PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN LAYANG BIRU (Decapterus macarellus) DI PERAIRAN MALUKU UTARA [Growth and reproduction of mackerel scads, Decapterus macarellus (Cuvier, 1833) in North Moluccas waters]

  

(Decapterus macarellus) DI PERAIRAN MALUKU UTARA

[Growth and reproduction of mackerel scads, Decapterus macarellus (Cuvier, 1833)

in North Moluccas waters]

  Kusdi Hi. Iksan 1,2 dan Irham

  1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelutan, Universitas Khairun 2 Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Perairan, SPs IPB

   Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Jl. Bandara Babullah, Ternate e-mail korespondensi: iksansdp@yahoo.com

  

Diterima: 22 Juli 2009, Disetujui: 24 November 2009

ABSTRACT

  The study about growth and reproduction of mackerel scads in North Moluccas was conducted from January to May 2008 using purse seine. Total samples are 2000 fishes comprise 645 males and 1355 females. The growth of female fish faster than male and both of this fish reached maximum length at age 4 years. Negative allometric growth patterns were found both in female and male. All fish samples dominated by immature fish. The most mature fish was found in March and the first maturity fish reached at 258 mm of total length. The peak of spawning season was found in April-May and fecundity was ranged from 28,875 to 84,000 eggs. The number of eggs has a positive correlation with total length.

  Key words: growth, reproduction, Decapterus macarellus, North Maluku waters.

  PENDAHULUAN

  Ikan layang merupakan salah satu sumber daya perikanan pelagis kecil dominan di Maluku Utara yang turut memberikan kontribusi dalam sektor perikanan laut di wilayah tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah produksi dari tahun ke tahun. Kondisi ini dapat terlihat pada grafik perkembangan produksi ikan layang (Decapterus spp.) di Maluku Utara tahun 1998- 2007 (Gambar 1).

  Pemanfaatan sumber daya ikan layang di daerah ini masih dilakukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun yang belum dibarengi dengan upaya pengelolaan yang memadai. Kondisi tersebut mendorong upaya pemanfaatan sumber daya ikan layang secara kontinu berupa intensitas penangkapan ikan di perairan pantai dengan tujuan untuk meningkatkan produksi tanpa berpikir pada kelestarian sumber daya ikan dan keberlanjutan usaha penangkapannya. Indikasi tersebut dapat diamati dari produksi ikan layang yang semakin meningkat setiap tahunnya, sebaliknya produktivitas alat tangkap yang digunakan dalam mengeksploitasi sumber daya ikan layang semakin menurun. Hal ini merupakan ciri-ciri kecenderungan gejala tangkap lebih. Untuk kepentingan pengelolaan suatu sumber daya perikanan diperlukan kajian yang komprehensif, diantaranya menyangkut aspek pertumbuhan dan reproduksi dari sumber daya tersebut. Penelitian ini bertujuan mengkaji pertumbuhan dan karakteristik biologi reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus).

  Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, dari bulan Januari sampai Mei 2008. Lokasi penelitian di perairan wilayah Provinsi Maluku Utara. Tempat pendaratan ikan yang menjadi obyek penelitian berada di empat kabupaten-kota yaitu, Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Kabupaten Halmahera Utara (Gambar 2). Wilayah ini merupakan pusat kegiatan usaha perikanan ikan layang di Maluku Utara.

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 163-174, 2009

PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN LAYANG BIRU

BAHAN DAN METODE

  Ikhsan & Irham - Pertumbuhan dan reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus) di perairan Maluku Utara

  25000 20000 15000

  Layang Teri Tongkol

  10000 5000 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

  Gambar 1. Perkembangan produksi ikan layang, teri, dan tongkol di Maluku Utara dari tahun 1998-2007 Penelitian ini dilaksanakan dengan metode (ujung mulut) hingga ujung terakhir bagian ekor. survei dan observasi. Data yang dikumpulkan Bobot tubuh ikan ditimbang menggunakan adalah data hasil tangkapan ikan layang biru timbangan berketelitian 0,1 gram. Pengukuran yang ditangkap dengan pukat cincin. dilakukan di Laboratorium Stasiun Karantina Pengambilan data dilakukan secara acak dari Ikan kelas II Baabullah Ternate. kapal pukat cincin yang mendaratkan ikan di Hubungan panjang-bobot ditentukan Pelabuhan Nusantara Ternate. Ikan contoh secara terpisah antara ikan contoh jantan dan dikelompokkan berdasarkan ukuran panjang, betina. Perhitungan hubungan panjang-bobot jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad. mengacu pada suatu rumus umum Hile 1936 in Contoh ikan diambil sebanyak 2000 ekor secara Effendie 1979), yaitu : acak. Untuk data parameter pertumbuhan,

  b

  panjang-bobot, dan matang gonad digunakan W = a L total contoh ikan. Untuk data fekunditas diambil W = bobot tubuh (gram) ikan contoh sebanyak 100 ekor. Wawancara L = panjang total (mm) dilakukan untuk mendapatkan informasi daerah a dan b = konstanta penangkapan.

  Pertumbuhan ikan dinyatakan dengan Panjang seluruh ikan contoh diukur model pertumbuhan von Bertalanffy sebagai dengan menggunakan papan pengukur ikan berikut: dengan tingkat ketelitian 1,0 mm. Jenis

   K ( t  t ) L  L ( 1  e )

  pengukuran yang dilakukan adalah panjang total t

  

  yaitu panjang dari ujung terdepan bagian kepala

  Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 163-174, 2009 ' Pe ta T u nj uk :

12 6 °3 0 ' 12 7 °0 0 ' 12 7 °3 0 ' 12 8 °0 0 ' 12 8 °3 0 ' 12 9 °0 0 ' 12 9 °3 0 '

SA M UD RA P AS IFI C 30 2°3 '

A sim i ro A sim i ro

P . Ra u S ab a ta i B ar u P. MO R O T A I B er e b e re Apr il - September Mu sim P en an gkapan : 0' 00

  2°0 ' 30 La l o da P P I

To b e lo

Î

W E N 0' P. M aya o S 1°3 ' e P. T ifu re 2 0 10 a
  • - 00 m l

    u

    k

    W a si le K o Lo l o ba ta
  • 30 30 K m 0' 00 T Mu sim P en an gkapan : 1°0 ' Ju li - Septem ber P P N / P P I Febr uari - M ei d an Î P . Te r na te P . Tid o r e 2 0-10

    P. H A L M AH E R A

    00 m 0- 200 m 0' 0° P . Mo ti 30 ' P . K a yo a L U M A U U A T L K 0- P . G e b e P . Ma k ia n Ma fa

    2 0

    10

    00

    m

    S eg e a 0' L A U H A M A H E R A T L 0°3 - 00 ' P . K A S IR UT A Apr il - Okto ber 2 0 0 m G u ra p in Ya b a Ma l id i Mu sim P en an gkapan : > 1000 m 0' 0°0 ' 30 P . B A CA N 00 Ko ntu r Ke dal am an Ke teran ga n : P . MA N D IO L I > 1000 m Î P P I S ep i B us u 0' P . Da m a r 1°0 0°3 Lok as i P P I / PP N

      0'

    12 6 °3 0 ' 12 7 °0 0 ' 12 7 °3 0 ' 12 8 °0 0 ' 12 8 °3 0 ' 12 9 °0 0 ' 12 9 °3 0 '

    Î Ik an Lay an g Lok as i P en ang k apa n D arat

      Gambar 2. Peta Provinsi Maluku Utara dan lokasi penelitian Pendugaan nilai koefisien pertumbuhan ikan contoh ditentukan berdasarkan tingkat kematangan gonad ikan pelagis modifikasi dari

      (K) dan panjang infinity (L ) diperoleh

      

      Cassie yang dikemukakan oleh Effendie dan berdasarkan metode Ford-Walford (Sparre & Subardja (1977) in Effendie (1979). Penjelasan

      Venema,1992), yaitu dengan cara membuat tiap tingkat kematangan gonad tertera pada Tabel persamaan regresi antara panjang ikan pada umur 1. t (L ) dengan panjang ikan pada umur t+1 (L ).

      t t+1

      Penentuan ukuran ikan pertama kali Dari persamaan tersebut didapatkan parameter matang gonad menggunakan metode Sperman pertumbuhan K=-Ln b dan L =a/(1-b).

      

      Karber (Udupa, 1986): Kemudian untuk menghitung nilai t (umur pada

      o

      saat panjang ikan sama dengan nol) digunakan

      X log m  X   ( X p ) k i i

      

      rumus empiris (Pauly, 1983) yaitu:

      2 Log (-t ) = -03922 - 1,038 logK o – 0,2752 log L

      

      X = logaritma nilai tengah pada saat ikan

      k

      Pengamatan tingkat kematangan gonad matang gonad 100% X = selisih logaritma nilai tengah kelas

      (TKG) ikan layang biru dilakukan secara X = logaritma nilai tengah kelas

      i

      makroskopis langsung di laboratorium. Tingkat kematangan gonad masing-masing jenis kelamin

    • qi pi
      • – pi Tabel 1. Klasifikasi tingkatan kematangan gonad

      g

      V Usus terdesak, ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di dekat pelepasan

      Testis di bagian belakang kempis, bagian pelepasan masih berisi Indeks kematangan gonad (IKG) dianalisis dengan formula Effendie (1979) yaitu:

      100 x W W

      IKG

      g

       W

      = bobot gonad (gram) W = bobot tubuh (gram)

      IV Ovari makin besar, telur berwarna kuning, mudah dipisahkan butirnya, minyak tak tampak, mengisi 1/2 - 2/3 rongga tubuh

      Untuk pengamatan fekunditas diambil secara acak 20 ovari dari ikan contoh betina yang matang gonad (TKG 4) setiap bulan, sehingga selama penelitian terdapat 100 ovari yang diamati. Contoh ovari yang terambil tersebut diawetkan dengan larutan gilson. Penghitungan jumlah telur dikerjakan dengan cara gabungan gravimetrik dan volumetrik (Effendie, 1979). Cara gabungan tersebut sebagai berikut. Setelah ovari ditimbang dan diketahui bobotnya, telur contoh tersebut diencerkan dengan air 10 cc, kemudian diaduk secara merata. Selanjutnya diambil 1 cc untuk dihitung jumlah telurnya.

      Rumus yang digunakan untuk menghitung fekunditas ialah:

      Q GxVxX F 

      F = fekunditas (butir) G = bobot gonad (gram) V = volume pengenceran (cc) X = jumlah telur teraduk 1 cc (butir) Q = bobot telur contoh (gram) Untuk melihat hubungan fekunditas dengan panjang total ikan menggunakan persaman:

      F = a L

      b

      Seperti TKG III, tampak lebih jelas, testis makin pejal, rongga tubuh mulai penuh, warna putih susu

      III Ovari berwarna kuning, secara morfologi telur sudah kelihatan butirnya oleh mata Permukaan testis nampak bergerigi, warna makin putih, dalam keadaan diawetkan mudah putus

      Ikhsan & Irham - Pertumbuhan dan reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus) di perairan Maluku Utara

      

      Ragam = X

      2 

         

        1 ni

      Selang kepercayaan 95% yaitu:

      Z ragam m 2 / 

      p

      Ukuran testis lebih besar, berwarna putih susu, bentuk lebih jelas dari TKG I

      i

      = ri/ni ri = jumlah ikan matang gonad pada kelas ke i ni = jumlah ikan pada kelas ke i qi = 1

      TKG Betina Jantan

      I Ovari seperti benang, panjang sampai ke depan tubuh, warna jernih, permukaan licin

      Ukuran seperti pendek, ujungnya di rongga tubuh, warna jernih

      II Ukuran lebih besar, warna gelap kekuningan, telur belum terlihat dengan jelas

      F = fekunditas (butir) L = panjang total ikan (mm) a dan b = konstanta

    HASIL DAN PEMBAHASAN

      Tabel 2. Ukuran morfologi ikan layang biru (D. macarellus) pada bulan Januari-Mei 2008 Bulan Panjang Total (mm) Bobot (gram)

      113,5

      Jantan Betina Jantan Betina Januari 211 - 280 215 - 279 101,8 – 219,8 110,3 – 270,4 Februari 216 - 282 218 - 299 106,2

      Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 163-174, 2009

      Hasil pengukuran panjang dan bobot ikan layang biru selama penelitian berdasarkan periode bulan pengamatan disajikan pada Tabel

      2. Tabel ini menunjukkan bahwa panjang total terkecil ikan layang biru jantan adalah 211 mm dengan bobot 101,8 gram dan ikan layang biru betina 215 mm dengan bobot 113,5 gram. Panjang total terbesar ikan jantan 311 mm dengan bobot 288,3 gram dan betina 315 mm dengan bobot 307,5 gram.

      Ikan yang tertangkap memiliki ukuran yang bervariasi, dimana panjang rata-rata maupun bobot rata-rata ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Frekuensi panjang ikan layang biru yang tertangkap di perairan Maluku Utara umumnya berukuran relatif besar dibandingkan dengan jenis ikan pelagis kecil lainnya. Penelitian Hariati (2004) di perairan Banda Aceh panjang cagak ikan layang biru yang ditemukan berukuran antara 16-32 cm dengan modus 28,5 cm. Sementara di perairan sebelah barat Sumatera Utara berukuran antara 16-26 cm dengan modus 20,5 dan 23,5 cm. Di perairan Parigi (Teluk Tomini) ikan berukuran 16-27 cm dengan modus 19,5 dan 25 cm.

    • – 235,8
    • – 279,8 Maret 223 - 311 225 - 315 115,5
    • – 288,3

    • – 307,5 April 225 - 304 228 - 312 121,8
    • – 265,8
    • – 298,8 Mei 224 - 302 226 - 310 109,5
    • – 265,5
    • – 291,4 Kisaran 211 - 311 215 - 315 101,8
    • – 288,3

      125,3

      t

      ] Nilai dugaan parameter pertumbuhan yang diperoleh mengekspresikan hubungan pola pertumbuhan dan umur maksimum dari populasi ikan layang biru jantan dan betina di perairan

      = 335,73 [1- e

      t

      ] Ikan betina L

      = 330,34 [1- e

      Hasil analisis pertumbuhan berdasarkan metode Tanaka yang dilanjutkan dengan analisis metode Plot Ford-Walford diperoleh nilai dugaan parameter pertumbuhan von Bertalanffy dari ikan layang biru di perairan Maluku Utara.

      Dengan demikian diperoleh persamaan pertumbuhan ikan layang biru masing-masing sebagai berikut: Ikan jantan L

      Utara terdiri atas beberapa kelompok. Hal ini terlihat jelas dari pergeseran ukuran kelompok panjang ikan tersebut dalam populasi berdasarkan waktu.

    • 0,33 (t + 0,21)

      Ukuran panjang total layang biru yang diperoleh selama penelitian menunjukkan ukuran yang berbeda. Adanya variasi ukuran ikan layang biru jantan maupun betina tersebut, diduga karena populasi ikan layang di perairan Maluku

      113,5 - 307,5 Hasil pengukuran panjang dan bobot total ikan Layang biru gabungan jantan dan betina yang tertangkap pada bulan januari-Mei menunjukan variasi ukuran yang berbeda. Kelompok ikan dengan frekuensi ukuran terbesar pada bulan Januari berkisar antara 241-250 mm (30,5%), pada bulan Februari frekuensi terbesar masih berada pada kisaran 241-250 mm (26,50%), pada bulan Maret berkisar antara 261- 270 mm (24,50%), untuk bulan April dan Mei berada pada kisaran ukuran yang sama yaitu 271- 280 mm dengan persentase masing-masing (39%) dan (24,25%).

      120,2

      110,3

    • 0,39 (t + 0,25)

      Ikhsan & Irham - Pertumbuhan dan reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus) di perairan Maluku Utara

      4

      48 Umur (bulan) P a nj a ng To ta l (m m )

      44

      40

      36

      32

      28

      24

      20

      16

      12

      8

      50 100 150 200 250 300 350

      Maluku Utara yang secara jelas digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang disajikan pada Gambar 3. Panjang maksimum (L

      Hubungan panjang-bobot ikan layang biru jantan (Gambar 4) dan betina (Gambar 5) adalah sebagai berikut :

      dan K) spesies ikan yang sama pada lokasi yang berbeda dipengaruhi oleh faktor lingkungan masing-masing perairan seperti ketersediaan makanan, suhu perairan, oksigen terlarut, ukuran ikan, dan kematangan gonad. Widodo (1988) menyatakan bahwa kecenderungan ketidak-tepatan nilai parameter pertumbuhan ikan lebih dipengaruhi oleh komposisi ikan contoh yang dianalisis dari pada dipengaruhi oleh cara atau metode yang digunakan.

      

      =256 mm dan K=0,50 per bulan me- nunjukkan perbedaan yang cukup besar. Menurut Csirke (1988) in Merta (1992), perbedaan nilai parameter pertumbuhan (L

      

      dan K yang diperoleh dalam penelitian apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Widodo (1998) terhadap ikan spesies yang sama di Laut Jawa yang mempunyai nilai L

      

      Nilai L

      Gambar 3. Kurva pertumbuhan panjang ikan layang biru jantan dan betina di perairan Maluku Utara pada bulan Januari - Mei 2008 Pada kurva tersebut terlihat bahwa ikan jantan mencapai panjang maksimum 330,34 mm pada umur 48 bulan atau 4 tahun, dan ikan betina mencapai panjang maksimum 335,73 mm pada umur 48 bulan atau 4 tahun. Umur tersebut menunjukkan bahwa pada 4 tahun tidak terjadi lagi pertumbuhan atau penambahan panjang baik untuk ikan jantan maupun betina. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widodo (1988) yang menjelaskan bahwa umur maksimum ikan layang kira-kira 5 tahun.

      ), nilai koefiesien pertumbuhan (K), dan umur teoritis (t ) ikan betina lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan.

      

      L inf (Jantan) = 330.34 mm L inf (Betina) = 335.73 mm

      Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 163-174, 2009

      R

      50 100 150 200 250 300 350 50 100 150 200 250 300 350

      = 0.7635

      2

      R

      2.2853

      W = 0.0005 L

      panjang total (mm) be ra t (gr a m )

      50 100 150 200 250 300 350 400 50 100 150 200 250 300 350

      = 0.801

      2

      2.9809

      Jantan: W = 0,0005 L

      W = 0,00005 L

      Gambar 5. Hubungan panjang-bobot ikan layang biru (D. macarellus) betina di perairan Maluku Utara, Januari-Mei 2008

      Gambar 4. Hubungan panjang-bobot ikan layang biru (D. macarellus) jantan di perairan Maluku Utara, Januari-Mei 2008

      Perbedaan nilai b ikan dari beberapa penelitian ini diduga karena pengaruh ketersedian makanan, waktu pemijahan, dan waktu serta tekanan penangkapan yang berbeda. Graham (1935) in Soumokil (1996) mengatakan bahwa tekanan penangkapan yang cukup tinggi pada suatu daerah turut memengaruhi kehidupan dan pertumbuhan populasi ikan.

      Penelitian pernah dilakukan di daerah yang berbeda diantaranya oleh Widodo (1988) & Sumadhiharga (1991). Di Laut Jawa, Widodo (1988) mengungkapkan nilai b ikan jantan 2,997 dan ikan betina 3,034. Di perairan Teluk Ambon, Sumadhiharga (1991) memperoleh nilai b=2,298.

      Nilai koefisien regresi (b) ikan jantan maupun ikan betina lebih kecil dari 3 (b < 3), Hal ini berarti pertumbuhan ikan layang biru di perairan Maluku Utara bersifat alometrik atau pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobotnya. Model hubungan panjang-bobot ikan layang biru jantan dan betina di perairan Maluku Utara disajikan pada Gambar 4 dan 5.

      (r = 0,801) Nilai r menunjukkan adanya keeratan hubungan antara panjang dan bobot tubuh ikan.

      2,9809

      (r = 0,7635) Betina: W = 0,00005 L

      2,2853

      panjang total (mm) be ra t (gra m )

      Ikhsan & Irham - Pertumbuhan dan reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus) di perairan Maluku Utara

      Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 2000 ekor ikan layang biru yang terdiri atas 645 ekor ikan jantan dan 1355 ekor ikan betina diperoleh nisbah kelamin jantan dan betina yakni 1:1,8 (Tabel 3). Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nisbah kelamin ikan layang biru berdasarkan bulan pengamatan memiliki variasi yang nyata. Pada bulan Januari, Maret, dan April, nisbah kelamin antara ikan jantan dan betina adalah 1:2; sedangkan nisbah kelamin pada bulan Februari dan Mei adalah 1:1.

      Tabel 3. Jumlah ikan layang biru (D. macarellus) yang tertangkap selama pengamatan Bulan

      Jantan (ekor)

      Betina (ekor)

      Nisbah Januari 118 282 1:2 Pebruari 145 255 1:1 Maret 115 285 1:2 April 130 270 1:2 Mei 137 263 1:1 Jumlah 645 1355 1:1,8

      Data nisbah kelamin tersebut menunjukkan bahwa persentase ikan layang biru betina lebih besar daripada ikan jantan. Hal tersebut diduga karena sebagian besar ikan-ikan betina melakukan pemijahan pada bulan-bulan tersebut, dan penangkapan terjadi pada saat ikan betina beruaya ke daerah pemijahan, tepat berada pada daerah penangkapan. Akibatnya ikan betina lebih banyak tertangkap oleh alat tangkap. Hal ini dibuktikan dengan kuantitas yang besar terhadap ikan hasil tangkapan yang matang gonad. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kilingbell (1978), bahwa terjadinya penyim- pangan dari konsep keseimbangan nisbah kelamin merupakan suatu pertanda bahwa proses pemijahan sedang terjadi. Soewarso et al. (2000) yang melakukan penelitian beberapa aspek biologi perikanan malalugis biru di perairan Sulawesi Utara melaporkan bahwa nisbah kelamin jantan dan betina adalah 1:1. Menurut Bal & Rao (1984) in Nugroho & Mardilijah (2006), variasi dalam perbandingan kelamin sering terjadi dikarenakan tiga faktor yaitu perbedaan tingkah laku seksual, kondisi lingkungan, dan penangkapan.

      Persentase tingkat kematangan gonad ikan layang biru jantan dan betina berdasarkan periode bulan pengamatan disajikan pada Tabel 4 (jantan) dan Tabel 5 (betina). Ikan jantan dan betina yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum matang gonad yaitu 57,93% ikan jantan dan 53,14% ikan betina. Kondisi seperti ini, dalam waktu yang panjang akan berdampak buruk pada kelangsungan hidup ikan layang di perairan Maluku Utara.

      Ikan layang biru jantan dan betina yang sudah matang gonad (TKG III dan IV) ditemukan sepanjang periode penelitian. Sebaran masing-masing TKG pada setiap bulan digambarkan pada Gambar 6. Jumlah terbanyak ikan layang biru jantan yang matang gonad yaitu pada bulan Maret (53,91%) dan jumlah terbanyak ikan layang biru betina yang matang gonad ditemukan pula pada bulan Maret (58,60%).

      Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 163-174, 2009

      25

      45 Januari Pebruari Maret April Mei TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

      40

      35

      30

      25

      20

      15

      10

      5

      45 Januari Pebruari Maret April Mei TKG I TKG II TKG III TKG IV TKG V

      40

      35

      30

      20

      Tabel 4. Proporsi ikan layang biru (D. macarellus) jantan yang matang gonad dan yang belum matang di perairan Maluku Utara Januari-Mei 2008 Bulan Belum matang gonad Matang gonad Jumlah

      15

      10

      5

      Persen (%) Januari 200 70,92 82 29,08 282 Februari 149 58,43 106 41,57 255 Maret 118 41,40 167 58,60 285 April 126 46,67 144 53,33 270 Mei 127 48,29 136 51,71 263 Total 720 53,14 635 46,86 1355

      Jumlah (ekor)

      (ekor) Persen (%)

      (ekor) Jumlah

      Belum Matang Gonad Matang Gonad Jumlah Contoh

      Tabel 5. Proporsi ikan layang biru (D. macarellus) betina yang matang gonad dan yang belum matang di perairan Maluku Utara Januari - Mei 2008 Bulan

      Januari 85 72,03 33 27,97 118 Februari 87 60,00 58 40,00 145 Maret 53 46,09 62 53,91 115 April 70 53,85 60 46,15 130 Mei 79 57,66 58 42,34 137 Total 374 57,93 271 42,07 645

      (ekor) Persen (%)

      Persen (%) Jumlah

      Jumlah (ekor)

      Contoh (ekor)

      Gambar 6. Sebaran tingkat kematangan gonad ikan layang biru jantan (a) dan betina (b) setiap bulan dari Januari-Mei 2008 a b

      Ikhsan & Irham - Pertumbuhan dan reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus) di perairan Maluku Utara

      Hal ini menunjukkan bahwa ikan layang biru betina di perairan Maluku Utara diduga memijah hampir setiap bulan dengan puncak pemijahan pada bulan April atau Mei. Hal tersebut senada dengan pernyataan Widodo (1988), berdasarkan hasil penelitian terhadap musim pemijahan ikan layang di Laut Jawa, bahwa ikan jenis tersebut dengan tingkat kematangan gonad IV terbanyak terdapat pada bulan Maret dan bulan Juli; dan puncak pemijahan terjadi pada bulan April/Mei dan Agustus/September.

      Berdasarkan hal tersebut dapat diduga bahwa ikan layang biru (D. macarellus) di perairan Maluku Utara dapat memijah beberapa kali dalam satu musim dengan puncak musim pemijahan pada bulan April atau bulan Mei. Hal ini sesuai dikemukakan oleh Suwarso dan Hariati (1988), bahwa dari variasi indeks kematangan gonad menurut ukuran dan tingkat kematangan gonad diketahui pemijahan ikan layang biru berlangsung relatif lama dan bersifat sebagian- sebagian.

      P eningkatan jumlah ikan betina yang

      matang gonad selalu diikuti dengan peningkatan jumlah ikan layang biru contoh jantan (Gambar 7). Hal tersebut memberi peluang yang cukup baik bagi induk-induk ikan layang biru untuk melakukan perkawinan .

      Hasil pengamatan terhadap jumlah ikan layang biru yang matang gonad pada berbagai ukuran panjang tubuh menunjukkan bahwa ikan layang biru jantan maupun betina mencapai kematangan gonad pertama kali pada ukuran panjang total rata-rata 258 mm. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Hariati (2004) di perairan Banda Aceh yang menemukan panjang rata-rata pertama kali matang gonad ikan layang biru (D. macarellus) yaitu 24,9 cm, sedangkan di perairan Teluk Tomini dan di perairan Laut Sulawesi pada tahun 1997 adalah 22,8 cm. Saat pertama kali ikan mencapai ke- matangan gonad dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, spesies, umur ikan, ukuran dan kemampuan adaptasi ikan terhadap lingkungan (faktor internal) serta makanan, suhu dan arus (faktor eksternal). Perbedaan ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak sama disebabkan oleh perbedaan strategi hidup atau pola adaptasi ikan itu sendiri (Bal & Rao, 1984; Schultz, 1996; Zahid & Simanjuntak, 2009).

      Ikan jantan dengan panjang total kurang dari 258 mm berjumlah 336 ekor (52,1%) dari total 645 ekor yang diamati, sedangkan ikan betina didapatkan sebanyak 741 ekor (54,7%) dari total 1355 ekor. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ikan layang biru yang tertangkap didominasi oleh ikan berukuran yang lebih kecil dari pada ukuran pertama kali matang gonad.

      Dengan tertangkapnya ikan layang biru betina yang matang gonad pada berbagai ukuran mulai dari ukuran yang terkecil sampai ukuran yang besar memberikan petunjuk bahwa ikan- ikan tersebut bertelur dan memijah lebih dari satu kali dalam hidupnya. Selain melalui pengamatan tingkat kematangan gonad, musim pemijahan ikan dilakukan di suatu perairan dapat diteliti melalui pengamatan terhadap jumlah telur yang sudah masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah (Batts, 1972).

      Hasil penghitungan fekunditas dari 100 gonad yang mempunyai TKG IV memperoleh kisaran fekunditas ikan layang biru di perairan Maluku Utara antara 28.875

    • –84.000 butir (Tabel 6). Adanya variasi jumlah telur pada berbagai ukuran panjang ikan layang biru menunjukkan kemungkinan adanya kegiatan pengeluaran telur yang terjadi setiap saat. Fekunditas yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki kisaran

      KESIMPULAN Pertumbuhan ikan layang biru (D. macarellus ) betina lebih cepat dari pada ikan

      50

      jantan dan keduanya mencapai panjang maksimum pada usia 4 tahun. Pola pertumbuhan bersifat alometrik. Ikan yang tertangkap didominasi ikan-ikan yang belum matang gonad.

      Jumlah terbanyak matang gonad ditemukan pada

      10

      20

      30

      40

      60

      70

      1

      2

      3

      4

      5 Periode Pengamatan (Bulan) M at an g G on ad (% )

      Jantan Betina Periode pengamatan (Bulan ke-)

    • – 33750
    • – 44850
    • – 51750
    • – 63750

    • – 61575
    • – 74100
    • – 76575
    • – 84000

      74813

      70875 319,5 5 65625

      Panjang (mm) Frekuensi

      Jurnal Iktiologi Indonesia, 9(2): 163-174, 2009

      yang berbeda dengan hasil penelitian se- belumnya. Soumokil (1996) mengatakan jumlah telur dari 100 ekor ikan Decapterus russelli betina dengan ukuran nilai tengah panjang 170- 280 mm mengandung telur sebanyak 20874- 70112 butir. Burhanuddin dan Djamali (1977) yang telah mencacah 20 ekor ikan Decapterus

      russelli betina dari perairan Pulau Panggang

      (Pulau-Pulau Seribu) dengan ukuran panjang baku 166-299 mm mengandung telur sebanyak 20000-80000 butir. Adanya perbedaan jumlah telur dari berbagai hasil penelitian disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang dan diameter telur yang diteliti (Burhanuddin & Djamali, 1977).

      Gambar 7. Jumlah ikan layang biru (D. macarellus) jantan dan betina yang matang gonad berdasarkan periode bulan pengamatan, Januari-Mei 2008 Tabel 6. Variasi fekunditas terhadap panjang tubuh ikan layang biru (D. macarellus) di perairan Maluku

      Utara, bulan Januari-Mei 2008 Nilai Tengah

      Fekunditas (butir)

      67163 309,5 2 65175

      Rata-rata 219,5 229,5 239,5 249,5 4 28875

      31313 259,5 13 30900

      37875 269,5 19 33150

      42450 279,5 45 40125

      51938 289,5 3 54375

      57975 299,5 9 60225

      Mata ng gona d ( % )

      Ikhsan & Irham - Pertumbuhan dan reproduksi ikan layang biru (Decapterus macarellus) di perairan Maluku Utara

      rutilus L.) p of Bautzen Reservoir

      Cynoglossus bilineatus (Lac. 1802)

      Penelitian dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan, Jakarta. Udupa, K.S. 1986. Statistical methods of estimating the size at first maturity in fishes. Fishbyte, 4(2): 8-10. Widodo J. 1988. Population dynamics and management of ikan layang (Decapterus spp.) (Carangidae) in the Java Sea. Jurnal Penelitian Perikanan Laut , 47: 11-44. Zahid, A. & Simanjuntak, C.P.H. 2009. Biologi reproduksi dan faktor kondisi ikan ilat-ilat,

      Penelitian Perikanan 1999/2000 . Pusat

      M.M. 2000. Biologi reproduksi malalugis biru (D. macarellus ) di Sulawesi Utara. Prosiding Seminar Hasil

      Pengembangan Sumber Daya Laut. P3O- LIPI, Ambon. Suwarso, D.; Pralampita, W.A. & Wahyono,

      Ambon: biologi, perikanan, oseanografi, dan geologi . Balai Penelitian dan

      Sumadhiharga, K. 1991. Struktur populasi dan reproduksi ikan layang biru merah (Decapterus russelli) di Teluk Ambon. p. 39-74. in Praseno et al. (eds.) Teluk

      Suhendrata, T. dan Rusmadji. 1991. Pendugaan ukuran pertama kali matang gonada dan perbandingan kelamin ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) di perairan sebelah Utara Tegal. Jurnal Penelitian Perikanan Laut , 64: 59-63.

      Sparre, P.E. & Venema, S.C. 1992. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment. Part 1: Manual. FAO Fish. Tech. Paper., 306/1 Rev. 1. 376 p.

      Tesis . Sekolah Pasca-sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103 hal.

      1996. Telaah beberapa parameter populasi ikan momar putih (Decapterus russelli) di perairan Kecamatan Amahai, Maluku Tengah dan alternatif pengelolaannya.

      Limmologica, 26: 153-164.Soumokil, A.

      (Saxony, Germany): result of direct and indirect effects of biomanipulation.

      Pauly, D. 1983. Some simple methods for the assessment of tropical fish stock. FAO Fish. Technical Paper 234. Rome. 52 p. Schultz, H. 1996, Drastic decline of the proportion of males in the roach (Rutilus

      bulan Maret. Kematangan gonad pertama kali dicapai pada ukuran panjang total rata-rata 25,8 cm. Puncak pemijahan berlangsung pada bulan April/Mei. Fekunditas yang diperoleh berkisar dari 28875-84000 butir. Jumlah telur dipengaruhi oleh panjang ikan, yaitu semakin panjang ukuran induk ikan maka semakin bertambah jumlah telurnya.

      Fakultas Pascasarjana IPB. Nugroho, D & Mardilijah, S. 2006. Hubungan panjang-bobot, perbandingan jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad tuna mata besar (Thunnus obesus) di perairan Laut Banda. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia , 12 (3): 196-198.

      Merta, I.G.S. 1992. Dinamika Populasi Ikan Lemuru. Sardinela lemuru Blkr, 1953 (Pisces: Clupeidae) di perairan Selat Bali dan alternatif pengelolaannya. Disertasi.

      Anchovy, Engraulis mordax, off Southern California. Calif. Fish and Game, 64 (3): 200-209.

      Edisi Sumber daya dan Penangkapan: 11(5): 15-18. Kilingbell, R.A. 1978. Sex ratio of the Northern

      macarellus ), salah satu spesies ikan pelagis kecil laut dalam di Indonesia. Warta Penelitian Perikanan Indonesia .

      Hariati, T. 2004. Ikan layang biru (Decapterus

      Cetakan Pertama. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 p.

      Effendie, M. I. 1979. Metode biologi perikanan.

      Lembaga Oseanologi Nasional LIPI. pp. 139-149.

      sumber daya, sifat-sifat oseanologi serta permasalahannya . Hutomo et al. (eds.).

      Burhanuddin dan Djamali. 1977. Penelitian biologi ikan layang (Decapterus russellli Ruppel) di perairan Pulau Panggang, Pulau-Pulau Seribu. in Teluk Jakarta

      pelamis , Linn.) in North Carolina Waters. Trans. Amer. Fish. Soc ., 101 (4): 626- 637.

      Tata Mc. Graw-Hill Publishing Company, Limited. New Delhi. 470 p. Batts, B.S. 1972. Sexual maturity, fecundity and sex ratio of skipjack tuna (Katsuwonus

      DAFTAR PUSTAKA Ball, D.V. & Rao K.V. 1984. Marine fisheries.

      (Pisces: Cynoglossidae) di perairan Pantai Mayangan Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia , 9 (1): 85-95.

Dokumen yang terkait

KEBIASAAN MAKANAN IKAN MOTAN, Thynnichthys thynnoides, Bleeker, 1852 DI RAWA BANJIRAN SUNGAI KAMPAR KIRI, RIAU [Food habits of Thynnichtys thynnoides Bleeker,1852 in floodplain river of Kampar Kiri, Riau]

0 0 7

MAKANAN IKAN JAPUH, Dussumieria acuta Valenciennes, 1847 (FAMILI: CLUPEIDAE) DI PERAIRAN TELUK KENDARI [Food habit of rainbow sardine, Dussumieria acuta Valenciennes, 1847 (Family: Clupeidae) in Kendari Bay]

0 0 7

KOMPOSISI DAN LUAS RELUNG MAKANAN IKAN KEPERAS (Cyclocheilichthys apogon, Valenciennes, 1842) DI SUNGAI MUSI [Food composition and niche breadth of beardless barb (Cyclocheilichthys apogon, Valenciennes, 1842) in Musi River]

0 0 9

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) DALAM KERAMBA JARING APUNG YANG DIBERI PAKAN BUATAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA [Growth of green catfish (Hemibagrus nemurus) fry in floating net cage feed by artificial food with different protein conten

0 0 7

HABITAT PEMIJAHAN IKAN WADER PARI (Rasbora lateristriata) DI SUNGAI NGRANCAH, KABUPATEN KULON PROGO [Spawning habitat of Rasbora lateristriata in Ngrancah River, Kulon Progo Regency]

1 0 9

PERTUMBUHAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN HITAM (Barbonymus schwanenfeldii) DALAM KOLAM [Growth performance of the albino and black tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii) in pond] Gleni Hasan Huwoyon1 dan Irin Iriana Kusmini1

0 0 8

Lumban Batu - Determination of residual oxytetracycline in fishes by high performance liquid chromatography

0 0 11

DISTRIBUSI SPASIAL IKAN BERONANG (Siganus canaliculatus) DI PADANG LAMUN SELAT LONTHOIR, KEPULAUAN BANDA, MALUKU [Spatial distribution of rabbitfish Siganus canaliculatus in the seagrass beds of Lonthoir Strait, Banda Archipelago, Moluccas] Munira 1,2 , S

0 0 9

Lumban Batu - Effect of drug-metabolizing enzyme activity induced by polychlorinated biphenyl on the duration of

0 0 7

ASPEK REPRODUKSI IKAN LIDAH, Cynoglossus lingua H.B. 1822 DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR [Reproductive aspect of long tonguesole, Cynoglossus lingua H.B 1822 in Ujung Pangkah Waters, East Java]

0 0 11