P Shahih 1 f Sunan 1
Muhammad Nashiruddin Al'Albani
I
J
P
Shahih
1
II
I
f Sunan 1 i
Tirmidzi
1
t
Seleksi Hadits Shahih
7I
dari Kitab
W.
«£S7 Sunan Tirmidzi v^/
ir
I
i
i
KATA PENGANTAR
PENERJEMAH
Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, yang telah
menerangi kehidupan manusia dengan kebenaran mutlak berupa Al
Qur"an dan telah mengutus Nabi Muhammad SAW yang
menjelaskan Al Qur'an dengan Sunnahnya yang suci.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, serta keluarganya. Dengan
perantara merekalah kita dapat mengenal Islam, dengan pemahaman
merekalah kita beriman, dan dengan contoh Rasulullah SAW kita
beribadah kepadaNya.
Inilah terjemahan kitab Skahih Sunan Tirmidzi Karya Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahuttah.
Dalam kitab ini beliau mencurahkan kemampuannya dalam
memilah hadits yang shahih dan yang dha'if, lalu mengumpulkan
haditshadits yang shahih dalam kitab ini sesuai namanya dan
haditshadits yang dha'if dikumpulkan dalam kitab yang beliau
namakan Dha 'i/Sunan Tirmidzi.
Dengan karya beliau, kaum muslimin diharapkan untuk tidak
ragu lagi dalam menukil hadits dalam kitab ini. Semoga karya ini
bermanfaat bagi kita semua, walaupun penerjemah sendiri yakin
bahwa penerjemahan kitab ini belum sempurna, saran dan kritik yang
konstruktif (membzn&m) tetap kami harapkan dari semua pihak.
Depok, 11 Desember 2002.
Abu Muqbil Ahmad Yuswaji
KAMPUNG
1 W ; ^ : * 'G
^
MUKADDIMAH CETAKAN BARU
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada nabiNya yang sangat terpercaya,
para sahabatnya, dan keluarganya.
Inilah cetakan baru kitab Shahih Sunan Tirmidzi dan Dha'ifaya yang
telah diberi harakat dan juga telah d\tashhih (direvisi) setelah lewat
sepuluh tahun dari cetakan pertamanya.
1
Keistimewaan cetakan ini dibanding dengan yang sebelumnya ada
pada ketelitiannya, muraja'ahnya, serta koreksinya, karena pada cetakan
yang terdahulu banyak kesalahan, baik kesalahan cetak maupun kesalahan
yang bersifat ilmiah.
Semoga Allah memberi taufik kepada Syaikh Sa*ad ArRasyid
(pemilik Maktabah Al Ma'arif Al 'Amirah) yang telah menyiapkan cetakan
baru ini, dan semua sisa pekerjaan Saya dalam kitab Sunan yang empat,
yang sudah saya bedakan antara hadits yang shahih dengan yang dha 'if atas
permintaan Maktabah Tarbiyah Al 'Arabi Liduwal Al Khalij.
2
Kemudian kitab Sunan ini saya bagi menjadi Shahih dan Dha 'if, sesuai
dengan batasannya masingmasing.
Sekarang semua hak cetak Sunan Arba 'ah baik yang shahih maupun
yang dha 'if telah menjadi hak Maktabah Ma'arif di Riyadh.
Dalam menyebalkan cetakan ini saya berpatokan kepada naskah yang paling shahih yang banyak
beredar. Pencantuman nomor hadhshaditsnya saya sesuaikan dengan naskah yang telah ditahqiq oleh
Syaikh Ahmad Syakir. Sedangkan nomor kitab dan bab telah sesuai dengannya dan sesuai dengan
Mu 'Jam Mufahras Uahazhll Hadits An-Nabawi.
Dua sistem tersebut ada kekurangan, maka pada nomor yang kurang kami memberi tanda(m) untuk
menunjukkan bahwa hadits tersebut sudah terulang sebelumnya baik nomor hadits maupun nomor
bab.
Sedangkan tambahan pada penulisan nomor kami biarkan apa adanya, supaya tidak terjadi kekeliruan
dan kekacauan.
Saya ingatkan, bahwa haditshadits yang sebagian shahih dan sebagiannya lagi dha'tf (lemah), kami
uraikan dalam kitab Shahihnye dan kitab Dha 'i/^iya, sehingga sempurnalahfindahnyadan tidak ada
yang terlewatkan.
Dalam Shahih Sunan Tirmidzi ini saya tulis seluruhnya tanpa membuang sanad dan komentarnya,
karena sebagian besar perkataan Tirmidzi ini berkaitan dengan sanadnya untuk men-shahih-kan dan
men-dha ykaimya atau berkaitan dengan perawinya sebagai kritikan atau pengakuan keadilannya.
Saya telah membuat daftar isi haditshadhs ini sesuai dengan urutan huruf hijaiyah pada hadits shahihnya dan hadhs dha 'jfnya diakhir jilid Kitab dha'tf, maka perhatikanlah.
Telah selesai masa kontrak kami dengan mereka, sesuai dengan surat nomor (410/10) tanggal
29/5/1413 H. Semoga Allah membalas dengan yang lebfli baik.
KAMPUNGSUNNAH.ORG
Semoga Allah memberikan taufik dan menambahkan kebaikan kepada
semua yang berusaha mencetak kitabkitab ini.
Kepada Allah kita memohon pertolongan, dan kebenaran karena
didalamnya terdapat kebaikan bagi hamba.
Muhammad Nashiruddin Al Albani
Amman, Jordan 17 Rajab 1417 H
?
KAMPUNG I
"•• ^ G "
^
MUKADDIMAH
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sahabatnya, dan keluarganya.
Pada sore hari Kamis tanggal 10 Dzulqa*dah 1406 H, saya telah
menyelesaikan proyek kedua yang diberikan Maktabah Tarbiyah Al 'Arabi
Liduwal Al Khalij di Riyadh, yaitu mentahqiq kitab Sunan Tirmidzi dan
membedakan antara yang shahih dengan yang dha 'if.
Dalam mengerjakan proyek ini metode yang saya pakai sama seperti
metode dalam mengerjakan Sunan Ibnu Majah, dan saya tetap konsisten
dalam mempergunakan istilah yang saya pakai dalam Sunan Ibnu Majah
tersebut. Hal tersebut telah saya jelaskan di mukaddimah kitab, sehingga
disini tidak perlu saya sebutkan kembali.
Namun saya harus mengingatkan beberapa hal pada mukaddimah ini,
sebagai pencerahan dan penyegaran:
Pertama, para pembaca akan mengetahui rujukan di bawah hadits
kepada Ibnu Majah dalam menerangkan tingkatannya; contoh yang saya
katakan pada hadits kelima:
Shahih: Ibnu Majah (298) dan Muttafaq 'alaih.
Aku melakukan hal itu untuk menyingkat, penghematan waktu, dan
menghindari banyaknya pengulangan. Kalau merujuk ke nomor yang
ditunjukkan di dalam kitab Ibnu Majah, maka pasti akan mendapatinya di
bawah hadits tersebut dengan bunyi:
Shahih: Irwaul GhalU (51), Shahih Abu Daud (3), dan Raudh (76):
Muttafag 'alaih.
Saya cukup menyandarkan kepada Ibnu Majah tanpa menukil lagi
nash yang seperti tadi. Kadang panjang, kadang pendek, tergantung banyak
sedikitnya referensi yang disebutkan dalam takhrij hadits.
Kedua, para pembaca juga akan melihat haditshadits lain yang belum
ditakhrij, namun saya hanya menyebutkan derajatnya, karena saya tidak
mendapatkannya dalam kitabkitab tersebut, terkadang sebagiannya ada
rrj - , - . ^
;
t y r
». •
N
N
A
I
L
O
R
G
dalam kitab lain dan hadits yang lain di kitab yang lain juga Dalam hal ini
harus dihukumi dari sanadnya dalam Sunati Tirmidzi saja, sebagaimana yang
saya lakukan pada Sunan Ibrni Majah.
Di bawah ini saya jelaskan tingkatantingkatan tersebut:
1. Shahih atau hasan atau Isnad.
2. Dha'ifsanadnya.
Kedua hal itu sangat jelas.
3. Shahih atau hasan.
Yakni: shahih atau hasan lighairihi, yang tidak terdapat didalam
Sunan Tirmidzi, yang menjadi mutabi' atau syahid.
Namun terkadang saya menambahkannya dengan mengatakan,
dengan yang sebelumnya.
Yakni: dengan mutabi' atau syahid hadits sebelumnya.
Terkadang aku katakan:
Shahih: libat sebelumnya.
Yakni: Telah ditakhrij pada hadits yang sebelumnya.
Ketiga, ada sebagian kecil hadits yang sabdanya dijelaskan Tirmidzi
dan dia mencukupkan matannya dengan matan yang sebelumnya, seperti: (...
Semisalnya) seperti hadits no.
26. Juga perkataannya dengan (...
Sejenisnya), seperti hadits no. 226.
Saya biarkan hadits yang seperti ini tanpa menulis satupun
dibawahnya.
Tugas ini memang terbatas pada matan hadits saja bukan pada
sanadnya kecuali untuk mengetahui tingkatan matannya.
Keempat, suatu hal yang lumrah bagi para ulama yang mempelajari
kitab Sunan Tirmidzi, bahwa kitab Sunan Tirmidzi mempunyai metode yang
sangat berbeda dengan KtaubusSittah. Diantaranya: setiap hadits diberi
komentar dengan menshahihkm, menhasankan, atau medhaif k&nnya.
Gaya seperti inilah yang menjadi kelebihan kitabnya, sebagaimana banyak
diketahui oleh para kritikus hadits dari kalangan ulama hadits, dimana hal ini
sudah saya peringatkan dalam kitabkitabku.
KAMPUNGSWW/E i. * G~ CD
1
J
Oleh karena itu, saya tidak menjiplak sedikitpun dalam masalah itu,
namun saya menghukumi suatu hadits dengan kadar kemampuan saya
berdasarkan pembahasan dan kritikan yang saya lakukan, sebab itu saya
dapat dengan keutamaan Allah untuk mengkritik haditshadits dalam kitab
ini, yang banyak dij» fA^Af XS
^
,
-
lili-
J *
*
A *
^UJJ
C~£
isis-. ^ r
a'
*
AIIP
i\
' r *
*
JLJP
*
Je tVjU* j j l LJJJ : i U * UiJt» .1 ^
*
*
l
*
A,
a
»
'F 'F
a'
*
*
*
I' • F
01 J' t j U * > l ojju
*
•
9
** a i-J * a *** *r a '
*
*
'r'*
'
'
*
VF
F-
- '• F "F
JA ^JJL UJJ*-I ^dJJL-o 01 y
'TI - "* <
^Oy^H
t^**—1
16. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawwiyah menceritakan
kepada kami dari Al A'masy, dari Ibrahim, dari Abdurrahman bin Yazid, ia
berkata,
"Dikatakan kepada Salman,
'Nabi kalian SAW telah mengajarkan segala sesuatu kepada kalian
hingga cara buang hajat?' Salman berkata, 'Ya, beliau melarang kami
menghadap kiblat saat buang air besar atau buang air kecil, atau kami
beristinja* dengan tangan kanan, atau salah seorang di antara kamu
beristinja' dengan batu kurang dari tiga buah, atau beristinja' dengan
kotoran binatang (yang kering) atau tulang'. "
Shahih: Ibnu Majah 016) dan Shahih Muslim
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini terdapat hadits dari Aisyah,
Khuzaimah bin Tsabit, Jabir, dan Khallad bin Sa'tb, dari ayahnya."
Abu Isa berkata, "Hadits Salman dalam bab ini adalah hasan shahih. "
Itu adalah pendapat sebagian besar ulama dari sahabat Nabi SAW, dan
orang yang sesudah mereka berpendapat bahwa beristinja' dengan batu
sudah cukup, meskipun ia tidak bersuci dengan air (apabila batu tersebut
bisa membersihkan bekas kotoran buang air besar dan buang air kecil).
AtsTsauri, Ibnu Al Mubarak, AsySyafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga
berpendapat demikian.
KAMPUNGSUNNAH.ORG
13. Bab: Bersuci Dengan Dua Buah Batu
J
o*
< J ^ i
o*
^
:
^
: Jis t^JJi JuitjUJ^f
^
^
w
loillp
IStf J ^ J t :JUi c * i £ J jL} 4* «W
11
:Jli3 t^jS
'uO*^
1
J j l i {f tti»up
r
» '
' '
t
yuu>~ WJJ» :MI» L>Jb . \ A
l
-UJI JLP
i*uiip "Jf. t^^i-iJl
KAMPUNGSUNNAH.ORG
18. Hannad menceritakan kepadaku, Hafsh bin Ghiyats menceritakan
kepadaku, dari Daud bin Abu Hindun, dari AsySya'bi, dari Akjamah, dari
Abdullah bin Mas'ud, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Janganlah kamu beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang,
karena tulang itu makanan saudaramu dari bangsa jin."
Shahih: Irwaul Ghali! (46), Al Misykah (350), Silsilah Ahadits Dha'&ah
(1038), dan Shahih Muslim.
Dalam bab ini terdapat hadits dari Abu Hurairah, Salman, Jabir, dan
Ibnu Umar.
Abu Isa berkata, "Ismail bin Ibrahim dan lainnya meriwayatkan hadits
ini dari Daud bin Abu Hindun AsySya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah:
Ia bersama Nabi SAW pada Lailatul Jin (malam ketika beliau SAW
bertemu dengan jin penerj)... haditsnya panjang. Lalu Nabi SAW bersabda,
"Janganlah kamu beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang,
karena tulang itu makanan saudaramu dari bangsa jin."
Seolaholah riwayat Ismail lebih shahih daripada riwayat Hafsh bin
Ghiyats.
Para ulama mengamalkan hadits ini.
Dalam bab ini ada hadits dari Jabir dan Ibnu Umar RA.
15. Bab: Beristinja'' dengan Air
KAMPUNG' "n
'*:¥"• G
S
19. Qutaibah dan Muhammad bin Abdul Malik bin AbisySyawarib Al
Bashri menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Abu Awanah
menceritakan kepadaku dari Oatadah, dari Mu'adzah, dari Aisyah, beliau
berkata,
'Perintahkanla h kepada para suami kalian untuk bersuci dengan air.
Sesungguhnya aku malu kepada mereka, karena Rasulullah SAW selalu
melakukannya'."
Shahih: Invaul Ghatil (42)
Didalam bab ini terdapat hadits dari Jabir bin Abdullah Al Bajali,
Anas, dan Abu Hurairah.
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."
Dalam mengamalkan hadits ini para ulama memilih beristinja' (cebok)
dengan air. Walaupun menurut mereka beristinja' dengan batu dibolehkan,
namun mereka lebih menyukai dengan air (menurut mereka hal itu lebih
utama).
Sufyan AtsTsauri, Ibnu Mubarak, AsySyafVi, Ahmad, dan Ishaq
juga berpendapat demikian.
16. Bab: Nabi SAW Menjauhi Tempat Ramai Bila Hendak Buang
Hajat
NAH.ORG
20. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab
AtsTsaqafi menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu
Salamah, dari Mughirah bin Syu'bah, ia berkata,
"Saya bersama Nabi SAW dalam suatu perjalanan lalu Beliau hendak
buang hajat, sehingga beliau menjauh. "
Shahih: Ibnu Majah (3301)
Ia berkata, "Didalam bab ini ada riwayat dari Abdurrahman bin Abu
Qurad, Abu Qatadah, Jabir, Yahya bin Ubaid dari ayahnya, Abu Musa, Ibnu
Abbas dari Bilal bin Harits."
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih"
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau menutupi suatu tempat
—untuk buang air kecil— dengan kain selendang, sebagaimana yang
dilakukan di dalam rumah.
Abu Salamah adalah Abdullah bin Abdurrahman bin Auf AzZuhri.
17. Bab: Makruhnya Kencing di Tempat (Bak) Mandi
t ..
t* r» r
f
jP
r
'
I rj
r
B &rlr*rrB$r
+ f O ,
9
COJ. J u P ji\
r
r
^ J L £ 1 jP
y
sO
23. Hannad menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman menceritakan
kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami dari
Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dari Zaid bin Khalid Al Juhani,
ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Seandainya tidak memberatkan umatku, maka aku perintahkan
mereka untuk bersiwak setiap hendak shalat, dan aku pasti akan akhirkan
shalat Isya sampai sepertiga malam'."
Ia berkata, "Zaid bin Khalid selalu menghadiri shalat di masjid.
Siwaknya diselipkan pada telinganya, seperti pena di telinga sang penulis, Ia
tidak berdiri shalat kecuali bersiwak dahulu, lalu ia mengembalikannya ke
tempatnya."
Shahih: Shahih Abu Daud (38)
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."
19. Bab: Ketika Bangun Tidur Dilarang Memasukkan Tangan ke
Bejana Sebelum Dicuci
j**** **0 Cr* J* : J U I - TFJCT^JJ» J&Z 'J Ju^f jJ^I J ? l & .T T
tjCLi
\
'J JJYI UJJB- :—JJT-J
I
J
P
Shahih
1
II
I
f Sunan 1 i
Tirmidzi
1
t
Seleksi Hadits Shahih
7I
dari Kitab
W.
«£S7 Sunan Tirmidzi v^/
ir
I
i
i
KATA PENGANTAR
PENERJEMAH
Segala puji hanya milik Allah Azza wa Jalla, yang telah
menerangi kehidupan manusia dengan kebenaran mutlak berupa Al
Qur"an dan telah mengutus Nabi Muhammad SAW yang
menjelaskan Al Qur'an dengan Sunnahnya yang suci.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para sahabatnya, serta keluarganya. Dengan
perantara merekalah kita dapat mengenal Islam, dengan pemahaman
merekalah kita beriman, dan dengan contoh Rasulullah SAW kita
beribadah kepadaNya.
Inilah terjemahan kitab Skahih Sunan Tirmidzi Karya Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahuttah.
Dalam kitab ini beliau mencurahkan kemampuannya dalam
memilah hadits yang shahih dan yang dha'if, lalu mengumpulkan
haditshadits yang shahih dalam kitab ini sesuai namanya dan
haditshadits yang dha'if dikumpulkan dalam kitab yang beliau
namakan Dha 'i/Sunan Tirmidzi.
Dengan karya beliau, kaum muslimin diharapkan untuk tidak
ragu lagi dalam menukil hadits dalam kitab ini. Semoga karya ini
bermanfaat bagi kita semua, walaupun penerjemah sendiri yakin
bahwa penerjemahan kitab ini belum sempurna, saran dan kritik yang
konstruktif (membzn&m) tetap kami harapkan dari semua pihak.
Depok, 11 Desember 2002.
Abu Muqbil Ahmad Yuswaji
KAMPUNG
1 W ; ^ : * 'G
^
MUKADDIMAH CETAKAN BARU
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada nabiNya yang sangat terpercaya,
para sahabatnya, dan keluarganya.
Inilah cetakan baru kitab Shahih Sunan Tirmidzi dan Dha'ifaya yang
telah diberi harakat dan juga telah d\tashhih (direvisi) setelah lewat
sepuluh tahun dari cetakan pertamanya.
1
Keistimewaan cetakan ini dibanding dengan yang sebelumnya ada
pada ketelitiannya, muraja'ahnya, serta koreksinya, karena pada cetakan
yang terdahulu banyak kesalahan, baik kesalahan cetak maupun kesalahan
yang bersifat ilmiah.
Semoga Allah memberi taufik kepada Syaikh Sa*ad ArRasyid
(pemilik Maktabah Al Ma'arif Al 'Amirah) yang telah menyiapkan cetakan
baru ini, dan semua sisa pekerjaan Saya dalam kitab Sunan yang empat,
yang sudah saya bedakan antara hadits yang shahih dengan yang dha 'if atas
permintaan Maktabah Tarbiyah Al 'Arabi Liduwal Al Khalij.
2
Kemudian kitab Sunan ini saya bagi menjadi Shahih dan Dha 'if, sesuai
dengan batasannya masingmasing.
Sekarang semua hak cetak Sunan Arba 'ah baik yang shahih maupun
yang dha 'if telah menjadi hak Maktabah Ma'arif di Riyadh.
Dalam menyebalkan cetakan ini saya berpatokan kepada naskah yang paling shahih yang banyak
beredar. Pencantuman nomor hadhshaditsnya saya sesuaikan dengan naskah yang telah ditahqiq oleh
Syaikh Ahmad Syakir. Sedangkan nomor kitab dan bab telah sesuai dengannya dan sesuai dengan
Mu 'Jam Mufahras Uahazhll Hadits An-Nabawi.
Dua sistem tersebut ada kekurangan, maka pada nomor yang kurang kami memberi tanda(m) untuk
menunjukkan bahwa hadits tersebut sudah terulang sebelumnya baik nomor hadits maupun nomor
bab.
Sedangkan tambahan pada penulisan nomor kami biarkan apa adanya, supaya tidak terjadi kekeliruan
dan kekacauan.
Saya ingatkan, bahwa haditshadits yang sebagian shahih dan sebagiannya lagi dha'tf (lemah), kami
uraikan dalam kitab Shahihnye dan kitab Dha 'i/^iya, sehingga sempurnalahfindahnyadan tidak ada
yang terlewatkan.
Dalam Shahih Sunan Tirmidzi ini saya tulis seluruhnya tanpa membuang sanad dan komentarnya,
karena sebagian besar perkataan Tirmidzi ini berkaitan dengan sanadnya untuk men-shahih-kan dan
men-dha ykaimya atau berkaitan dengan perawinya sebagai kritikan atau pengakuan keadilannya.
Saya telah membuat daftar isi haditshadhs ini sesuai dengan urutan huruf hijaiyah pada hadits shahihnya dan hadhs dha 'jfnya diakhir jilid Kitab dha'tf, maka perhatikanlah.
Telah selesai masa kontrak kami dengan mereka, sesuai dengan surat nomor (410/10) tanggal
29/5/1413 H. Semoga Allah membalas dengan yang lebfli baik.
KAMPUNGSUNNAH.ORG
Semoga Allah memberikan taufik dan menambahkan kebaikan kepada
semua yang berusaha mencetak kitabkitab ini.
Kepada Allah kita memohon pertolongan, dan kebenaran karena
didalamnya terdapat kebaikan bagi hamba.
Muhammad Nashiruddin Al Albani
Amman, Jordan 17 Rajab 1417 H
?
KAMPUNG I
"•• ^ G "
^
MUKADDIMAH
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sahabatnya, dan keluarganya.
Pada sore hari Kamis tanggal 10 Dzulqa*dah 1406 H, saya telah
menyelesaikan proyek kedua yang diberikan Maktabah Tarbiyah Al 'Arabi
Liduwal Al Khalij di Riyadh, yaitu mentahqiq kitab Sunan Tirmidzi dan
membedakan antara yang shahih dengan yang dha 'if.
Dalam mengerjakan proyek ini metode yang saya pakai sama seperti
metode dalam mengerjakan Sunan Ibnu Majah, dan saya tetap konsisten
dalam mempergunakan istilah yang saya pakai dalam Sunan Ibnu Majah
tersebut. Hal tersebut telah saya jelaskan di mukaddimah kitab, sehingga
disini tidak perlu saya sebutkan kembali.
Namun saya harus mengingatkan beberapa hal pada mukaddimah ini,
sebagai pencerahan dan penyegaran:
Pertama, para pembaca akan mengetahui rujukan di bawah hadits
kepada Ibnu Majah dalam menerangkan tingkatannya; contoh yang saya
katakan pada hadits kelima:
Shahih: Ibnu Majah (298) dan Muttafaq 'alaih.
Aku melakukan hal itu untuk menyingkat, penghematan waktu, dan
menghindari banyaknya pengulangan. Kalau merujuk ke nomor yang
ditunjukkan di dalam kitab Ibnu Majah, maka pasti akan mendapatinya di
bawah hadits tersebut dengan bunyi:
Shahih: Irwaul GhalU (51), Shahih Abu Daud (3), dan Raudh (76):
Muttafag 'alaih.
Saya cukup menyandarkan kepada Ibnu Majah tanpa menukil lagi
nash yang seperti tadi. Kadang panjang, kadang pendek, tergantung banyak
sedikitnya referensi yang disebutkan dalam takhrij hadits.
Kedua, para pembaca juga akan melihat haditshadits lain yang belum
ditakhrij, namun saya hanya menyebutkan derajatnya, karena saya tidak
mendapatkannya dalam kitabkitab tersebut, terkadang sebagiannya ada
rrj - , - . ^
;
t y r
». •
N
N
A
I
L
O
R
G
dalam kitab lain dan hadits yang lain di kitab yang lain juga Dalam hal ini
harus dihukumi dari sanadnya dalam Sunati Tirmidzi saja, sebagaimana yang
saya lakukan pada Sunan Ibrni Majah.
Di bawah ini saya jelaskan tingkatantingkatan tersebut:
1. Shahih atau hasan atau Isnad.
2. Dha'ifsanadnya.
Kedua hal itu sangat jelas.
3. Shahih atau hasan.
Yakni: shahih atau hasan lighairihi, yang tidak terdapat didalam
Sunan Tirmidzi, yang menjadi mutabi' atau syahid.
Namun terkadang saya menambahkannya dengan mengatakan,
dengan yang sebelumnya.
Yakni: dengan mutabi' atau syahid hadits sebelumnya.
Terkadang aku katakan:
Shahih: libat sebelumnya.
Yakni: Telah ditakhrij pada hadits yang sebelumnya.
Ketiga, ada sebagian kecil hadits yang sabdanya dijelaskan Tirmidzi
dan dia mencukupkan matannya dengan matan yang sebelumnya, seperti: (...
Semisalnya) seperti hadits no.
26. Juga perkataannya dengan (...
Sejenisnya), seperti hadits no. 226.
Saya biarkan hadits yang seperti ini tanpa menulis satupun
dibawahnya.
Tugas ini memang terbatas pada matan hadits saja bukan pada
sanadnya kecuali untuk mengetahui tingkatan matannya.
Keempat, suatu hal yang lumrah bagi para ulama yang mempelajari
kitab Sunan Tirmidzi, bahwa kitab Sunan Tirmidzi mempunyai metode yang
sangat berbeda dengan KtaubusSittah. Diantaranya: setiap hadits diberi
komentar dengan menshahihkm, menhasankan, atau medhaif k&nnya.
Gaya seperti inilah yang menjadi kelebihan kitabnya, sebagaimana banyak
diketahui oleh para kritikus hadits dari kalangan ulama hadits, dimana hal ini
sudah saya peringatkan dalam kitabkitabku.
KAMPUNGSWW/E i. * G~ CD
1
J
Oleh karena itu, saya tidak menjiplak sedikitpun dalam masalah itu,
namun saya menghukumi suatu hadits dengan kadar kemampuan saya
berdasarkan pembahasan dan kritikan yang saya lakukan, sebab itu saya
dapat dengan keutamaan Allah untuk mengkritik haditshadits dalam kitab
ini, yang banyak dij» fA^Af XS
^
,
-
lili-
J *
*
A *
^UJJ
C~£
isis-. ^ r
a'
*
AIIP
i\
' r *
*
JLJP
*
Je tVjU* j j l LJJJ : i U * UiJt» .1 ^
*
*
l
*
A,
a
»
'F 'F
a'
*
*
*
I' • F
01 J' t j U * > l ojju
*
•
9
** a i-J * a *** *r a '
*
*
'r'*
'
'
*
VF
F-
- '• F "F
JA ^JJL UJJ*-I ^dJJL-o 01 y
'TI - "* <
^Oy^H
t^**—1
16. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawwiyah menceritakan
kepada kami dari Al A'masy, dari Ibrahim, dari Abdurrahman bin Yazid, ia
berkata,
"Dikatakan kepada Salman,
'Nabi kalian SAW telah mengajarkan segala sesuatu kepada kalian
hingga cara buang hajat?' Salman berkata, 'Ya, beliau melarang kami
menghadap kiblat saat buang air besar atau buang air kecil, atau kami
beristinja* dengan tangan kanan, atau salah seorang di antara kamu
beristinja' dengan batu kurang dari tiga buah, atau beristinja' dengan
kotoran binatang (yang kering) atau tulang'. "
Shahih: Ibnu Majah 016) dan Shahih Muslim
Abu Isa berkata, "Dalam bab ini terdapat hadits dari Aisyah,
Khuzaimah bin Tsabit, Jabir, dan Khallad bin Sa'tb, dari ayahnya."
Abu Isa berkata, "Hadits Salman dalam bab ini adalah hasan shahih. "
Itu adalah pendapat sebagian besar ulama dari sahabat Nabi SAW, dan
orang yang sesudah mereka berpendapat bahwa beristinja' dengan batu
sudah cukup, meskipun ia tidak bersuci dengan air (apabila batu tersebut
bisa membersihkan bekas kotoran buang air besar dan buang air kecil).
AtsTsauri, Ibnu Al Mubarak, AsySyafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga
berpendapat demikian.
KAMPUNGSUNNAH.ORG
13. Bab: Bersuci Dengan Dua Buah Batu
J
o*
< J ^ i
o*
^
:
^
: Jis t^JJi JuitjUJ^f
^
^
w
loillp
IStf J ^ J t :JUi c * i £ J jL} 4* «W
11
:Jli3 t^jS
'uO*^
1
J j l i {f tti»up
r
» '
' '
t
yuu>~ WJJ» :MI» L>Jb . \ A
l
-UJI JLP
i*uiip "Jf. t^^i-iJl
KAMPUNGSUNNAH.ORG
18. Hannad menceritakan kepadaku, Hafsh bin Ghiyats menceritakan
kepadaku, dari Daud bin Abu Hindun, dari AsySya'bi, dari Akjamah, dari
Abdullah bin Mas'ud, dia mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Janganlah kamu beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang,
karena tulang itu makanan saudaramu dari bangsa jin."
Shahih: Irwaul Ghali! (46), Al Misykah (350), Silsilah Ahadits Dha'&ah
(1038), dan Shahih Muslim.
Dalam bab ini terdapat hadits dari Abu Hurairah, Salman, Jabir, dan
Ibnu Umar.
Abu Isa berkata, "Ismail bin Ibrahim dan lainnya meriwayatkan hadits
ini dari Daud bin Abu Hindun AsySya'bi, dari Alqamah, dari Abdullah:
Ia bersama Nabi SAW pada Lailatul Jin (malam ketika beliau SAW
bertemu dengan jin penerj)... haditsnya panjang. Lalu Nabi SAW bersabda,
"Janganlah kamu beristinja' dengan kotoran binatang dan tulang,
karena tulang itu makanan saudaramu dari bangsa jin."
Seolaholah riwayat Ismail lebih shahih daripada riwayat Hafsh bin
Ghiyats.
Para ulama mengamalkan hadits ini.
Dalam bab ini ada hadits dari Jabir dan Ibnu Umar RA.
15. Bab: Beristinja'' dengan Air
KAMPUNG' "n
'*:¥"• G
S
19. Qutaibah dan Muhammad bin Abdul Malik bin AbisySyawarib Al
Bashri menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Abu Awanah
menceritakan kepadaku dari Oatadah, dari Mu'adzah, dari Aisyah, beliau
berkata,
'Perintahkanla h kepada para suami kalian untuk bersuci dengan air.
Sesungguhnya aku malu kepada mereka, karena Rasulullah SAW selalu
melakukannya'."
Shahih: Invaul Ghatil (42)
Didalam bab ini terdapat hadits dari Jabir bin Abdullah Al Bajali,
Anas, dan Abu Hurairah.
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."
Dalam mengamalkan hadits ini para ulama memilih beristinja' (cebok)
dengan air. Walaupun menurut mereka beristinja' dengan batu dibolehkan,
namun mereka lebih menyukai dengan air (menurut mereka hal itu lebih
utama).
Sufyan AtsTsauri, Ibnu Mubarak, AsySyafVi, Ahmad, dan Ishaq
juga berpendapat demikian.
16. Bab: Nabi SAW Menjauhi Tempat Ramai Bila Hendak Buang
Hajat
NAH.ORG
20. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab
AtsTsaqafi menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu
Salamah, dari Mughirah bin Syu'bah, ia berkata,
"Saya bersama Nabi SAW dalam suatu perjalanan lalu Beliau hendak
buang hajat, sehingga beliau menjauh. "
Shahih: Ibnu Majah (3301)
Ia berkata, "Didalam bab ini ada riwayat dari Abdurrahman bin Abu
Qurad, Abu Qatadah, Jabir, Yahya bin Ubaid dari ayahnya, Abu Musa, Ibnu
Abbas dari Bilal bin Harits."
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih"
Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau menutupi suatu tempat
—untuk buang air kecil— dengan kain selendang, sebagaimana yang
dilakukan di dalam rumah.
Abu Salamah adalah Abdullah bin Abdurrahman bin Auf AzZuhri.
17. Bab: Makruhnya Kencing di Tempat (Bak) Mandi
t ..
t* r» r
f
jP
r
'
I rj
r
B &rlr*rrB$r
+ f O ,
9
COJ. J u P ji\
r
r
^ J L £ 1 jP
y
sO
23. Hannad menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman menceritakan
kepada kami, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami dari
Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dari Zaid bin Khalid Al Juhani,
ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
'Seandainya tidak memberatkan umatku, maka aku perintahkan
mereka untuk bersiwak setiap hendak shalat, dan aku pasti akan akhirkan
shalat Isya sampai sepertiga malam'."
Ia berkata, "Zaid bin Khalid selalu menghadiri shalat di masjid.
Siwaknya diselipkan pada telinganya, seperti pena di telinga sang penulis, Ia
tidak berdiri shalat kecuali bersiwak dahulu, lalu ia mengembalikannya ke
tempatnya."
Shahih: Shahih Abu Daud (38)
Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."
19. Bab: Ketika Bangun Tidur Dilarang Memasukkan Tangan ke
Bejana Sebelum Dicuci
j**** **0 Cr* J* : J U I - TFJCT^JJ» J&Z 'J Ju^f jJ^I J ? l & .T T
tjCLi
\
'J JJYI UJJB- :—JJT-J