MAKALAH Menuju Suatu Teori Perekrutan Pa

MAKALAH
“Menuju Suatu Teori Perekrutan Partai Politik”

MATA KULIAH

: Sosiologi Politik

DOSEN

: DR. Bakran Suni, M.Ag

JURUSAN/PRODI

: Ilmu Sosiologi / Sosiologi

DISUSUN OLEH :
1.

2.

ANONG PRAMONO

LEO KANDARIS

E1041161006
E1041161038

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Akhir-akhir ini kita dihebohkan oleh berita penggunaan gelar akademik
(pendidikan tinggi) palsu mulai dari S1 sampai dengan S3 bahkan Profesor di
kalangan elit politik (politisi), birokrat sipil, pejabat politik, kalangan militer,
kepolisian, pemuka agama bahkan sampai pula pada para artis di negeri ini dari
pusat sampai ke daerah. Pendek kata hampir kebanyakan lapisan dan level
kehidupan seakan-akan terasa demam jika tidak mempunyai atau ada embelembel gelar akademik tanpa mempertimbangkan legalitas, proses dan kualitasnya.
Kemudian hal ini berlanjut pada banyaknya pemilihan artis sebagai calon

anggota dewan atau pimpinan daerah. Hal ini menjadi cerminan bagi kondisi
politik di Indonesia. Jangan sampai artis yang dikendarai oleh salah satu parpol
hanya menunjukkan suatu popularitas tertentu tanpa memperhatikan aspek
integritas, kualitas, maupun kredibilitasnya.
Perilaku kriminal (crime action) yang dipertontonkan para penyelenggara
negara (di pusat maupun daerah) yang tetap berjaya hingga kini dan mereka
menenggelamkan bangsa ini dari keberadaban suatu bangsa. Tentunya hal ini
tidak terlepas dari sistem dan proses perekrutan politik selama ini. Peraturan
perundangan yang tidak mendukung terjadinya pemerintahan yang bersih, sudah
pasti akan menghasilkan para aktor publik (penyelenggara negara) yang buruk dan
kriminal.
Proses perekrutan akan menjadi lebih demokratis dan terbuka, ketika ada
perubahan Undang-Undang baik secara substansi maupun sistimnya kearah yang
lebih baik. Sekarang ini proses perekrutan pejabat publik (pemilihan kepala
daerah) sudah dilakukan dengan pemilihan langsung oleh rakyat, sehingga akan
memperoleh pejabat publik yang lebih berkualitas, aspiratif dan representatif
dibanding selama ini yang selalu menimbulkan konflik berkepanjangan
setelahnya. Oleh sebab itu persyaratan yang lebih ketat dalam penentuan calon

pejabat publik (kepala daerah) sebagai penyelenggara pemerintahan menjadi

sangat strategis dalam proses perekrutannya.
1.2.

Kajian Teori
Menurut Cheng Prudjung, rekruitmen politik adalah suatu proses seleksi
anggota-aggota

kelompok

untuk

mewakili

kelompoknya

dalam

jabatan

administratif maupun politik. Dalam pengertian lain, perekrutan politik

merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan
pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota
organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu dan sebagainya.
Perekrutan politik adalah proses pengisian jabatan-jabatan pada lembagalembaga politik termasuk partai politik dan administrasi atau birokrasi oleh orangorang yang akan menjalankan kekuasaan politik (Suharno, 2004: 117).
Sedangkan menurut Cholisin, perekrutan politik adalah seleksi dan
pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran
dalam system politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya (Cholisin,
2007: 113).
Setiap sistem politik memiliki sistem atau prosedur perekrutan yang
berbeda. Anggota kelompok yang direkrut adalah yang memiliki suatu
kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan politik. Setiap
partai juga memiliki pola perekrutan yang berbeda.
Di Indonesia, perekrutan politik berlangsung melalui pemilu setelah setiap
calon peserta yang diusulkan oleh partainya diseleksi secara ketat oleh suatu
badan resmi. Seleksi ini dimulai dari seleksi administratif, penelitian khusus yaitu
menyangkut kesetiaaan pada ideologi Negara.
Dalam pengertian lain, Ada dua macam mekanisme perekrutan politik,
yaitu perekrutan yang terbuka dan tertutup. Dalam model perekrutan terbuka,
semua warga negara yang memenuhi syarat tertentu (seperti kemampuan,
kecakapan, umur, keadaan fisik) mempunyai kesempatan yang sama untuk

menduduki posisi-posisi yang ada dalam lembaga negara / pemerintah. Suasana
kompetisi untuk mengisi jabatan biasanya cukup tinggi, sehingga orang-orang

yang benar-benar sudah teruji saja yang akan berhasil keluar sebagai juara. Ujian
tersebut biasanya menyangkut visinya tentang keadaan masyarakat atau yang di
kenal sebagai platform politiknya serta nilai moral yang melekat dalam dirinya
termasuk integritasnya. Sebaliknya, dalam sistem perekrutan tertutup, kesempatan
tersebut hanyalah dinikmati oleh sekelompok kecil orang. Ujian oleh masyarakat
terhadap kualitas serta integritas tokoh masyarakat biasanya sangat jarang
dilakukan, kecuali oleh sekelompok kecil elite itu sendiri.
Perekrutan politik atau representasi politik memegang peranan penting
dalam sistem politik suatu negara. Hal ini dikarenakan proses ini menentukan
siapa sajakah yang akan menjalankan fungsi-fungsi sistem politik negara itu
melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan
suatu sistem politik yang baik tergantung pada kualitas perekrutan politik.
Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut
melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki partai
politik adalah fungsi perekrutan politik. Seperti yang diungkapkan oleh pakar
politik Ramlan Surbakti, bahwa perekrutan politik mencakup pemilihan, seleksi,
dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan

sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada
khususnya. Untuk itu partai politik memiliki cara tersendiri dalam melakukan
perekrutan terutama dalam pelaksanaan sistem dan prosedural perekrutan yang
dilakukan partai politik tersebut. Tak hanya itu proses perekrutan juga merupakan
fungsi mencari dan mengajak orang-orang yang memiliki kemampuan untuk turut
aktif dalam kegiatan politik, yaitu dengan cara menempuh berbagai proses
penjaringan.
Pada referensi yang lain, kita bisa menemukan definisi atau pengertian
perekrutan politik yang lebih memperhatikan sudut pandang fungsionalnya,
yaitu “The process by which citizens are selected for involvement in
politics”. Pengertia tersebut di atas menjelaskan bahwa perekrutan politik adalah
proses yang melibatkan warga negara dalam politik.

1.3.

Rumusan Masalah

1.

Apa fungsi dari partai politik ?


2.

Seperti apa perekrutan politik oleh partai politik ?

3.

Bagaimana mekanisme perekrutan Politik partai politik ?

4.

Apa pilihan dalam perekrutan politik ?

5.

Bagaiman prosedur dan jalur dalam pelaksanaan perekrutan politik ?

6.

Bagaimana tahap-tahap perekrutan politik ?


7.

Bagaimana system perekrutan politik ?

8.

Apa perbedaan administrasi dan jabatan politik ?

1.4.

Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami
bagaimana system perekrutan anggota politik dalam partai politik yang ada di
Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Fungsi Partai Politik
Secara umum dikenal beberapa fungsi utama Partai Politik dalam sebuah

negara demokrasi, fungsi pertama adalah sebagai sarana komunikasi politik, yaitu
Partai Politik sebagai perantara antara kekuatan-kekuatan dan pendapat yang ada
dalam masyarakat dengan lembaga resmi pemerintah. Pertama Partai melakukan
penggabungan kepentingan yang berasal dari masukan berbagai fihak, selanjutnya
dilakukan perumusan kepentingan yang selanjutnya disampaikan kepada pemerintah.
Fungsi kedua yaitu

sebagai

sarana

sosialisasi

politik,

bisa

diartikan

masyarakat belajar mengenai sistem politiknya melalui Partai Politik. Dimensi lain

dari fungsi ini adaalah sebagai proses yang melaluinya masyarakat “budaya politik”
yaitu norma-norma dan nilai-nilai, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan
demikian sosialisasi politik merupakan faktor penting dalam membentuk budaya
politik suatu bangsa.
Ketiga Partai Politik berfungsi sebagai Rekruitmen politik, yaitu Partai Politik
dijadikan sebagai lembaga awal yang melakukan seleksi kepemimpinan. Seleksi
kepemimpinan mencakup seleksi kepemimpinan di internal Partai, kepemimpinan
wilayah serta yang paling penting adalah seleksi kepemimpinan tingkat nasional.
Fungsi keempat adalah sebagai sarana pengatur konflik. Konflik yang terjadi
di suatu negara membutuhkan peran Partai Politik untuk membantu mengatasinya,
atau setidaknya dapat diatur sedemikian rupa sehingga dampak negatifnya dapat
diminimalisir. Elit Partai dapat menumbuhkan pengertian di antara mereka dan
bersamaan dengan itu dapat meyakinkan pendukungnya.
2.2. Perekrutan Politik Oleh Partai Politik
Kita ketahui bahwa salah satu arus utama perekrutan adalah kaderisasi dan
seleksi pemimpin dalam sistem kenegaraan yang demokratis melalui partai politik.
Pola perekrutan pemimpin memang terdapat beberapa perbedaan yang mendasar,
seiring dengan berubahnya sistem politik yang dikembangkan. Tuntutan adanya
suatu sistem yang demokratis menjadi faktor yang penting dan punya pengaruh besar


pada era reformasi. Saat ini beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh partai
politik adalah bagaimana mulai menata diri agar proses seleksi kader / pemimpin
mampu melahirkan pemimpin yang berkualitas.
Peran partai politik dalam perekrutan kader partai adalah sangat penting, ini
sesuai dengan salah satu fungsi dari politik itu sendiri yakni perekrutan politik. Yang
dimaksud dengan perekrutan politik adalah partai politik berfungsi dan mencari
orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik dan proses pengisian
jabatan politik melalui mekanisme demokrasi. Hal ini berarti partai menjadi wadah
perekrutan politik (kader) dan sekaligus menyiapkan calon-calon pemimpin baik di
level lokal maupun nasional. Perekrutan politik tidak saja menjamin kontinuitas dan
kelestarian partai. Sekaligus merupakan salah satu cara untuk menyeleksi caloncalon pemimpin.
Kaderisasi di organisasi manapun merupakan urat nadi bagi sebuah
organisasi. Kaderisasi adalah proses penyimpanan Sumber Daya Manusia (SDM)
agar kelak mereka menjadi para pemimpin yang mampu membangun peran dan
fungsi organisasi secara lebih baik. Dalam pengkaderan, ada dua persoalan yang
penting. Pertama, bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk
peningkatan kemampuan baik keterampilan maupun pengetahuan. Kedua, adalah
kemampuan untuk menyediakan stok kader atau SDM organisasi, dan terutama
dikhususkan pada kaum muda. Ini merupakan bentuk pendidikan politik, dimana
selama ini peran tersebut terabaikan. Namun yang banyak terjadi sekarang ini adalah
proses seleksi yang serampangan tanpa kaedah-kaedah tertentu yang dilakukan oleh
partai politik, dapat dilihat bahwa parpol tidak menseleksi secara ketat siapa-siapa
yang akan dijadikan wakil rakyat nantinya. Para pemimpin partai politik besar di
Indonesia kerap berasal bukan dari kualifikasinya, melainkan dari unsur
“kebangsawanan” tertentu.
2.3. Mekanisme Perekrutan Politik Partai Politik
1.

Partai Golongan Karya
Sistem keanggotaan dan perkaderan partai Golkar sejak era reformasi, tidak

mengalami terlalu banyak perubahan, kecuali pada Sistem Perkaderan, ditambahkan
Pelatihan Kader Profesi Masyarakat (PKPM), yang bertujuan untuk melatih para

simpatisan dan anggota yang berada pada sektor Usaha Kecil Masyarakat (UKM),
sehingga dapat memberi dukungan ketrampilan, akses permodalan, manajemen,
pemasaran dan lain-lain.
Partai Golkar secara tidak langsung, ingin memberikan perhatian sebagai
perwujudan doktrin partai, yaitu Karya dan Kekaryaan, tentang bagaimana ikut
mengatasi persoalan kesempatan kerja. Penugasan kader, sebagai bagian dari
Program pengelolaan kader partai, yang meliputi, 1) Rekrutmen Anggota, 2) Diklat
perkaderan, 3) Penugasan kader/ Rekrutmen dalam jabatan politik, 4) Penilaian
Kader, merupakan program penting yang sangat menentukan sejauh mana
penampilan partai dapat terlihat oleh publik. Oleh karena itu, dalam hal penugasan
kader-kader partai Golkar untuk mengisi jabatan- jabatan politik tertentu, partai
Golkar menetapkan mekanisme yang demokratis dan terbuka, sehingga dapat
menghindari sejauh mengkin praktik-praktik KKN.
2.

Partai Nasional Demokrat
Menurut Budi Hartono seorang Admin DPD NasDem ada dua sistem yang

digunakan dalam perekrutan politik partai ini. Sistem pertama yaitu sistem
perekrutan politik terbuka yang gunakan dalam penerimaan kader partai. Penerimaan
kader partai ini bersifat terbuka, artinya tidak memandang status, kedudukan,
kekayaan, jabatan dll. Penerimaan kader ini di awali dengan pengisian surat
pernyataan anggota partai NasDem disertai fotokopi data diri seperti KTP, SIM atau
KTM bagi mahasiswa. Berkas tersebut kemudian diserahkan ke DPC, DPD, atau
DPW partai NasDem. Setelah berkas diterima, pihak partai kemudian akan
mengirimkan data ke DPP. Pengiriman data yang dilakukan secara online ini
bertujuan untuk mendapatkan KTA partai dari DPP. Untuk menarik minat anggota
partai, NasDem memberi beberapa iming-iming asuransi sebesar satu juta yang
berlaku bila telah menjadi anggota partai.
Sistem kedua yaitu sistem tertutup yang digunakan dalam penentuan orangorang yang akan menempati jabatan-jabatan baik di internal partai maupun jabatanjabatan pemerintah. Calon yang dapat mendaftar hanya dari kalangan tertentu sesuai
dengan seleksi pihak NasDem. Contohnya apabila akan ditentukan calon pimpinan
DPC, calonnya hanya dari pengurus yang terlebih dahulu telah mengikuti seleksi dari

DPC itu sendiri. Pemilihan dilakukan pada saat rapat kerja DPC, yang pemilihnya
adalah seluruh anggota DPC.
Dari hasil tersebut, dapat terlihat indikasi pengumpulan kader dengan
digunakannya sistem terbuka agar pelebaran sayap partainya dalam rangka
melaksanakan tujuan partai. Kualitas perekrutan partai belum dapat terlihat
sepenuhnya karena partai ini belum sekalipun mengikuti PEMILU, kecuali hanya
PEMILU walikota Yogyakarta yang itupun NasDem hanya menjadi anggota koalisi.
2.4. Pilihan Perekrutan Partai Politik
Adapun beberapa pilihan partai politik dalam proses perekrutan politik adalah
sebagai berikut;
1.

Partisan, yaitu merupakan pendukung yang kuat, loyalitas tinggi terhadap

partai sehingga bisa direkrut untuk menduduki jabatan strategis.
2.

Compartmentalization, merupakan proses perekrutan yang didasarkan pada

latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi atau kegiatan sosial politik
seseorang, misalnya aktivis LSM.
3.

Immediate survival, yaitu proses perekrutan yang dilakukan oleh otoritas

pemimpin partai tanpa memperhatikan kemampuan orang-orang yang akan
direkrut.
4.

Civil service reform, merupakan proses perekrutan berdasarkan kemampuan

dan loyalitas seorang calon sehingga bisa mendapatkan kedudukan lebih penting
atau lebih tinggi.
Ada beberapa hal menurut Czudnowski, yang dapat menentukan terpilihnya
seseorang dalam lembaga legislatif, sebagaimana berikut;
1.

Social background : Faktor ini berhubungan dengan pengaruh status sosial

dan ekonomi keluarga, dimana seorang calon elit dibesarkan.
2.

Political socialization : Merupakan suatu proses yang menyebabkan seorang

menjadi terbiasa dengan tugas-tugas yang harus diilaksanakan oleh suatu
kedudukan politik.
3.

Initial political activity : Faktor ini menunjuk kepada aktivitas atau

pengalaman politik calon elit selama ini.

4.

Apprenticeship : Faktor ini menunjuk langsung kepada proses “magang” dari

calon elit ke elit yang lain yang sedang menduduki jabatan yang diincar oleh calon
elit.
5.

Occupational variables : Calon elit dilihat pengalaman kerjanyadalam

lembaga formal yang bisa saja tidak berhubungan dengan politik, kapasitas
intelektual dalam kualitas kerjanya.
6.

Motivations : Orang akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan politik

karena dua hal yaitu harapan dan orientasi mereka terhadap isu-isu politik.
Selection : Faktor ini menunjukkan pada mekanisme politik yaitu rekrutmen
terbukan dan rekrutmen tertutup.
2.5. Prosedur Dan Jalur Pelaksanaan Perekrutan Politik
Menurut teori Almond dan Powell prosedur prosedur perekrutan politik
terbagi dalam dua bagian yaitu:
1. Prosedur tertutup: artinya perekrutan dilakukan oleh elit partai yang memiliki
kekuasaan untuk memilih siapa saja calon-calon yang dianggap layak diberikan
jabatan berdasarkan skill dan kapasitas yang dimilikinya untuk memimpin.
Sehingga prosedur ini dianggap prosedur tertutup karna hanya ditentukan oleh
segelintir orang
2. Prosedur terbuka: artinya setiap masyarakat berhak untuk memilih siapa saja
yang bakal menjadi calon pemimpin didalam negaranya serta pengumuman hasil
pemenang dari kompetisi tersebut dilaksankan secara terbuka, dan terangterangan.
Didalam perekrutan politik juga dikenal istilah jalur-jalur politik yang perlu
kita ketahui secara luas kajian-kajianya antara lain:
1. Jalur koalisi partai atau pimpinan-pimpinan partai artinya koalisi-koalisi partai
merupakan bagian terpenting didalam perekrutan politik karena sebagian besar
kesepakatan dan pengangkatan politik di adopsi dari hasil koalisi-kolisi antar
partai yang berperan dalam suatu lingkup politik. Artinya perekrutan politik tidak
terlepas dari peranan koalisi partai.
2. Jalur perekrutan berdasarkan kemempuan-kemampuan dari kelompok atau
individu artinya jalur ini menjadi kriteria dasar dalam perekrutan seseorang karena

dinilai dari berbagai segi yaitu kriteria-kritreia tertentu, distribusi-distribusi
kekuasaan, bakat-bakat yang terdapat didalam masyarakat, langsung tidak
langsung menguntungkan partai politik. Semua faktor-faktor tersebut perlu kita
kaji dan pahami karena tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin. Kita harus
mempunyai skill, kecakapan, keahlian untuk terjun ke dalam dunia politik. Karena
dunia politik merupakan dunia yang keras penuh persaingan taktik dan teknik.
3. Jalur perekrutan berdasarkan kaderisasi artinya setiap kelompok-kelompok
partai harus menyeleksi dan mempersiapkan anggota-anggotanya yang dianggap
mampu dan cakap dalam mendapatkan jabatan-jabatan politik yang lebih tinggi
jenjangya serta mampu membawa/memobilisasi partai-partai politiknya sehingga
memberi pengaruh besar dikalangan masyarakat. Hal ini menjadi salah satu tujuan
dari terbentuknya suatu partai politik yang perlu kita ketahui. Seperti yang
terangkum didalam teori Almond dan G. Bigham powell menjelaskan “perekrutan
politik tergantung pula terhadap proses penseleksian didalam partai politik itu
sendiri”. Jadi kesimpulanya setiap individu harus mempunyai skill yang mampu
diperjualbelikan sehingga mampu menempati jabatan-jabatan penting suatu
negara.
4. Jalur perekrutan politik berdasarkan ikatan promodial. Dizaman modern ini
jalur perekrutan promodial tidak menutup kemungkinan terjadi didunia politik.
Fenomenal itu terjadi karena adanya hubungan kekerabatan yang dekat antara
orang perorangan yang memiliki

jabatan

politik

sehingga

ia mampu

memindahtangankan atau memberi jabatan tersebut kepada kerabat terdekatnya
yang dianggap mampu dan cakap dalam mengemban tugas kenegaraan. Penomena
ini dikenal dengan nama “perekrutan politik berdasarkan ikatan promodial”.
Contoh jalur perekrutan politik berdasarkan ikatan promodial: seorang raja ketika
wafat akan menyerahkan segala kekuasaanya kepada anak-anaknya, kekuasaan
yang diberikan kepada keluarga besan, ketika perkawinan menantu lelaki yang
diberi jabatan penting oleh mertuanya, karena memiliki persamaan marga atau
suku seseorang mendapat jabatan dari sesame marga atau sukunya. Fenomena ini
sering terjadi dan dikenal pula dengan istilah “system politik monarki” namun
kekuasaan ini perkembanganya hanya disekitar kalangan-kalangan keluarga dan

tidak meluas ataupun merata pembagian kekuasaanya. Hanya kelompok minoritas
atau orang-orang penting yang dapat memperoleh jabatan politik didalam suatu
system monarki
2.6. Tahap-tahap perekrutan Politik
Berikut ini adalah tahap perekrutan politik menurut penulis, Winardi Wardhana :
 Tahap Terdidik, yaitu tahap yang bisa dilalui oleh politikus untuk memahami
strukturisasi politik dan pendidikan tentang kenegaraan. Anggota Partai
Politik > Calon Anggota Legislatif > Kriteria ICW > Anggota Legislatif >
Ketua DPR/MPR > Gubernur/Menteri > Pemilu > Presiden
 Tahap Terlatih (berpengalaman), yaitu tahap yang bisa menjadi strategi
beberapa presiden di Indonesia dengan mengalami tata cara bernegara dalam
kementerian terlebih dahulu. Anggota Partai Politik > Gubernur/Menteri >
Pemilu > Presiden.
 Tahap Kepercayaan (langsung), yaitu tahap seseorang dipercaya oleh Partai
Politik yang dia ikuti dan maju sebagai calon presiden dalam pemilu melawan
calon presiden lainnya. Anggota Partai Politik > Ketua ParPol > Pemilu >
Presiden.
 Tahap Independensi, yaitu tahap yang pernah diajukan oleh beberapa
kalangan untuk maju sebagai presiden melalui dukungan banyak pihak untuk
dipilih langsung dalam Pemilu. Tahap ini sempat diajukan oleh mahasiswa
dan kaum independen pada Pemilu 2009. Non ParPol (Independen) >
Presiden.
2.7.

Sistem Perekrutan Politik
Sistem perekrutan politik terdiri dari beberapa cara yaitu:

1.

Seleksi pemilihan melalui ujian.

2.

Latihan(training) Kedua hal tersebut menjadi indikator utama didalam
perekrutan politik.

3.

Penyortiran atau penarikan undian(cara tertua yang digunakan diyunani
kuno).

4.

Rotasi memiliki tujuan mencegah terjadinya dominasi jabatan dari
kelompok-kelompok yang berkuasa maka perlu adanya pergantian secara
periode dalam jabatan-jabatan politik.

5.

Perebutan kekuasaan dengan menggunakan atau mengancam dengan
kekerasan. Cara ini tidak patut dicontoh karena untuk menjadi seorang
pemimpin tidaklah harus melakukan tindakan-tindakan tidak terpuji karena
kita telah dididik dengan baik dan harus menerapkan teknik-teknik yang
baik pula dalam berpolitik.

6.

Petronag artinya suatau jabatan dapat dibeli dengan mudah melalui relasirelasi terdekat. Petronag masih memiliki keterkaitanya dengan budaya
korupsi.

7.

Koopsi (pemilihan anggota-anggota baru) artinya memasukan orang-orang
atau anggota baru untuk menciptakan pemikiran yang baru sehingga
membawa suatu partai pada visi dan misi yang ditujunya.

2.8. Jabatan Politik dan Administrasi
Selanjutnya materi yang perlu kita kaji adalah pentingya mengetahui
pembagian jabatan didalam politik yaitu:
1. Jabatan politik artinya jabatan yang diperoleh sebagai dari hasil pemilihan
rakyatnya atau yang ditunjuk langsung oleh pemerintah dan dikenal sebagai
seorang “politikus”. Masa jabatanya hanya dua kali periode.
2. Jabatan administratif artinya jabatan yang diperoleh secara manual melalui
tahap-tahap pendidikan dan pelamaran kerja. Jabatan ini dianggap pasti dan
mampu mampu menjamin hidup para “administrator” karena masa jabatanya
berlangsung lama. Para administrator ini dikenal sebagai atribut negara karena
menjadi indikator pelengkap dan pendukung dalam membantu tugas para
politikus.

Perlu ada penyelidikan lebih lanjut didalam suatu birokrasi negara karena:
1.

Adanya pandangan kabur antara politikus dan administrator didalam
masyarakat. Hampir sebagian masyarakat menganggap bahwa politikus dan
administrator mengemban tugas dan jabatan yang sama. Hal ini menjadi
pandangan yang salah yang perlu dikaji secara lebih luas sehingga kami
menerangkan pngertianya seperti yang terangkum diatas. Bahkan di sejumlah
sistem-sistem politik didunia berusaha untuk memisahkan pengertian antara
jabatan politik dan administratif dengan cara melembagakan doktrin
“netralitas politik” bagi para administrator.

2.

Di Inggris, pegawai-pegawai politik direkrut melalui badan politik yang
netral. Sedangkan di Amerika Serikat partai yang berkuasa mengadakan
perubahan personil secara ekstensif pada eselon yang lebih tinggi dari dinas
sipil waktu memulai pemerintahan,meliputi perluasan pengawasan partai
secara langsung terhadap jabatan administratif. Politikus dapat berganti-ganti
setiap periode tetapi administrator tetap pada posisinya.

3.

Perbedaan pengertian antara jabatan administratif dan jabatan politik akan
semakin kabur apabila kita memandang dari segi “periphery”( batas luar)
menuju pusat sistem politik. Mengapa hal ini bias terjadi?karena segala
kegiatan-kegiatan politk administrasinya dikelola para administrator maka
keduanya saling berkesinambungan dan tidak dapat terlepas satu sama lain,

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Perekrutan politik adalah suatu proses penyeleksian individu untuk diletekan

pada peranan-peranan politik yang penting didalam suatu negara. Peranan-peranan
penting ini bukan sembarang orang dapat mendudukinya karena orang-orang
didalamnya menentukan maju-mundurnya suatu negara. Maka didalam perekrutan
politik haruslah benar-benar mencari orang-orang yang memiliki skill dan kapasitas
yang maksimal karena ia kan mengemban tugas yang menyangkut masa depan suatu
negara.
Didalam perekrutan politik tidak menutup kemungkinan para calon-calonya
melakukan teknik-teknik yang curang seperti: perebutan kekuasaan dengan
menggunakan atau mengancam dengan kekerasan, Petronag, dll. Cara-cara curang
inilah yang mestinya harus dihindari karena dapat menghancurkan negara. Apabila
jabatan disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan tidak
memiliki kemampuan untuk memimpin maka hancurlah masa depan suatu negara.
3.2.

Saran
Dalam perekrutan anggota politik harus benar-benar melakukan proses

perekrutan yang baik agar calon yang direkrut tersebut benar-benar menjalankan
tugasnya sebagaimana mestinya dan benar-benar menjalankan amanah.

DAFTAR PUSTAKA
http://chengxplore.blogspot.com/2010/12/rekrutmen-politik.html
http://pajaksolusi.blogspot.com/2013/06/rekrutmen-politik-di-negaraindonesia.html
http://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-4/politik/pengertian-rekrutmenpolitik/