LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PARKIR

  

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

NOMOR 11 TAHUN 2006

TENTANG

RETRIBUSI PARKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

  Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dibidang perparkiran dan guna mewujudkan kelancaran, keamanan, ketertiban lalu lintas serta menutup besarnya biaya penyediaan jasa perparkiran perlu dipungut retribusi parkir bagi kendaraan yang memanfaatkan badan jalan sebagai tempat parkir;

  b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Parkir; Mengingat

  : 1. Undang

  • – Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3186);

  2. Undang

  • –Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

  3. Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49,

  4. Undang

  • –Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran

  Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran

  5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 317, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);

  6. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4268);

  7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

  8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

  9. Undang

  • –Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara

  10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

  11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

  12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

  13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

  

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN BANGKA SELATAN

dan

  

BUPATI BANGKA SELATAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TENTANG

RETRIBUSI PARKIR

  BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bangka Selatan.

  2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas

  3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

  4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bangka Selatan.

  5. Bupati adalah Bupati Bangka Selatan.

  7. Instansi Teknis adalah Perangkat Daerah yang membidangi lalu lintas dan angkutan jalan di Kabupaten Bangka Selatan

  8. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.

  9. Tempat Parkir adalah tempat yang ditentukan dan ditetapkan oleh Bupati sebagai tempat untuk memarkirkan kendaraan.

  10. Tempat Parkir Umum adalah tempat untuk memarkir kendaraan meliputi pinggir jalan dan pelataran parkir atau lingkungan parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

  11. Tempat Parkir Insidental adalah tempat

  • – tempat parkir kendaraan yang diselenggarakan secara tidak tetap atau tidak permanen karena adanya suatu kepentingan atau kegiatan baik mempergunakan fasilitas umum maupun fasilitas lainnya.

  12. Retribusi Parkir adalah biaya yang dipungut atas pemberian pelayanan dan fasilitas tempat parkir di badan jalan.

  13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi meliputi pinggir jalan dan pelataran parkir atau lingkungan parkir yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.

  14. Kendaraan adalah setiap kendaraan yang bermotor maupun tidak bermotor baik yang tergolong kendaraan umum maupun yang tidak tergolong kendaraan yang tidak umum.

  15. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

  16. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang tertunda menurut peraturan perundang

  • – undangan retribusi daerah. adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.

  18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

  19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau tidak seharusnya terhutang.

  20. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

  21. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi.

  22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan.

  23. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menentukan tersangkanya.

  

BAB II

NAMA, OBJEK, SUBYEK DAN GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Parkir dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan dan fasilitas tempat parkir. Pasal 3 Objek Retribusi adalah pemberian pelayanan dan fasilitas tempat parkir di badan jalan. Pasal 4 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas tempat parkir di badan jalan. Pasal 5 Retribusi parkir termasuk golongan retribusi jasa umum.

BAB III

CARA PENGUKURAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan pelayanan dan fasilitas tempat parkir.

BAB IV

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR

DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

  (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi dimaksud untuk menutupi biaya penyelenggaraan pemberian pelayanan dan fasilitas tempat parkir di badan jalan berdasarkan jenis dan klasifikasi.

  Pasal 8 (1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pemberian pelayanan dan fasilitas tempat parkir umum adalah sebagai berkut : a. di Lokasi Pusat Kota Kabupaten :

  1. mobil barang dengan kereta gandeng dan kereta tempel sebesar 2. mobil barang dengan tonase terdiri atas :

  a. mobil barang dengan tonase lebih dari 10 ton sebesar Rp. 4.000,-

  b. mobil barang dengan tonase 5s.d.10 ton sebesar Rp.3.000,-

  c. mobil barang dengan tonase 2 s.d. 4 ton sebesar Rp. 2.000,-

  d. mobil tangki atau mobil box besar sebesar Rp. 3.500,-

  e. mobil tangki atau mobil box kecil sebesar Rp. 2.500,- 3. mobil bus terdiri atas :

  a. mobil bus besar sebesar Rp. 2.500,-

  b. mobil bus sedang sebesar Rp. 2.500,-

  c. mobil bus kecil sebesar Rp. 1.000,- 4. mobil penumpang, sedan, pick up dan sejenisnya sebesar

  Rp. 1.000,- 5. kendaraan bermotor roda tiga sebesar Rp. 1.000,- 6. sepeda Motor sebesar Rp. 1.000,- 7. sepeda sebesar Rp. 500,-

  b. di Lokasi luar pusat Kota Kabupaten sebagai berikut : 1. mobil barang dengan kereta gandeng dan kereta tempel sebesar

  Rp. 5.000,- 2. mobil barang dengan tonase terdiri atas :

  a. mobil barang dengan tonase lebih dari 10 ton sebesar Rp. 3.000,-

  b. mobil barang dengan tonase 5 s.d. 10 ton sebesar Rp. 2.000,-

  c. mobil barang dengan tonase 2 s.d. 4 ton sebesar Rp. 1.500,-

  3. mobil bus terdiri atas :

  a. mobil bus besar sebesar Rp. 2.000,-

  b. mobil bus sedang sebesar Rp. 1.500,-

  c. mobil bus kecil sebesar Rp. 1.000,- 4. mobil penumpang, sedan, pick up dan sejenisnya sebesar 5. kendaraan bermotor roda tiga sebesar Rp. 1.000,- 6. sepeda motor sebesar Rp. 750,- 7. sepeda sebesar Rp. 500,-

  c. di Jalan kawasan parkir tertentu di pusat Kota Kabupaten dapat diterapkan parkir progresif dengan tambahan tarif retribusi parkir setiap jamnya adalah sebagai berikut :

  1. mobil barang dengan kereta gandeng dan kereta tempel sebesar Rp. 1.000,-

  2. mobil barang dengan tonase terdiri atas :

  a. mobil barang dengan tonase lebih dari 10 ton sebesar Rp. 1.000,-

  b. mobil barang dengan tonase 5 s.d. 10 ton sebesar Rp. 1.000,-

  c. mobil barang dengan tonase 2 s.d. 4 ton sebesar Rp. 500,-

  d. mobil tangki atau mobil box besar sebesar Rp. 500,- 3. mobil bus terdiri atas :

  a. mobil bus besar sebesar Rp. 1.000,-

  b. mobil bus sedang sebesar Rp. 1.000,-

  c. mobil bus kecil sebesar Rp. 500,- 4. mobil penumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya sebesar

  Rp. 500,- 5. kendaraan bermotor roda tiga sebesar Rp. 500,- 6. sepeda motor sebesar Rp. 750,- 7. sepeda sebesar Rp. 500,-

  (2) Struktur dan besarnya tarif retribusi pemberian pelayanan terhadap pelanggar fasilitas tempat parkir umum adalah sebagai berkut : a. penderekan atau penindakan kendaraan bermotor terdiri atas :

  1. mobil barang, mobil bus besar, mobil bus sedang, mobil tangki, dan mobil box sebesar Rp. 75.000,- sebesar Rp. 50.000,-

  3. sepeda motor sebesar Rp. 10.000,-

  b. pemasangan kunci roda (Wheel lock) terdiri atas : 1. mobil barang, mobil bus besar, mobil bus sedang, mobil tangki, dan mobil box sebesar .Rp. 75.000,- 2. mobil bus kecil, mobil panumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya sebesar Rp. 50.000,- c. tempat parkir, pool bagi kendaraan yang melanggar ketentuan adalah sebagai berikut :

  1. mobil barang, mobil bus besar, mobil bus sedang, mobil tangki, dan mobil box sebesar Rp. 25.000,- 2. mobil bus kecil, mobil panumpang, sedan, pick-up dan sejenisnya sebesar Rp. 10.000,- 3. sepeda motor sebesar Rp. 2.500,-

  

BAB VI

WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9 Retribusi Parkir di daerah dipungut berdasarkan tempat pelayanan jasa dan

  fasilitas terdiri atas :

  a. di lokasi pusat kota;

  b. di lokasi luar pusat kota;

  c. di jalan kawasan parkir tertentu di pusat kota;

  

BAB VII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 10

  (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan; (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

  

BAB VIII

SURAT PENDAFTARAN Pasal 11

  (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD; (2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

  

BAB IX

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 12

  (1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan. (2) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati.

  

BAB X

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 13 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang

  membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua perseratus)

  

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 14 (1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus.

  (2) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dan ditetapkan oleh Bupati.

  

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 15

  (1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari setelah sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam rangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusinya yang terhutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikeluarkan oleh Instansi Tekhnis.

  

BAB XIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 16

  (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan

  • – alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan Wajib

  (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan

  (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) , tidak dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.

  Pasal 17 (1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat

  Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terhutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

  Pasal 18 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

  (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Bupati.

  

BAB XIV

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 19

  (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

  Pasal 20 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang –kurangnya menyebutkan: a. nama dan alamat wajib retribusi;

  b. masa retribusi;

  c. besarnya kelebihan pembayaran; d. alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan langsung atau melalui pos tercatat . (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.

  Pasal 21 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan retribusi.

  (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (4), pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

  

BAB XV

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22

  (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah melampui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkannya Surat Teguran; atau

  b. ada pengakuan hutang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

  

BAB XVII

PENYIDIKAN Pasal 23

  (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Apabila tidak terdapat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka penyidikan atas tindak pidana dalam Peraturan Daerah ini

  (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

  a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan yang berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

  b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang sehubungan dengan tindak pidana retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

  f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi; g. menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi; i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada

  Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Indonesia, sesuai

  BAB XVIII KETENTUAN PIDANA Pasal 24

  (1) Pelanggaran terhadap ketentuan – ketentuan dalam Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terhutang. (3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.

  BAB XIX KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bangka Selatan. Ditetapkan di Toboali

  pada tanggal 20 Desember 2006

  BUPATI BANGKA SELATAN, ttd JUSTIAR NOER

  Diudangkan di Toboali pada tanggal 20 Desember 2006

  SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN, ttd

Dokumen yang terkait

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN

0 0 10

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 16

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 14

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (KP2T)

0 0 9

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 14

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BANGUNAN DAN RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

0 0 56

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN

0 1 14

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DAN PUNGUTAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN

0 0 19

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

0 1 14

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 15