Pengaruh Pemberian Low-Level Laser Therapy pada Proses Penyembuhan Luka Bakar Derajat II

  Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno

Pengaruh Pemberian Low-Level Laser Therapy pada Proses

Penyembuhan Luka Bakar Derajat II

Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno

  Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya ABSTRAK Latar belakang Luka bakar telah menjadi penyebab kematian dan kesakitan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

  Silver sulfadiazine adalah obat antibakteri topikal yang sering diberikan sebagai pencegahan infeksi pada lesi luka bakar (konsentrasi 5-20%). Low-level laser therapy telah lama diketahui memiliki sifat merangsang aktifitas

sel termasuk sel-sel inflamasi yang berperan pada proses penyembuhan luka. TGF-

β adalah faktor pertumbuhan penting yang menyebabkan migrasi dan proliferasi fibroblast serta meningkatkan sintesis kolagen. Peranan laser pada penyembuhan masih merupakan suatu kontroversi.

  Metode Dua puluh empat ekor mencit jantan galur BALB/c dibagi secara random dalam tiga kelompok. Dibuat luka bakar pada punggung hewan coba menggunakan pangkal paku besi berdiameter satu sentimeter yang sebelumnya dicelupkan pada air mendidih. Pada kelompok pertama (P1) luka diberi salep silver sulfadiazine topikal 1%, dan pada kelompok kedua (P2) luka diberikan sinar laser kemudian diolesi dengan silver sulfadiazine topikal 1%. Pada kelompok kontrol luka hanya dibersihkan dengan natrium klorida 0,9 %. Semua luka ditutup dengan kasa steril dan ditutup dengan verband. Pada hari keempat jaringan luka dibiopsi dan dibuat sediaan histopatologi dengan pewarnaan hematoxylin-eosin dan pewarnaan imunohistokimia.

  Hasil Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah makrofag pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,031) dan antara ekspresi TGF- β oleh makrofag pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p=0,034).

  Kesimpulan Pemberian kombinasi low-level laser dan silver sulfadiazine dapat meningkatkan jumlah makrofag dan ekspresi TGF-

  

β oleh makrofag sehingga penyembuhan luka terjadi lebih cepat dan lebih baik.

  

Kata kunci : luka bakar derajat II, low-level laser therapy, silver sulfadiazine, makrofag, TGF- β

ABSTRACT Backsground Burn injuries remain one of the leading causes of injury morbidity and mortality often occurs in daily living. Silver sulfadiazine is antibacterial preparations that are often given for prevention of infection in a burn lesion which is relatively narrow (5-20%). Low-level laser therapy have recently been investigated for stimulation of cell activities involved in wound healing process. TGF-

  β is a potent fibrogenic agent that cause fibroblast migration and increased synthesis of collagen. The role of the laser in burn healing process has been controversial.

  Methods Second-degree burn wound on the backside of each of 24 BALB/c mice was created with a standard burning procedure by applying a heating plate. 24 mice were divided into three groups randomly. Group control, burn lesion was treated with 0,9% NaCl solution and closed dressing, the second group (P1), burn lesion was treated with topical silver sulfadiazine 1% and closed dressing, and third group (P2), burn lesion was treated with 4 J/cm2 laser irradiation, topical silver sulfadiazine 1% and closed dressing. A biopsy was performed on the lesion on the fourth day after the burns. We studied the effect of low-level laser therapy and topical silver sulfadiazine on TGF- βs-expression macrophages in healing process of burns by making observations on Hematoxylin Eosin staining and immunohistochemistry techniques.

  Results There were significant differences of the number of macrophage (p=0,031) and TGF- β expression (p=0,034) on group control compared with group treated.

  Conclusion Low-level laser therapy and silver sulfadiazine of second degree burn wound increase the number of macrophage and expression TGF-

  β protein on white male BALB/c strain mice, and the wound healing process become more quick and better.

  Key words: second-degree burn, low-level laser therapy, silver sulfadiazine, macrophage, TGF- β

  Vol. 21

  Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno Vol. 21 PENDAHULUAN

  Luka bakar adalah kejadian yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari karena hubungannya yang erat dengan rutinitas setiap hari seperti memasak dan menyetrika. Angka kejadiannya terbilang cukup tinggi dan tidak ada perbedaan antar jenis kelamin dan usia, rata- rata pada dewasa muda sekitar usia 20-29 tahun dan anak-anak pada usia kurang dari 9 tahun 1. Standar terapi pengobatan luka bakar adalah dengan menggunakan salep silver sulfa- diazine yang memiliki sifat sebagai antibiotik topikal 2,3,4 . Namun silver memiliki kerugian yang merupakan komponen pada penyembuhan luka 5 . Low-level laser therapy adalah metode terapi yang terbaru yang telah banyak diguna- kan dalam klinik, namun belum banyak diguna- kan dalam menangani penyembuhan luka 6,7 . Laser dapat merangsang perubahan pada sel sehingga terjadi proliferasi dan sintesis kolagen, dimana kolagen adalah faktor yang sangat penting dalam penyembuhan luka 8 . Bayat et al dalam literaturnya tidak menyebutkan adanya perbedaan antara proses penyembuhan luka yang biasa dan luka karena luka bakar 11 . Menurut Moenadjat, luka bakar adalah suatu keadaan di mana terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan akibat adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi 15 . Luka bakar mengakibatkan kerusakan baik langsung mau- pun tidak langsung terhadap jaringan kulit bahkan bisa sampai ke organ dalam. Selain itu, luka juga merupakan tempat yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.

  Robbins menjelaskan bahwa fase infla- masi mengawali reaksi yang terjadi pada awal timbulnya luka. Pada inflamasi terjadi beberapa perubahan yaitu kerusakan jaringan, ekstra- vasasi cairan, vasokontriksi pembuluh darah, koagulasi, pelepasan zat vasoaktif (vasoactive

  amines) dan beberapa mediator luka lain. Pada

  fase akut terbentuk bekuan darah pada per- mukaan luka yang terutama mengandung fibrin. Beberapa faktor pertumbuhan seperti VEGF akan disekresi sehingga permeabilitas pem- buluh darah meningkat dan terjadi oedem. Netrofil akan tertarik ke tepi luka dan melepas- kan enzim proteolitik yang akan membersihkan debris dan bakteri pada daerah luka. Fibroblast dan endotel pembuluh darah berproliferasi pada 24 hingga 72 jam setelah terjadi luka mem- bentuk jaringan granulasi, fase ini dinamakan fase subakut. Makrofag akan muncul meng- gantikan tugas netrofil pada 48 hingga 96 jam kemudian. Makrofag merupakan sel radang yang penting pada proses penyembuhan luka dan bertugas membersihkan debris ekstra- seluler, fibrin dan benda asing pada luka 9 . Diegelmann menyebutkan bahwa pengham- batan fungsi makrofag akan menyebabkan proses penyembuhan luka berlangsung lebih lambat 16 . Makrofag akan melepaskan mediator kimiawi serta TNF, PDGF, TGF-

  β, IL-1 dan FGF, yang akan menyebabkan proliferasi dan migrasi terbentuk jaringan granulasi dan neovaskulari- sasi 9 . Karena makrofag merupakan salah satu sel inflamasi yang penting pada proses penyem- buhan luka, maka penelitian ini dititikberatkan pada pengamatan terhadap makrofag, terutama pada hari ketiga. Silver sulfadiazine adalah anti- biotika topikal yang telah banyak digunakan dalam klinik, dan merupakan standar terapi. Lansdown menyebutkan bahwa silver sulfa- diazine dapat membunuh mikroorganisme pato- gen pada proses penyembuhan luka karena memiliki sifat sebagai antibakteri, di mana silver sulfadiazine akan mengeliminasi bakteri patogen pada luka, serta membersihkan semua bahan mekanis, kimia dan biologi yang menyertai luka 2,3 .

  Makrofag adalah sel inflamasi yang dite- mukan pada jaringan yang mengalami trauma insisi. Makrofag muncul menggantikan tugas netrofil pada hari ketiga setelah terjadi luka. Peran makrofag sangat penting karena fungsi- nya selain membersihkan debris ekstraselular dan bahan pathogen, juga mengeluarkan faktor- faktor pertumbuhan yang diperlukan dalam penyembuhan luka 9 . Salah satu faktor pertum- buhan yang mempunyai peranan cukup penting yaitu TGF- β. TGF-β berperan dalam proliferasi dan migrasi fibroblast, serta meningkatkan sintesis kolagen serta meningkatkan peme- cahan matriks ekstraseluler 10 . Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu inflamasi, pembentukan jaringan granulasi dan remodelling. Peranan makrofag sangat penting pada proses penyem- buhan luka, sehingga bila terjadi penghambatan mengakibatkan terjadi delayed healing. Natural

  killer cells berperan penting dalam mengaktifasi

  makrofag untuk memfagositosis mikroba intra- seluler dan mensekresi interferon gamma. Pada

  Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno Vol. 21

  toksisitas dari silver sulfadiazine dan memacu proses penyembuhan luka 6 . Walsh dalam literaturnya menyebutkan bahwa pemberian low-

  verband. Pada kelompok kontrol, luka bakar

  Pada kelompok perlakuan pertama, luka bakar yang terjadi kemudian dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9% dan setelah itu diberi salep silver sulfadiazine 1% dengan ketebalan 2-3 mm. Lalu luka ditutup dengan kain kassa steril dan dibalut dengan verband. Luka bakar pada kelompok perlakuan kedua dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9 %, kemudian pada luka diberi sinar laser dengan energy 4 joule/cm2, panjang gelombang 680 nm dan daya 6 mW selama 60 detik. Setelah diberi laser kemudian luka diberi salep silver sulfadiazine, lalu luka ditutup dengan kain kassa steril dan dibalut dengan

  Hewan coba yang digunakan adalah 24 ekor mencit jantan galur BALB/c usia 2-3 bulan dengan berat badan 20-30gr, diaklimatisasi selama satu minggu di laboratorium biokimiawi universitas airlangga. Dengan randomisasi, hewan coba dibagi dalam tiga kelompok. Pada hari pertama semua hewan coba dilakukan anestesi dengan pemberian injeksi Ketamin 50mg/kgBB pada otot kuadriseps. Kemudian rambut hewan coba di daerah punggung dicukur dan dilakukan desinfeksi menggunakan larutan povidon iodine. Lalu pangkal paku besi berdia- meter 1 cm dipanaskan dalam air mendidih 100°C selama 5 menit, kemudian ditempelkan pada punggung tikus selama 10 detik.

  Hutton juga menyebutkan bahwa laser akan memicu aktifasi rantai transport elektron, hal ini akan memicu reaksi pada membran sel melalui efek fotofisika pada calcium channel, karena itu terjadi peningkatan jumlah makrofag, di samping fibroblast dan aktifitas limfosit 6 .

  sis kolagen, angiogenesis dan epitelisasi 13 .

  level laser dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka. 17 Low-level laser menye- babkan peningkatan proliferasi fibroblast, sinte-

  level laser therapy bertujuan untuk mengurangi

  fase inflamasi, makrofag akan menghasilkan sitokin dan beberapa faktor pertumbuhan seperti TNF, PDGF, TGF- β, FGF, EGF(9). Makrofag akan menstimulasi fibroblast untuk mengha- silkan FGF-7 (keratinocyte growth factor) dan IL- 6, yang meningkatkan migrasi dan proliferasi keratinosit, kemudian bersama dengan HGF, HB-EGF dan reseptor CXCR 3, maka terjadilah reepitelisasi. TGF- β memiliki fungsi penting dalam proliferasi dan migrasi fibroblast, mening- katkan sintesis kolagen dan fibronektin serta mengurangi degradasi atau pemecahan matriks ekstraseluler oleh metalloproteinase. 9,20 Peran

  Menurut Hutton laser dapat meng- hambat pertumbuhan bakteri secara invitro pada panjang gelombang tertentu. Pemberian low-

  β oleh makrofag menyebabkan pemben- tukan jaringan baru yang lebih cepat dan lebih baik. Penelitian yang sama oleh Junior et al juga melaporkan adanya peningkatan TGF- β pada kelompok hewan coba dengan laser, di mana pada hari ke-10 setelah trauma didapati sintesis kolagen, jumlah fibroblast dan neovaskularisasi yang meningkat 13 . Laser yang diberikan pada luka akan menyebabkan perubahan permeabilitas pada sel-sel inflamasi sehingga terjadi peningkatan proliferasi, di antaranya yaitu makrofag 11,12 . Dengan semakin tingginya jumlah makrofag maka ekspresi TGF- β oleh makrofag akan meningkat. Dengan demikian kolagen yang disintesis akan mengalami peningkatan sehing- ga pada akhirnya penyembuhan luka terjadi lebih cepat dan lebih baik 13,14 .

  TGF- β oleh mast cell dan makrofag pada kelompok tikus yang mendapat iradiasi. Pene- litiannya dilanjutkan hingga hari ke-15 yang menunjukkan bahwa reepitelisasi terjadi lebih baik pada luka yang mendapat sinar laser. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan ekspresi TGF-

  al menemukan adanya peningkatan sekresi

  β ini dapat terekspresi pada sel radang, fibroblast dan sel endotel dan intensitas- nya bervariasi dari lemah hingga kuat. Bayat et

  Peran TGF- β adalah sebagai faktor pertumbuhan yang memainkan peran penting pada proses perbaikan jaringan dan pemben- tukan jaringan parut. Bila sekresinya terhambat maka akan terbentuk jaringan parut yang meluas, yang dikenal dengan sebutan keloid (scar) 9 . Tetapi bila sekresinya meningkat maka kolagen sebagai unsur jaringan ikat pada penyembuhan luka akan turut meningkat, sehingga luka akan sembuh lebih cepat dan lebih baik. TGF-

  β ini sangat penting dalam proses penyem- buhan luka.

  hanya dibersihkan dengan larutan NaCl 0,9 % dan ditutup dengan kain kassa steril serta ditutup dengan verband.

  Makrofag adalah sel radang yang mempunyai ciri ukuran sel yang besar dengan inti bulat oval berukuran besar, vesikuler, dengan sitoplasma yang cukup luas (gambar 1). Makrofag yang mengekspresikan TGF- β akan

  97 F = 4,110 p = 0,031*

  Ekspresi TGF- β oleh makrofag yang paling tinggi ditunjukkan oleh P2 yaitu 80,79 + 6,66. Uji analisis dengan ANOVA satu arah menunjukkan adanya perbedaan antara P2 dengan kontrol (p<0,05). Sedangkan antara P2 dan P1 tidak didapati adanya perbedaan.

  Keterangan :

  P1 8 73,45 ab 11,76 46,67 83,75 P2 8 80,79 b 6,66 68,24 87,37

  x SD Min Maks K 8 65,88 a 12,27 37,78 79,57 F = 4,006 p = 0,034*

  TGF-  Anova satu arah

  Kelompok Perlakuan n Persentase makrofag mensekresi

  Tabel 2. Perbandingan jumlah makrofag yang mengekspresikan TGF- β

  Pada penghitungan ekspresi TGF- β oleh makrofag dengan menggunakan pemeriksaan imunohistokimia, analisa data statistik ditampilkan pada tabel 2.

  Penghitungan dengan imunohistokimia

  Terlihat bahwa jumlah makrofag tertinggi nilai rerata 115,75 + 36,38. Uji analisis dengan ANOVA satu arah menunjukkan adanya perbe- daan jumlah makrofag antara kelompok perlakuan 2 dan kelompok kontrol (p<0,05). Sedangkan antara kelompok perlakuan 2 dan kelompok perlakuan 1 tidak didapati adanya perbedaan.

  Keterangan :

  SD 8 97,25 b 30,53 55 131 SD + laser 8 115,75 b 36,38 80 175

  45

  x SD Min Maks Kontrol 8 73,63 a 18,65

  Kelompok Perlakuan n Jumlah makrofag Anova satu arah

  Tabel 1. Perbandingan jumlah makrofag antar kelompok perlakuan

  • signifikan pada =0,05
  • a, b Superscript yang berbeda menunjukkan adanya perbe- daan antar kelompok (berdasarkan uji LSD)

      Analisa statistik dari gambaran histopatologi dengan hematoxylin-eosin ditunjukkan dalam tabel 1.

      HASIL Penghitungan histopatologi dengan hema- toxylin-eosin

      Least Significant Difference (LSD). Semua data diolah dengan program SPSS dengan α < 0,05.

      Data diolah menggunakan uji analisis variansi (ANOVA) satu arah dan digambarkan dalam rerata (x) dengan nilai deviasi. Untuk mengetahui adanya perbedaan antar kelompok maka analisis dilanjutkan menggunakan uji

      β, data diperoleh dari penghitungan pada 10 LPB pada daerah luka secara random menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 40 kali. Penghitungan dilakukan menggunakan grati- culae.

      β diperoleh dari sediaan histopatologi dengan pewarnaan imunohisto- kimia menggunakan antibodi TGF-

      Pengumpulan data jumlah makrofag diperoleh dari preparat histopatologi dengan pewarnaan hematoxyllin-eosin melalui penghi- tungan dari 10 LPB pada daerah luka secara random menggunakan mikroskop cahaya pada pembesaran 40 kali. Data jumlah makrofag yang mengekspresikan TGF-

      Selanjutnya hewan coba dikembalikan pada kandang dan diberi sekat-sekat sehingga tiap hewan coba memiliki tempat sendiri-sendiri. Perlakuan pada hewan coba tersebut dilakukan selama 3 hari berturut-turut berdasarkan kelom- pok perlakuan. Kemudian pada hari keempat hewan coba dikorbankan dengan eter per inhalasi. Jaringan granulasi yang terbentuk pada daerah luka dibiopsi seluas 1x1 cm, difiksasi dalam buffer formalin selama kurang dari 24 jam. Tiap jaringan ditempatkan dalam tiap pot yang berbeda dan diberi label. Kemudian dibuat blok paraffin dan disayat setebal 5μ menggu- dengan hematoksilin eosin. Selanjutnya jaringan disayat kembali dengan mikrotom dan diberi pewarnaan imunohistokimia.

      Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno Vol. 21

    • signifikan pada =0,05 a,b Superscript yang berbeda menunjukkan adanya perbe- daan antar kelompok (berdasarkan uji LSD)

      Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno

      memberikan reaksi positif berupa warna coklat tinggi pada kelompok SSD menunjukkan bahwa pada sitoplasmanya (gambar 2). silver sulfadiazine efektif digunakan sebagai antibakteri seperti yang telah disebutkan dalam 3 penelitian yang dilakukan oleh Lansdown. Akan tetapi Corwin mengemukakan kejelekan dari silver sullfadiazine yaitu memiliki efek samping berupa sifat toksiknya terhadap keratinosit dan juga fibroblast. Hal yang sama tentang efek samping silver sulfadiazine juga dikemukakan oleh Moenadjat dalam bukunya yang mengata- kan bahwa efek toksik dari silver sulfadiazine ini akan menyebabkan pembentukan matriks kola- gen terjadi lebih lambat dibandingkan dengan 15 buhan luka akan terhambat.

      Data penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah makrofag pada kelompok yang diberi sinar laser yaitu 115,75+36,38. Hal ini membuktikan bahwa sinar laser memberikan efek yang berpotensi menye- babkan proliferasi sel inflamasi. Dengan pening- katan jumlah makrofag maka jumlah kolagen

      Gambar 1. Tanda panah menunjuk pada makrofag, yang disintesis pun mengalami pening-katan, obj. 400x sehingga luka akan terganti dengan jaringan ikat 18 dengan lebih cepat dan lebih baik . Pening- katan jumlah makrofag ini menunjukkan bahwa

      low-level laser menimbulkan reaksi pada fase

      inflamasi, terutama pada sel radang, sehingga terjadi peningkatan proliferasi sel.

      Penelitian oleh Dube et al. menunjukkan hasil sama dengan penelitian ini yaitu adanya peningkatan jumlah makrofag pada kelompok perlakuan yang mendapat penyinaran dengan laser dibandingkan kelompok yang tidak men- 12 dapat penyinaran laser . Sedangkan Bayat et al pada tahun 2005 dengan penelitiannya meng- gunakan tikus wistar menunjukkan adanya peningkatan jumlah mast cell dan makrofag pada kelompok yang mendapat penyinaran low- 2

      level laser dengan energi 38,2 J/cm dibanding- 11 Gambar 2. Tanda panah menunjuk pada makrofag kan dengan kontrol dan kelompok perlakuan .

      yang mengekspresi TGF- β, obj. 400x

      Beberapa penelitian tersebut konsisten dengan peningkatan jumlah makrofag yang ditemukan

      DISKUSI

      pada penelitian ini. Menurut Demir, dengan Pada penelitian ini yang diamati adalah jumlah adanya peningkatan jumlah makrofag maka makrofag serta ekspresi TGF- β oleh makrofag menunjukkan adanya penekanan fase inflamasi pada tahap penyembuhan luka, di mana luka pada penyembuhan luka yang menyebabkan yang digunakan adalah luka bakar. durasi fase inflamasi menjadi lebih singkat, dan 19

      . Data penelitian menunjukkan adanya akhirnya proses healing terjadi lebih cepat . peningkatan jumlah makrofag pada kelompok

      Data pada penelitian menunjukkan perlakuan dengan silver sulfadiazine topikal 1% adanya peningkatan jumlah makrofag yang

      (97,25+30,53) bila dibandingkan dengan kontrol mengekspresikan TGF- β pada kelompok SSD yaitu 73,63+18,65. Jumlah makrofag yang lebih dibanding dengan kontrol (73,45+11,76). Pada

      Vol. 21

      Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno Vol. 21

      4. Burrell RE. A Scientific Perspective on the Use of Topical Silver Preparations. Ostomy w man. 2003 May;49(5A Suppl):19-24.

      12. Dube A, bansal H, Gupta PK. Modulation of macrophage structure and function by low level He-Ne laser irradiation. Photochem photobio sci 2003 Aug 2;8:851-5.

      11. Bayat M, Vaseghani MM, Razavi N, Taheri S, Rakhshan M. Effect of low-level laser therapy on the healing of second degree burns in rats: a histological and microbio- logical study. J of photobiol 2005;78:171-7.

      Growth factors and cytokines in wound healing. Wound Rep Reg 2008;16:585-601.

      10. Barrientos R, Stojadinovic O, Golinko M.S.

      Schmitt W, editor. Philadelphia (PA): Pathologic Basis of disease; 2010.

      9. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Tissue renewal, regeneration, and repair. 8th ed.

      8. Hamblin MR, Demidova TN. Mechanisms of low level light therapy. Proc. SPIE 2006; 6140:614001.

      7. Whinfield AL, Aitkenhead I. The light revival: Does phototherapy promote wound healing ? The foot 2009;19:117-24.

      macbeaminc.com/images/research/LaserTh erapyliterature/ 202008.pdf

      6. Mills-Hutton L, editor. Low Level Laser Therapy [Internet]. Manitoba; 2008 [cited 2010 April 9]. Available from: http://www.

      5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC; 2009.

      Silver absorption and antibacterial efficacy of silver dressings. J of wound care

      kontrol didapati lebih banyak netrofil daripada makrofag, sehingga presentasi makrofag yang mengekspresikan TGF- β pun akan lebih sedikit. Hutton menyebutkan, laser mengubah permea- bilitas membran sel yang diyakini dapat mening- katkan proliferasi makrofag. Pada penelitian ini, kelompok perlakuan dengan laser dan silver sulfadiazine menunjukkan adanya peningkatan ekspresi TGF- β oleh makrofag bila dibandingkan dengan kontrol dan kelompok SSD yaitu 80,79+6,66.

      3. Lansdown ABG, Williams A, Chandler S.

      2. Lansdown ABG. Silver I : its antibacterial properties and mechanism of action. J wound care 2002;11:25-30.

      In: Andrianto P, Oswari J, editors. Essentials of Surgery. Jakarta: EGC; 1987. p.78-9.

      DAFTAR PUSTAKA 1. Georgiade GS, Pederson WC. Luka bakar.

      β sehingga pada akhirnya penyembuhan luka terjadi lebih cepat.

      β oleh makrofag sehingga terjadi peningkatan produksi kolagen yang disintesis oleh TGF-

      Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi terapi silver sulfadiazine dan low-level laser therapy menyebabkan terjadinya peningkatan ekspresi TGF-

      KESIMPULAN

      β merupakan mekanisme yang sangat penting pada perbaikan jaringan di mana laser berfungsi mengurangi reaksi inflamasi selama proses penyembuhan berlang- sung. Dan karena itu delayed healing dapat dihindari dan pembentukan jaringan parut yang meluas dapat dicegah 9 . Penelitian yang dilaku- kan oleh Shinta pada tahun 2010 menunjukkan adanya peningkatan jumlah makrofag yang mensekresi FGF dan EGF pada luka yang mendapat penyinaran low-level laser bila dibandingkan dengan kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dengan silver sulfadiazine, di mana ini berarti adanya proses penyembuhan luka yang lebih cepat dan lebih baik, yang ditandai dengan adanya peningkatan proliferasi fibroblast pada daerah luka 21 .

      β belum sepenuhnya dapat dijelaskan. Pening- katan sintesis TGF-

      Humblin et al menyebutkan bahwa pemberian laser menyebabkan peningkatan β yang bertanggung jawab untuk menginduksi sintesis kolagen dari fibroblast 8 . Hal ini konsisten dengan data yang didapatkan pada penelitian ini di mana didapatkan peningkatan jumlah makrofag yang mengekspresikan TGF- β pada kelompok laser. Walaupun penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa dengan pemberian laser maka pembentukan jaringan granulasi pada proses penyembuhan akan lebih baik bila dibandingkan dengan proses penyembuhan tanpa laser, namun mekanisme laser terhadap aktifasi makrofag untuk mensekresi TGF-

      13. Junior AMR, Vieira BJ, Ferreira de Andrade LC, Aarestrup FM. Low-Level Laser Therapy Increases Transforming Growth Factor-2 Expression and Induces Apoptosis of Epithelial Cells During the Tissue Repair Process. Photomed. Laser. Surg. 2009; 27:303-7.

      Ester Asima N.I.S., Troef Soemarno Vol. 21

      14. Safavi SM, Kazemi B, Esmaeli M. Effects of Low level He-Ne laser irradiation on the gene expression of IL- 1β, TNF-α, IFN-γ,

    TGF- β, bFGF and PDGF in rat’s gingival

      Lasers Med Sci 2008;23:331-5.

      15. Moenadjat Y. Luka bakar: masalah dan tata laksananya. 4th ed. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2009.

      16. Diegelmann R, Evans MC. Wound healing: an averview of acute, fibrotic and delayed healing. Frontiers in Bioscience.2004;9:283- 9.

      17. Walsh J, Goharkay K. Low level laser

      18. Singer AJ, Clark RAF. Cutaneous wound healing. N Eng J 1999;341:738-46.

      19. Demir H, Yaray S, Kirnap M. Comparisson of the effects of laser and ultrasound treatments on experimental wound healin in rats. J of Rehab Research & Development 2004;41:721-8.

      20. Werner S, Grose R. Regulation of wound healing by growht factors and cytokines.

      Physiol Rev July 2003;83:847-52.

      21. Shinta N. Pengaruh kombinasi terapi low level laser dan silver sulfadiazine topical terhadap makrofag penghasil EGF dan makrofag penghasil FGF pada proses penyembuhan luka bakar derajat II pada Surabaya (Indonesia): Universitas Airlangga; 2010.