BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku - Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Masa Nifas di Klinik Niar Medan Amplas Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang

  bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

  Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan hasil hubungan antara stimulus (perangsangan) dan respon. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori ini disebut juga teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respon, dimana respon tersebut dibedakan menjadi 2 respon yaitu, 1) Respondent respons/reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus ini disebut

  eliciting stimulation

  karena menimbulkan respon-respon yang relativ tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, 2) Operant respon/instrumental respons adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon, Misalnya seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya (Notoatmodjo, 2003).

2. Domain Perilaku

  Benyamin Bloom (1908), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2003).

  A.

  Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2007).

  Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.  Tahu (know)

  Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

   Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar benar.

  Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh: menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari.  Aplikasi (application)

  Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

   Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat ilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.  Sintesis (synthesis)

  Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

   Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

  B.

  Sikap (attitude) Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu a) menerima (receiving) diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), b) merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu tindakan dari sikap, c) menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, d) bertanggung jawab (responsible) diartikan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

  Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok antara lain, a) kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek, b) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, c) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

  C.

  Tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior).

  Untuk menjadikan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support).

  Praktek atau tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan antara lain, a) persepsi (perception) merupakan mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil, b) respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh, c) mekanisme (mechanism) diartikan apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, d) adopsi (adoption) adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

  Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

B. Suami 1.

  Pengertian suami Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).

2. Peran Pria dalam kesehatan reproduksi

  Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis, 2006).

  Menurut BKKBN (2007) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

  a.

  Peran Suami Sebagai Motivator Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan.

  Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.

  b.

  Peran Suami Sebagai Edukator Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi isri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita (istri) saja.

  c.

  Peran Suami Sebagai Fasilitator Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri . menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai 3. Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Nifas a.

  Suami dapat melakukan pekerjaan ibu sehari-hari seperti memasak, mencuci pakaian dam merapikan rumah.

  b.

  Membantu merawat bayi, jika suami bekerja pada siang hari, tugas merawat bayi dapat digantikan ayah pada malam harinya.

  c.

  Membantu ibu berkemih, mandi mengganti pakaian jika menginginkannya.

  d.

  Ayah menyusui Yaitu ayah mendukung dan berpartisipasi dalam proses pemberian ASI agar ASI keluar lebih lancar.

   Suami melihat kepada istri saat menyusui bayi, mendekap bayi dalam pelukan dan suami bisa membantu menyediakan makanan dan minuman bagi yang menyusui.

   Jangan tidur sepanjang malam tapi tunjukan solidaritas dalam kegiatan menyusui di malam hari.

   Terhadap bayi, usapkan lengan ayahnya saat ia tengah menyusui umumnya menyenangkan.

   Suami bisa membantu memberikan ASI perahan pada bayi saat istri tidak bisa memberikan ASI secara langsung suami bisa berada disamping istri yang tengah menyusui sambil memberikan semangat pada istri untuk terus memberikan ASInya, juga kekaguman dan penghargaan.

C. Pengertian Nifas 1.

  Pengertian Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu “puer” yang arti nya bayi dan “parous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan.

2. Tahapan dalam masa nifas a.

  Puerperium Dini Diperbolehkan berdiri dam berjalan-jalan, dalam agama islam telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

  b.

   Puerperium intermedial

  Waktu 1-7 hari post partum, kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama nya 6-8 minggu.

  c.

   Remote puerperium

  Waktu 1-6 minggu post partum, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun.

3. Tanda-tanda bahaya masa nifas a.

  Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba tambah banyak.

  b.

  Pengeluaran vagina yang baunya membusuk c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung d.

  Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah penglihatan.

  e.

  Pembengkakan diwajah atau ditangan f. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil.

  g.

  Payudara yang berubah menjadi merah, panas, sakit.

  h.

  Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama. i.

  Rasa sakit, merah, lunak atau pembengkakan dikaki. j.

  Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri. k.

  Merasa sangat letih.

D. Perubahan Fisiologis Ibu Masa Nifas 1.

  Perubahan sistem reproduksi  Involusio uteri

  Adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

   Serviks Serviks mengalami involusio bersama uterus, setelah persalinan ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.

   Vulva dan vagina Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.  Perineum Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal yang ke 5, perineum sudah mendapatkn kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

   Rahim Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu, perlahan rahim akan mengecil seperti sebelum hamil.

  2. Perubahan Sistem Pencernaan Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB .

  3. Perubahan sistem perkemihan Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

  4. Perubahan Sistem Musculoskeletal.

  Ambulasi pada umum nya dimulai 4-8 jam post partum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.

   Dinding perut dan peritoneum  Kulit abdomen  Striae  Perubahan ligament  Simpisis pubis

5. Perubahan Endokrin Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post partum.

  Progesteron turun pada hari ke 3 post partum. Kadar prolaktin dalam darah berangsur angsur hilang.

   Hormon plasenta  Hormon oksitosin  Hormon pituitary  Hipotalamik pituitary ovarium 6. Perubahan Tanda Tanda vital

   Suhu badan Suhu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit (37 C-38

  C) Sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.

   Nadi Denyut nadi normal orang pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi akan melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin di sebabkan oleh infeksi atau perdarahan post partum yang tertunda.

   Tekanan Darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya pre eklampsi

   Pernafasan Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada ganguan khusus pada saluran nafas.

  7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi dieresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama nifas, namun kadarnya nasih tetap lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

  8. Perubahan Hematologi Selama minggu-minggu terakhir kahamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor peningkatan darah.

E. Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas 1.

   Fase taking in

  Yaitu periode ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan.

  2. Fase taking hold

  Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan, disini ibu mempunyai perasaan sangat sensitiv sehingga mudah tersinggung dan gampang marah.

  3. Fase letting go

  Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya dan ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan serta ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

  4. Post partum blues Yaitu gangguan psikologis sesudah melahirkan berupa depresi baby blues.

  Gejala-gejalanya sebagai berikut :  Reaksi depresi/sedih/disforia  Sering menangis  Mudah tersinggung  Cemas  Labilitas perasaan  Cenderung menyalahkan diri sendiri  Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan  Kelelahan  Mudah sedih  Cepat marah  Mood mudah berubah, cepat sedih dan cepat gembira

   Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya  Perasaan bersalah  Sangat pelupa Faktor-faktor penyebab timbulnya post partum blues :

   Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estriol terlalu rendah  Ketidaknyamanan fisik yang di alami wanita menimbulkan ganguan pada emosional seperti payudara bengkak.

   Ketidak mampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks.

   Faktor umur dan paritas  Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan  Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak di inginkan, riwayat ganguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi  Kecukupan dukungan dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman)  Stress dalam keluarga misal (faktor ekonomi memburuk)  Stress yang di alami wanita itu sendiri misalnya (ASI tidak keluar)  Kelelahan pasca melahirkan  Perubahan peran yang di alami ibu  Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan kehilangan bayinya

   Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.

  Cara mengatasi Post Partum blues :  Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan.

   Bicarakan rasa cemas yang di alami.  Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah melahirkan.

   Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mengurus bayi atau rumah tangga.

   Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.  Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur.  Berolahraga ringan.  Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.  Dukungan tenaga kesehatan.  Dukungan suami, keluarga, teman, teman sesama ibu.  Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional, agar dapat meminimalisir faktor resiko lain nya dan membantu melakukan pengawasan.

5. Depresi Berat

  Depresi berat di kenal sebagai sindroma defresif non psikotik pada kehamilan namun umum nya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran. Gejala-gejala depresi berat:  Perubahan pada mood  Ganguan pola tidur dan pola makan  Perubahan mental dan libido.

   Dapat pula muncul fobia, ketakutan akan menyakiti diri sendiri atau bayinya.

  Penatalaksanaan depresi berat:  Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.

   Terapi psikologis dari psikiater dan psikolog.  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan (hati-hati pemberian anti depresan pada wanita hamil dan menyusui)  Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak di tinggal sendirian di rumah.

   Jika diperlukan lakukan perawatan di RS.  Tidak dianjurkan untuk rooming in/rawat gabung dengan bayinya.

6. Psikosis post partum

  Faktor pemicu psikosis post partum  Adanya riwayat keluarga menderita kelainan psikiatri

   Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri  Adanya masalah keluarga dan perkawinan Gejala psokosis post partum ;  Gangguan tidur  Cepat marah  Gaya bicara yang keras  Menarik diri dari pergaulan Penatalaksanaan psikosis post partum ;  Pemberian anti depresan atau lithium  Sebaiknya menyusui dihentikan karena anti depresan disekresi melalui

  ASI  Perawatan di RS F.

   Dampak Yang Terjadi Bila Tidak Dilakukan Perawatan Masa Nifas 1.

  Perdarahan masa nifas 2. Infeksi masa nifas 3. Depresi masa nifas

Dokumen yang terkait

Penyalahgunaan Narkoba pada Kalangan Remaja di Desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo

0 0 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indone

0 0 40

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham - Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efe

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Return On Asset, Debt To Equity Ratio, Total Asset Turn Over, Earning Per Share, Price Earning Ratio, Dan Current Ratio Terhadap Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Serat Rami - Pembuatan Dan Karakterisasi Plafon Gipsum Dengan Menggunakan Serat Rami (Boehmeria nivea (L) Gaud) Dan Campuran Semen PPC

0 1 24

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pembuatan Bonded Anisotropi Magnet NdFeB dan Karakterisasinya

0 2 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Antara Ukuran Partikel Pada Pembuatan Bonded Permanen Magnet Nd-Fe-B Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Magnet

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Komposisi Dan Lama Perendaman Serat Palem Saray Terhadap Sifat Komposit Dengan Matriks Poliester

0 0 17

2.1 Analisis Survival - Penerapan Regresi Cox Proportional hazard pada Analisis Survival dan Identifikasi Faktor Lama Studi Mahasiswa S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 13

Perilaku Suami Dalam Merawat Ibu Masa Nifas di Klinik Niar Medan Amplas Tahun 2012

0 0 24