1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS FABEL MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING SMP NEGERI 8 PONTIANAK

  

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS FABEL

MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING

SMP NEGERI 8 PONTIANAK

Filma, Martono, Syambasril

  

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak

E-mail

  

Abstract

This research is motivated by the result of observation which states the lack of writing

ability in writing aspect. This is due to several factors one of which is the lack of student

interest in writing skills, making it difficult to pour ideas of students. The problem of this

study is how the process of learning, activity and motivation of students, and the results of

learning discovery learning in students of class VII F SMP Negeri 8 Pontianak?

This study was conducted in two cycles. Each cycle consists of planning, acting,

observation, and reflecting. The research method used is descriptive method, the research

form is qualitative, the research procedure is classroom action research (PTK). Data were

taken using test and non test instrument. The data collection tools used are the

observation sheet, motivation questionnaire, and the learning result test.

  

The results showed that the discovery learning method can improve the learning result of

writing fable text on the students of class VII F SMP Negeri 8 Pontianak. It was found

that: (1) learning process of writing fable text using discovery learning method has

increased. (2) activity and motivation of student in learning to write text of fable by using

discovery learning method each cycle better. (3) learning outcomes are also increasing.

This is seen in the average of each cycle, in cycle 1 average 73.96, cycle 2 increased to

85.68. (4) students' attitudes following learning improved greatly.

  Keywords: Writing skill, Text Fable, Discovery Learning Method.

  PENDAHULUAN

  Menulis merupakan satu di antara keterampilan berbahasa selain mendengarkan, berbicara, dan membaca. Keempat keterampilan tersebut merupakan keterampilan yang saling berhubungan. Menulis berfungsi sebagai alat menyampaikan pesan, pikiran dan perasaan. Alatnya adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana.

  Keterampilan menulis ditentukan oleh kemahiran seseorang menuangkan ide atau gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Keterampilan ini di antaranya menggunakan kaidah-kaidah dan tata cara menulis yang baik, memilih dan menyusun kata dan kalimat agar tidak terjadi kerancuan, sehingga apa yang dimaksudkan penulis dapat dimengerti oleh pembaca dengan baik.

  Penjelasan tersebut dipertegas oleh Tarigan (2008:4) yang mengatakan bahwa dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Menurut Semi (2007:14), menulis memerlukan proses untuk dapat terampil menulis. Kebiasaan seperti latihan dan praktik secara teratur dibutuhkan dalam menulis agar mampu menghasilkan karangan yang baik. Setiap orang memiliki keterampilan menulis yang berdeda-beda. Beberapa orang ada yang mudah dalam memunculkan ide, gagasan, dan

  Kurangnya minat siswa dalam menulis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya rasa malas siswa untuk menulis, malas untuk menuangkan ide yang ada dalam pikirannya, serta kurang rasa peka terhadap berbagai masalah yang terjadi di sekitar mereka. Perhatian siswa terhadap lingkungan bisa dijadikan alasan untuk menulis.Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa peranan guru sangatlah penting. Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang suatu pembelajaran menulis terutama menyangkut strategi, metode, dan pendekatan yang digunakan.

  Mengingat masih kurangnya minat siswa dalam menulis maka guru perlu membiasakan siswa terampil dalam menulis. Misalnya dengan cara latihan, pembinaan, dan pengembangan terhadap keterampilan menulis. Keberhasilan dan kemampuan menulis dapat diperoleh dengan latihan-latihan yang dilakukan secara terus menerus yaitu melalui pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

  Satu di antara karangan atau teks yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa adalah teks fabel. Menulis teks fabel selain sebagai keterampilan yang harus dipelajari atau dipahami, teks fabel juga bermanfaat untuk siswa karena teks fabel ini mengandung unsur-unsur kejadian sejarah, nilai-nilai moral, nilai-nilai keagamaan, adat istiadat yang mereka mempunyai sifat jujur, sopan, pintar, dan senang bersahabat, serta melakukan perbuatan terpuji. Mereka juga ada yang berkarakter licik, sombong, suka menipu, ingin menang sendiri dan lain sebagainya, yang menjadikan contoh atau panutan siswa menjadi orang yang baik dan bersikap terpuji.

  Alasan peneliti memilih teks fabel adalah cerita fabel merupakan karya sastra yang disebarkan secara lisan yang mengajarkan nilai- nilai moral. Nilai moral contohnya berkaitan dengan sikap moral seseorang seperti perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, jujur, ramah, dan lain-lain. Nilai moral inilah yang dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup yang biasa dijumpai pada kehidupan sehari-hari, sehingga teks fabel yang diterapkan bermanfaat bagi siswa. Selain dapat meningkatkan nilai moral, juga dapat meningkatkan nilai-nilai lainnya, seperti nilai sosial, niali religius, dan lain sebagainya.

  Pada dasarnya keberhasilan siswa dalam sebuah pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru yang mengajar karena guru merupakan komponen yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar tersebut. Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi dinamis antara kegiatan belajar mengajar guru memerlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran.

  Satu diantara metode pembelajaran yang tepat diharapkan kemampuan siswa menulis teks fabel siswa meningkat. Metode pembelajaran yang penelitianggap tepat untuk meningkatkan kemampuan menulis teks fabel adalah metode pembelajaran penemuan (Discovery Learning).

  Discovery learning mempunyai prinsip yang

  sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem

  Solving . Tidak ada perbedaan yang prinsip pada

  ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru.

  Metode dalam penelitian ini, guru menggunakan metode discovery learning sebagai metode untuk mengajar teks fabel kepada siswa. Metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. Selain itu, metode ini menimbulkan rasa senang kepada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. Metode ini juga memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri dan menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

  Metode pembelajaran discovery learning ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan- kelebihannya yaitu: (1) dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik, (2) membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar baru, (3) mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja keras atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka, (4) mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri, (5) memberikepuasan yang bersifat intrinsik, (6) situasi proses belajar menjadi lebih meransang, (7) dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu, (8) memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri, (9) siswa dapat menghindari cara- cara belajar tradisional, dan (10) dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya, sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

METODE PENELITIAN

  Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan hal yang telah terjadi. Menurut Kunandar (2013:71), perencanaan PTK hendaknya disusun berdasarkan kepada hasil pengamatan awalyang refleksif. Dari hasil penelitian tersebut akan mendapatkan gambaran umum tentang masalah yang ada. Kemudian, bersama teman kolaboratif penelitian dicurahkan kepada perilaku guru yang terkait dengan upaya membantu siswa mengembangkan keterampilan menulis teks fabel selama proses pembelajaran.

  Kelemahan dan kendala yang dihadapi oleh

  discovery learning. Hasil pengamatan direkam dalam lembar observasi yang telah disiapkan.

  Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan pengamatan berdasarkan kesesuaian antara RPP dengan implementasi tindakan, respon dan perilaku siswa selama proses pembelajaran, perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung, dan aktivitas pembelajaran dengan menggunakan metode

  Tahap Pengamatan/Observasi

  Pelaksanaan tindakan pada tiap siklus sesuai dengan perencanaan yang direncakan, yaitu: tahap tindakan yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

  Tahap Pelaksanaan

  Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu yang mengungkapkan, menggambarkan, mendeskripsikan, menguraikan, dan memecahkan objek penelitian. Metode penelitian adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (Juliansyah Noor, 2011:254). Selanjutnya Nawawi (2012:67), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Berdasarkan pendapat di atas melalui metode deskriptif, peneliti berusaha untuk memberikan gambaran nyata yang terjadi di lapangan, mengenai proses pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas VIIF SMP N 8 Pontianak. Metode ini digunakan untuk mengungkapkan keadaan yang sebenarnya tentang peningkatan kemampuan menulis teks fabel.

  Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.Sesuai dengan metode yang dipilih yaitu metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2011:8) penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondidi yang alamiah (natural setting). Selanjutnya Sugiyono (2011:223) mengatakan bahwa dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah menjadi fokus penelitiannya menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour guestion, tahap

  Adapun rincian setiap tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

  2014:2 —3). Penelitian tindakan kelas ini akan menggunakan beberapa siklus sampai mendapat hasil yang maksimal. Apabila siklus pertama tidak berhasil maka dilanjutkan siklus kedua.

  penelitian, tindakan, dan kelas (Arikunto dkk

  Prosedur penelitian ini menggunakan prosedur tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan PTK ini dilaksanakan secara kolaboratif. Artinya, peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Bentuk penelitian ini ada tiga kata yaitu

  Tempat dan waktu penelitian ini akan dilaksanakan terhadap siswa kelas VIIF SMP Negeri 8 Pontianak. Dilaksanakan pada tahun pembelajaran 2017/2018. Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIIF yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan dengan jumlah 28 siswa.

  focused and selection , melakukan pengumpulan data, analisis, dan membuat kesimpulan.

  Menyusun Rencana Tindakan (Perencanaan) siswa dalam menulis teks fabel dengan model pembelajaran metode discovery learning diamati dengan alat pengamatan yaitu berupa lembar pengamatan.

  Tahap Refleksi

  Refleksi dilakukan peneliti dengan Ibu Suprapti. Pada tahap ini peneliti berdiskusi dengan kolaborator untuk mengevaluasi hasil pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran. Masalah-masalah yang ditemukan dari pengamatan direnungkan dan diperbaiki oleh peneliti sebagai kolaborator, peneliti sebagai pengamat. Hasil dari diskusi akan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan pembelajaran di siklus berikutnya. Bagian yang kurang diperbaiki atau ditambah dan yang bagus tetap dipertahankan.

  Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar dan siswa kelas VII F SMP Negeri 8 Pontianak tahun ajaran 2017/2018 dan siswa yang terdiri dari 28 siswa, yaitu 14 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Wiriatmatmadja (2009:121) menyatakan bahwa dokumen termasuk sebagai sumber data. Data dalam penelitian ini mencakup temuan selama proses pembelajaran berlangsung, angket motivasi, dan hasil pembelajaran, aktifitas guru dalam pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan metode

  discovery learning yang melalui pengamatan

  dan catatan lapangan, aktifitas siswa dalam pembelajaran menulis teks fabel melalui pengamatan dan catatan lapangan, angket motivasi siswa dalam proses pembelajaran, dan nilai hasil pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan metode discovery

  learning pada siswa kelas VII F SMP Negeri 8 Pontianak tahun ajaran 2017/2018.

  Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah (1) Teknik tes Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes akhir. Hasil tes siklus I dijadikan acuan dalam melakukan perbaikan tindakan kelas siklus II. Siklus 1 ini dijadikan sebagai tolok ukur peningkatan keberhasilan siswa dalam menulis teks fabel setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning. Tes menulis teks fabel ini berupa lembar tugas individu yang berisi perintah kepada siswa untuk menulis teks fabel. (2) Teknik Non tes yaitu (a) Observasi, Keraf (1994:162) mengatakan bahwa observasi adalah pengamatan langsung kepada suatu objek penelitian. Observasi dapat dilakukan melalui pengumpulan data yang bertujuan mendapatkan gambaran objek penelitian. Observasi juga dapat dilakukan setelah pengumpulan data untuk mengecek sampai di mana kebenaran data dan informasi yang telah dikumpulkan.

  Observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung di kelas, sehingga peneliti dapat memantau siswa dan guru dalam proses pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan metode discovery learning. (b) Studi dokumenter dengan pengambilan data yang berupa foto dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar pada masing-masing siklus tetap mengacu pada tiga kegiatan sebagai berikut: (1) saat awal pembelajaran yaitu guru melakukan stimulasi- respon terhadap siswa, (2) ketika siswa menganalisis metode pembelajaran dan ketika siswa melakukan interaksi dengan temanya, dan (3) ketika siswa melakukan aktivitas menulis teks fabel. (c) Angket dengan cara menganalisis dan mengolah angket digunakan dengan presentase. Angket motivasi belajar siswa dilakukan untuk mengukur motivasi atau minat siswa terhadap keingintahuan suatu materi, semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, dan semangat siswa untuk menyelesaikan tugas atau latihan. Alat Pengumpulan Data

  Menurut Trinto (2011:55) “Jenis instrument harus sesuai dengan karekteristik variabl”. Jadi, instrument (alat pengumpul data) yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan dan tes hasil belajar yang meliputi hal-hal berikut ini (1) Lembaran observasi pelaksanaan pembelajaran menulis teks fabel menggunakan metode discovery

  learning . (2) Lembar angket motivasi siswa

  dalam pembelajaran menulis teks fabel. (3) Tes hasil belajar menulis teks fabel melalui metode

  discovery learning pada siswa kelas VII F SMP

  Negeri 8 Pontianak tahun ajaran 2017/2018 yang dengan menggunakan tes uraian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan model discovery learning dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II masing-masing dilaksanakan dalam dua pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Adapun indikator pencapaian dalam penelitian ini meliputi, peningkatan proses pembelajaran, aktifitas dan motivasi siswa, dan hasil pembelajaran yang dapat dilihat dari peningkatan keterampilan menulis teks fabel. Berikut pemaparan masing-masing siklus dalam penelitian ini.

  Hasil Tindakan Siklus I

  Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang berkelanjutan, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Sesuai dengan langkah- langkah penelitian tindakan kelas, masing- masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Perencanaan tindakan (planning); (2) Pelaksanaan tindakan (acting); (3) Pengamatan (observing); dan (4) Refleksi (reflecting).

  Perencanaan tindakan (planning) guru bersama peneliti berdiskusi merencanakan tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya keaktifan, motivasi, dan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis teks fabel. Pada tahap ini, guru menyusun RPP berdasarkan silabus yang telah ditetapkan dan disesuaikan dengan kebutuhan sekolah. Pada pertemuan pertama, pembelajaran menulis teks fable difokuskan pada kegiatan belajar kelompok. Siswa bersama-sama dalam sebuah kelompok belajar menganalisis gambar, kemudian mengerjakan tugas lisan secara individu yang terkait dengan pemahaman materi teks fabel. Pada pertemuan kedua, siswa secara mandiri membuat tema berdasarkan gambar yang telah diberi, kemudian membuat kerangka teks fabel. Kerangka tersebut kemudian dikembangkan menjadi teks fabel yang utuh sesuai dengan kaidah dan struktur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan pada siklus I ini.

  Pelaksanaan tindakan (acting) ini diterapkan model discovery learning yang terdiri dari lima tahap, yaitu stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), problem

  statement (pernyataan/identifikasi masalah),

  data collection (pengumpulan data), data

  processing (pengolahan data), dan verificaton (pembuktian).

  Pengamatan (observing) fokus pengamatan adalah kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis teks fable dengan menerapkan model discovery learning yang meliputi tiga aspek, yaitu: (1) Kinerja guru; (2) Kinerja siswa; dan (3) Keterampilan siswa menulis teks fabel. Keterampilan siswa menulis teks fabel pada siklus i dengan hasil penilaian terhadap keterampilan menulis teks fabel pada siklus I, dapat diketahui nilai rerata keterampilan menulis teks cerita fiksi siswa adalah 73,96, dengan ketuntasan sebesar 75 %. Adapun nilai tertinggi pada siklus I, yaitu 98, dan nilai terendah 40. Secara ringkas hasil distribusi frekuensi nilai keterampilan menulis teks fabel pada siklus I.

  Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa: (1) siswa yang memperoleh nilai 39-44 sebanyak 1 siswa (3,57%); (2) siswa yang memperoleh nilai 45-50 sebanyak 1 siswa (3,57%); (3) siswa yang memperoleh nilai 51-56 sebanyak 1 siswa (3,57%); (4) siswa yang memperoleh nilai 57-62 tidak ada (0%); (5) siswa yang memperoleh nilai 63-68 sebanyak 4 siswa (14,29%); (6) siswa yang memperoleh nilai 69-74 tidak ada (0%); (7) siswa yang memperoleh nilai 75-80 sebanyak 9 siswa (32,14%); (8) siswa yang memperoleh nilai 81-86 sebanyak 6 siswa (21,43%); (8) siswa yang memperoleh nilai 87-92sebanyak 4 siswa (14,29%); dan ( 28 siswa yang memperoleh nilai 93-98 sebanyak 2 siswa (7,14%).

  Berikut hasil pengelompokan nilai keterampilan menulis teks fabel pada siklus I yang disajikan dalam bentuk Gambar 1 berikut ini.

  Tabel 1. Nilai Keterampilan Menulis Teks Fabel Siklus I Interval Siswa Persentase (%)

  39-44 1 3.57% 45-50 1 3.57% 51-56 1 3.57% 57-62

  0% 63-68 4 14.29% 69-74

  0% 75-80 9 32.14% 81-86 6 21.43% 87-92 4 14.29% 93-98 2 7.14%

  Jumlah

28 100%

Grafik 1. Nilai Keterampilan Menulis Teks Fabel pada Siklus I

  32.14

  35

  30

  21.43

  25

  20

  14.29

  14.29

  15

  9

  6

  7.14

  10

  4

  4

  3.57

  3.57

  3.57

  2

  1

  1

  1

  5

39-44 45-50 51-56 57-62 63-68 67-74 75-80 81-86 87-92 93-98

Frekuensi siswa

  Refleksi (reflecting) nilai keterampilan sebesar 75% dengan jumlah siswa yang tuntas menulis teks fabel siswa pada siklus I sebanyak 21 siswa, sedangkan yang belum menunjukan peningkatan. Dari data nilai tuntas ada 7 siswa atau 25%. Secara rinci keterampilan menulis teks cerita fiksi pada ketuntasan nilai keterampilan menulis teks fabel siklus I diperoleh persentase ketuntasan belajar siklus I dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

  25% Tuntas Belum Tuntas 75%

  Grafik 2. Kekuntasan Nilai Keterampilan Menulis Teks Fabel pada Siklus I

  Hasil Tindakan Siklus II

  Perencanaan tindakan ini, guru menyusun RPP keterampilan menulis teks fable menerapkan model discovery learning .

  Pembelajaran menulis teks fabel dengan model

  discovery learning akan dilaksanakan dengan

  langkah-langkah sebagai berikut. Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran difokuskan pada penyampaian materi tentang ciri kebahasaan teks fabel, langkah-langkah membuat kerangka dan teks fabel yang baik, serta materi tentang ejaan dan tanda baca. Pada pertemuan kedua, guru tidak membagi kelas dalam kelompok diskusi. Siswa secara mandiri membuat tema berdasarkan gambar yang dibagu untuk kemudian membuat kerangka teks fabel. Kerangka tersebut kemudian dikembangkan menjadi teks cerita fabel yang sesuai dengan struktur dan kaidah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan pada siklus II ini.

  Pelaksanaan tindakan ini guru menerapkan model discovery learning yang terdiri dari lima tahap, yaitu (1) stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), (2) problem

  statement (pernyataan/identifikasi masalah),

  (3) data collection (pengumpulan data), (4) data processing (pengolahan data), dan (5)

  verificaton (pembuktian). Langkah-langkah

  pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II pertemuan pertama adalah sebagai berikut.

  Tahap stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Pada tahap ini guru menyajikan gambar Tahap problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan materi pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

  Tahap data collection (pengumpulan data), yaitu pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis.

  Tahap data processing (pengolahan data), yaitu tahap pengolahan data dan informasi yang telah diperoleh peserta didik melalui buku, artikel, internet, dan sumber lain yang relevan, kemudian ditafsirkan.

  Tahap verification (pembuktian), pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing.

  Tahap generalization (menarik kesimpulan/generalisasi), yaitu proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.

  Pengamatan adalah kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis teks fabel dengan menerapkan model discovery learning yang meliputi tiga aspek, yaitu: (1) Kinerja guru; (2) Kinerja siswa; dan (3) Keterampilan siswa menulis teks fabel. Keterampilan Siswa Menulis Teks Fabel. Berdasarkan hasil penilaian terhadap keterampilan menulis teks fabel pada siklus II, dapat diketahui nilai rerata keterampilan menulis teks fabel siswa adalah 85.68, dengan ketuntasan sebesar 89,28%. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 99, sementara nilai terendahnya, yaitu 70. Dari 28 siswa, 25 diantaranya atau 89% sudah tuntas belajar. Sementara 3 siswa atau 11% masih belum tuntas. Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan pembelajaran menulis teks fabel pada siswa kelas VII F SMP Negeri 8 sudah tergolong tuntas, karena lebih dari 75%. Secara ringkas hasil distribusi frekuensi nilai keterampilan menulis teks fabel pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.

  

Tabel 2. Nilai Keterampilan Menulis Teks Cerita Fiksi pada Siklus II

Interval Siswa Persentase (%)

69-74

  17.86

  

7

  5

  8

  10.71

  17.86

  25

  28.57

  3

  5

  10

  15

  20

  25

  30

67-74 75-80 81-86 87-92 93-98

  5

  mengubah pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Adapun persentase ketuntasan siswa dalam pembelajaran menulis teks fabel disajikan dalam bentuk diagram lingkaran seperti pada Gambar 2 berikut ini.

  3 10.71%

  93-98

  75-80

  5 17.86%

  81-86

  7 25%

  87-92

  5 17.86%

  8 28.57%

  discovery learning

  Jumlah

  28 100% Tabel 2 di atas menunjukan bahwa: (1) siswa yang memperoleh nilai 69-74 sebanyak

  3 siswa (10,71%); (2) siswa yang memperoleh nilai 75-80 sebanyak 5 siswa (17,86%); (3) siswa yang memperoleh nilai 81-86 sebanyak 7 siswa (25%); (4) siswa yang memperoleh nilai 87-92 sebanyak 5 siswa (17.86%); dan (28 siswa yang memperoleh nilai 93-98 sebanyak 8 siswa (28,57%). Berikut hasil pengelompokan nilai keterampilan menulis teks fabel pada siklus II yang disajikan dalam bentuk Gambar 2 berikut ini.

  

Gambar 2. Nilai Keterampilan Menulis Teks Fabel pada Siklus II

  Refleksi, berdasarkan Gambar 2 di atas diketahui bahwa ketuntasan keterampilan menulis teks fabel mencapai 89% atau sebanyak 25 siswa telah tuntas. Nilai ketuntasan tersebut tergolong baik karena sudah melampaui indikator ketuntasan belajar, yaitu lebih dari 75%. Namun, masih ada 11% atau sebanyak 3 siswa yang belum tuntas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis pada siklus I dan siklus II dapat dikemukakan bahwa pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan model discovery

  learning pada siswa kelas VII F SMP Negeri 8

  Pontianak mengalami peningkatan. Hal ini searah dengan pendapat Abidin (2014:175) menyatakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehingga menuntut siswa menyikapkan beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut.. Dengan kata lain, model

  

Frekuensi siswa

  

Grafik 2. Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Teks Fabel pada Siklus II

  Siklus 1

  —100 sebanyak 21 siswa atau 75%. Tindakan siklus 2 menunjukkan siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar dengan nilai 75 —100 sebanyak 25 siswa atau 89,28%. Diketahui bahwa metode discvovery learning dapat meningkatkan nilai rarta-rata siswa secara individu dalam menulis teks fabel. Setelah diadakan tindakan pada tindakan siklus 1 nilai rata-rata siswa 73,96. Pada siklus 2 mengalami peningkatan 11,72 menjadi 85,68 ketuntasan dari siklus 1 juga mengalami peningkatan 14%.dari 75% menjadi 89.

  Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui, setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar dengan nilai 75

  

Sumber: hasil presentase nilai ketuntasan pembelajaran individu menulis teks fabel dengan menggunakan metode

discovery learning setelah tindakan yang diamati oleh peneliti dan kolaborator pada siswa kelas VII F tahun ajaran 2017/2018

  85,68 89%

  89,28% (25 siswa)

  28 10,72% (3 siswa)

  Siklus 2

  73,96 75%

  75% (21 siswa)

  28 25% (7 siswa)

  75 —100

  Berdasarkan Gambar 2 di atas dapat diketahui bahwa penerapan model discovery

  —74

  Tabel 3. Ketuntasan Siswa Dalam Pembelajaran Menulis Teks Fabel dengan Menggunakan Metode Discovery Learning pada Setiap Siklus Keterangan Jumlah Siswa Nilai Rata-Rata Kelas Ketuntasan Belajar

  yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Adapun persentase ketuntasan siswa dalam pembelajaran menulis teks fabel disajikan dalam bentuk tabel 3 berikut ini.

  discovery learning mengubah pembelajaran

  SMP Negeri 8 Pontianak tahun ajaran 2017/2018 mengalami peningkatan meliputi, (1) kinerja guru, (2) kinerja siswa, dan (3) keterampilan menulis teks fabel siswa. Abidin (2014:175) menyatakan model pembelajaran penemuan (discovery learning) didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila siswa disajikan materi pembelajaran yang masih bersifat belum tuntas atau belum lengkap sehingga menuntut siswa menyikapkan beberapa informasi yang diperlukan untuk melengkapi materi ajar tersebut. Dengan kata lain, model

  discovery learning pada siswa kelas VII F

  Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis pada prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dikemukakan bahwa pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan model

  keterampilan menulis teks fabel pada siswa kelas VII F SMP Negeri 8 pontianak.

  discovery learning dapat meningkatkan

  fabel siswa kelas VII F SMP Negeri 8 Pontianakselalu mengalami peningkatan pada setiap siklus. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai rerata kelas dan persentase ketuntasannya dalam pembelajaran menulis teks fabel. Berdasarkan data-data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model

  learning dalam pembelajaran menulis teks

  89% 11% Tuntas Belum Tuntas

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

  Simpulan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: (1) Proses pelaksanaan pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan metode

  discovery learning mengalami peningkatan

  sesudah diberi tindakan sebanyak 2 siklus. Siklus 1 sudah baik. Terbukti sebagaian besar pelaksaan pembelajaran yang dilakukan guru sudah sesuai dengan langkah-langkah dalam perencaan pembelajaran. Kekurangan guru kurang baik memberitahukan tentang kompetensi dasar, dan indikator pada pertemuan yang berlangsung, sehingga siswa menjadi bingung dan tidak menarik perhatian siswa dan guru tidak memberikan arahan untuk membaca materi teks fabel pada buku siswa. Pelaksaan pembelajaran siklus 2 sudah dilakukan dengan sangat baik. Hal ini terlihat pada sebagian besar aspek dalam pelaksanaan pembelajaran sudah mencapai kriteria sangat baik ; (2) Aktivitas dan motivasi siswa dalam pembelajaran menulis teks fabel dengan menggunakan metode discovery learning mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada Pada siklus 1, siswa yang sangat baik mengikuti pelajaran berjumlah 9 orang (32,15%), baik berjumlah 12 orang (42,85%), dan cukup baik berjumlah 7 orang (25%). Siklus 2 yang sangat baik berjumlah 18 orang (64,28%), baik berjumlah 8 orang (28,57%), dan cukup baik berjumlah 2 orang (7,14%). Hasil pembelajaran yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan, setelah tindakan sebanyak 2 siklus. Siklus 1 yang telah tuntas belajar berjumlah 21 orang (75%), siklus 2 meningkat 14,28%, siswa yang tuntas 25 orang (89,28%). Jelas terlihat bahwa siswa terhadap materi pembelajaran menujukan peningkatan.Nilai rata-rata yang diperoleh siswa juga mengalami peningkatan pada tiap siklus. Siklus 1 rata-rata 73,96, siklus 2 meningkat 11,22 dengan nilai rata-rata 85,68.

  SARAN Metode pembelajaran discovery learning dapat digunakan guru mata pelajaran bahasa

  Indonesia dalam meningkatkan kemampuan menulis teks fabel. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru harus mengikuti langkah- langkah pembelajaran dengan metode tersebut. Metode pembelajaran discovery learning pada prinsipnya sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran dengan metode tersebut.

  Siswa sebaiknya dapat bekerja sama menyatakan gagasan/ide, menghargai pendapat teman, dan menunjukkan sikap aktif dalam proses pembelajaran menggunakan metode discovery learning atas prestasi belajarnya dapat meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, Suharsimi dkk..2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Juliansyah, Noor. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi Dan Tesis Bisnis Karya Ilmiah.

  Cetakan kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media. Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa Indah. Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian

  Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

  Munthe, Bermawy. 2009. Desaian

  Bandung: Rafika Aditama.

  Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian

  Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Prees.

  Semi, Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan

  (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta.

  Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai

  Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

  Trianto. (2013). Mendesain Model

  Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  Jakarta: Kencana Prenada Media Group

  Abidin, Yunus. 2014. Desain Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.

  Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.