan perasaan suka pada
kondisi
mengembangkan sistem penyelesaian in-group. Prasangka biasanya kemudian
perselisihan secara damai, meredam terjadi
potensi Konflik, dan membangun sistem potensi Konflik, dan membangun sistem
masyarakat terhadap konflik antar oknum dalam penghentian konflik apabila telah
perguruan pencak silat di kabupaten melakukan tindakan-tindakan
Madiun ; dan Kedua, dari aspek subjek mengakhiri kekerasan, menyelamatkan
untuk
penelitian, penelitian ini lebih luas karena korban, membatasi perluasan dan
melibatkan responden dari unsur eskalasi
pimpinan dan anggota kedua perguruan bertambahnya jumlah korban dan
silat, unsur Pemda Madiun, unsur kerugian harta benda. Pemerintah
Kepolisian dan TNI di Madiun, serta tokoh daerah dikatakan telah memenuhi
masyarakat setempat.
perannya dalam pemulihan pasca konflik Penelitian ini dilaksanakan dalam apabila telah melakukan tindakan-
dua aktivitas yang saling berhubungan, tindakan rekonsiliasi, rehabilitasi, dan
yaitu menganalisa bagaimana Identitas rekonstruksi (Soekanto, 2015; Glen Elder,
Perguruan Silat 1975; Republik Indonesia, 2011; Republik
sebagai
anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate dan Indonesia, 2015).
Perguruan Silat Setia Hati Winongo Tunas Penelaahan terhadap penelitian
Muda dapat menyebabkan konflik, serta terdahulu (Lestiana, 2000; Sulistiyono,
mendeskripsikan Peran Pemda dalam 2013) memberikan posisi yang jelas
penanganan konflik antara Perguruan kepada penelitian yang akan dilakukan ini.
Silat Setia Hati Terate dan Perguruan Silat Penelitian ini berbeda dengan penelitian
Setia Hati Winongo Tunas Muda di sebelumnya dari beberapa aspek:
Madiun. Data dan informasi yang Pertama, dari aspek objek penelitian yang
diperoleh dari kedua aktivitas tersebut secara spesifik meneliti mengenai
menjadi bahan untuk dianalisa dan mengapa Identitas sebagai anggota
penarikan kesimpulan. Perguruan Silat dapat menyebabkan
dilakukan
Pengumpulan data dilakukan dengan konflik, serta Peran Pemda Madiun dalam
menggunakan metoda wawancara semi- menangani konflik yang terjadi antara
terstruktur dari narasumber yang anggota kedua perguruan silat tersebut,
dipandang berkompeten mulai dari unsur sementara Listiana banyak menulis
pimpinan dan anggota kedua perguruan tentang bagaimana dinamika konflik
silat, unsur Pemda Madiun, unsur TNI dan kedua perguruan silat dan Sulistiyono
Polri di wilayah Madiun, unsur tokoh Polri di wilayah Madiun, unsur tokoh
dilakukan oleh Pemda Madiun maupun dianalisa
oleh aparat keamanan setempat. disimpulkan untuk menjelaskan mengapa
Fisher (2001) menyatakan bahwa Identitas sebagai anggota perguruan silat
Jenis konflik ada dua yaitu (1) Konflik Persaudaraan Setia Hati Terate dan
vertikal yaitu konfik yang terjadi antara Perguruan Silat Setia Hati Winongo Tunas
elite dalam hal ini pemerintah (2) Konflik Muda dapat menyebabkan konflik, serta
Horizontal yaitu konflik yang terjadi di mendeskripsikan Peran Pemda dalam
dalam kalangan masyarakat sendiri. penanganan konflik antara Perguruan
Dalam hal ini peneliti melihat bahwa Silat di Madiun.
konflik antar pesilat di Madiun lebih
Pembahasan
merupakan konflik horizontal karena
1. Konflik
konflik ini terjadi antar kelompok Konflik antar pesilat yang terjadi di
masyarakat dan pihak pemerintah daerah Madiun lebih banyak melibatkan pesilat
bersama aparat keamanan setempat dari perguruan silat SH Winongo dan SH
telah berupaya untuk mengatasi konflik Terate, walaupun di Madiun terdapat
tersebut.
sekitar 11 perguruan silat. Kedua Tipe konflik menurut Fisher (2001) perguruan silat tersebut mempunyai
meliputi (1) Konflik Laten adalah suatu anggota (pesilat) dalam jumlah besar dan
keadaan yang di dalamnya terdapat berimbang serta tersebar di daerah
persoalan, tetapi sifatnya tersembunyi, Madiun dan kota kota disekitar Madiun.
dan hal ini perlu diangkat ke permukaan Saat ada acara pengesahan warga SH
agar segera bisa ditangani dengan baik Terate tanggal 1 Suro dan acara Suran
(2) Konflik Terbuka adalah suatu keadaan Agung SH Winongo Tunas Muda tanggal
ketika konflik sosial telah muncul di
10 Suro bahkan bisa dihadiri oleh lebih permukaan, yang telah berakar dalam, dari sepuluh ribu pesilat yang datang dari
dan sangat nyata, sehingga diperlukan daerah Madiun dan sekitarnya. Konflik
tindakan khusus untuk mengatasi akar antar
masalah dan efeknya (3) Konflik puncaknya pada sekitar tahun 1990 an,
pesilat tersebut
mencapai
permukaan yaitu suatu kondisi yang dan mulai saat itu konflik mulai mereda
memiliki akal dangkal dan muncul karena memiliki akal dangkal dan muncul karena
konflik mulai terbuka, dan salah satu Menurut Peneliti konflik antar
pihak merasakan adanya masalah pesilat yang terjadi di Madiun mempuyai
sehingga mereka akan melakukan protes ciri yang ada pada konflik laten karena
dll (3) Krisis yaitu situasi dimana konflik terdapat suatu kondisi yang didalamnya
menjadi aksi kekerasan terbuka yang terdapat suatu persoalan yaitu perbedaan
dilakukan secara intens dan massal. identitas. Perbedaan identitas yang
Konflik ini sudah seperti perang karena diwujudkan dalam bentuk pendirian tugu
merupakan puncak konflik, dan sudah ada lambang perguruan silat yang terdapat di
pihak yang terbunuh (4) Pasca Konflik ujung jalan atau ujung kampung di
yaitu suatu situasi dimana ketegangan Madiun tersebut dapat memicu timbulnya
sudah berkurang, konfrontasi kekerasan konflik. Namun demikian peneliti juga
sudah diselesaikan, dan hubungan para melihat bahwa konflik antar pesilat di
pihak yang bertikai sudah mengarah Madiun ini bukanlah konflik terbuka
normal kembali.
karena skala konflik dan efeknya tidak
pemikiran Fisher masif. Konflik ini lebih mempunyai ciri
Berdasarkan
tentang tahapan konflik ini, peneliti yang sama dengan konflik permukaan
melihat bahwa konflik antar pesilat di karena terjadinya kesalahpahaman antar
Madiun meliputi: (1) Pra Konflik karena pesilat kedua kubu yang bisa diatasi
terdapat perbedaan tradisi dan cara melalui komunikasi yang lebih baik
pelatihan yang melahirkan ketegangan sehingga dapat menghilangkan rasa
antar pesilat, (2) Konfrontasi yaitu suatu saling curiga dan kesalahpahaman.
situasi dimana konflik mulai terbuka, dan Fisher (2001) juga menyatakan
kedua pihak merasakan adanya masalah bahwa terdapat beberapa tahapan dalam
sehingga mereka akan melakukan protes Konflik yaitu (1) Pra Konflik yaitu suatu
apabila ada provokasi dari pihak lain dan situasi dimana terdapat ketidaksesuaian
(3) Pasca Konflik yaitu suatu situasi tujuan antara dua pihak atau lebih
dimana ketegangan sudah berkurang sehingga timbul konflik. Konflik ini masih
karena peran Pemda Madiun beserta tesembunyi dari pandangan umum, tetapi
aparat keamanan setempat dalam salah satu pihak telah mengetahui adanya
menangani konflik antar pesilat sehingga potesi
kekerasan sudah mulai berkurang, dan kekerasan sudah mulai berkurang, dan
SH Winongo dan SH Terate. Demikian bahwa konflik antar pesilat dI Madiun
juga dengan Dandim Madiun yang belum mencapai tahap krisis yaitu karena
menyatakan bahwa walaupun ada 11 konflik dan kekerasan yang terjadi masih
perguruan pencak silat di Madiun, tetapi berupa
yang terkait dengan permasalahan konflik pengeroyokan,
pemukulan,
perkelahian,
selama ini hanya melibatkan SH Terate Walaupun kadang konflik dilakukan oleh
penghadangan
dll.
dan SH Winongo, walaupun kadang sekelompok pesilat namun tidak dalam
terjadi konflik dengan IKS (Kera Sakti) jumlah masif dan korban dari kedua belah
dan Pagar Nusa, tetapi intensitasnya kecil. pihak juga tidak dalam jumlah massal.
(Sudrajat Suwondo, wawancara pada 12 Deutsch, (2016) mengatakan bahwa
Oktober 2016).
hampir semua konflik pasti berkaitan
Konflik adalah dengan kekuatan, baik secara langsung
Penanganan
serangkaian kegiatan yang dilakukan maupun tidak langsung. Konflik sering
secara sistematis dan terencana dalam dipakai
situasi dan peristiwa baik sebelum, pada mempertahankan keseimbangan atau
saat, maupun sesudah terjadi Konflik yang ketidakseimbangan
pencegahan konflik, hubungan antar manusia, konflik juga
kekuatan dalam
mencakup
penghentian konflik, dan pemulihan pasca digunakan sebagai cara untuk mencapai
konflik Indonesia (Republik Indonesia, tujuan. Penulis melihat bahwa konflik
2011; 2015). Pemda Madiun bersama antar pesilat yang terjadi di Madiun juga
Forum Pimpinan Daerah (Forpimda) terjadi apabila kekuatan kedua kubu
menindak lanjuti hal ini dengan dalam kondisi seimbang terutama dalam
mengadakan seminar generasi muda hal jumlah pesilatnya (anggota), karena
peningkatan rasa jarang terjadi konflik yang melibatkan
dalam
rangka
nasionalisme dan wawasan kebangsaan di perguruan silat yang tidak berimbang
kalangan generasi muda dan masyarakat jumlah pesilatnya.
berbangsa dan Hal ini sesuai dengan penjelasan dari
dalam
kehidupan
bernegara yang dilaksanakan oleh Lurah Winongo yang mengatakan bahwa
Bakesbangpol Kota Madiun. konflik antar pesilat di Madiun lebih Bakesbangpol Kota Madiun. konflik antar pesilat di Madiun lebih
Dalam Undang-Undang tentang
yang
bertugas
mengendalikan pesilat perguruannya agar (Republik
tidak melakukan kegiatan provokasi, (3) dinyatakan bahwa Pencegahan Konflik
Memberikan kedewasaan kepada para dilakukan dengan upaya: (1) memelihara
pesilat untuk menyelenggarakan kegiatan kondisi damai dalam masyarakat; (2)
tanpa pembatasan jumlah peserta dengan mengembangkan system penyelesaian
melakukan pengaturan jadwal waktu perselisihan secara damai; (3) meredam
masuk kota Madiun agar tidak terjadi potensi Konflik; dan (4) membangun
pertemuan pesilat dalam jumlah besar di system peringatan dini.
dalam kota Madiun, (4) Dan mengadakan Terkait
seminar pencak silat dimana para pesilat tersebut diatas, maka hal yang dipandang
dengan
penjelasan
dapat duduk bersama membahas penting oleh peneliti untuk dibahas
yang dihadapi dan adalahpemangku kepentingan yang ada di
permasalahan
bagaimana solusi pemecahannya, Madiun mulai dari aparat keamanan,
Dalam Undang-Undang tentang pemda, dan pihak perguruan telah
Penanganan Konflik Sosial di Indonesia melakukan berbagi upaya, kegiatan dan
juga dinyatakan bahwa Penghentian usaha untuk melakukan Pencegahan
Konflik adalah serangkaian kegiatan untuk Konflik antar pesilat dengan memelihara
mengakhiri kekerasan, menyelamatkan kondisi damai dalam masyarakat dan
korban, membatasi perluasan dan eskalasi mengembangkan system penyelesaian
konflik, serta mencegah bertambahnya perselisihan secara damai untuk meredam
jumlah korban dan kerugian harta benda. potensiKonflik.
dengan penjelasan Selanjutnya peneliti juga melihat
Terkait
tersebut diatas maka peneliti melihat usaha dan kegiatan tersebut mulai dari: (1)
bahwa pemangku kepentingan yang ada Pemberian materi ceramah wawasan
di Madiun mulai dari aparat keamanan, kebangsaan kepada para pesilat yang
pemda, dan pihak perguruan juga telah menekankan
melakukan berbagi upaya, kegiatan dan persatuan dan kesatuan bangsa, (2)
tentang
pentingnya
usaha untuk menghentikan konflik antar Pelibatan
pesilat untuk mengakhiri kekerasan dan koordinator lapangan dalam kegiatan
membatasi perluasan dan eskalasi konflik pengamanan kegiatan perguruan silat lain
melalui penegakan hukum aparat melalui penegakan hukum aparat
Indonesia memiliki kekayaan khasanah para pesilat yang masuk ke kota Madiun
tradisi intelektual termasuk dalam upaya agar jumlah pesilat yang terkumpul di satu
perdamaian dan titik tidak terlalu banyak pada saat yang
membangun
mekanisme bersamaan.
mengembangkan
penyelesaian konflik berbasis budaya. Sementara itu yang dimaksud
Masing-masing daerah memiliki local dengan Pemulihan Pasca konflik adalah
wisdom yang perlu dihargai sebagai serangkaian
pilihan alternative penyelesaian konflik. mengembalikan
kegiatan
untuk
Masyarakat Madiun masih menjunjung memperbaiki hubungan yang tidak
keadaan
dan
nilai-nilai lokal yang mempertahankan harmonis dalam masyarakat akibat Konflik
kerukunan masyarakat yang meliputi: (1) melalui kegiatan rekonsiliasi, rehabilitasi,
masyarakatnya biasanya tidak menyukai dan rekonstruksi.
konflik yang berlarut larut dan memakan Peneliti menilai bahwa pemangku
energy dan biaya besar, mereka kepentingan yang ada di Madiun mulai
cenderung segera menyelesaikan konflik/ dari aparat keamanan, pemda, dan pihak
sengketa agar tidak berkepenjangan dan perguruan juga telah melakukan berbagi
diketahui oleh banyak orang, karena upaya, kegiatan dan usaha untuk
dianggap sebagai perilaku ora patut atau melakukan Pemulihan Pasca konflik antar
tak pantas. (2) pesilat dengan mengadakan festival
tindakan
yang
masyarakatnya lebih mengedepankan pencak silat
bidang seni untuk sikap mengalah (nrimo ingpandum,nedo mempertemukan para pesilat di Madiun
nrimo, legowo), (3), masyarakatnya masih dan melatih kedewasaan mereka agar
menonjolkan pola hidup harmoni, saling dapat beraktifitas bersama tanpa terjadi
tolong menolong dan gotong royong. konflik, pembuatan spanduk ucapan
Keberadaan localvalueini, sampai saat ini selamat kepada perguruan silat lain yang
masih cukup kokoh sebagai sumber melakukan kegiatan dan pembentukan
mekanis menyelesaian sengketa. paguyuban Madiun Kampung Pesilat untuk
Berdasarkan data di atas peneliti menyelesaikan perselisihan dan terjadinya
melihat bahwa masyarakat Madiun masih kesalahpahaman antar pesilat.
menonjolkan pola hidup harmoni, saling menonjolkan pola hidup harmoni, saling
antar suku,dan antar etnis; (2) sengketa harmoni, hanya rasa saling tolong
batas wilayah desa, kabupaten/ kota, dan/ menolong itu harus diarahkan bukan
atau provinsi; (3) sengketa sumber daya hanya kepada sesama pesilat dari satu
alam antar masyarakat dan/ atau antar perguruan saja melainkan juga kepada
masyarakat dengan pelaku usaha; atau (4) pihak lain diluar komunitasnya. Kegiatan
distribusi sumber daya alam yang tidak bersama dalam bentuk gotong royong
seimbang dalam masyarakat. (UU No 7 saat kerja bakti bersama para pesilat telah
Tahun 2012)
dengan penjelasan Pemda beserta aparat keamanan
terbukti berhasil dilaksanakan oleh
Terkait
tersebut diatas peneliti menyimpukan setempat
bahwa konflik antar pesilat di Madiun mengurangi potensi konflik.
juga dipengaruhi oleh faktor sosial Namun peneliti juga tidak melihat
budaya karena pencak silat adalah masyarakat Madiun tidak menyukai
warisan budaya masyarakat Madiun. konflikyangberlarut-larut
Selain itu konflik antar pesilat di Madiun memakanenergi, karena konflik antar
yang
juga dipengaruhi oleh faktor identitas pesilat ini telah berlangsung lama.
yang ditunjukkan oleh batas wilayah Memang
suatu desa (kampung) dalam bentuk intensitasnya sekarang, namun bukan
pendirian Tugu lambang perguruan. Hal berarti karena mereka malu konflik
ini terlihat dari data kasus yang berkepanjangan akan diketahui oleh
melibatkan SH Terate dan SH Winongo di banyak orang. Ego pribadi dan identitas
Madiun yang perguruan lebih menonjol dibandingkan
Polres
Kabupaten
menunjukkan bahwa masih terjadi aksi rasa malu yang dimiliki oleh masyarakat
penganiayaan, jawa pada umumnya.
perkelahian,
pengeroyokan dan pengerusakan di Undang-Undang
tentang
wilayah Madiun
Penanganan Konflik Sosial di Indonesia Glen Elder(1975) menyatakan juga menyatakan bahwa Konflik dapat
bahwa setiap masyarakat mempunyai bersumber dari: (1) permasalahan yang
harapan kepada setiap anggotanya untuk berkaitan dengan politik, ekonomi, dan
mempunyai perilaku tertentu sesuai social budaya; perseteruan antar umat
dengan kategori-kategori usia yang dengan kategori-kategori usia yang
adalah serangkaian kegiatan untuk menjadi
mengakhiri kekerasan, menyelamatkan melakukan pembinaan kepada para
korban, membatasi perluasan dan eskalasi pesilat muda melalui pemberian ceramah
konflik, serta mencegah bertambahnya wawasan kebangsaan tentang perlunya
jumlah korban dan kerugian harta benda. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Sementara itu yang dimaksud dengan serta menjaga keamanan lingkungan
konflik adalah mereka. Para pesilat senior juga diberi
Pemulihan
Pasca
kegiatan untuk tanggung jawab untuk turut serta
serangkaian
keadaan dan melakukan pengawasan kepada para
mengembalikan
memperbaiki hubungan yang tidak pesilat muda sebagai koordinator
harmonis dalam masyarakat akibat Konflik lapangan agar tidak mudah terprovokasi.
melalui kegiatan rekonsiliasi, rehabilitasi, Pimpinan perguruan SH Tarate
dan rekonstruksi. (UU No 7 tahun 2012) mengatakan bahwa Kapolres Madiun
Undang-Undang tentang pernah mengadakan acara gerak jalan
Penanganan Konflik Sosial di Indonesia bersama yang diikuti oleh semua
Konflik dapat perguruan silat dengan melaksanakan
menyatakan bahwa
bersumber dari: (1) permasalahan yang jalan kaki naik gunung Lawu. Kegiatan ini
berkaitan dengan politik, ekonomi, dan mempunyai dampak positif karena
social budaya; perseteruan antar umat perkelahian pesilat di wilayah Madiun
beragama dan/ atau inter umat beragama, menurun. Hal ini memberikan bukti
antar suku, dan antar etnis; (2) sengketa bahwa upaya pencegahan konflik antar
batas wilayah desa, kabupaten/ kota, dan/ pesilat
atau provinsi; (3) sengketa sumber daya melaksanakan kegiatan bersama untuk
alam antar masyarakat dan/ atau antar saling mengakrabkan antar komponen
masyarakat dengan pelaku usaha; atau (4) bangsa walaupun berbeda identitas
distribusi sumber daya alam yang tidak perguruan. (Bagus Riski Dinarwan,
seimbang dalam masyarakat. (UU No 7 wawancara pada 11 Oktober 2016).
tahun 2012)
Dalam Undang-Undang tentang Data kasus yang melibatkan Penanganan Konflik Sosial di Indonesia
pesilat di wilayah Polres Kabupaten
Madiun menunjukkan bahwa masih inisiatif sendiri serta tidak melibatkan terjadi aksi pengeroyokan, penganiayaan
perguruan silat. (Sumarno,wawancara dan pengerusakan yang melibatkan
pada 10 Oktober 2016). sekelompok massa yang diduga dari
Peneliti melihat bahwa hal ini kelompok SH Terate dan SH Winongo
mengindikasikan telah terjadi kategorisasi yang saling menyerang dengan cara
dalam masyarakat Madiun dimana tempat saling melempar batu, melakukan
tinggal masyarakat Madiun terbagi dalam pemukulan, pencegatan terhadap pesilat
kelompok masyarakat sesuai dengan perguruan lain, dan merusak spanduk
perguruan pencak silat yang diikutinya. perguruan
Mereka rela mendirikan tugu tanpa ijin mengakibatkan kerugian harta benda dan
dan tanpa bantuan dari perguruan silat sejumlah orang yang terluka dari warga
demi menunjukkan identitas perguruan masyarakat maupun dari kedua kelompok
berdasarkan wilayah tempat tinggalnya. yang bertikai. Sehingga bisa disimpulkan
Afif (2014) menyatakan bahwa peneliti bahwa konflik antar kelompok
sebuah identitas hadir karena manusia masyarakat
mengkategorisasikan permasalahan yang berkaitan dengan
sesuatu. Sehingga identitas sosial juga social budaya masih terjadi di wilayah
ketegori dan Madiun.
melibatkan
pula
menetapkan seseorang kedalam struktur
2. Identitas Sosial
sosial atau wilayah sosial tertentu. Hal ini Lurah
bisa dibuktikan dengan adanya pendirian mengatakan bahwa banyak tugu yang
Nambangan
Kidul
Tugu yang didirikan secara swadaya oleh dibangun warga masyarakat Madiun di
masyarakat Madiun
ujung jalan dan ujung kampung, dan hal Menurut Sarben & Allen (1968) ini tidak terdapat di daerah lain sehingga
bahwa Teori identitas sosial melihat suatu bisa dikatakan hal ini ciri khas Madiun dan
identitas sosial selalu mengklarifikasikan sekitarnya. Maksud pendirian tugu
dirinya melalui perbandingan tetapi tersebut adalah sebagai lambang bahwa
secara umum perbandingannya adalah masyarakat sekitar kampung tersebut
antara in-groups dan out-groups. In-groups banyak yang jadi warga(anggota)
biasanya secara stereotype positif perguruan silat tertentu, dan mereka
selalu lebih baik membangun tugu secara swadaya dan
sifatnya
yang
dibandingkan out-groups. Sesuai teori dibandingkan out-groups. Sesuai teori
dalam identitas sosial berkembang isu antar
utama seperti prasangka, diskriminasi, menganggap bahwa perguruan silat
etnosentris, stereotip, konflik antar mereka lebih baik daripada perguruan
kelompok, perilaku normatif, polarisasi silat lain, baik dalam hal jumlah anggota
kelompok, perilaku organisasi, perilaku yang lebih banyak, dalam hal kualitas para
kepemimpinan, yang pendekarnya yang lebih baik, maupun
kelompok,
semuanya lebih berkaitan dengan kelebihan dalam hal cara pelatihan
perilaku antar kelompok dibandingkan mereka.
perilaku antar individu. Hal ini diperkuat oleh Dandim
Sesuai hal tersebut diatas peneliti Madiun yang sependapat dalam hal ini
melihat bahwa identitas kelompok dengan mengakui bahwa memang telah
masyarakat Madiun terwakili dalam terjadi pengkotak-kotakkan di tengah
bentuk pendirian Tugu yang bisa masyarakat Madiun, hal ini bisa dilihat
menimbulkan prasangka bahwa suatu dengan pendirian tugu-tugu yang ada di
daerah telah dikuasai oleh perguruan silat depan kampung atau jalan. Kalau ada
tertentu. Lalu timbul diskriminasi apabila Tugu perguruan silat di suatu kampung
ada pesilat dari perguruan lain yang maka bisa dipastikan bahwa sebagian
memasuki daerah tersebut harus berhati besar penduduknya adalah warga
hati dalam bersikap, bertutur kata dan (anggota) perguruan silat tersebut. Untuk
bertingkah laku. Stereotip akan terbentuk menghapus atau merobohkan tugu
apabila daerah tersebut pernah terjadi tersebut tentu memerlukan kajian
pemukulan dan penganiayaan terhadap mendalam karena hal tersebut sudah
pesilat dari perguruan lain yang kebetulan berlangsung lama dan sudah menjadi
masuk kampung tersebut yang dianggap bagian dari budaya masyarakat setempat
tidak sopan, maka potensi terjadinya sehingga memerlukan waktu untuk
konflik antar kelompok pesilat akan sosialisasi kepada masyarakat dan juga
meningkat. Masyarakat Madiun akan memerlukan payung hukum dalam
terpolarisasi dalam berbagai kelompok bentuk Peraturan Daerah. (Rahman Fikri,
masyarakat sesuai perguruan silat yang wawancara pada 13 Oktober 2016)
diikutinya. Hal ini bisa dieliminir apabila diikutinya. Hal ini bisa dieliminir apabila
1999). Dalam hal ini para pesilat dari melaksanakan pembinaan terhadap para
perguruan
selalu
perguruan akan bertingkah laku sesuai pesilatnya bersama dengan Pemda dan
dengan norma dan aturan yang aparat keamanan setempat.
ditetapkan perguruannya dan mereka Moscovici
akan berusaha menginternalisasikan nilai bahwa representasi sosial dari tiap-tiap
mengatakan
perguruan silatnya agar dapat diterima identitas adalah berbeda. Masing-masing
dalam masyarakat.
identitas memiliki pandangannya dan Lurah Winongomembenarkan hal pemahamannya terhadap dunia. Dari situ
tersebut dengan mengatakan bahwadi timbullah stereotipe, jika ada seorang
Madiun banyak terdapat tugu yang pesilat berasal dari perguruan silat
nama perguruan silat tertentu maka sifat-sifat pesilat tersebut
bertuliskan
tertentu. Hal ini menandakan bahwa tidak jauh dari apa sifat-sifat perguruan
adalah wilayah silat tersebut. Sifat-sifat kelompok
daerah
tersebut
perguruan silat tertentu. Danrem Madiun dimana
pernah menyampaikan bahwa salah satu membawa sifat kelompoknya. Misalkan
sumber konflik di daerah Madiun karena jika sesorang pesilat berasal dari
adanya pendirian tugu tersebut. Pendirian perguruan silat tertentu maka sifat orang
tugu itu sebenarnya ilegal, tanpa ijin, tersebut mungkin tidak jauh dengan
warga masyarakat hanya berinisiatif stereotipe yang terbentuk dari perguruan
untuk mendirikan tugu tersebut. Namun silat tersebut.
apabila tugu itu dihilangkan perlu dikaji Brown (2000) menegaskan bahwa
terlebih dahulu kemungkinan terjadinya individu yang tergabung dalam kelompok
penolakan dari warga masyarakat, karena senantiasa membutuhkan self image yang
tidak ada Perda yang mengatur tentang positif, terutama ketika berhadapan
hal ini. (Sudrajat Suwondo, wawancara dengan individu dari kelompok lain.
pada 12 Oktober 2016). Individu tidak hanya bertingkah laku
Doise (1998)menyatakan bahwa sesuai dengan norma, aturan dan
Identitas sosial juga menghasilkan kepentingan kelompok saja, tetapi juga
representasi sosial yang keluar dari aktif menginternalisasikan nilai kelompok
individu-individu yang berkumpul serta yang dianggap dapat meningkatkan citra
memiliki pandangan dan emosi yang positif identitas personalnya (Fearon,
sama. Para pesilat di Madiun juga sama. Para pesilat di Madiun juga
semangat tersebut terjadi karena pesilat mereka mempunyai ikatan emosional
membela kelompok yang mereka miliki yang cukup kuat karena mereka sering
bersama.
berkumpul bersama saat mengikuti Berdasarkan data yang berhasil latihan silat maupun acara yang
didapatkan selama penelitian dan teori diselenggarakan oleh perguruan silat.
tersebut diatas maka peneliti melihat Hal ini sesuai dengan data di Kodim
bahwa hal ini menunjukkan bahwa Madiun yang menunjukkan bahwa pada
perbedaan identitas di wilayah Madiun tanggal 8 Pebruari 2014 sejumlah siswa
yang ditandai dengan adanya simbol perguruan silatIkatan Kera sakti (IKS)
berupa tugu lambang perguruan silat yang sedang melaksanakan latihan di
tertentu. Tentu saja hal ini dapat balai desa Tapelan Kecmatan Balerejo
menimbulkan konflik karena adanya Kabupaten Madiun didatangi sejumlah
perbedaan identitas dalam bentuk simbol pemuda dari perguruan SH Winongo yang