MIXED EVENT CODE IN LEARNING INDONESIAN CLASS X SMK N 1 PITY BANTUL ACADEMIC YEAR 2014-2015

PERISTIWA CAMPUR KODEDALAM PEMBELAJARAN BAHASA

  INDONESIASISWA KELAS X SMK N 1 KASIHAN BANTUL TAHUN AJARAN 2014-2015 MIXED EVENT CODE IN LEARNING INDONESIAN CLASS X SMK N 1 PITY BANTUL ACADEMIC YEAR 2014-2015

  Desy Rufaidah

  Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

  ABSTRACT  

   

  This study aims to describe and explain the form and factor that cause code-mixing in the speaking skill of Indonesian in class X of SMK N 1 Kasihan, Bantul. This research used spoken data taken from students’ utterances involving code-mixing in Indonesian class. The data was gained through non responsive and interview techniques. The data validation was done by using review technique to the key informant and data base construction. Meanwhile, this research applied an interactive analysis model in which the data was analyzed through substitution technique. Based on the analysis results, it is reported that the forms of code-mixing in the speaking skill of Indonesian in class X SMK N 1 Kasihan, Bantul are in forms of words, phrases, word repetition, and clauses. Meanwhile, the factors causing the code-mixing are role identification and variety identification.

  Keywords: code-mixing, role identification, variety identification

  bahasa Jawa atau bahasa Sunda (Chaer,

A. PENDAHULUAN 2010:114-115).

  Untuk berkomunikasi manusia Kondisi itu terjadi pada siswa kelas X membutuhkan bahasa. Melalui bahasa,

  SMK N 1 Kasihan Bantul. Siswa kelas X manusia dapat berinteraksi, dan SMK N 1 Kasihan Bantul memasukkan berkomunikasi sehingga dapat saling tukar bahasa daerah sebagai bahasa pertama ke pengalaman, dan pengetahuan. Dalam dalam tuturan bahasa Indonesia sebagai berkomunikasi menggunakan bahasa, bahasa kedua. Hal tersebut terjadi saat siswa seseorang terkadang menggunakan bahasa mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia lebih dari satu. pada Standar Kompetensi (SK)

  Hal tersebut dikarenakan adakalanya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia seseorang menguasai bahasa lebih dari satu. setara tingkat semenjana, Kompetensi Dasar

  Penguasaan bahasa lebih dari satu (KD) menggunakan kalimat yang baik, tepat, mengakibatkan pemasukkan unsur bahasa dan santun. lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan.

  Pada pembelajaran tersebut, guru Misalnya, bahasa daerah masuk ke dalam memberikan kesempatan kepada siswa untuk tuturan bahasa Indonesia. Akibatnya, akan berbicara. Tarigan (2013:16) mengatakan muncul satu ragam bahasa Indonesia yang berbicara adalah kemampuan mengucapkan kejawa-jawaan atau bahasa Indonesia yang bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk kesunda-sundaan jika bahasa daerahnya mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan

  134  

  135  

      136

  perasaan. Guru pun hendaknya membedakan antara berbicara dengan membaca nyaring. Abidin (2012:125) mengatakan jika membaca nyaring seorang pembaca hanya melisankan ide atau gagasan yang telah ada atau dibuat orang lain. Dalam kegiatan berbicara ide tersebut merupakan hasil pemikiran si pembicara tersebut.

  Namun, tidak semua siswa dapat menyampaikan pikiran, dan perasaan secara lisan dengan baik. Oleh karena itu, guru hendaknya membantu dan memberi kesempatan siswa tersebut untuk berbicara, diberi penguatan, dan terus dipantau perkembangannya. Dalam berbicara, adakalanya siswa memasukkan unsur bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia yang sedang digunakkan sehingga terjadi peristiwa campur kode.

  Dalam penelitian ini, peristiwa tersebut diteliti dengan teori sosiolinguistik. Nababan (1991:2) menyatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial). Campur kode merupakan salah satu variasi bahasa.

  Campur kode terjadi saat mencampurkan unsur suatu bahasa ke dalam bahasa yang sedang digunakan. Di dalam campur kode, ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode (Chaer, 2010:114). Saddhono (2013:76) mengemukakan bahwa latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe, yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap (attitudival type) dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan (linguistic type). Lebih lanjut Suwito menjelaskan bahwa penyebab terjadinya campur kode, yaitu (1) identifikasi peranan, sebagai ukurannya adalah sosial, registral, dan edukasional, (2) identifikasi ragam, sebagai ukurannya ditentukan oleh bahasa di mana seseorang penutur melakukan campur kode yang akan menempatkan dirinya di dalam hierarki status sosial, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan.

  

B. METODE PENELITIAN

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan, dan menjelaskan bentuk, dan faktor penyebab peristiwa campur kode pada siswa kelas X SMK N 1 Kasihan Bantul. Data penelitian ini berupa data lisan. Sumber data berasal dari bahasa lisan siswa kelas X SMK N1 Kasihan Bantul yang mengandung campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Data diperoleh dengan teknik simak bebas libat cakap, dan wawancara.

  Data yang telah diperoleh divalidasi dengan teknik reviu informan kunci dan penyusunan data base. Data dianalisis dengan model analisis interaktif yang meliputi reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi. Data dianalisis menggunakan teknik ganti. Sudaryanto (2015:59) mengatakan bahwa kegunaan teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau

  kategori unsur terganti atau unsur ginanti

  dengan unsur pengganti. Lebih lanjut dijelaskan jika hasil penggunaan teknik ganti ada dua kemungkinan, yaitu berupa tuturan yang dapat diterima (yang gramatikal) dan yang tidak (tidak gramatikal).

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

  (3) Di Pantai Kute saya hanya membeli minum dan duduk-duduk Berdasarkan analisis terhadap data setalah itu kami melanjutkan yang dikumpulkan dapat diketahui bahwa perjalanan ke Pantai Tanjung bentuk campur kode pada keterampilan Benoa, di sana banyak guguk. berbicara bahasa Indonesia siswa kelas X

  Kata guide pada tuturan (1) berkategori SMK N 1 Kasihan Bantul berupa kata, frasa, kata benda (nomina) dapat diganti kata ula, perulangan kata, dan bentuk baster. Peristiwa dan guguk, sebagai berikut. campur kode tersebut disebabkan faktor

  (1-a) Ula bilang dengan harga 50 ribu identifikasi peranan, dan identifikasi ragam. kita bisa liat keajaiban kalau kita

  Berikut ini dideskripsikan berbagai bentuk beruntung. dan faktor penyebab peristiwa campur kode

  (1-b) Guguk bilang dengan harga 50 pada keterampilan berbicara bahasa ribu kita bisa liat keajaiban kalau

  Indonesia siswa kelas X SMK N 1 Kasihan kita beruntung. Bantul.

  Kata ula, dan guguk dapat menggantikan

  Bentuk peristiwa campur kode pada guide menjadi tuturan (1-a), dan (1-b) keterampilan berbicara bahasa Indonesia

  sehingga kata-kata tersebut masuk dalam

  siswa kelas X SMK N 1 Kasihan Bantul

  kategori yang sama, yaitu kata benda

  Bentuk campur kode berupa kata

  (nomina). Namun, tuturan itu menjadi tidak Bentuk campur kode yang ditemukan dapat diterima (tidak gramatikal). Hal itu pada keterampilan berbicara bahasa dikarenakan guide menyatakan pelaku atau Indonesia siswa kelas X SMK N 1 Kasihan orang yang melakukan perbuatan atau Bantul. Penelitian Adnyani (2013) pun pekerjaan sedangkan ulo, dan guguk pelaku menemukan peristiwa campur kode terjadi

  (binatang) yang tidak dapat berbicara seperti pada siswa kelas VII SMP N 8 Denpasar manusia. Kata guide berasal dari bahasa berbentu campur kode berupa kata, frasa, dan Ingris berarti ‘pemandu’ masuk dalam idiom. Peristiwa campur kode dalam tuturan bahasa Indonesia sehingga tuturan di penelitian ini berupa kata mencakup kata atas terjadi campur kode. Hal tersebut pun benda, kata kerja, kata sifat, kata tugas, dan terjadi pada tuturan (2), dan (3) masuknya pronomina. Bentuk campur kode berupa kata unsur ula berarti ‘ula’ dan guguk berarti benda (nomina) sebanyak 15 data, kata kerja ‘anjing’ dari bahasa Jawa ke dalam tuturan

  (verba) sebanyak 18 data, kata sifat bahasa Indonesia. (adjektiva) sebanyak 9 data, kata tugas

  (4) Bis 2 diganti soalnya rusak sampai sebanyak 10 data mencakup konjungtor, pelabuhan pagi terus nyebrang. interjeksi, dan partikel penegas, dan

  (5) Sampai dermaga terus ke wisata pronomina sebanyak 3 data. Beberapa Tanah Lot, di sana liat-liat pure campur kode berupa kata benda, sebagai dan di jalan ada upacara Ngaben, berikut. kita ndelok. (1) Guide bilang dengan harga 50 ribu

  (6) Selesai shalat kita ngelakjadi tuku kita bisa liat keajaiban kalau kita wedang ronde sama Pak Abid beruntung. ditinggal. (2) Saya mengajak teman nonton ula,

  (7) Kita nyusul tapi sama petugas penjaganya mengguakan bahasa loket sudah telat setengah jam jadi Bali aku ora dong. ngga boleh masuk.

  136 137    

  (8) Di daerah Ngawi bus dua mogok, (12) Di acara kemah bakti budaya

  bannya itu njeblug eh kemarin kita ada acara unjuk bannyakempes terus ganti bus. prestasi kelas satu sebelum

  Kata nyebrang berupa kata kerja berangkat kemah kami sudah (verba) pada tuturan (4) dapat diganti ndelok, persiapan selama dua minggu tuku, nyusul, dan njeblug, sebagai berikut. fullpersiapan.

  (4-a) Bis 2 harus diganti soalnya rusak (13) Ketika sampai di lokasi, kami sampai pelabuhan pagi terus kecewa karena lokasi sempit,

  ndelok. panas, mbengi adem, panggung

  (4-b) Bis 2 harus diganti soalnya rusak kecil, cendik, rasanya pengen sampai pelabuhan pagi terus tuku. marah. (4-c) Bis 2 harus diganti soalnya rusak Kata pekok berkategori kata sifat sampai pelabuhan pagi terus (adjektival). Kata ngelak, jegeg, full, dan

  nyusul. cendik menggantikan kata pekok pada tuturan (4-d) Bis 2 harus diganti soalnya rusak (11) menjadi tuturan di bawah ini.

  sampai pelabuhan pagi terus (11-a) Meski sudah makan, kita masih njeblug. lapar jadi beli pop mi dan teh

  Kata ndelok, tuku, nyusul, dan njeblug tapi si Hana ngelak ngga bawa dapat menggantikan kata nyebrang menjadi duit jadi tak bayarin. tuturan (4-a), (4-b), (4-c), dan (4-d) sehingga (11-b) Meski sudah makan, kita masih termasuk dalam satu kategori yakni kata lapar jadi beli pop mi dan teh kerja (verba). Kata ndelok pada tuturan (4-a) tapi si Hana jegeg ngga bawa masih dapat diterima (gramatikal) karena duit jadi tak bayarin. penumpang bis 2 dapat ndelok berarti (11-c) Meski sudah makan, kita masih ‘melihat, melihat’ situasi dan kondisi lapar jadi beli pop mi dan teh pelabuhan sesampainya di pelabuhan dan tapi si Hana full ngga bawa duit

  tuku pada tuturan (4-b) berarti ‘beli, jadi tak bayarin.

  membeli’ barang yang ada di pelabuhan (11-d) Meski sudah makan, kita masih seperti makanan atau kacamata. Namun kata lapar jadi beli pop mi dan teh

  nyusul, dan njeblug tidak dapat diterima tapi si Hana cendik ngga bawa (tidak gramatikal). Unsur ndelok, tuku, duit jadi tak bayarin. nyusul,nyebrang, dan njeblug berasal dari Kata ngelak, jegeg, full, dan cendik

  bahasa Jawa masuk dalam tuturan bahasa menggantikan kata pekok menjadi tuturan Indonesia sehingga tuturan di atas mengalami (11-a), (11-b), (11-c), dan (11-d) sehingga campur kode. termasuk dalam satu kategori yakni kata sifat

  (adjektiva). Kata ngelak, pekok,dan jegeg (9) Selesai shalat kita ngelak jadi tuku wedang ronde sama Pak Abid berkategori kata sifat (adjektiva) pemeri sifat. ditinggal. Kata full, dan cendik berupa kata sifat

  (adjektiva) ukuran. Namun, hanya kata jegeg, (10) Cewe di sana biasa aja g jegeg ya. dan cendik yang dapat berterima

  (11) Meski sudah makan, kita masih lapar jadi beli pop mi dan teh tapi (gramatikal) saat menggantikan kata pekok si Hana pekok ngga bawa duit jadi pada tuturan (11). Masuknya unsur ngelak, tak bayarin. jegeg, full, pekok, dan cendik dari bahasa

  138     Jawa dan Inggris dalam tuturan bahasa malah yang berkategori kata seru (interjeksi) Indonesia sehingga tuturan di atas terjadi pada tuturan (16), sebagai berikut. campur kode. (16-a) Pagi-pagi saya berangkat dari rumah di jalan OMG macet.

  (14) Saya dengan teman-teman mengikuti upacara terus bar (16-b) Pagi-pagi saya berangkat dari

  kuwipersiapan untuk pentas. rumah di jalan amazing macet.

  (16-c) Pagi-pagi saya berangkat dari (15) Tenda sudah mau berdiri tetapi tiba-tiba ambruk karena tali yang rumah di jalan Alhamdulillah macet. di dalam putus njukdisambung. (16-d) Pagi-pagi saya berangkat dari Kata bar kuwi berkategori kata rumah di jalan MasyaAllah macet. sambung (konjungtor) dapat menggantikan

  Kata OMG, amazing, Alhamdulillah, kata njuk pada tuturan (15), sebagai berikut. dan masyaAllah dapat menggantikan kata

  (15-a) Tenda sudah mau berdiri tetapi

  malah pada tuturan (16) sehingga termasuk

  tiba-tiba ambruk karena tali yang dalam satu kategori, yaitu kata seru di dalam putus bar

  (interjeksi). Kata malah, dan OMG kuwidisambung. berkategori kata seru (interjeksi) kekesalan. Kata bar kuwi berarti ‘setelah itu’ dan Kata amazing berkategori kata seru

  njuk berarti ‘kemudian’ dapat saling (interjeksi) kekaguman. Kata Alhamdulillah menggantikan dan termasuk kategori kata berkategori kata seru (interjeksi) kesyukuran.

  sambung (konjungtor) subordinatif waktu. Kata masyaAllah berkategori kata seru Kata sambung bar kuwi dapat menggantikan (interjeksi) kekagetan. Kata OMG, amazing, kata njuk pada tuturan (15) tetapi tidak Alhamdulillah, dan masyaAllah dapat berterima (tidak gramatikal). Tuturan di atas menggantikan kata malah pada tuturan (16) terdapat peristiwa campur kode disebabkan dan berterima (gramatikal). Tuturan di atas masuknya unsur bar kuwi, dan njuk dari terdapat peristiwa campur kode disebabkan bahasa Jawa ke dalam tuturan bahasa masuknya unsur malah, OMG, amazing, Indonesia. Alhamdulillah dan masyaAllah dari bahasa

  Jawa, dan bahasa Inggris ke dalam tuturan (16) Pagi-pagi saya berangkat dari rumah di jalan malah macet. bahasa Indonesia.

  (17) Malam itu hujan, tenda kita (21) Kalau di sana bangunan lebih roboh, makanan basah OMG. banyak direnovasi sehingga lebih tua di sini jadi yo lebih klasik. (18) Saya makan dengan teman-teman pemandangannya amazing.

  (22) Di sana panas-panas to, ada yang main-main air, foto-foto. (19) Setelah itu kita melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Kata to dapat menggantikan kata yo yang

  Ketapang, Alhamdulillah kita berkategori partikel penegas pada tuturan langsung masuk tidak ngantri. (21), sebagai berikut.

  (21-a) Kalau di sana bangunan lebih (20) Kami pakai shuttle menuju Kute sampai Kute panasnya banyak direnovasi sehingga

  masyaAllah. lebih tua di sini jadi to lebih Kata OMG, amazing, Alhamdulillah, klasik.

  dan masyaAllah dapat menggantikan kata Kata to dapat menggantikan kata yo pada tuturan (21), hal itu berarti kata tersebut

  138 139     satu kategori tetapi tidak berterima (tidak (26) Saat pulang tidak seru jalannya gramatikal). Kata yo, dan to termasuk jelek, lewat kali asat dan sampai partikel penegas (dalam bahasa Jawa) sekolah jam setengah dua belas. berbentuk klitika dalam kalimat deklaratif.

  (27) Saya membawa alat mandi biar Masuknya unsur yo, dan to dari bahasa Jawa enggak basah saya cantolin paku ke dalam tuturan bahasa Indonesia tetapi pakune copot jadi alat mengakibatkan tuturan tersebut mengalami mandi dan celana saya basah. campur kode.

  (28) Setelah itu melanjutkan ke air suci, di sana dikasih air suci saya (23) Opo meneh yo? Kita ke Sangiran, masuk di parkiran. lihat yang di tempat uang 50.000-

  100.000 saya mau kesana waduh (24) Pagi hari bersih-bersih setelah itu kami upacara penutupan dan Dewi duite gede- gede.

  Sinta juara dua, sanggar saya, skor Kata Kaliurang hot, pakune copot, dan duite

  gede-gede dapat menggantikan kata kali asat piro? Kata opo dapat menggantikan kata piro yang pada tuturan (26), sebagai berikut.

  berkategori pronomina pada tuturan (23), (26-a) Saat pulang tidak seru jalannya sebagai berikut. jelek, lewat Kaliurang hot dan

  (23-a) Pagi hari bersih-bersih setelah sampai sekolah jam setengah itu kami upacara penutupan dan dua belas.

  Dewi Sinta juara dua, sanggar (26-b) Saat pulang tidak seru jalannya saya, skor opo? jelek, lewat pakune copot dan sampai sekolah jam setengah

  Kata opo dapat menggantikan kata piro dua belas. pada tuturan (23) menjadi (23-a) sehingga

  (26-c) Saat pulang tidak seru jalannya kata tersebut termasuk dalam satu kategori jelek, lewat duite gede-gede pronomina penanya karena menanyakan dan sampai sekolah jam suatu hal kepada lawan tutur. Namun, tidak setengah dua belas. berterima (tidak gramatikal). Hal itu

  Kata kali asat yang menjadi inti yakni disebabkan partikel piro menanyakan jumlah

  kali berupa nomina diikuti adjektiva. Oleh

  sedangkan partikel opo menanyakan barang, karena itu, Kali asat termasuk kategori frasa peristiwa. Tuturan di atas terdapat peristiwa nominal. Kata Kaliurang hot yang menjadi campur kode disebabkan masuknya unsur inti adalah Kaliurang berupa nomina diikuti

  opo dan opo dari bahasa Jawa ke dalam adjektiva sehingga berkategori frasa nominal.

  tuturan bahasa Indonesia.

  Kata pakune copot yang menjadi inti yakni

  Bentuk campur kode berupa frasa pakune berupa nomina diikuti verba sehingga

  Bentuk campur kode berupa frasa berkategori frasa nominal. Kata duite yang dalam keterampilan berbicara bahasa menjadi inti yakni duite berupa nomina Indonesia siswa kelas X SMK N 1 Kasihan diikuti adjektiva sehingga berkategori frasa Bantul berupa frasa nominal, verbal, dan nominal. Oleh karena itu, kata Kaliurang hot, adjektival.

  pakune copot, dan duite gede-gede termasuk

  (25) Di Bedugul kita hanya berfoto dalam satu kategori dengan kali asat yakni dan naik perahu bebek, Bedugul kategori frasa nominal. Namun, hanya itu tempat wisata macam danau

  Kaliurang hot yang dapat berterima seperti Kaliuranghot.

  140    

    141

  berupa pemendekan dari membakar berupa verba diikuti nomina sehingga termasuk frasa verbal. Kata mboten runtut yang menjadi inti yakni runtut berupa verba diawali pewatas depan mboten ‘tidak’ sehingga termasuk frasa verbal. Oleh karena itu, kata mbakar

  berarti ‘sulit diatur’ berupa adjketival pemeri sifat diawali pewatas rodo berarti ‘agak’ sehingga termasuk frasa adjektival. Oleh karena itu, kata ora dong, dan rodo rewel satu kategori dengan kata rodo ganteng yakni kategori frasa adjektival dan dapat diterima (gramatikal). Tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode disebabkan masuknya unsur ora dong, rodo rewel dan rodo ganteng dari bahasa Jawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia.

  rodo rewel yang menjadi inti yakni rewel

  Kata rodo ganteng yang menjadi inti yakni ganteng berupa adjketival pemeri sifat yang diawali dengan pewatas rodo berarti ‘agak’ sehingga termasuk frasa adjektival. Kata ora dong yang menjadi inti yakni dong berarti ‘paham’ berupa adjektiva pemeri sifat diawali dengan pewatas ora berarti ‘tidak’ sehingga termasuk frasa adjektival. Kata

  (35-b) Di Bali kami dipandu Beli Bale, belinya rodo rewel dan tidak bisa ngomong /r/.

  (35-a) Di Bali kami dipandu Beli Bale, belinya ora dong dan tidak bisa ngomong /r/.

  (33) Saya mengajak teman nonton ula, penjaganya mengguakan bahasa Bali aku ora dong. (34) Bus 2 itu rodorewel karena saat makan banyak yang sambat. (35) Di Bali kami dipandu Beli Bale, belinya rodo ganteng dan tidak bisa ngomong /r/. Kata ora dong, dan rodo rewel dapat menggantikan kata rodo ganteng pada tuturan (35), sebagai berikut.

  tuturan bahasa Indonesia.

  mayat, mboten runtut, ngapalin rego, dan mbangun tenda dari bahasa Jawa ke dalam

  Tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode disebabkan masuknya unsur mbakar

  tenda yakni kategori frasa verbal. Namun, tidak dapat berterima (tidak gramatikal).

  termasuk satu kategori dengan mbangun

  mayat, mboten runtut, dan ngapalin rego

  mayat yang menjadi inti yakni mbakar

  (gramatikal) menggantikan kata kali asat pada tuturan (26) sedangkan pakune copot, dan duite gede-gede tidak berterima. Tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode disebabkan masuknya unsur Kaliurang hot,

  sehingga termasuk frasa verbal. Kata mbakar

  membangun berupa verba diikuti nomina

  (32-a) Sampai di sana panas, kami mbakar mayat. (32-b) Sampai di sana panas, kami mboten runtut. (32-c) Sampai di sana panas, kami ngapalin rego. Kata mbangun tenda yang menjadi inti yakni mbangun berupa pemendekan dari

  mbangun tenda pada tuturan (32), sebagai berikut.

  Kata mbakar mayat, mboten runtut, dan ngapalin rego, dapat menggantikan kata

  mbanguntenda

  (32) Sampai di sana panas, kami

  ngapalinrego.

  (30) Mboten runtut tidak apa-apa kan pak? (31) Di sana ada serba 50-rb seperti jam, tas kita cuma

  mayat.

  (29) Biaya Ngaben sangat mahal padahal cuma buat mbakar

  dari bahasa Jawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia.

  kali asat, pakune copot dan duite gede-gede

  Bentuk campur kode berupa perulangan kata   140 Bentuk campur kode berupa kata gojek-gojek yakni kategori verba dasar perulangan kata dalam keterampilan yang diulang. berbicara bahasa Indonesia siswa kelas X Kata keblasuk-blasuk berasal dari kata SMK N 1 Kasihan Bantul mencakup dasar blasuk yang berarti ‘sesat’ berupa perulangan kata dasar, kata berimbuhan, dan adjektiva mendapat imbuhan. Oleh karena berubah bunyi. itu, kata keblasuk-blasuk berasal dari kata dasar blasuk yang mendapat imbuhan dan

  (36) Di bis alhamdulillah yang mabuk cuma sediki, banyak pengulangan kata dasar. Kata disombang- anak yang main musik, ngga sambung berasal dari kata dasar sambung banyak istirahat, banyak gojek- berupa verba yang diulang. Pengulanga

  gojek, pak. dilakukan dengan mengulang kata dasar yang

  diubah vokal awal ditambah dengan (37) Ternyata sopirnya tidak tahu jalan sehingga keblasuk-blasuk. imbuhan. Tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode disebabkan masuknya unsur

  (38) Kami pikir out bondnya seru ada njebur-njebur, flyng fox gojek-gojek, keblasuk-blasuk, njebur-njebur, ternyata cuma suruh jalan. disombang-sambung dan shoping-shoping dari bahasa Jawa, dan bahasa Inggris ke

  (39) Kita banyak menghabiskan patok, tali dan tali itu dalam tuturan bahasa Indonesia.

  disombang-sambung. Bentuk campur kode berupa baster

  Bentuk baster yang terjadi pada (40) Di sana saya diajak jalan ke

  Ancol, salon pokoknya jalan- keterampilan berbicara siswa kelas X SMK jalan, shoping-shoping keliling N 1 Kasihan Bantul pada proses Jakarta. pembelajaran berpola kata dasar (bahasa Kata njebur-njebur, shoping-shoping Jawa) + akhiran (-an), sebagai berikut. dapat menggantikan kata gojek-gojek pada

  (41) Kita lanjutin perjalanan, sempat tuturan (36), sebagai berikut. ganti sopir dan kalau ada (36-a) Di bis bis alhamdulillah yang jeblokan bablas aja jadi tidurnya mabuk cuma sediki, banyak ngga enak banget. anak yang main musik, ngga

  (42) Malam hari saya dan Ismi banyak istirahat, banyak njebur- nggodog wedang, setelah

  njebur, pak. selesai anglo mau disuntak

  (36-b) Di bis bis alhamdulillah yang antisipasi biar tidak kobongan mabuk cuma sediki, banyak (kebakaran) ya kebakaranmalah anak yang main musik, ngga arengnya jatuh. banyak istirahat, banyak Kata jeblokan dapat menggantikan kata

  shoping-shoping, pak. kobongan pada tuturan (42), sebagai Kata gojek berarti ‘bercanda’ berupa berikut.

  verba yang diulang. Kata njebur berarti (42-a) Malam hari saya dan Ismi ‘mencebur’ berupa verba yang diulang. Kata nggodog wedang, setelah

  Shoping berarti ‘berbelanja’ berupa verba selesai anglo mau disuntak

  yang diulang. Oleh karena itu, kata njebur- antisipasi biar tidak

  njebur, shoping-shoping satu kategori dengan jeblokan(kebakaran) ya kebakaranmalah arengnya jatuh.

  142    

    143

  Kata kobongan berarti ‘kebakaran’ berupa kata benda (nomina). Kata jeblokan berarti ‘lubang’ berupa kata benda (nomina). Oleh karena itu, kata jeblokan satu kategori dengan kata kobongan yakni kategori kata benda (nomina) tetapi tidak berterima (tidak gramatikal). Tuturan di atas terdapat peristiwa campur kode disebabkan masuknya unsur jeblokan dan kobongan dari bahasa Jawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia.

  Faktor penyebab peristiwa campur kode pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia kelas X SMK N 1 Kasihan Bantul

  Dari hasil wawancara ada dua faktor penyebab peristiwa campur kode pada keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa kelas X SMK N 1 Kasihan Bantul, yaitu identifikasi peranan, dan identifikasi ragam. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ulfiyani (2014:98) bahwa faktor penyebab campur kode dalam tuturan masyarakat di Bumiayu terjadi karena beberapa alasan, yaitu (1) keterbatasan penggunaan kode, (2) penggunaan istilah yang lebih popular, (3) membangkitkan rasa humor, dan (4) penekanan maksud.

  Identifikasi peranan berkaitan dengan kedekatan penutur dengan lawan tutur. Semakin dekat hubungan penutur dengan lawan tutur, kemungkinan terjadi campur kode semakin besar. Hal tersebut dapat dilihat pada siswa SMK N 1 Kasihan Bantul yang diminta bercerita terkait pengalaman saat mengkikuti studi banding di Bali atau Solo, dan kemah budaya. Ketika bercerita, siswa memasukkan unsur-unsur bahasa Jawa dalam tuturan bahasa Indonesia.

  Hal itu dikarenakan komunikasi antarsiswa menggunakan bahasa Jawa bahkan siswa yang berasal dari luar Jawa sudah berlatih berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Oleh karena itu, saat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia memasukkan unsur bahasa Jawa yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Siswa bercerita di hadapan teman-teman dan guru yang sudah saling kenal. Saat penutur menggunakan kata peko berarti ‘bodoh’ dalam tuturan yang bertujuan mengejek tetapi lawan tutur tidak marah karena penutur dan lawan tutur memiliki hubungan keakraban. Jika kata tersebut digunakan penutur kepada lawan tutur yang tidak akrab, akan mengakibatkan konflik.

  Identifikasi ragam berkaitan dengan keinginan penutur untuk dianggap terpelajar, memiliki prestise. Oleh karena itu, penutur memasukkan unsur bahasa asing dalam tuturan bahasa Indonesia. Penutur memilih memasukkan unsur bahasa asing dalam tuturan bahasa Indonesia dikarenakan sebagian masyarakat masih beranggapan jika bahasa asing lebih bergengsi dan si penutur dianggap terpelajar. Kondisi tersebut terjadi pada tuturan siswa kelas X SMK N 1 Kasihan Bantul saat berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Para siswa memasukkan unsur bahasa asing karena ingin dianggap menguasai bahasa asing yang sedang dipelajari. Selain itu, digunakan akronim bahasa Inggris dalam tuturan bahasa Indoensia karena penutur ingin dianggap sebagai anak gaul.

  D. KESIMPULAN

  Peristiwa campur kode yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMK N 1 Kasihan Bantul berbentuk kata, frasa, perulangan kata, dan bentuk baster. Campur kode berbentuk kata mencakup kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata tugas, dan pronomina. Campur kode berbentuk frasa mencakup frasa nominal, frasa verbal, dan frasa

    142 adjektival. Campur kode berbentuk Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. perulangan kata mencakup perulangan kata Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. dasar, berimbuhan, dan berubah bunyi.

  Jakarta: Rineka Cipta. Campur kode berbentuk baster berupa masuknya unsur bahasa Jawa yang

  Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu mengalami proses afiksasi (akhiran –an)

  Pengantar. Jakarta: PT Gramedia dalam tuturan bahasa Indonesia.

  Pustaka Utama. Peristiwa campur kode tersebut

  Saddhono, Kundharu. 2013. Pengantar disebabkan beberapa faktor yakni identifikasi

  Sosiolinguistik: Teori dan Konsep

  peranan, dan identifikasi ragam. Identifikasi

  Dasar. Surakarta: Sebelas Maret

  peranan berkaitan dengan hubungan University Press. kedekatan antara penutur dengan lawan tutur. Adakalanya penutur memasukkan unsur

  Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik bahasa daerah bermakna kasar tetapi lawan

  Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.

  tutur tidak marah atau tersinggung. Hal tersebut dikarenakan keakraban, kedekatan Tarigan. 2013. Berbicara: Sebagai Suatu hubungan antara penutur dengan lawan tutur.

  Keterampilan Berbahasa. Bandung:

  Penutur pun memasukkan unsur bahasa CV. Angkasa. daerah (Jawa kromo) ketika berbicara dengan lawan tutur yang lebih tua sebagai bentuk

  Ulfiyani, Siti. 2014. Alih Kode dan Campur menghormati. Identifikasi ragam berkaitan Kode dalam Tuturan Masyarakat Bumiayu. Culture Vol. 1 No. 1 Mei dengan hierarki status sosial. Penutur

  

2014. Pp. 92-100

  memasukkan unsur bahasa asing (bahasa Inggris) dalam tuturan bahasa Indonesia karena penutur ingin dianggap, dipandang terpelajar, memiliki kemampuan menggunakan bahasa Inggris dengan baik sehingga menaikkan prestise, dan dianggap gaul.

DAFTAR PUSTAKA

  Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

  Bandung: PT Refika Aditama. Adnyani. 2013. Campur Kode dalam Bahasa

  Indonesia Lisan Siswa Kelas VII SMP N 8 Denpasar. E-Journal

  Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 2 Tahun 2013.

  144