MAKALAH PEMBATALAN SURAT PELEPASAN PENGE

MAKALAH
HUKUM PERADILAN TATA USAHA NEGARA
“PEMBATALAN SURAT PELEPASAN PENGESAHAN HAK ATAS TANAH”

DISUSUN OLEH :
NAMA

: IKHSAN SAPUTRA

NIM

: 1600874201266

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATANGHARI
2018

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan ke hadirat ALLAH Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih,
karena berkat lindungan dan bimbingan-Nya jualah makalah Hukum Peradilan Tata Usaha

yang berjudul “Pembatalan Surat Pengesahan Pelepasan Hak atas tanah” ini dapat
terselesaikan.
Makalah yang berjudul “Pembatalan Surat Pengesahan Pelepasan Hak atas tanah” ini
berisikan tentang proses-proses yang ada didalam Pengadilan Tata Usaha Negara dan
makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di masa-masa mendatang. Atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih

Jambi, April 2018

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................

i

Daftar Isi


ii

..................................................................................................................

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang …………………………………………………………………….....

1

B. Tujuan Makalah …………………….............................................................................

1

C. Rumusan Masalah………………………………………………….............................

2

D. Batasan Masalah …………………………………………………………………......

2


Bab II Pembahasan
A. Keputusan Tata Usaha Negara Tentang Sengketa........................................................

3

B. Subyek Sengketa Tata Usaha Negara ..........................................................................

5

C. Obyek Sengketa Tata Usaha Negara ............................................................................

6

D. Proses Berpekara

................................................................................................... 10

E. Penundaan Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara ............................................... 15
Bab III Penutup

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................................. 25

i

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembatalan keputusan penertiban Pelepasan Pengesahan hak atas tanah oleh peradilan
tata usaha negara dengan alasan cacat substansi adalah pembatalan keputusan penertiban
Pelepasan Pengesahan hak atas tanah yang dikeluarkan badan atau pejabat tata usaha negara
yang diketahui ada kesalahan subtansial sehingga bertentangan dengan perundangan yang
berlaku. Kesalahan yang bersifat substansial berarti suatu kesalahan yang bersifat pokok
dalam penertiban keputusan pemberian hak atas tanah yang menjadi dasar terbitnya sertifikat
haknya. Dalam konsep hukum administrasi, salah satu aspek penting sahnya suatu keputusan
yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara adalah aspek substansi seperti
objek, subjek, isi dan tujuannya. Lingkup subtansial berhubungan dengan isi dan tujuan
sebagaimana isi dan tujuan peraturan dasar tidak bertentangan dengan peraturan perundangan
yang lebih tinggi dalam penertiban keputusan atau ketetapan tersebut. Soehini menjelaskan:
Isi serta tujuan ketetapan administrasi harus sesuai dan isi serta tujuan peraturan yang

memuat aturan-aturan hukum inabstrako dan upersonal yang menjadi dasar hukum, serta
memberi wewenang khusus kepada alat perlengkapan administrasi negara untuk dapat
melakukan suatu perbuatan hukum yang berupa pembentukan aturan hukum inkonkrito
terhadap hal-hal atau keadaan konkret.
Dikemukakan oleh Philip M,Hadjon bahwa salah satu aspek sahnya keputusan atau
ketetapan yang dikeluarkan badan atau pejabat tata usaha negara adalah aspek substantif,
artinya obyek keputusan tidak ada error in re. Jika ternyata terbukti adanya eror in re maka
sesuai ketentuan pasal 53 ayat 2 UU Nomor 5 tahun 1986. UU No.51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua UU No. 5 tahun 1986 tentang peradilan Tata Usaha Negara, keputusan
dibatalkan karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai
masalah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan mengetahui bagaimana proses-proses di
Pengadilan Tata Usaha Negara itu sendiri baik mengenai masalah-masalah sengketa lahan
maupun masalah yang akan diputuskan oleh Pengadilah Tinggi Tata Usaha Negara dan untuk
menyempurnakan mata kuliah Hukum Administrasi Negara.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Keputusan Tata Usaha Negara tentang Sengketa?
2. Siapa saja Subyek Sengketa Tata Usaha Negara?

3. Apa yang menjadi Obyek Sengketa Tata Usaha?
4. Bagaimana Proses Berpekara?
5. Kapan Penundaan pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara?
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan materi lebih terarah, maka masalah dibatasi dalam perumusan masalah
mengenai tentang sengketa Tata Usaha Negara

BAB II
PEMBAHASAN
A. Keputusan Tata Usaha Negara tentang sengketa lahan
Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tertulis
2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
4. Bersifat konkrit
5. Bersifat individual
6. Bersifat final
7. Menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata
 Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati ke-empat objek gugatan, maka Majelis
Hakim akan mempertimbangkan apakah ke-empat objek gugatan dikeluarkan oleh Badan

atau Pejabat Tata Usaha Negara atau tidak
 Menimbang, bahwa ke-empat objek gugatan tersebut merupakan surat pernyataan pelepasan
segala hak dan kepentingan atas bidang tanah dengan ganti rugi antara Bambang Setyono
yang bertindak untuk dan atas nama Yayasan Kesejahteraan Hari Tua Pupuk Kaltim sebagai
Pihak Pertama dengan Agus Khoirul Anwar, A. Ptnh. yang bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah Kota Balikpapan sebagai Pihak Kedua, dengan ditandatangani oleh kedua belah
pihak, saksi-saksi (Lurah Sepinggan dan Camat Balikpapan Selatan), dan Tergugat selaku
pejabat yang mengesahkan pelepasan hak atas tanah berdasarkan halaman 23 dari 26
halaman, Putusan Nomor : 29/G/2012/PTUN.SMD pasal 30 Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994
DALAM POKOK SENGKETA :
 Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat tentang kewenangan absolut pengadilan
dikabulkan, maka pokok sengketanya tidak perlu lagi dipertimbangkan, sehingga beralasan
hukum bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima.
 Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak diterima, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Penggugat harus dihukum untuk
membayar biaya perkara yang jumlahnya akan ditentukan dalam amar putusan ini.

 Mengingat, ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara dan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009

Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara serta ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan sengketa ini.
MENGADILI
DALAM EKSEPSI :
Mengabulkan eksepsi Tergugat tentang kewenangan absolut pengadilan.
DALAM POKOK SENGKETA :
1. Menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima.
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 336.000,00 (tiga ratus
tiga puluh enam ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara Samarinda pada hari Selasa, tanggal 12 Februari 2013
 DALAM HUKUM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG BERKAITAN
DENGAN SENGKETA KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
ADALAH:
a. Dasar Hukum
 Undang-undang Nomor 5 tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

b. Sumber Hukum
 Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
 Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
 Pasal 1 Angka 12 UU No. 51 Tahun 2009
 Pasal 1 Angka 9 UU No. 51 Tahun 2009
 Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Jo. PP No. 10 Tahun 1961

 Pasal 3 huruf a dan huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah
 PP No. 24 Tahun 1997 Jo PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997
 Pasal 2a UU No. 9 Tahun 2004
 Pasal 37 PERMENAG/PERMENAG/Ka.BPN No. 1 Tahun 1994
 Pasal 110 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
 Pasal 77 Ayat 1 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009
c.

Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Pokok Sengketa terletak dalam lapangan hukum perdata, maka yang
berwenang memutuskan perkara masalah adalah hakim biasa. Bilamana Pokok Sengketa
dalam lapangan hukum publik, maka hanyalah Hakim Administrasi yang berkompeten untuk
memeriksa dan memutus perkara ini. Suatu Perkara adalah ditetapkan oleh tolak ukur atau
Pokok dalam Sengketa. Apabila hal yang dilanggar terletak dibidang hukum perdata, yaitu
terdapatnya hak perdata yang tertindis atau pemilik hak yang dirugikan maka Pengadilan
Umum (bagian perdata) yang berwenang memeriksa dan memutus perkara. Bilamana itu
terletak di bidang hukum publik maka yang berkompeten memeriksa dan memutus perkara
adalah Pengadilan Administrasi.
Jadi dalam masalah ini ruang lingkup pokok sengektanya adalah Hukum Perdata
karena didalam masalah ini tergugat tidak berkehendak sepihak dan unsur-unsur yang
terdapat dalam Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tersebut bersifat
kumulatif, artinya bahwa suatu Keputusan Tata Usaha Negara harus memenuhi seluruh unsurunsur tersebut tanpa terkecuali, tidak terpenuhinya salah satu unsur, maka keputusan tersebut
bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 9
Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 yang dapat dijadikan objek gugatan di Peradilan Tata
Usaha Negara.

B. Subyek Sengketa Tata Usaha Negara
PENGGUGAT
a.


Identitas

1. Nama
2. Alamat

: Andi Malik Tadjoeddin
: Jln. Pandan Wangi Gang XIV/35 RT. 025,

Kelurahan Margasari, Kecamatan Balikpapan

Barat, Kota Balikpapan
MEMBERIKAN KUASA KEPADA
1. Nama

: Andi Abdullah, SH.SE., M.Hum

2. Alamat

: Jln. Teluk Nibung Nomor 9 Surabaya dan

Jln. Boulevard Raya Blok CN-1 Apt. WGP
Menara A Lt. 15-30 Kelapa Gading Timur Jakarta Utara
MELAWAN
TERGUGAT
a.

Identitas

1. Nama

: Kepala Kantor Pertanahan Kota Surabaya

2. Alamat

: Jln. Marsma R.Iswahyudi No. 40 Balikpapan
MEMBERIKAN KUASA KEPADA

 Nama

: Ahmad Syafruddin, S.H

Widodo Raharjo
Husen, S.H
 Alamat : Jln. Marsma R.Iswahyudi No. 40 Balikpapan
C. Obyek Sengketa Tata Usaha Negara
Bahwa yang digugat oleh Penggugat adalah:
1.

Pengesahan Kepala Kantor Pertanahan Kota Balikpapan, berupa surat Pengesahan
Pelepasan Hak atas tanah sebagai berikut :

 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.013/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.014/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
2. Dasar Gugatan Penggugat
I.

Bahwa keputusan (beschikking) Tergugat telah memenuhi syarat sebagai

suatu Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 angka 12

halaman 4 dari 26 halaman, Putusan Nomor : 29/G/2012/PTUN.SMD UU No.51 Tahun 2009
yaitu :
Keputusan Tergugat yang mengesahkan surat pelepasan hak atas tanah adalah merupakan
penetapan tertulis dimana Tergugat dalam kapasitasnya sebagai badan atau pejabat Tata
Usaha Negara, sehingga dengan demikian Tergugat merupakan badan atau pejabat Tata
Usaha Negara yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya
atau yang dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang/badan hukum perdata
II.

Bahwa oleh karena keputusan Tergugat merupakan keputusan Tata Usaha

Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 9 UU No. 51 Tahun 2009 yang bersifat
konkret, individual dan final, dimana keputusan Tergugat adalah merupakan Penetapan
Tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang meliputi unsurunsur sebagai berikut :
a.

Berupa penetapan tertulis (bukan lisan) makna “penetapan tertulis” disini bukan semata-mata
harus berupa penetapan formal yang memuat konsideran dan diktum, melainkan dapat pula
berupa : NOTA DINAS, SURAT PERINTAH, MEMO dsb. asal memuat secara jelas “dari
siapa”, “untuk siapa” dan mengenai hal apa.

b. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN.
c.

Berisi tindakan hukum TUN.

d.

Konkrit, artinya berwujud bukan abstrak.

3. Alasan-alasan diajukan gugatan ini adalah sebagai berikut:
1. Bahwa berdasarkan bukti hak kepemilikan Penggugat adalah sebagai pemilik sah atas tanah
setempat dikenal di Jalan Syarifudin Yoes, Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan
adalah berdasarkan segel induk No. 332/1939, tertanggal 17 Agustus 1939, yang selanjutnya
Penggugat ajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Balikpapan dengan Putusan Pengadilan
Negeri Balikpapan No.30/Pdt.G/2009/PN.Bpp tertanggal 01 April 2009, seluas 4 ha (40.000
M²). Sesuai penetapan eksekusi No. E.01.2012-30/Pdt.G/2009/PN.Bpp tertanggal 22
Desember 2011 Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balikpapan No.38/Pdt.G/2012/PN.Bpp
tertanggal 24 Juli 2012, seluas 20,7 ha. yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, bahwa
Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat karena telah menguasai dan menggarap
tanah tersebut sejak tahun1960 dari orang tuanya hingga diajukannya gugatan tersebut.
2.

Bahwa sebagai layaknya warga negara yang lain, Penggugat berkehendak atau bermaksud
untuk mengurus hak-hak kepemilikan atas tanah miliknya guna dapat diterbitkan sertipikat

hak milik dengan melalui prosedur dan syarat-syarat yang ditentukan untuk pensertipikatan
atas tanah milik Penggugat seluas kurang lebih 5,4ha, sebagaimana poin 1 diatas.
3. Bahwa sebelum Penggugat berkehendak atau bermaksud mengurus hak-hak tersebut, terlebih
dahulu Penggugat mengadakan pengecekan ke lokasi obyek di jalan Syarifudin Yoes,
Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan dan bertemu dengan
penjaga dan yang telah menguasai tanah tersebut sejak tahun 1960 dari orang tuanya dan
kenyataannya tanah tersebut memang dalam keadaan kosong dan sudah Penggugat lakukan
sebagian pemagaran dilokasi obyek tersebut.
4.

Bahwa selanjutnya penggugat melakukan pengajuan pengurusan surat pensertipikatan
kepada Tergugat dan telah dilakukan pengukuran ke lokasi obyek sesuai prosedur yang ada
serta terbit surat ukur dan telah memenuhi syarat serta siap untuk jadi sertipikat hak milik.

5.

Bahwa tanpa sepengetahuan Penggugat ternyata obyek sengketa yang terletak di jalan
Syarifudin Yoes, Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan tersebut telah ada
sertipikat diatas surat kepemilikan Penggugat dan sertipikat tersebut telah dikembalikan pada
negara untuk dimatikan berdasarkan surat pengesahan pelepasan hak atas tanah oleh Kepala
Kantor Pertanahan Kota Balikpapan dan hingga diajukannya gugatan ini sertipikat tersebut
belum ada yang mengajukan kembali kecuali Penggugat, namun Tergugat hingga saat ini
belum menanda tangani sertipikat yang sudah memenuhi prosedur milik Penggugat dengan
alasan bahwa tanah tersebut telah dilakukan Surat Pengesahan Pelepasan Hak Atas Tanah
kepada Negara, hal ini jelas bertentangan dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Jo. PP
No. 10 Tahun 1961 yang menyimpulkan bahwa “kesesuaian antara aspek phisik dan aspek
yuridis sebagai syarat mutlak terhadap pendaftaran tanah, lebih ditegaskan lagi dengan
Keppres : 32 Tahun 1979 tentang pendaftaran hak, bahwa atas pendaftaran tanah harus
didasari surat dasar dari bekas pemilik asal yang sah sehingga merupakan alas hak utama
yang sah menurut hukum untuk terbitnya sertifikat hak atas tanah tersebut.

6.

Bahwa dengan demikian Kepala Kantor Pertanahan Kota Balikpapan dalam mengesahkan
surat pernyataan pelepasan hak atas tanah kepada negara telah melalui dan melakukan
prosedur yang salah, maka pengesahan tersebut adalah cacat hukum, sehingga tidak sah, tidak
berkekuatan hukum maka harus dicabut/dibatalkan.

7.

Bahwa Tergugat telah bertindak sewenang-wenang dan tindakannya tersebut telah
mengesahkan pelepasan hak atas tanah berupa :

 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007.

 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007.
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 013/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007.
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 014/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007.
Adalah merupakan tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, karena tidak melaksnakan proses penerbitan sertipikat hak milik atas nama
Penggugat yang telah memenuhi syarat dan prosedur yang ada, sebagaimana halaman 8 dari
26 halaman, Putusan Nomor : 29/G/2012/PTUN.SMD dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dan
huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran
tanah yaitu:
a)

Pasal 3 huruf a : Pendaftaran tanah bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan
perlindungan hukum kepada pemegang hak atau suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan
hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan.

b)

Pasal 3 huruf c : Pendaftaran tanah bertujuan untuk terselenggaranya tertib administrasi
pertanahan.

D. Proses Berperkara
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2.

Menyatakan batal atau tidak sah Surat Pengesahan Kepala Kantor Pertanahan Kota
Balikpapan berupa :
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007
tanggal 19 Juni 2007.
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007
tanggal 19 Juni 2007.

3. Memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut/membatalkan Surat Pengesahan Pelepasan
Hak atas tanah berupa :
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007.
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19

4.

Memerintahkan kepada Tergugat untuk menunda/tidak mengalihkan kepada pihak lain
terhadap obyek sengketa sampai putusan in casu perkara ini telah mempunyai kekuatan
hukum tetap

5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara :
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon untuk putusan yang seadil-adilnya (ex
aeguo et bono).
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan
Jawabannya tertanggal 14 Januari 2013, dengan mengemukakan hal-hal yang pada pokoknya
sebagai berikut :
A. DALAM EKSEPSI
1.

Bahwa Tergugat menyatakan menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang diajukan oleh
Penggugat dalam gugatannya kecuali terhadap hal-hal yang secara jelas dan tegas diakui
kebenarannya oleh Tergugat.

2. Berkaitan Kewenangan Mengadili Dari Pengadilan Tata Usaha Negara (Kompetensi Absolut)
a.

Tergugat menyatakan gugatan yang diajukan oleh Penggugat telah bertentangan dengan
kompetensi absolut dari suatu peradilan umum, karena dalam dalil Penggugat kebanyakan
materinya berkaitan tentang masalah kepemilikan atau titik beratnya tentang sengketa
kepemilikan tanah bukan prosedural administrasi pendaftaran tanah dan tidak berkaitan
langsung dengan obyek tata usaha negara sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 1997
Jo PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997 dan apabila pokok sengketanya (Geschilpunt,
Fundamentum petendi) terletak dalam lapangan hukum privat maka kompetensi peradilan
umum untuk mengadilinya, dan juga Penggugat menyatakan sebagai pemilik dari tanah yang
telah diterbitkan obyek perkara a quo, namun dalil-dalil yang dinyatakan oleh Penggugat
tersebut hanya merupakan klaim pribadi dari Penggugat, dimana untuk menyatakan
Penggugat merupakan pemilik sah atas tanah seharusnya Penggugat mengajukan gugatan
melalui Pengadilan Negeri tempat obyek sengketa berada terlebih dahulu, bukan kepada yang
menjadi wewenang dari Pengadilan Tata Usaha Negara, karena yang berhak menentukan
Penggugat merupakan pemilik sah tanah dari Objek tanah yang telah dikeluarkan sertipikat a
quo adalah Pengadilan Negeri, kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
mengadili sengketa TUN terhadap keputusan TUN yang telah dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN.

3.

Bahwa Tergugat membantah dalil Penggugat dalam dasar gugatan, objek yang mdigugat
bukan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, sebagaimana diatur dalam UU No. 51
Tahun 2009 Pasal 1 ayat 9 :
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final
yang menimbulkan akibat hukun bagi seseorang atau badan hukum perdata”.

B. DALAM POKOK PERKARA
1.

Bahwa Tergugat tetap menolak seluruh dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat kecuali
terhadap hal-hal yang diakui secara tegas oleh Tergugat.

2. Bahwa Tergugat mohon agar segala sesuatu yang telah diuraikan dalam eksepsi juga masuk
dalam bagian pokok perkara ini.
3.

Bahwa kronologis pengesahan pelepasan Sertipikat HM No. 146 / Kel.Sepinggan an.
HASBULLAH luas 13.360 M², tanggal 31 Agustus 1994, telah memenuhi persyaratan.

4.

Bahwa kronologis pengesahan pelepasan Sertipikat HM No. 1465 / Kel. Sepinggan an.
DEDENG RUCHYANUDIN, luas 18.520 M², tanggal 31 Agustus 1994, telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Persyaratan Yuridis :

1) Surat pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal
19 Juni 2007
2) Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli No. 62, tanggal 25 Agustus 2003
3) Akta Surat Kuasa Untuk Menjual No. 63 tanggal 25 Agustus 2003
4) Akta Pernyataan Keputusan Rapat Pembina Yayasan Kesejahteraan Hari Tua Pupuk Kaltim
No. 09 tanggal 14 Desember 2006
5.

Bahwa kronologis pengesahan pelepasan Sertipikat HM No. 1486 / Kel.Sepinggan an.
HASBULLAH luas 8.110 M², tanggal 26 September 1994, telah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a. Persyaratan Yuridis :

1) Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 014/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal
19 Juni 2007
2)

Akta kuasa No. 8 tanggal 17 Nopember 2003

b.

Bahwa Sertipikat Hak Milik No. 1468 / Kel. Sepinggan an. HASBULLAH diproses
pemisahan sebagian atas nama diri sendiri berdasarkan surat permohonan tanggal 11 Juni
2007 menjadi Sertipikat HM No.6043, seluas 2.200 M², demikian sisa menjadi 8.110 M².

6.

Bahwa kronologis pengesahan pelepasan Sertipikat HM No. 1487 / Kel. Sepinggan an.
DEDENG RUCHYANUDIN, luas 14.010 M² tanggal 26 September 1994, telah memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
Persyaratan Yuridis :
1) Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007,
tanggal 19 Juni 2007
2) Akta Surat Kuasa Untuk Menjual No.64, tanggal 25 Agustus 2003
3) Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli No.61, tanggal 25 Agustus 2003.

7. Bahwa gugatan Penggugat poin 5 (lima), Tergugat dalam melaksanakan proses pengesahan
pelepasan hak atas tanah berdasarkan inventarisasi dan identifikasi keadaan di lapangan pada
saat pembebasan tanah telah sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 35
PERMENAG / Ka.BPN No. 1 Tahun 1994.
DALAM EKSEPSI :
1. Menyatakan menerima dan mengabulkan eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan menolak dalil-dalil dari gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA :
1.

Menyatakan bahwa menolak gugatan Penggugat untuk keseluruhan dan atau setidak
tidaknya-tidak dapat diterima (niet ontvenkelijke verklaard).

2. Menyatakan secara sah pelepasan dan pengesahan hak atas tanah berdasarkan:
a.

Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 013/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal
19 Juni 2007.

b. Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal
19 Juni 2007.
c.

Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 014/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal
19 Juni 2007.

d.

Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No. 011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal
19 Juni 2007.
Sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku:

3.

Membebankan Kepada Penggugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam
perkara/sengketa ini.

C. Dalam acara biasa:
1. Ketua majelis membacakan gugatan
1.

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor :
29/PEN-DIS/2012/PTUN.SMD tanggal 14 November 2012 tentang Penetapan Lolos
Dismissal.

2.

Telah membaca Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor :
29/PEN/2012/PTUN.SMD tanggal 14 November 2012 tentang Penunjukkan Majelis Hakim.

3.

Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor : 29/PEN-PP/2012/PTUN.SMD
tanggal 14 November 2012 tentang Pemeriksaan Persiapan.

4.

Telah membaca Penetapan Hakim Ketua Majelis Nomor : 29/PENHS/2012/PTUN.SMD
tanggal 18 Desember 2012 tentang hari Sidang Pertama.

5. Telah membaca dan mempelajari berkas perkara yang diajukan dipersidangan.
6. Telah membaca dan memeriksa Berita Acara Perkara ini.
2. Jawaban dari tergugat
Bahwa Tergugat menyatakan menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang diajukan oleh
penggugat dalam gugatannya kecuali terhadap hal-hal yang secara jelas dan tegas diakui
kebenarannya oleh Tergugat. Tergugat menyatakan gugatan yang diajukan oleh penggugat
telah bertentangan dengan kompetensi absolut dari suatu peradilan umum, karena dalam dalil
penggugat kebanyakan materinya berkaitan dengan masalah kepemilikan tanah bukan
prosedural administrasi pendaftaran tanah dan tidak berkaitan langsung dengan obyek tata
usaha negara.
3. Replik dari Penggugat
Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat, Penggugat telah
menyampaikan Repliknya tertanggal 22 Januari 2013 :
1. Bahwa berdasarkan bukti hak kepemilikan Penggugat adalah sebagai pemilik sah atas tanah
setempat dikenal di Jalan Syarifudin Yoes, Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan
adalah berdasarkan segel induk No. 332/1939, tertanggal 17 Agustus 1939, yang selanjutnya
Penggugat ajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Balikpapan dengan Putusan Pengadilan
Negeri Balikpapan No.30/Pdt.G/2009/PN.Bpp tertanggal 01 April 2009, seluas 4 ha (40.000
M²). Sesuai penetapan eksekusi No. E.01.2012-30/Pdt.G/2009/PN.Bpp tertanggal 22
Desember 2011 Jo. Putusan Pengadilan Negeri Balikpapan No.38/Pdt.G/2012/PN.Bpp
tertanggal 24 Juli 2012, seluas 20,7 ha. yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, bahwa

Penggugat mengajukan gugatan terhadap Tergugat karena telah menguasai dan menggarap
tanah tersebut sejak tahun1960 dari orang tuanya hingga diajukannya gugatan tersebut.
2.

Bahwa sebagai layaknya warga negara yang lain, Penggugat berkehendak atau bermaksud
untuk mengurus hak-hak kepemilikan atas tanah miliknya guna dapat diterbitkan sertipikat
hak milik dengan melalui prosedur dan syarat-syarat yang ditentukan untuk pensertipikatan
atas tanah milik Penggugat seluas kurang lebih 5,4ha, sebagaimana poin 1 diatas.

3. Bahwa sebelum Penggugat berkehendak atau bermaksud mengurus hak-hak tersebut, terlebih
dahulu Penggugat mengadakan pengecekan ke lokasi obyek di jalan Syarifudin Yoes,
Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan dan bertemu dengan
penjaga dan yang telah menguasai tanah tersebut sejak tahun 1960 dari orang tuanya dan
kenyataannya tanah tersebut memang dalam keadaan kosong dan sudah Penggugat lakukan
sebagian pemagaran dilokasi obyek tersebut.
4.

Bahwa selanjutnya penggugat melakukan pengajuan pengurusan surat pensertipikatan
kepada Tergugat dan telah dilakukan pengukuran ke lokasi obyek sesuai prosedur yang ada
serta terbit surat ukur dan telah memenuhi syarat serta siap untuk jadi sertipikat hak milik.

5.

Bahwa tanpa sepengetahuan Penggugat ternyata obyek sengketa yang terletak di jalan
Syarifudin Yoes, Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan tersebut telah ada
sertipikat diatas surat kepemilikan Penggugat dan sertipikat tersebut telah dikembalikan pada
negara untuk dimatikan berdasarkan surat pengesahan pelepasan hak atas tanah oleh Kepala
Kantor Pertanahan Kota Balikpapan dan hingga diajukannya gugatan ini sertipikat tersebut
belum ada yang mengajukan kembali kecuali Penggugat, namun Tergugat hingga saat ini
belum menanda tangani sertipikat yang sudah memenuhi prosedur milik Penggugat dengan
alasan bahwa tanah tersebut telah dilakukan Surat Pengesahan Pelepasan Hak Atas Tanah
kepada Negara, hal ini jelas bertentangan dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Jo. PP
No. 10 Tahun 1961 yang menyimpulkan bahwa “kesesuaian antara aspek phisik dan aspek
yuridis sebagai syarat mutlak terhadap pendaftaran tanah, lebih ditegaskan lagi dengan
Keppres : 32 Tahun 1979 tentang pendaftaran hak, bahwa atas pendaftaran tanah harus
didasari surat dasar dari bekas pemilik asal yang sah sehingga merupakan alas hak utama
yang sah menurut hukum untuk terbitnya sertifikat hak atas tanah tersebut.

6.

Bahwa dengan demikian Kepala Kantor Pertanahan Kota Balikpapan dalam mengesahkan
surat pernyataan pelepasan hak atas tanah kepada negara telah melalui dan melakukan
prosedur yang salah, maka pengesahan tersebut adalah cacat hukum, sehingga tidak sah, tidak
berkekuatan hukum maka harus dicabut/dibatalkan.

7.

Bahwa atas dasar hal tersebut diatas, sangatlah beralasan apabila kemudian Penggugat
mengajukan gugatan untuk membatalkan atau menyatakan ketidaksahan.

8.

Bahwa Tergugat telah bertindak sewenang-wenang dan tindakannya tersebut telah
mengesahkan pelepasan hak atas.

9.

Bahwa sebagaimana telah diuraikan diatas, Penggugat pada tanggal 14 Maret 2012 telah
mengajukan permohonan prosedur pensertipikatan tanah dengan tanda bukti penyetoran lunas
untuk pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah milik Penggugat pada Kepala kantor
Pertanahan Kota Balikpapan dengan luas 40.000 (empat puluh ribu meter persegi) atau 4 ha.
(empat hektar) dan surat-surat tersebut telah siap sesuai prosedur dan persyaratan untuk jadi
sertipikat hak milik.

10. Bahwa dengan diproses dan diterimanya permohonan hak atas tanah yang telah menjadi hak
milik Penggugat namun kenyataannya Tergugat tidak melakukan proses penanda tanganan
sertipikat, jelas-jelas hal ini merupakan tindakan kesewenangwenangan yang sangat
merugikan kepentingan dari pada pihak Penggugat dan juga menyalahai asas-asas kepatutan,
pemerintahan yang baik, bersih, cermat, jujur dan berwibawa yang dilakukan oleh pihak
Tergugat yaitu dengan melanggar ketentuan Pasal 3 huruf a dan c Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, bahwa demikian pula
Pengesahan Pelepasan Atas tanah yang disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kota
Balikpapan adalah bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
khususnya Asas Kepastian Hukum, Asas Profesionalitas serta Asas tertib Penyelenggaraan
Negara, dimana Tergugat tidak cermat dan tidak teliti, jelas Tergugat telah melakukan
kesalahan prosedur.
4. Duplik dari Tergugat
Menimbang bahwa terhadap Replik Penggugat, Tergugat telah menyampaikan Dupliknya
tertanggal 28 Januari 2013
1.

Bahwa Tergugat menyatakan menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil yang diajukan oleh
Penggugat dalam gugatannya kecuali terhadap hal-hal yang secara jelas dan tegas diakui
kebenarannya oleh Tergugat.

2. Berkaitan Kewenangan Mengadili Dari Pengadilan Tata Usaha Negara (Kompetensi Absolut)
a.

Tergugat menyatakan gugatan yang diajukan oleh Penggugat telah bertentangan dengan
kompetensi absolut dari suatu peradilan umum, karena dalam dalil Penggugat kebanyakan
materinya berkaitan tentang masalah kepemilikan atau titik beratnya tentang sengketa
kepemilikan tanah bukan prosedural administrasi pendaftaran tanah dan tidak berkaitan

langsung dengan obyek tata usaha negara sebagaimana diatur dalam PP No. 24 Tahun 1997
Jo PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997 dan apabila pokok sengketanya (Geschilpunt,
Fundamentum petendi) terletak dalam lapangan hukum privat maka kompetensi peradilan
umum untuk mengadilinya, dan juga Penggugat menyatakan sebagai pemilik dari tanah yang
telah diterbitkan obyek perkara a quo, namun dalil-dalil yang dinyatakan oleh Penggugat
tersebut hanya merupakan klaim pribadi dari Penggugat, dimana untuk menyatakan
Penggugat merupakan pemilik sah atas tanah seharusnya Penggugat mengajukan gugatan
melalui Pengadilan Negeri tempat obyek sengketa berada terlebih dahulu, bukan kepada yang
menjadi wewenang dari Pengadilan Tata Usaha Negara, karena yang berhak menentukan
Penggugat merupakan pemilik sah tanah dari Objek tanah yang telah dikeluarkan sertipikat a
quo adalah Pengadilan Negeri, kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara untuk
mengadili sengketa TUN terhadap keputusan TUN yang telah dikeluarkan oleh badan atau
pejabat TUN.
3.

Bahwa Tergugat membantah dalil Penggugat dalam dasar gugatan, objek yang mdigugat
bukan merupakan Keputusan Tata Usaha Negara, sebagaimana diatur dalam UU No. 51
Tahun 2009 Pasal 1 ayat 9 :
“Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final
yang menimbulkan akibat hukun bagi seseorang atau badan hukum perdata”.
Bahwa sesuai dengan ketentuan di atas, obyek gugatan yang diajukan oleh Penggugat
merupakan proses perbuatan hukum perdata dimana berdasarkan Pasal 30 Ayat 1
PERMENAG/Ka. BPN No.1 Tahun 1994 yang “Bersama dengan pemberian ganti kerugian
dibuat surat pernyataan pelepasan hak atau penyerahan tanah uang ditandatangani oleh
pemegang hak atas tanah dan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten / Kotamadya serta
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota panitia.”.
Dari penjelasan diatas maka dapat diketahui bahwa kedudukan Tergugat dalam hal ini
hanya sebagai pihak yang mengesahkan proses pelepasan dan penyerahan hak atas tanah
yang merupakan proses perbuatan hukum perdata.

5. Pembuktian
Menimbang bahwa penggugat telah mengajukan gugatannnya tertanggal 01 November 2012,
yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda pada tanggal 01

November 2012 dengan perkara Nomor 29/G/2012/PTUN.SMD, dan telah diperbaiki dalam
Pemeriksa Persiapa tanggal 18 Desember 2012, yang pada pokoknya mengumumkan dalildalil gugatannya sebagai berikut:
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.011/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.012/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.013/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
 Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.014/SPPH-INS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19
Juni 2007
6. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara biasa pada poin 1-5 adalah bahwa penggugat bermaksud untuk
mengurus hak-hak kepemilikan atas tanah miliknya guna dapat diterbitkan sertifikat hak
milik.
7. Putusan
Menimbang, bahwa unsur-unsur Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tertulis
2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
4. Bersifat konkrit
5. Bersifat individual
6. Bersifat final
7. Menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata
 Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati ke-empat objek gugatan, maka Majelis
Hakim akan mempertimbangkan apakah ke-empat objek gugatan dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara atau tidak
 Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat di dalam ke-empat objek gugatan selaku Pejabat yang
mengesahkan pelepasan hak atas tanah, maka Majelis Hakim berpendapat keempat objek
gugatan tidak dikeluarkan oleh Tergugat selaku Badan/Pejabat Tata Usaha Negara atau bukan
merupakan produk hukum Tergugat.

 Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah ke-empat objek
gugatan berisi tindakan hukum tata usaha negara atau tidak.
DALAM POKOK SENGKETA :
 Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat tentang kewenangan absolut pengadilan
dikabulkan, maka pokok sengketanya tidak perlu lagi dipertimbangkan, sehingga beralasan
hukum bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima.
 Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak diterima, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Penggugat harus dihukum untuk
membayar biaya perkara yang jumlahnya akan ditentukan dalam amar putusan ini.
 Mengingat, ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara dan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara serta ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan sengketa ini.
MENGADILI
DALAM EKSEPSI :
Mengabulkan eksepsi Tergugat tentang kewenangan absolut pengadilan.
DALAM POKOK SENGKETA :
3. Menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima.
4. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 336.000,00 (tiga ratus
tiga puluh enam ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara Samarinda pada hari Selasa, tanggal 12 Februari 2013
8. Upaya Hukum
Dalam Tingkat banding pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Menimbang, bahwa
pada persidangan tanggal 12 Februari 2013, Tergugat mengajukan bukti surat terhadap
eksepsi tentang kewenangan absolut pengadilan yang bermeterai cukup dan telah dilegalisir
serta telah dicocokkan dengan aslinya yang diberi tanda T-1 sampai dengan T-4 berupa :
1.

T-1 : Foto copy dari aslinya Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.011/SPPHINS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19 Juni 2007

2.

T-2 : Foto copy dari aslinya Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.012/SPPHINS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19 Juni 2007

3.

T-3 : Foto copy dari aslinya Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.013/SPPHINS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19 Juni 2007

4.

T-4 : Foto copy dari aslinya Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.014/SPPHINS/BPN-44.2/VI-2007 tanggal 19 Juni 2007

 Menimbang, bahwa segala sesuatu yang terurai dalam Berita Acara PemeriksaanPersiapan dan
Persidangan menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari putusan ini
 Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan Jawabannya tertanggal 14 Januari 2013, dan
didalam jawabannya, Tergugat juga menyampaikan eksepsi tentang Kewenangan Absolut
Pengadilan. Oleh karena itu, Majelis Hakim terlebih dahulu akan mempertimbangkan eksepsi
tersebut.
9.

Pelaksanaan Keputusan
Diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara Samarinda pada hari Selasa, tanggal 12 Februari 2013 oleh ARUM PRATIWI
MAYANGSARI, S.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, BAGUS DARMAWAN, S.H., M.H.,
dan JIMMY CLAUS PARDEDE, S.H., M.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota.
Putusan ini diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh
Majelis Hakim tersebut, dibantu oleh SURIANSYAH, S.H., sebagai Panitera Pengganti,
dengan dihadiri oleh Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat.

E. Penundaan Pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara
Bahwa atas obyek tanah yang legalitas sertifikatnya yang sudah dimatikan akibat
disahkannya surat pernyataan pelepasan hak atas tanah yang dipermasalahkan sekarang ini,
sangatlah dimungkinkan untuk segera beralih kepada pemilik baru, untuk hal tersebut
penggugat memohon agar ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Up. Majelis
Hakim pemeriksa in casu perkara ini, untuk berkenan menunda peralihan yang akan terjadi
sampai adanya putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap/pasti.
Tenggang Waktu Mengajukan Gugatan
Bahwa Penggugat mengetahui adanya Surat Pengesahan Kepala Kantor Pertanahan Kota
Balikpapan, berdasarkan surat pemberitahuan tertanggal 15 Oktober 2012 yang dikeluarkan
oleh Tergugat, sedangkan gugatan ini diajukan pada tangga l1 November 2012, dengan
demikian gugatan yang diajukan masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh hari)
sebagaimana diatur dalam Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan Perubahan kedua

Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang No.5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
F. Ciri Khusus Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
1.

Peranan hakim aktif karena ia dibebani tugas untuk mencari kebenaran materil Keaktifan
hakim dapat kita temukan antara lain dalam pasal 63 ayat 2 butir a,b, Pasal 80 ayat 1, Pasal
95 ayat 1, Pasal 103 ayat 1 UU No. 5 Tahun 1986.

2.

Kompensasi ketidakseimbangan antar kedudukan Penggugat dan Tergugat (Jabatan Tata
Usaha Negara). Kompensasi perlu diberikan karena kedudukan Penggugat diasumsikan
dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan Tergugat selaku pemenang kekuasaan Publik.
Apalagi pada saat Pembuktian, biasanya alat bukti yang diperlukan dalam proses persidangan
tidak dimiliki oleh penggugat (yang pada umumnya rakyat biasa), melainkan dimiliki oleh
tergugat.

3. Sistem Pembuktian yang mengarah Kepada Pembuktian Bebas yang terbatas, menurut pasal
107 hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban Pembuktian, beserta penilaian
pembuktian, tetapi pasal 100 menentukan secara liminatif mengenai alat-alat bukti yang
boleh digunakan.
4.

Gugatan di Pengadilan tidak mutlak bersifat menunda Pelaksanaan keputusan tata Usaha
Negara yang digugat (pasal 67). Hal ini sehubungan dengan presumtio justae causa dalam
Hukum Administrasi Negra, yang maksudnya adalah bahwa suatu Keputusan Tata Usaha
Negara Harus selalu dianggap benar dan dapat dilaksanakan, sepanjang hakim belum
membuktikan sebaliknya.

5.

Putusan Hakim tidak bersifat melebihi tuntutan Penggugat tetapi dimungkinkan adanya
membawa penggugat dalam keadaan yang lebih buruk sepanjang diatur dalam perundangundangan.

6.

Terhadap Putusan Hakim Tata Usaha Negara berlaku Asas Erga Omnes. Artinya bahwa
putusan itu tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa, tetapi juga pihak-pihak
lain yang terkait. Dalam mengajukan gugatan harus ada kepentingan atau bila tidak ada
kepentingan maka tidak boleh mengajukan gugatan.

7.

Kebenaran yang dicapai adalah kebenaran materiil dengan tujuan menyelaraskan,
menyerasikan, menyeimbangkan kepentingan perseorangan dengan kepntingan umum.

G. Alat Bukti
1. Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli No. 62, tanggal 25 Agustus 2003

2. Akta Surat Kuasa Untuk Menjual No. 63 tanggal 25 Agustus 2003
3. Akta Pernyataan Keputusan Rapat Pembina Yayasan Kesejahteraan Hari Tua Pupuk Kaltim
No. 09 tanggal 14 Desember 2006
4. Fotocopy dari aslinya Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah No.011/SPPH-INS/BPN44/VI-2007 tanggal 19 Juni 2007
5.

Saksi-saksi pihak pertama Bambang Setyono yang bertindak atas nama Yayasan
Kesejahteraan Hari Tua Pupuk Kaltim dan Agus Khoirul Anwar, A. Ptnh yang bertindak
untuk dan atas nama Pemerintah Kota Balikpapan

6. Saksi-saksi pihak kedua yaitu Lurah Sepinggan dan Camat Balikpapan Selatan

H. Acara Cepat
Intervensi
Bahwa subjek yang dituju tidak hanya merupakan Kepala Kantor Pertanahan Kota
Balikpapan karena proses pelepasan tanah tersebut juga melibatkan instansi lain. Apabila
luasan tanah yang dimohonkan pembebasan dibawah 1 hektar melibatkan unsur dari
Kelurahan dan kecamatan sedangkan apabila luasan tanah yang dibebaskan di atas 1 hektar
dibentuk tim pengadaan tanah untuk melakukan kegiatan inventarisasi sebgaimana dalam
Pasal 6 Peraturan Presiden No.36 Tahun 2005 sebanyak 9 (sembilan) orang. Oleh karena itu
gugatan yang diajukan oleh Penggugat dikategorikan kurang pihak. Dengan demikian
gugatan yang diajukan oleh Penggugat haruslah ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan
tidak dapat diterima.
I.

Eksekusi
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak diterima, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1986, Penggugat harus dihukum
untuk membayar biaya perkara yang jumlahnya akan ditentukan dalam amar putusan ini.

1. Menghukum Penggugat Untuk membayar biaya perkara sejumlah
(tiga ratus tiga puluh enam ribu rupiah)
Perincian biaya perkara :
- Biaya Pendaftaran Gugatan

: Rp.

30.000,-

- Panggilan - panggilan

: Rp. 195.000,-

- ATK

: Rp. 100.000,-

- Materai Putusan

: Rp.

6.000,-

Rp. 336.000,00

- Redaksi Putusan

: Rp.

5.000,-+

Jumlah

: Rp. 336.000,-

Terbilang ( Tiga Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Rupiah )

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan keseluruhan proses perkara yang telah diputuskan diatas, sampailah pada
kesimpulan bahwa ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur mengenai substansi berkaitan
dengan prioritas yang dapat diberikan sesuatu hak atas tanah dan dengan mencermati
pertimbangan hukum dalam kasus perkara diatas, terlihat bahwa dalam pertimbangan
hukumnya pengadilan tata usaha negara belum atau tidak melakukan kajian pertanahan yang
berkaitan dengan aspek substansi.
2. SARAN
a.

Harus mempertimbangkan kembali apabila ingin menggugat.

b. Persiapkan segala sesuatunya dengan lengkap.
c.

Mencermati hukum atas kasus perkara.

d. Dalam surat gugatan itu haruslah jelas baik yang mengenai alasan yang berdasarkan keadaan,
maupun memuat alasan-alasan berdasarkan hukum dan juga apa yang diminta harus lengkap.
e.

Pengajuan gugatan dimuka PTUN itu hanya terbatas pada satu macam tuntutan yang berupa
tuntutan agar keputusan TUN yang telah merugikan kepentingan penggugat itu dinyatakan
batal atau tidak sah.