KELAYAKAN MEDIA BUKU SAKU PADA SUBMATERI SISTEM ENDOKRIN KELAS XI SMA
KELAYAKAN MEDIA BUKU SAKU PADA SUBMATERI
SISTEM ENDOKRIN KELAS XI SMA
Dahlia, Ruqiah Ganda Putri Panjaitan, Eko Sri Wahyuni
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Untan Pontianak
E-ma
Abstract
This study aims to make a pocket book for submaterial of endocrine system based on
the results of the test effect of carbonated drinks on blood glucose levels in mice and
find out the feasibility of a pocket book as a learning medium on submaterial of
endocrine system for the class XI SMA/MA. This study used the Research and
Development (R & D) method which consists of potential and problems, data
collection, product design, design validation, and design revision. The pocket book
media was validated by 7 validators. This pocket book media was measured in terms
of the feasibility aspects of format, content, and language which consists of 11
criterias. Based on the results of pocket book validation, the CVI score was 1 for all of
the criterias so that the pocket book was declared valid and could be used as a
learning medium for submaterial on endocrine system through testing the effect of
carbonated drinks on the blood sugar levels of mice.
Keywords: Pocket Book, Research and Development, Sub Endocrine System
Material PENDAHULUANBelajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Misalnya interaksi yang terjadi antara murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran, dan berbagai sumber belajar dan fasilitas lainnya. Apabila proses belajar itu dilakukan di sekolah, hal ini bertujuan untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap (Arsyad, 2014).
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu suatu proses penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan (Sanjaya, 2014). Menurut Sanjaya (2014), dalam suatu proses pembelajaran, terjadi komunikasi antara guru dan siswa. Dimana guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa berperan sebagai penerima pesan. Dalam menyampaikan pesan/informasi kepada siswa, guru menggunakan alat bantu berupa media pembelajaran (Daryanto, 2016). Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membantu dalam proses pembelajaran untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa (Sadiman, 2006). Selain dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi (Hamalik dalam Arsyad, 2014). Menurut Gagne (dalam Arsyad, 2014), media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran misalnya buku, tape
recorder , kaset, video camera , video recorder , film, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer. Berdasarkan taksonomi Leshin (dalam Arsyad, 2014), media pembelajaran dibedakan menjadi lima macam, yaitu media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media berbasis visual, media berbasis audio- visual, dan media berbasis komputer. Media berbasis manusia contohnya adalah guru, instruktur, main peran, dan kegiatan kelompok. Media berbasis cetakan contohnya adalah buku pelajaran, surat kabar dan majalah, ensiklopedi, buku suplemen, pengajaran terprogram, dan komik. Media berbasis visual contohnya adalah buku, chart, grafik, peta, gambar, diagram, dan film bingkai atau slide. Media berbasis audio- visual contohnya adalah video, film, slide bersama tape, dan televisi. Media berbasis komputer contohnya adalah pengajaran dengan bantuan komputer dan video interaktif.
Pada silabus kurikulum 2013 Biologi SMA Kelas XI, pada materi sistem koordinasi terdapat submateri tentang sistem endokrin. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan guru yang mengajar mata pelajaran Biologi Kelas XI di MAN 1 Pontianak pada tanggal 26 September 2017, diketahui bahwa media yang digunakan pada pembelajaran submateri sistem endokrin adalah berupa slide power point. Penggunaan media tersebut masih kurang efektif karena ketersediaan LCD proyektor yang masih terbatas dan penggunaan media tersebut juga sering terganggu karena listrik yang padam.
Sehingga hal tersebut dapat menganggu proses pembelajaran.
Oleh karena itu, diperlukan media yang dapat mengatasi permasalahan di atas. Salah satunya adalah buku saku. Menurut kamus Bahasa Indonesia Praktis, buku saku adalah buku berukuran kecil yang dapat disimpan dalam saku dan mudah dibawa kemana-mana (Nugraha, 2013). Buku saku merupakan salah satu media yang dapat digunakan pada proses pembelajaran (Sulistyani, 2013). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa media buku saku dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan penelitian Tuminah (2010), kelas yang menggunakan media buku saku hasilnya lebih baik dibandingkan dengan kelas tanpa menggunakan buku saku (Sulistyani, 2013). Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2011), menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara yang menggunakan buku saku dan tanpa menggunakan buku saku. Kamil menemukan bahwa hasil belajar siswa meningkat 25,9% setelah menggunakan buku saku (Ami, 2012).
Buku saku memiliki beberapa keunggulan, yaitu di dalam setiap halamannya memuat bacaan yang ringkas, berisi gambar-gambar, dan warna yang dapat menarik minat belajar siswa untuk membaca. Keunggulan buku saku tersebut akan memberikan semangat belajar bagi siswa. Buku saku yang disertai gambar akan memancing motivasi siswa dalam belajar. Sedangkan kontras warna pada buku saku merupakan bentuk komunikasi non-verbal yang dapat menyampaikan pesan secara cepat, lebih mudah, dan lebih bermakna (Yazid, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui kelayakan media buku saku sebagai media pembelajaran pada submateri sistem endokrin kelas XI SMA.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah Research
and Developmen t (R&D). Menurut Sugiyono
(2015), penelitian Research and Development (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Adapun tahapan dalam penelitian
Research and Developmen t (R&D) yaitu
sebagai berikut: 1) potensi dan masalah, yaitu berkaitan dengan pentingnya media dalam proses pembelajaran, 2) pengumpulan data, yaitu berkaitan dengan informasi tentang pemanfaatan media yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, 3) desain produk, yaitu merancang media pembelajaran buku saku pada submateri sistem endokrin, yang mengacu pada Mutmainah (2014) yang terdiri dari bagian cover, kata pengantar, daftar isi, cara penggunaan buku saku, kompetensi dasar, indikator, tujuan ne = Jumlah panelis/validator yang pembelajaran, materi sistem endokrin, umpan menyetujui kevalidan media balik, glosarium, dan daftar pustaka. 4) N = Jumlah panelis/validator validasi desain, yaitu memvalidasi buku saku seluruhnya yang dilakukan oleh 7 orang validator. Validasi media buku saku ini meliputi tiga Setelah dihitung nilai CVR setiap aspek, yaitu kelayakan format, kelayakan isi, kriteria, kemudian dihitung nilai CVI dan kelayakan bahasa, 5) revisi desain, yaitu (Content Validity Index) atau nilai rata-rata melakukan perbaikan pada buku saku CVR secara keseluruhan. berdasarkan saran dan komentar dari validator.
………………… (2) Hasil validasi media selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Content
Keterangan:
Validity Ratio (CVR) yang mengacu pada
Lawshe (1975) dengan rumus sebagai CVI = Rata-rata CVR berikut: n = Jumlah item seluruh aspek
HASIL PENELITIAN DAN
CVR
= ...................... (1) PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Kelayakan media buku saku sebagai Keterangan: media pembelajaran pada submateri sistem endokrin dapat dilihat pada Tabel 1. CVR = Content Validity Ratio (Rasio
Validitas Konten)
Tabel 1. Hasil Validasi Media Buku Saku pada Submateri Sistem Endokrin
Validator ke- Aspek Kriteria CVR Ket. 1 2 3 4 5 6 7
1. 4 4 4 4 4 4 4
1 Valid Kepraktisan buku saku
2. 4 4 4 4 4 3 4
1 Valid Desain sampul buku saku 3.
Kesesuaian jenis dan ukuran huruf 4 4 3 4 4 4 4
1 Valid yang digunakan Format 4.
Media buku saku disusun secara 4 4 4 4 3 4 4
1 Valid sistematis 5. 3 4 4 4 3 4 4
1 Valid Kejelasan tampilan gambar
6. 3 3 4 4 4 3 4
1 Valid Tata letak isi buku saku 7.
Kesesuaian materi dengan KD, 3 4 4 4 3 4 4
1 Valid Indikator, dan Tujuan Pembelajaran 8.
Keterkaitan antar materi dalam buku saku dan kesesuaiannya dengan 3 3 4 4 3 4 4
1 Valid tingkatan kemampuan akademik siswa Isi kelas XI
9. submateri sistem Kelengkapan endokrin yang disajikan dalam buku
3 4 4 4 3 4 4
1 Valid saku dan kesesuaiannya dengan silabus
10. 3 3 4 3 4 4 4
1 Valid Ketepatan dalam penggunaan bahasa
Bahasa 11.
1 Valid kalimat dalam buku saku dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
CVI
1 Valid
Pembahasan
Berikut adalah deskrispsi dari ketiga aspek tersebut:
Pada aspek format terdiri dari 6 kriteria yaitu kepraktisan buku saku, desain sampul buku saku, kesesuaian jenis dan ukuran huruf, media buku saku disusun secara sistematis, kejelasan tampilan gambar, dan tata letak isi buku saku.
Kriteria pertama, yaitu kepraktisan buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Pada kriteria ini, semua validator memberikan nilai sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa media buku saku dengan ukuran 13 x 10 cm ini telah memenuhi kriteria pemilihan media yang baik yaitu haruslah praktis, sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran. Dalam hal pemilihan media, kriteria kelayakan praktis dapat dilihat berdasarkan familiaritas jenis media yang digunakan, ketersediaan media yang akan digunakan, ketersediaan waktu untuk mempersiapkan/menggunaknnya, dan ketersediaan sarana dan pendukung (Mahnun, 2012). Selain itu, Arsyad (2015) juga mengemukakan bahwa, media yang dipilih sebagai media pembelajaran sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang tersedia di sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa kemana- mana.
Kriteria kedua, desain sampul buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Desain sampul buku saku dibuat full colour agar memberikan tampilan yang menarik. Menurut Wardhani (dalam Ami, 2012), siswa cenderung lebih menyukai bacaan dengan tampilan yang menarik, misalnya dengan sedikit uraian dan banyak gambar atau warna. Tampilan yang menarik pada sebuah bacaan akan membangkitkan motivasi siswa untuk membacanya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Asyhari
(2016), yang menyatakan bahwa kombinasi warna yang menarik dalam suatu media pembelajaran akan menarik perhatian dan minat peserta didik untuk menggunakannya. Selain itu, gambar juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa karena gambar dapat membuat perhatian siswa lebih terkonsentrasi untuk membaca (Yazid, 2016). Seperti yang telah diketahui bahwa motivasi merupakan usaha dari pihak luar (guru) untuk mendorong, mengaktifkan, menggerakkan siswanya untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu cara guru untuk memotivasi siswanya yaitu dengan cara membangkitkan minat belajarnya (Adam, 2015).
a. Aspek Kelayakan Format
Kriteria ketiga, kesesuaian jenis dan ukuran huruf yang digunakan mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Nilai ini didapatkan karena penggunaan huruf yang sudah konsisten, baik dari jenis tulisan maupun ukurannya pada setiap halaman relatif sama. Menurut Arsyad (2014), dalam hal tata tulis, pilihlah jenis huruf normal, tak berhias, gunakan huruf kapital dan huruf kecil. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Smaldino (dalam Rahmawati, 2016) yang menyatakan bahwa demi tujuan pengajaran atau penyampaian informasi disarankan memakai gaya yang terus terang, gaya teks yang polos, yaitu tidak ada hiasan.
Kriteria keempat, media buku saku yang disusun secara sistematis mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Buku saku ini disusun secara sistematis dan berurutan. Hal ini bertujuan agar pembaca dapat dengan mudah memahami isi dari buku saku. Menurut Arsyad (2015), pembelajaran akan lebih mudah jika pada bagian isi diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna, sehingga siswa akan memahami dan mengingat lebih lama materi pembelajaran yang disusun dan diurutkan secara teratur.
Kriteria kelima, kejelasan tampilan gambar pada buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Kriteria ini terdiri dari 4 komponen, yaitu gambar tidak buram, tidak pecah, menunjukkan gambar yang jelas, dan mudah dipahami. Buku saku ini memuat gambar pada setiap uraian materi yang disajikan dan foto hasil penelitian. Penyajian gambar ini bertujuan untuk memperjelas materi ataupun uraian dalam buku saku. Seperti yang dikemukakan oleh Aini (2013), materi yang ditulis dan dilengkapi dengan gambar-gambar dan ilustrasi berwarna bertujuan untuk memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Selain itu, penambahan gambar dan foto dalam buku saku juga dapat membuat buku saku lebih menarik untuk dibaca.
Kriteria keenam, tata letak (layout) isi buku saku mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Tata letak buku saku ini dinilai dari cara penempatan teks dan letak gambar yang disusun secara rapi, proporsional penempatannya, dan mudah untuk dipahami. Pada kriteria ini, masih terdapat beberapa teks uraian yang belum proporsional penempatannya dan gambar yang berbeda ukurannya sehingga tampak kurang rapi. Hal ini diperbaiki dengan mengatur ulang layout teks dan ukuran gambar dalam buku saku. Layout adalah tata letak dari suatu elemen desain yang ditempatkan dalam sebuah bidang yang tujuannya untuk mengatur desain agar menjadi indah dan menarik untuk dilihat (Anto, 2017). (2013), tujuan utama layout atau tata letak adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif sehingga dapat memudahkan pembaca memahami dan menerima informasi yang disajikan.
Pada aspek isi, terdiri dari 3 kriteria yaitu kesesuaian materi dengan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran, keterkaitan antar materi dalam buku saku, dan kesesuaiannya dengan tingkatan kemampuan akademik siswa kelas XI.
Kriteria pertama, kesesuaian materi dengan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Menurut Asyhari (2016), dalam menggunakan sebuah media pembelajaran, media tersebut haruslah tepat dan sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan dan harus dicapai oleh peserta didik sesuai kurikulum yang berlaku. Standar kompetensi merupakan deskripsi capaian yang harus dikuasai pembelajar yang sudah ditetapkan sebelumnya. Standar yang dimaksud merupakan gambaran kemampuan pembelajar terhadap penguasaan pengetahuan, sikap, serta keterampilan untuk suatu bidang studi pada setiap semester sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Standar kompetensi ini dijabarkan menjadi kompetensi dasar, yaitu tingkat minimal penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dicapai pembelajar. Capaian kompetensi dasar ditandai dengan indikator, yaitu perubahan perilaku terukur dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Wicaksono, 2016).
Prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media pembelajaran salah satunya adalah harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan adanya tujuan pembelajaran, hal ini akan menentukan
bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam penggunaan media pembelajaran sehingga kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar (Arsyad, 2015). Selain itu, tujuan juga dapat dijadikan sebagai acuan ketika kita mengukur apakah tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal (Sadiman, 2006).
Kriteria kedua, keterkaitan antar materi dalam buku saku dan kesesuaiannya dengan tingkatan kemampuan akademik siswa kelas
b. Aspek Kelayakan Isi
XI mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Materi sistem endokrin pada buku saku ini disusun secara sistematis dan berurutan dimulai dari pengertian, karakteristik, macam-macam kelenjar endokrin, dan kelainan pada sistem endokrin. Selain itu materi yang disajikan juga disesuaikan dengan tingkatan kemampuan akademik siswa kelas XI. Sehingga materi diambil dari buku SMA kelas XI Irnaningtyas tahun 2013. Tingkat kecepatan dalam penyajian informasi melalui media harus berdasarkan tingkat pemahaman seseorang (Arsyad, 2015). Menurut Asyhari (2016), pembuatan media pembelajaran haruslah sesuai dengan tingkat kemampuan atau daya pikir peserta didik, karena dapat mendorong aktivitas dan kreativitasnya yang akan membantu dalam mencapai keberhasilan belajarnya.
Kriteria ketiga, ketepatan submateri sistem endokrin yang disajikan dalam buku saku dan kesesuaiannya dengan silabus mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Silabus yang digunakan dalam penyusunan materi dalam buku saku ini adalah Silabus Permendikbud tahun 2016. Silabus merupakan acuan dalam penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan mata pelajaran (Permendikbud, 2016). Sedangkan BSNP (2006), menyebutkan bahwa silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Pada aspek bahasa, terdiri dari 2 kriteria yaitu ketepatan dalam penggunaan bahasa dan kesesuaian kalimat dalam buku saku dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Kriteria pertama, ketepatan dalam penggunaan bahasa yang terdiri dari 4 komponen, yaitu bahasa yang digunakan tidak menimbulkan penafsiran ganda, lugas, komunikatif, dan dapat dipahami. Kriteria ini mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Menurut Purnanto (2016), ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar.
Sehingga melalui kata-kata tersebut, pembaca atau pendengar dapat memahami apa yang dimaksudkan dan dipikirkan oleh penulis. Menurut Arsyad (2016), media yang baik harus memperhatikan kejelasan dalam penggunaan bahasa, karena penggunaan bahasa yang baik, singkat, padat dan jelas dapat mempermudah siswa memahami maksud yang terkandung pada sebuah media. Hal ini sejalan dengan Rahmawati (2016), yang menyatakan bahwa bahasa dalam media pembelajaran harus memperhatikan aspek komunikatif yaitu penataan kalimat yang tidak bertele-tele sehingga mudah dipahami oleh siswa. Komunikatif dapat dinilai dari segi aspek pemahaman terhadap pesan atau informasi dan kesantunan bahasa. Maksudnya adalah pesan atau informasi disampaikan dengan menggunakan bahasa yang menarik dan lazim dalam komunikasi tulis bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa yang digunakan juga harus memiliki nilai kehalusan, baik, sopan, dan sesuai dengan adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Dengan bahasa yang komunikatif maka buku dapat lebih nyaman untuk dibaca (Purnanto, 2016).
Kriteria kedua, kesesuaian kalimat dalam buku saku dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) mendapat nilai CVR 1 dan tergolong valid. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) edisi revisi tahun 1987 (Anto, 2017). Dalam penyusunan materi pembelajaran, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu diperhatikan. Kesesuaian dalam penggunaan bahasa meliputi ketepatan tata bahasa dan ketepatan ejaan (Purnanto, 2016). Ejaan merupakan semua aturan pelafalan lambang- lambang bunyi baik secara lisan maupun tertulis yang dapat membentuk bunyi bahasa yang berupa sebuah kata atau kalimat yang mengandung makna tertentu (Anto, 2017). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah segala bentuk aturan yang terkait dengan penulisan tata bahasa dalam bahasa
c. Aspek Kelayakan Bahasa
Indonesia. Pada kriteria ini, terdapat saran dan komentar dari validator untuk memahami kembali penggunaan tanda baca, karena masih terdapat penggunaan tanda baca yang kurang tepat dalam buku saku. Tanda baca yang kurang tepat telah diperbaiki melalui tahap revisi.
Atma Jaya Yogyakarta. (online). (http:e- journal.uajy.ac.id/4654/Jurnal_Paulina_ Brilianti. pdf,diakses tanggal 19 Agustus 2018). BSNP. (2006). Panduan Penyusunan
Pendidikan:Pengertian,Pengembangan, dan Pemanfaatannya . Jakarta: Rajawali
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., & Haryono, A. dan Rahardjito. (2006). Media
(2016). Pengembangan Media Pembelajaran Menulis Teks Fabel dengan Macromedia Flash bagi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan. 1 (7): 1323- 1329.
Rahmawati, I. S., Roekhan., & Nurchasanah.
Profesi Pendidikan Dasar. Analisis Kelayakan Bahasa dalam Buku Teks Tema 1 Kelas I Sekolah Dasar Kurikulum 2013. 3 (2): 102-111.
Purnanto, A.W. & Mustadi, A. (2016).
Permendikbud. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses tanggal 25 Oktober 2018.
Indonesia Praktis . Surabaya: Sulita Jaya.
Nugraha, S.G. (2013). Kamus Bahasa
Islam . 37 (1): 27-35.
(Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran). Jurnal Pemikiran
Approach to Content Validity. Personel Psychology Journal . (28): 563-575. Mahnun, N. (2012). Media Pembelajaran
Yogyakarta: Gava Media. Lawshe, C.H. (1975). A Quantitative
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. https://bsnp- indonesia.org/wpcontent/uploads/ kompetensi/Panduan_Umum_KTSP.pdf. Diakses tanggal 25 Oktober 2018. Daryanto. (2010). Media Pembelajaran.
Pembaca terhadap Layout Koran Tribun Jogja . Artikel. Yogyakarta: Universitas
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
(2012). Pengembangan Buku Saku Materi Sistem Ekskresi Manusia di SMA/MA Kelas XI. Jurnal BioEdu. 1 (2): 10-13.
Buku saku pada submateri sistem endokrin dinyatakan valid dan layak digunakan sebagai media pembelajaran dengan nilai CVI 1.
Saran
Disarankan untuk kedepannya buku saku dapat digunakan dalam uji skala besar sebagai media pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Adam, S. & Syastra, M.T. (2015).
Pemanfaatan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi bagi Siswa Kelas X SMA Ananda Batam.
CBIS Journal . 3 (2): 78-90.
Aini, S.S.Q. & Sukirno. (2013). Pocketbook as Media of Learning to Improve Students Learning Motivation. Jurnal Pendidikan Akuntansi . XI (2): 68-75. Ami, M. S., Susantini, E., & Rahardjo.
Anto, P., Andrijanto, M. S., & Akbar, T.
Brillianti, P. & Widodo, Y. (2013). Kepuasan
(2017). Perancangan Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia sebagai Media Pembelajaran Ejaan di Sekolah.
Jurnal Desain . 4 (2): 92-99.
Arsyad, A. (2014). Media Pembelajaran.
Jakarta: Rajawali Pres. Asyhari, A. & Helda, S. (2016).
Pengembangan Media Pembelajaran Berupa Buletin dalam Bentuk Buku Saku untuk Pembelajaran IPA Terpadu.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al- BiRuNi . 5 (1): 1-13.
Pres. Sanjaya, W. (2014). Media Komunikasi Pembelajaran . Jakarta: Kencana. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta. Sulistyani, N.H.D., Jamzuri, & Raharjo, D. T.
(2013). Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Menggunakan Media Pocket Book dan Tanpa Pocket Book pada Materi Kinematika Gerak Melingkar Kelas X. Jurnal Pendidikan Fisika. 1 (1): 164-172. Wicaksono, L. (2016). Bahasa dalam
Komunikasi Pembelajaran. Jurnal
Pembelajaran Prospektif . 1 (2): 9-19.
Yazid, K., Susantini, E., & Fitrihidajati, H.(2016). Validitas Buku Saku Materi Ekologi untuk Siswa Kelas X SMA.
BioEdu . 5 (3): 390-396.