Persebaran Diatom Epipelik secara Vertikal pada Ekosistem Mangrove Muara Sungai Banjir Kanal Timur Semarang

Persebaran Diatom Epipelik secara Vertikal pada Ekosistem
Mangrove Muara Sungai Banjir Kanal Timur Semarang
Riche Hariyati*,Tri Retnaningsih Soeprobowati*, Siti Chotidjah*
*Laboratorium Ekologi dan Biosistematika Jurusan Biologi FMIPA UNDIP

Abstrak
Diatom is a widespread and cosmopolite micro alga, some can used as bio-indicator of the past
environmental change because of its sensivity to its habitat condition and because it is well
fossilized. This study has been done on the estuary of Banjir Kanal Timur Semarang which has
ecosystem mangrove; this region is often affected by coast abrasion, flooded by spring-tide
inundation water, rain, and freshwater inflow of the river. The study was aimed to examine relative
abundance difference, diversity, and vertically variety level of diatom per 2 cm per sediment layer.
Sampling method used in the research was “Judgemental Random Sampling”. The result shows
that diatom in the mangrove ecosystem of Banjir Kanal Timur Estuary is stable in the upper layer
sediment and midle from lower layer and the mangrove ecosystem of Banjir Kanal Timur Estuary
is affected by freshwater estuary, based on the domination of the existence of freshwater diatoms
(Navicula radiosa, Synedra ulna, Meridion circulare, Sellaphora bacillum, and Eunotia lunula) on
the 8-20 layer.
Key words: bio-indicator, diatom, mangrove, vertical.
Abstrak
Diatom merupakan mikroalga dengan persebaran yang luas dan bersifat kosmopolitan, beberapa

diatom dapat digunakan sebagai bioindikator perubahan lingkungan masa lampau, karena
sensitifitasnya terhadap kondisi habitatnya dan sifat diatom yang mampu terfosil dengan baik.
Penelitian dilakukan di muara sungai Banjir Kanal Timur Semarang yang memiliki lahan
ekosistem mangrove, kawasan ini sering terkena abrasi pantai, tergenang air banjir pasang (rob)
dan air hujan serta aliran air tawar dari sungai Banjir Kanal Timur Semarang. Penelitian bertujuan
untuk mengetahui perbedaan kemelimpahan relatif, keanekaragaman, dan perataan jenis diatom
tiap 2 cm perlapisan sedimen secara vertikal. Penentuan lokasi sampling di muara sungai Banjir
Kanal Timur dengan metode “Judgemental Random Sampling”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa diatom di ekosistem mangrove muara sungai Banjir Kanal Timur Semarang merupakan
ekosistem yang kurang stabil pada kondisi saat ini yang tercermin pada lapisan atas (0-6 cm) dan
tengah (6-12 cm) daripada lapisan bawah (12-20 cm) dan ekosistem mangrove muara sungai
Banjir Kanal Timur Semarang pada lapisan bawah merupakan ekosistem yang lebih dipengaruhi
oleh perairan tawar, hal ini didasarkan atas dominannya jenis diatom tawar (Navicula radiosa,
Meridion circulare, Selapora bacillum, Synedra ulna, Eunotia lunula) pada lapisan 8-20 cm.
Kata kunci: bioindikator, diatom, mangrove, vertikal.

pantai ± 13,6 km. Secara geografis,

PENDAHULUAN
wilayah


terletak pada 6o55’52,5” LS – 6o58’45”

atas

6

LS dan 110o17’18” BT – 110o29’25”

kecamatan, 17 kelurahan dengan luas ±

BT, merupakan dataran rendah dengan

5.039, 17 Ha, dan mempunyai panjang

kemiringan 0 – 2%, ketinggian 0 – 3 m

Secara
pantai


administratif

Semarang

terdiri

di atas permukaan laut. Kawasan pantai

Tujuan

penelitian

ini

untuk

lahan

mengkaji komunitas diatom pada tiap


ekosistem mangrove seluas 36, 51

lapisan secara vertikal dengan melihat

hektar yang 11 hektar diantaranya

perbedaan

semakin rusak kondisinya, selain itu

keanekaragaman, dan pemerataan jenis

selama tahun 2004 sepanjang 5-6 km

diatom sebagai bioindikator perubahan

garis pantai di Semarang tergerus oleh

lingkungan


abrasi (Anonim 2004).

muara sungai Banjir Kanal Timur

Semarang

masih

memiliki

Tekanan lingkungan, erosi dari
aliran air hujan ataupun erosi dari hulu

kemelimpahan

di

ekosistem

relatif,


mangrove

Semarang.
Monitoring

kondisi

akan memperkaya materi yang terbawa

menggunakan

sungai

dapat

bioindikator dapat menjelaskan kondisi-

mempengaruhi komunitas diatom yang


kondisi masa lampau dan perubahannya.

hidup pada ekosistem mangrove di

Penelitian ini diharapkan menambah

lingkungan muara sungai Banjir Kanal

data khususnya informasi mengenai

Timur Semarang. Perakaran mangrove

potensi diatom pada sedimen mangrove

efektif

sebagai

ke


muara

untuk

sehingga

perangkap

memperlambat

kecepatan

sedimen,
arus

dan

akibat

Kanal


vegetasi

mangrove

konversi lahan, dan

menyebabkan

muara

Timur

bioindikator

sebagai

lingkungan,

sehingga mampu mengkaji kondisi masa

lampau muara sungai Banjir Kanal

mencegah erosi pantai .
Rusaknya

diatom

pantai

sungai

Semarang

Timur Semarang serta sebagai acuan

abrasi,

pengelolaan

wilayah


yang

Banjir

memperhatikan kelestarian lingkungan

sering

pantai.

mengalami banjir pasang atau banjir
kiriman sehingga mempengaruhi materi

METODOLOGI

yang ada pada sedimennya. Perubahan

Tempat Penelitian

materi

akibat

sedimentsi

akan

Lokasi

penelitian

adalah

mempengaruhi ekosistem mangrove dan

ekosistem

mempengaruhi

keanekaragaman,

Banjir Kanal Timur. Penentuan lokasi

kemelimpahan dan pemerataan jenis

sampling dengan metode “Judgemental

pada komunitas diatom yang hidup di

Random

sedimen

merupakan tegakan berumur tua dilihat

ekosistem

mangrove

muara sungai Banjir Kanal Timur.

pada

mangrove

muara

Sampling”, lokasi

sungai

tersebut

dari keseragaman tajuk dan diameter
pohon serta memiliki sedimen yang

terlindungi oleh perakaran mangrove

Diponegoro Semarang. Uji akumulasi

sehingga merupakan tempat yang baik

ukuran butiran sedimen di Laboratorium

bagi

Mekanika

sedimentasi.

Preparasi

dan

Tanah

Teknik

Mesin,

identifikasi dilakukan di Laboratorium

sedangkan uji kandungan logam pada

Ekologi

Laboratorium

dan

Biosistematik

Jurusan

Biologi Fakultas MIPA Universitas

Wahana

Kopertis

Semarang.

Gambar 3.1. Citra satelit lokasi pengambilan sampel (ketinggian 9 kaki dari permukaan dan
koordinat: 6 54 46.53 S 110 29 19.11 E). (www. Google.com)
Tabel 3.1. Kode sampel kedalaman dari permukaan
Kode
Keterangan
lapisan 0-2 cm
S-1
lapisan 2-4 cm
S-2
lapisan 4-6 cm
S-3
lapisan 6-8 cm
S-4
lapisan 8-10 cm
S-5
lapisan 10-12 cm
S-6
lapisan 12-14 cm
S-7
lapisan 14-16 cm
S-8
lapisan 16-18cm
S-9
lapisan 18-20cm
S-10

Alat dan Bahan
Corer yang dimodifikasi dengan

refraktosalinometer
digunakan

untuk

dan

mikroskop

preparasi

dan

pralon untuk mengambil sedimen, cuter,

identifikasi. Sedangkan bahan yang

timbangan O’House untuk menimbang

dipakai dalam preparasi adalah H2O2,

sampel sedimen, sarung tangan, masker,

K2Cr2O7

Erlenmeyer/Beaker Glass, gelas ukur,

Aquadest, dan enthellan.

pipet 10 mL, botol sampel, hot plate dan

Pengambilan Sampel Sedimen

magnetic stirrer, Mikropipet Soccorex,

(Potassium

Pengambilan

sampel

dikromat),

sedimen

gelas benda dan gelas penutup, warmer,

menggunakan corer yang dimodifikasi

pH meter,

dengan

thermometer, DO meter,

pralon

sepanjang

25

cm.

Diambil

sampel

yang

diperoleh

Clark (1989), Hasle & Syvertsen (1996),

sepanjang 20 cm dari permukaan dan

Gell et al. (1999), dan Round (1990).

diambil per lapisan setebal 2 cm dan

Pengelompokan Diatom

diberi kode (tabel 3.1).

Pengelompokan

diatom

berdasarkan sifat hidup (planktonik,

Pengukuran Faktor Fisika-Kimia
Pengukuran temperatur, pH, DO,

epifitik, epilitik, epipelik) dan habitat

dan salinitas dilakukan pada perairan di

(marine, fresh water) menurut Pyle et al.

lokasi sampling dengan tiga kali

(1998),

ulangan, selain itu dilakukan

Berdasarkan

pengukuran akumulasi logam berat dan

yang dilihat dari bentuk frustula (diatom

jenis sedimen.

centric dan diatom pennate), maka

Preparasi Diatom

dibuat rasio diatom centric dan pennate

Pembuatan
berdasarkan
Lamberti

preparat

prosedur

(1996).

diatom

Hauer

Sampel

and

sedimen

Round

(Sabater,

et

al.

(1990).

pengelompokan

1995)

diatom

dengan

tujuan

mengetahui jenis yang lebih dominan
pada tiap lapisan.

sebanyak 4 gram ditempatkan dalam

Analisis Data

gelas bekker, secara hati-hati kemudian

Analisis

komunitas

diatom

ditambahkan 50 mL H2O2 dan 10 gram

dilakukan

Potasium dikromat (K2Cr2O7) . Residu

kemelimpahan

diatom diteteskan sebanyak 200 µL pada

keanekaragaman Shannon-Wiener (H’),

gelas penutup dengan menggunakan

perataan jenis (e).. Pengukuran indeks

mikropipet lalu dipanaskan pada warmer

keanekaragaman Shannon-Wiener (H’)

plate. Diteteskan enthelan pada gelas

menunjukkan hubungan antara jumlah

benda

penutup

jenis dengan jumlah seluruh individu

direkatkan diatasnya dan diberi label.

yang menyusun komunitas. Pemerataan

Setiap kode dibuat 3 ulangan masing-

jenis dapat dihitung dengan indeks

masing 3 deckglass.

perataan (Evenness index).

kemudian

gelas

pengelompokan

penghitungan

relatif

Analisis

Identifikasi Diatom Epipelik
Identifikasi jenis pada preparat

dengan

untuk
antara

(Di),

indeks

mengetahui
lapisan

satu

dilakukan dengan bantuan mikroskop

dengan lapisan yang lainnya digunakan

dengan perbesaran 400 X. Identifikasi

analisis

menggunakan buku Allen & Cupp

menampilkan

(1933), Germain (1981), Holland &

(distribusi) diatom (Hammer, et al.,
2001).

Cluster

sehingga
pola

dapat

persebaran

arus

HASIL DAN PEMBAHASAN

dan

angin

secara

langsung,

Dijumpai 97 spesies diatom pada

sehingga memiliki total individu yang

sedimen ekosistem mangrove muara

relatif tinggi. Cyclotella meneghiniana,

sungai

Delphineis

Banjir

Kanal

Timur

.Total

angustata,

individu per gram rata-rata paling tinggi

circulare,

dijumpai di lapisan 0-2 cm (kode S-1)

Synedra ulna adalah spesies diatom

yakni 171.333 individu/gram, disusul

dominan yang ditemukan pada lapisan

dengan 151.775 individu/gram pada

atas, spesies ini hadir diduga karena

lapisan 8-10 cm (kode S-5). Secara

pengaruh akumulasi sedimentasi yang

umum lapisan atas (0-6 cm) merupakan

terjadi. Sungai Banjir Kanal Timur

lapisan yang masih terpengaruh secara

memiliki

langsung

tinggi yakni 0,5 – 1 cm/tahun (Anonim,

perubahan-perubahan

Sellapora

Meridion

bacillum

dan

tingkat sedimentasi yang

2005)

lingkungan seperti pasang surut, aliran
sungai, suhu harian, iklim, pH, salinitas,

Rata-Rata Jumlah Total Individu/gram
171333

K o d e la p is a n

S-1
S-2

104805

S-3

138832

S-4
S-5

88694
151775

S-6
S-7

Rata2 Ind/gram

79611
93972
91484

S-8
S-9
S-10

138943
131777
0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

ind/gram

Gambar 4.1. Rata-Rata Jumlah Total Individu/gram Diatom pada Ekosistem Mangrove Pantai
Semarang.

Komposisi Penyusun Komunitas Diatom
S-1
S-2
Kode lapisan

S-3
S-4
S-5

epilitik

S-6

epipelik

S-7
S-8

epifitik

S-9

planktonik

S-10
0

5

10

15
20
Jum lah s pe cie s

25

30

35

Gambar 4.2. Komposisi penyusun diatom planktonik, epipelik, epifitik, dan epilitik pada ekosistem
mangrove muara sungai Banjir Kanal Timur Semarang.

Tabel 4.1. Data faktor fisik, kimia pada perairan dan sedimen Pantai Semarang
Parameter
DO (mg/L)
PH
O
Temperatur C
Salinitas (%)
Kemiringan (m)
N total (ppm)
P total (ppm)
K (ppm)
Cu (ppm)
Cd (ppm)
Fe (ppm)
Zn (ppm)
Pb (ppm)
SiO2 (ppm)
Mn (ppm)
Klorofil a (ppm)

Air laut
5.1
6.5
28.6
1.9
5.1
3.246
0.016
3.488
0.041
0.004
1.988
0.081
0.011

Lapisan tengah (6-12 cm) memiliki

Sedimen

0.263
0.196
0.363
10.120
1.560
1601
106.800
36.930
45.021
1.008
52.700

Lapisan

bawah

(12-20

cm)

jumlah total individu pergram yang

memiliki jumlah total individu per gram

relatif lebih rendah dibanding lapisan

yang tinggi daripada lapisan tengah (91.

atas dan bawah, selain itu komposisi

484 – 138.943 ind/gram), dari 13-18

penyusun komunitas sebanyak 53-72

spesies

diatom dengan total individu pergram

ditemukan

(79.611-151.775) yang rendah dan sifat

berhabitat air laut yang dominan yakni

dominasi (3-6 spesies) menyebabkan

Triceratium sp (Di = 3, 98 – 6,19), hal

pemerataan

keanekaragamannya

ini dapat mengindikasikan bahwa saat

rendah. Sebagai contoh pada lapisan S-6

spesies ini hidup, komunitas mangrove

yang memiliki jumlah rata-rata total

yang ada dipengaruhi oleh masuknya air

individu/gram yang paling rendah dari

laut terutama saat pasang air laut (rob)

seluruh lapisan yang ada (979.611),

maupun abrasi. Diatom epifitik juga

namun dengan penyusun komunitas

ditemukan pada lapisan bawah (Eunotia

diatom sejumlah 59 spesies yang 3

curvata, Eunotia diodon dan Synedra

diantaranya

(N.

ulna), ditemukannya spesies dominan

radiosa, M. circulare dan Synedra ulna)

ini menunjukkan bahwa habitat tersebut

mencerminkan pemerataan jenis yang

masih didukung oleh adanya komunitas

merata dengan spesies yang cukup

mangrove. Lapisan 12-16 cm memiliki

beranekaragam.

jumlah total individu per gram yang

dan

bersifat

dominan

diatom
satu

planktonik
spesies

yang

planktonik

rendah,

hal

ini

ditemukannya

berkaitan

fraksi

dengan

organik

dan

spesies, kemungkinan karena sedimen
dan

diatom

di

tengah

komunitas

cangkang foraminifera atau molusca

mangrove

kecil

mangrove dari arus gelombang secara

yang

diasumsikan

terdapat

hubungan mangsa (grazing).
Penyusun

komunitas

terlindungi

oleh

tegakan

langsung dan permukaan air di lokasi
ekosistem

lebih tenang daripada yang letaknya

mangrove yang masih tersisa di pantai

lebih

Semarang didominasi oleh Rhizophora

langsung oleh arus gelombang ataupun

sp. Berdasarkan hasil data litologi,

aliran sungai.

sedimen dibagi 3 lapisan besar yaitu

di

pinggir

Kehadiran

yang

terpengaruh

diatom

subkelas

sebagai

penyusun

pada kedalaman 0-6 cm (lapisan atas)

Centrophycideae

merupakan

yang

komunitas diatom kemungkinan karena

berwarna hitam kecoklatan, 6-12 cm

diatom tersebut merupakan diatom yang

(lapisan tengah) merupakan lempung

telah mati dan mengendap ke dasar

pasiran berwarna kehitaman dengan

perairan. Diatom centric mempunyai

sedikit fraksi organik, dan 12-20 cm

valva yang simetri radial, bentuk valva

(lapisan bawah) merupakan lempung

dapat sirkular, silindris atau segitiga,

pasiran

dan diatom ini kebanyakan planktonik

lempung

berwarna

pasiran

hitam

kecoklatan

dengan fraksi organik dan cangkang

(Gell

moluska/foraminifera.

Centrophycideae yang lebih banyak

Jumlah total individu per gram

et

bersifat

al.,

1999).

planktonik

ini

Subklas

hidupnya

pada sedimen di ekosistem mangrove

melayang di permukaan air, sehingga

disusun

subkelas

umumnya hanya sedikit yang dijumpai

subkelas

sebagai penyusun komunitas diatom

Subkelas

pada sedimen, namun bisa saja terjadi

jumlah

bila sedimen tersebut sering digenangi

oleh

Pennatophycideae

diatom
dan

Centrophycideae.
Centrophycideae

memiliki

spesies yang berfluktuatif relatif sama.

oleh

Hal ini karena kesamaan pengaruh

planktonik yang ditemukan di semua

permukaan

masa

air

yang

sampai

dan

air.

air

Disamping

terbuka,

diatom-diatom

juga

ditemukan

menutupi permukaan sedimen secara

beberapa bentuk diatom benthik yang

merata baik air laut maupun air tawar

hidup di sedimen atau melekat pada

ketika air pasang (elevasi/kemiringan

makroalga (Falciatore, 2002). Diatom

pantai 5,1). Subkelas Centrophycydeae

Centrophycideae diantaranya ditemukan

berfluktuatif hampir rata antara 12-19

12

genus

yakni,

Aulacoseira,

Asterolampra, Bidulbia, Campyloneis,

lebih banyak jumlahnya daripada diatom

Coscinodiscus,

Melosira,

planktonik, kemudian diikuti diatom

Stephanodiscus,

epifitik dan epilitik. Jumlah diatom

Cyclotella,

Raphoneis,
Thalassiosira,

dan

Triceratium,

Anorthoneis dan Hydrosera.
Subkelas

epilitik

yang

rendah

disebabkan

sedikitnya partikel batu atau pasir

Pennatophycideae

sebagai

habitatnya,

namun

diatom

memiliki karakteristik yang mampu

epipelik selalu memiliki jumlah yang

hidup melekat pada substrat. Komunitas

tinggi pada tiap lapisan. Hal ini juga

diatom disusun oleh banyak spesies dari

berkaitan

genus

subklas

sedimen yang di dominasi oleh silt

dominan.

(lanau) atau lumpur halus (65, 02 %),

Subkelas Pennatophycideae memberikan

diikuti dengan butiran pasir (30, 20 %)

gambaran

dan clay atau lempung (4, 78 %) tanpa

yang

berbeda,

Pennatophycideae

lebih

jumlah

spesies

yang

berfluktuasi berbeda antara tiap lapisan.
Jumlah

spesies

subkelas

Pennatophycideae

genus-genus

penyusun

yang

Jenis

diwakili

terutama

yaitu

ukuran

partikel

ditemui batuan.

diatom

dominan

dengan

diatom

partikel-partikel
silt

yang

benthik

inilah,

memungkinkan

khususnya

diatom

(Eunotia, Navicula, Synedra, Sellapora,

epipelik memiliki jumlah spesies yang

Tabellaria,

lebih banyak dan jumlah individu per

Diatom

Delphineis,

Meridion).

Pennatophycideae

dapat

gram yang tinggi. Kondisi litologi

menempel erat pada substrat karena

bawah

memiliki raphe, yaitu struktur melintang

Semarang terdiri atas sedimen berfraksi

sepanjang

mensekresi

halus yang bersifat lunak dan pasiran

mucilage atau bantalan lendir (Gell et.

bersifat relatif padat (Sarbidi, 2001).

al., 1999).

Dominannya sedimen berupa lumpur

valve

Menurut

yang

Hauer

and

Lamberti

halus

permukaan

wilayah

menyebabkan

jumlah

pantai

spesies

(1996), komunitas diatom dalam suatu

diatom epipelik selalu tinggi. Sedangkan

habitat dapat disusun oleh lebih dari dua

jumlah species planktonik hampir sama

tipe atau bahkan empat atau lebih

karena

(epipelik,

ketika sedimen tergenang.

epifitik,

episamnik,

dan

epizoik). Komposisi penyusun diatom di

meratanya

Clay

percampuran

mineral,

seperti

air

illite,

sedimen ekosistem mangrove muara

kaolinite dan montmoridonite dapat

sungai Banjir Kanal Timur Semarang

mengadsorb atau mengikat logam-logam

dihuni oleh diatom epipelik yang selalu

berat yang ada di perairan laut, seperti

Cobalt, Selenium, Silver. Selain itu

Diatom

allocththonous

mineral-mineral tersebut diketahui juga

diatom

pendatang

mempunyai kemampuan mengadsopsi

merupakan

unsur hara, silicon, phosporus dan

tersebut,

nitrogen. Dengan dominannya lumpur

terdapat akumulasi diatom terutama air

halus sebagai penyusun sedimen maka

tawar dari bagian hulu sungai Banjir

jumlah logam-logam berat yang terjerab

Kanal

di sedimen lebih tinggi daripada di

dilaluinya dan dari lautan.

perairan, seperti halnya besi yang ada
pada

perairan

dan

sedimen

dalam

konsentrasi yang tinggi.

yang

bukan

asli

habitat

diindikasikan

banyak

penghuni
jadi

Timur

merupakan

atau

perairan

yang

Akumulasi bukan hanya terjadi
pada diatom, namun sedimen dari hulu
dan dari laut juga terakumulasi di muara

Kandungan nutrien (total N dan K)

sungai Banjir Kanal Timur. Hal ini

pada perairan (N= 3.246 ppm, K= 3.488

dapat dilihat dari struktur sedimen yang

ppm)

daripada

menyusun litologi muara sungai Banjir

konsentrasinya di sedimen (N= 0.263

Kanal Timur yang utamanya disusun

ppm,

ini

oleh lumpur(clay) dan hasil pengujian

mengindikasikan kondisi perairan yang

logam berat pada perairan maupun

lebih

sedimennya (tabel 4.1). Akibat dari

lebih

K=

0.363

tinggi

sedangkan

besar

ppm),

kandungan

pada

hal

haranya,

sedimen

ditemui

sedimentasi

ini,

lapisan

sedimen

kandungan logam berat yang jauh lebih

semakin bertambah tinggi sehingga

tinggi

4.1.).

ketika volume air masuk ke sungai maka

Menurut Suyasa (1997), materi dari laut

akan meluap. Diatom mampu hidup

yang mengendap di sepanjang pantai

pada tingkat kelarutan oksigen antara 7

jumlahnya

sampai 12 mg/L, tetapi ada beberapa

konsentrasinya

lebih

(tabel

sedikit

dibanding

lumpur yang terbawa aliran sungai. Hal

jenis

ini

konsentrasi oksigen di bawah 6,5 mg/L,

berarti

logam-logam

tersebut

yang

merupakan akumulasi dari daerah hulu

karenanya

yang

sebagai

terbawa

aliran

sungai

dan

mampu

diatom

indikator

hidup

pada

dapat

dijadikan

perairan

tercemar

terendapkan di pantai. Genangan air di

(Reynolds,

daerah seperti muara sungai dan pantai

dimanfaatkan

memiliki sedimen yang mengakumulasi

respirasi. DO yang terukur pada perairan

diatom

dari

di ekosistem tersebut (5,1 mg/L) masih

kumpulan diatom allocththonous dan

baik untuk kehidupan diatom. Menurut

autochthonous (Gell et al., 2005).

Odum (1993), DO masih baik bagi

termasuk

campuran

1990).
oleh

diatom

Oksigen
untuk

organisme perairan selama tidak kurang

prinsipnya merupakan genus epifitik,

dari 4 mg/L.

meskipun beberapa spesiesnya dapat

Kondisi lingkungan pada sedimen

ditemukan sebagai plankton.

mangrove di pantai Semarang memiliki

Adanya spesies ini yang hidup

pH 6.5 tipe habitat acidobiontik (Vos

sebagai epifitik dimungkinkan tumbuh

dan Wolf, 1993); dengan temperatur

menempel pada perakaran mangrove

28,60 C dan mesohalobous dengan

yang

salinitas 19 ‰ (Vos dan Wolf, 1993).

dilakukan, selain mangrove tegakan tua

Lumpur yang terbawa oleh aliran sungai

(tempat

mungkin yang menyebabkan banyaknya

ditemukan pula beberapa tegakan muda

diatom benthik yang berhabitat air tawar

Rhizophora sp. di ekosistem tersebut

dalam jumlah yang dominan sehingga

yang merupakan hasil rehabilitasi hutan

banyak

ekosistem

pada awal tahun 1994 (Anonim, 2001).

mangrove, diantaranya: Eunotia diodon,

Hal ini mengindikasikan bahwa pada

E. curvata, Synedra ulna, Meridion

tahun 1994 atau sebelumnya telah

circulare,

N.

terjadi kerusakan tegakan mangrove

reinhardii, dan Sellaphora bacillum.

sehingga perlu dilakukannya rehabilitasi

Selain itu juga karena kondisi sedimen

ekosistem mangrove. Beltrones et al.

di muara sungai Banjir Kanal Timur

(2005), mengungkapkan bahwa diatom

Semarang di dominasi oleh lumpur

benthik

halus yang merupakan habitat diatom

mangrove atau akar tunjang sangat

epipelik.

mangrove

penting pada estuari sebagai produsen

ditemukan pula diatom epifitik, diatom

primer dan sebagai bagian utama dari

tersebut lebih sedikit daripada diatom

komunitas mikroorganisme pada sistem

epipelik dan planktonik karena habitat

mangrove, dimana mereka membantu

diatom

proses

terutama

ditemukan

di

Navicula

Pada

epifitik
hutan

radiosa,

ekosistem

di

pantai
mangrove

tersebut
sudah

mengalami kerusakan. Eunotia pada

ada.

Dari

pengamatan

pengambilan

yang

ditemukan

penstabilan

kekeringan sedimen.

dan

yang

sampel),

di

akar

pencegahan

Keanekaragaman spesies dan Pemerataan spesies
0,73
0,72
0,76
0,60
0,78
0,61
0,70
0,67
0,79
0,79

Kode lapisan

S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8

S-9
S-10

0,00

0,50

2,77
2,96
3,04
2,58
3,07
e

2,43
2,84
2,69

H'
3,13
3,03

1,00

nilai1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

Gambar 4.3. Nilai indeks Shannon-Wienner yang menunjukkan Keanekaragaman spesies dan
indeks Perataan (Evenness index) pada ekosistem mangrove muara sungai Banjir
Kanal Timur Semarang.

S-1
S-2
S-3
S-4
S-5
S-6
S-7
S-8
S-9
S-10

c
p

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

S-3

S-1

S-4

S-6

S-8

S-10

S-5

S-7

S-9

S-2

Gambar 4.4. Rasio Centrophycideae/c (%): Pennatophycideae/p (%) penyusun komunitas diatom
di ekosistem mangrove muara sungai Banjir Kanal Timur Semarang.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

0.9

0.8

0.7

Similarity

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

11

Kode sampel
Gambar 4.5. Hasil analisis cluster untuk pengelompokan tiap lapisan sampel berdasarkan
Kemelimpahan relatif (Di>5%).

indeks

dikarenakan pada lapisan ini mungkin

Shannon-Wienner

terjadi konversi lahan yang tercermin

diatom di lokasi yaitu antara 2.43 – 3.13

oleh penyusun diatomnya, sejak tahun

mengindikasikan

1960-1990 seluas 269. 000 hektar hutan

Kisaran

rata-rata

keanekaragaman

mangrove

pantai

bahwa

ekosistem

Semarang

stabil

mangrove dikonversi menjadi tambak

berdasarkan komunitas diatomnya.

udang sehingga di akhir tahun 2006

Berdasarkan

keanekaragaman,

diperkirakan hanya 1.9 juta hektar hutan

lapisan tengah kurang stabil. Hal ini

mangrove yang tersisa (Anonim, 2007).

nilai

Lapisan tengah lebih sering tergenang

(Magguran,

oleh air dilihat dari komposisi penyusun

berkisar antara 0, 60 - 0, 79, angka

diatomnya, yakni ditemukan diatom

tersebut

planktonik

individu yang cukup merata tiap lapisan

17-18

spesies.

Indeks

1988).

Nilai

menunjukkan

persebaran

pemerataan spesies yang tinggi (> 0.60)

sedimen.

mengindikasikan

mendekati 1 menunjukkan persebaran

penyebaran

jumlah

Indeks

perataan

merata,

perataan

semakin

yang

individu setiap spesies pada ekosistem

yang

meratanya

mangrove di muara sungai Banjir Kanal

persebaran spesies pada ekosistem maka

Timur Semarang hampir merata.

memiliki nilai maksimum. Spesies-

Struktur komunitas diatom pada

spesies yang persebarannya merata per

ekosistem perairan yang stabil memiliki

lapisan sedimen karena selalu muncul

indeks keanekaragaman yang tinggi.

tiap lapisannya antara lain Triceratium

Sebaliknya struktur komunitas diatom

sp.,

benthik pada ekosistem yang kurang

curvata,

stabil memiliki indeks keanekaragaman

circulare, dan Gyrosigma attenuatum.

yang rendah (Odum, 1993). Berdasarkan

Spesies-spesies yang selalu muncul

nilai indeks Shannon-Wienner yang

menunjukkan

ditemui pada lapisan bawah umumnya

tersebut

lebih stabil daripada lapisan di atasnya.

merata tiap lapisan. Meridion circulare

Pemerataan

adalah diatom air tawar yang mampu

dan

keanekaragaman

Cocconeis

placentula,

Synedra

ulna,

bahwa

memiliki

Eunotia
Meridion

spesies-spesies

persebaran

spesies pada lapisan tengah relatif

hidup pada kisaran suhu 5 – 10

berfluktuatif daripada lapisan bawah.

(Round, 1993).

Hal ini juga mendukung terjadinya

Ditemukannya

yang

o

C

Meridion

perubahan kondisi lingkungan pada

circulare yang selalu dominan di setiap

komunitas mangrove tersebut. Indeks

lapisan (gambar 4.5), mengindikasikan

keanekaragaman

bahwa

diatom

benthik

spesies

ini

memiliki

daya

merupakan pencerminan dari kondisi

adaptasi dan persebaran yang luas

habitatnya (Reid et al., 1995). Kondisi

dengan selalu hadirnya pada tiap lapisan

lingkungan tersebut akan mempengaruhi

atau bisa disebut spesies yang toleran.

komunitas diatom yang ada di sedimen

Ditemukannya jenis diatom air tawar

dan dimungkinkan terjadi pembalikan

mengindikasikan

sedimen.

mangrove merupakan habitat payau

bahwa

ekosistem

Nilai perataan merupakan nilai

yang lebih dipengaruhi masuknya air

tidak bersatuan, berkisar antara 0-1

tawar dari sungai Banjir Kanal Timur

sehingga diatom air tawar ditemukan

terbentuk

melimpah. Sedimen lumpur memiliki

Pennatophycideae (p): Centrophycideae

kelimpahan jenis pada lapisan yang

(c)

beragam, kemelimpahan diatom pada

Pennatophycideae selalu lebih tinggi

tiap

(>70%)

perlapisan

sedimen

berbeda

antara

menunjukkan

%

diatom

bahwa

diatom

sedangkan

diatom

mencerminkan kondisi lingkungan pada

Centrophycideae

>20%.

saat diendapkan (Bold and Wyne, 1985).

jumlah total rata-rata individu/gram

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

pada lapisan diduga karena lapisan

pada saat pengendapan diatom tersebut

tersebut memiliki kesamaan rasio c: p,

merupakan perairan yang lebih bersifat

penyusun komunitas diatom terbesar

tawar, dengan ditemukan banyaknya

adalah diatom benthik

jenis diatom air tawar yang menyusun

Muara

sungai

Tingginya

Banjir Kanal

Timur yang masih ditumbuhi mangrove

komunitas pada lapisan atas.
Penyusun komunitas diatom pada

memiliki arus yang tenang sehingga

sedimen mangrove muara sungai Banjir

menyebabkan diatom Centrophycideae

Kanal Timur Semarang adalah spesies-

lebih

spesies diatom air tawar dan air laut.

keanekaragaman

Lapisan atas terpengaruh kuat oleh

lapisan dalam (12-20 cm) menunjukkan

perairan tawar, hal ini dapat dilihat

bahwa habitat diatom tersebut memiliki

dengan dominannya spesies air tawar

kestabilan

yang mencapai 47, 65 % (Sellapora

lapisan atas masih terpengaruh langsung

bacillum), dan 41, 51 % (Synedra ulna).

dengan perubahan lingkungan yang

Ekosistem mangrove saat ini merupakan

terjadi seperti sedimentasi, aliran air,

ekosistem yang lebih dipengaruhi oleh

pengadukan ataupun aktivitas lain di

masuknya air tawar hal ini didasarkan

permukaan. Sedangkan lapisan bawah

atas dominannya jenis diatom tawar

lebih stabil karena sudah terendapkan,

(Navicula radiosa, Meridion circulare,

dan tidak terganggu oleh aliran air,

Sellaphora bacillum, Synedra ulna,

sedimentasi ataupun aktivitas lainnya

Eunotia lunula).

dan jumlah individu serta persebarannya

Pengelompokan

diatom

yang

banyak

jenisnya.
yang

yang

merata

tinggi.

tersebut

Indeks

tinggi

pada

Sedangkan

menunjukkan

berdasarkan frustula dapat dipergunakan

kondisi pada saat diatom terendapkan.

untuk mengetahui tingkat toleransi dan

Jumlah individu pada lapisan atas masih

daya dukung diatom-diatom tersebut

akan bertambah atau berkurang sesuai

tiap

perubahan lingkungan yang terjadi pada

lapisan

sedimen.

Rasio

yang

saat pengendapan. Sedimentasi yang

spesies ini juga dapat digunakan sebagai

terjadi di muara sungai Banjir Kanal

bioindikator.

Timur tergolong sangat tinggi, karena
setiap

tahunnya

terjadi

sedimentasi

setebal 0,5 – 1 cm.

Analisis cluster yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui pada setiap
lapisan dengan pengelompokan lapisan

Hasil penelitian ini menunjukkan

yang

memiliki

tingkat

kesamaan

bahwa keanekaragaman jenis penyusun

komunitas diatom berdasarkan jenis

diatom semakin stabil menuju lapisan

diatom penyusunnya. Analisis cluster di

terdalamnya dengan melihat indeks

atas

keanekaragaman jenis. Spesies-spesies

kesamaan yang lebih tinggi cenderung

yang relatif tidak terpengaruh antara

mengarah pada lapisan yang berdekatan,

lain:

berdasarkan

Eunotia curvata, E. diodon,

menunjukkan

bahwa

diatom

tingkat

penyusunnya,

Sellapora bacillum, Triceratium sp,

lapisan S-4 mengumpul dengan S-6,

Amphitetras

ulna,

keduanya memiliki kesamaan dengan

Gomphonema sp, Meridion circulare,

lapisan S-8, S-10 mengelompok dengan

Navicula

Navicula

tingkat kesamaan 0,67 dan walaupun

kemelimpahan

lapisannya jauh hal ini dapat terjadi

relatifnya menunjukkan spesies-spesies

karena adanya kemungkinan lapisan

tersebut

sedimen

reinhardii

sp,

Synedra

radiosa
karena

dan

mendominasi

di

perairan.

teraduk

oleh

hempasan

Perubahan habitat pada tiap lapisan

gelombang atau arus yang kuat selama

memberikan peningkatan dan penurunan

periode tertentu atau karena pengadukan

bagi

spesies

oleh ulah manusia yang mempergunakan

dapat

lahan pada ekosistem mangrove tersebut

kemelimpahan

tertentu.

Fluktuasi

suatu
spesies

menjelaskan persebaran diatom tiap

sebagai

lapisan. Spesies-spesies yang relatif

rehabilitasi hutan mangrove itu sendiri.

toleran dan tersebar merata antara lain:

Selain

Sellaphora bacillum, Triceratium sp,

berdasarkan

Amphitetras sp, Synedra ulna, Eunotia

komunitasnya

curvata, Delphineis angustata, Meridion

Menurut Innoue et al. (1999), lebih dari

circulare,

200.000 ha ekosistem mangrove di

Navicula

Navicula

radiosa,

reinhardii

dan
karena

lahan

itu

Indonesia

pertambakan

pengelompokan
komposisi
yang

rusak

terjadi
penyusun

relatif

setiap

atau

sama.

tahunnya.

kemelimpahan relatifnya menunjukkan

Lapisan S-7 dan S-9 memiliki tingkat

spesies-spesies tersebut mendominasi di

kesamaan yang tinggi mendekati angka

perairan dan selalu hadir tiap lapisan,

1, dan mengumpul dengan lapisan S-5.

Hal ini dikarenakan penyusun komunitas

Meridion

diatom yang dominan pada lapisan

bacillum, Synedra ulna, Eunotia lunula).

circulare,

Sellaphora

tersebut adalah sama yakni: Synedra
ulna, Navicula radiosa dan Meridion

DAFTAR PUSTAKA

circulare, serta ketiganya adalah diatom

Allen, W. E. and E. E. Cupp. 1933.
Plankton Diatom of The Java
Sea. Ann Jard. Bot. butenz Vol
XLIV. USA.
Anonim. 2001. Direktorat Jendral
Rehabilitasi
Lahan
dan
Perhutanan
Sosial.
http://www.dephut.go.id/INFOR
MASI/RRL/RLPS/mangrove.htm
Anonim. 2004. Ketika Pantura Jateng
Terjamah
Abrasi.
http://www.kompas.com/kompascetak/0408/09/teropong/1194656.
htm
Anonim. 2005. Tinggi, Sedimentasi
Banjir
Kanal
Timur.
http://www.suaramerdeka.com/kot
05.htm
Anonim.
2006.
http://www.semarang.go.id/peta/p
etasmg.htm.
Anonim. 2007. Udangku Sayang,
Mangroveku
Malang.
http://www.satudunia.oneworld.ne
t/article/view/147959/1/2220
Beltrones, D. Siqueiros, F.O. Lopez, and
L. I. Garate. 2005. Structure of
Diatom Assemblages Living on
Prop Roots of the Red
Mangrove (Rhizophora mangle)
from the West Coast of Baja
California Sur, Mexico. Pasifik
Science (2005), vol. 59, no. 1:7996, University of Hawai’i Press.
Bold, H. C. and Wynne, M. J. 1985.
Introduction to Algae: Structure
and Reproduction. 2nd edition,
Prentice Hall Inc., New York.
Canter-Lund, H. and J. W. G. Lund.
1995. Fresh Water Algae: their
microscopic world explored.
Biopress Limited, Hongkong.
Falciatore, A. and C. Bowler. 2002.
Revealing the Molekular Secrets
of Marine Diatoms. Annu. Rev.

air tawar. Lapisan S-2 memperlihatkan
pemisahan dari pengelompokan yang
terjadi, lapisan ini kemungkinan bukan
merupakan lapisan dengan urutan yang
sebenarnya. Hal ini bisa saja terjadi bila
lapisan S-2 berasal dari lapisan di
bawahnya yang teraduk sangat jauh
sehingga

indeks

kesamaan

dengan

lapisan yang lainnya rendah.
KESIMPULAN
Dijumpai 97 spesies diatom di
sedimen ekosistem mangrove muara
sungai

Banjir

Kanal

Timur,

keanekaragaman jenis penyusun diatom
epipelik stabil dengan melihat indeks
keanekaragaman

Shannon-Wienner.

Spesies-spesies yang relatif toleran dan
tersebar relatif merata antara lain:
Sellaphora bacillum, Triceratium sp,
Amphitetras sp, Synedra ulna Eunotia
curvata, Delphineis angustata, Meridion
circulare,
Navicula

Navicula

radiosa,

reinhardii.

dan

Ekosistem

mangrove di muara Sungai Banjir Kanal
Timur merupakan ekosistem yang lebih
dipengaruhi oleh masuknya air tawar hal
ini didasarkan atas dominannya jenis
diatom

tawar

(Navicula

radiosa,

Plant Biol. 2002. 53:109-30,
Annual reviews, Italy.
Gell, P. A., A. J. Sincock, J. A.
Sonneman, M. A. Illman and M.
A. Reid. 1999. An Illustrated
Key to Common Diatom Genera
From
Southern
Australia.
University of Adelaide, Adelaide,
New South Wales.
, J. Tibby, J. Fluin, P. Leahy,
M. Reid, K. Adamson, S. Bulpin,
A. MacGregor, P. Wallbrink, G.
Hancock and B. Walsh. 2005.
Accesing Limnological Change
and Variability Using Fossils
Diatom Assemblages, SouthEast Australia. River Res.
Applic. 21: 257-269 (2005). John
Wiley & Sons, Ltd. South-East
Australia.
Germain, H. 1981. Flores Des
Diatomées: Eaux Douces et
Saumatres. Sociéte Nouvelle Des
Édition. Boubée. Paris.
Hammer, Ø., D. A. T Harper., and P. D.
Ryan.
2001.
PAST:
Paleontological Statistics Software
Package for Education and Data
Analysis.
Palaeontologia
Electronica 4(1): 9pp.
http://palaeoelectronica.org/2001_1/past/issue1
_01.htm
Hasle, G. R. and E. E. Syversten. 1996.
Identifying
Marine
Phytoplankton. Academic Press,
Inc. U.K.
Hauer, F. Richard and Gary A.
Lamberti. 1996. Methods in
Stream Ecology. Academic Press,
Inc. USA.
Holland, J. and R. L. Clark. 1989.
Diatom
of
Burrinjuck
Reservoir, New South Wales,
Australia. Division of Water
Resources, New South Wales.
Innoue, Y., O. Hadiyati , H.M. Afwan
Effendi, K. R. Sudarma, and I. N
Budiana.
1999.
Sustainable
Management
Models
for

Mangrove
Forest.
Japan
International Cooperation Agency,
p: 46.
Patrick, R. 1987. Ecology of
Freshwater
Diatoms
and
Diatom
Communities.
The
Academy of Natural Sciences. 19th
& the Parkway, Philadelphia,
Pennsylvania, USA.
Pyle, L, S. R. Cooper, and J. K. Huvane.
Diatom Paleoecology Pass Key
Core 37, Everglades National
Park, Florida Bay. USGS. OpenFile Report 98-522.
Reavie, E., J. Smol and B. Charmichal.
1995.
Post-Settelement
Eutrophication Histories of Six
British Columbia (Canada)
Lakes. Can. J. Fish. Aquat. Sci.
52: 2388-2401.
Round, F. E., R. M. Crawford, R. M.
and D.G. Mann. 1990. The
Diatoms.
Biology
and
Morphology of The Genera.
Cambridge University Press, 747
pp.
Sabater, S and E. Y. Haworth. 1995. An
Assesment of Recent Trophic
Changes in Windermere South
Basin (England) based on
Diatom Remains and Fosi
Pigments.
Journal
of
Paleolimnology 14:151-163, ©
1995 Kluwer Academic Publiser,
Belgium.
Sanna, S. 2001. Climate Impacts on
Remote Subarctic Lakes in
Finnish Lapland: Limnological
and
Paleolimnological
Assesment with a Particular
Focus on Diatoms and Lake
Saanajärvi. Kilpisjärvi Notes 16:
1-50. University of Helsinki,
Finland. (dissertation).
Sarbidi. 2001. Geomorfologi dan
Wilayah Pantai Kota Semarang
(Pengaruh Rob pada Permukiman
PantaiProsiding
Seminar
Dampak Kenaikan Muka Air Laut
pada
Kota-kota
Pantai
di

Indonesia. Bandung 19-20 Maret
2001.
Sharma, O. P. 1992.Textbook of Algae.
Tata Mc Graw-Hill Publishing
Company Limited, New Delhi.
Soeprobowati, T. R., H. Sugondo, I. B.
Hendarto, I. Soemantri dan B.
Toha. 2000. Metode Monitoring
: Diatomae sebagai Bioindikator
dalam Menentukan Tingkat
Kualitas Perairan. Laporan
Penelitian.
Universitas
Diponegoro, Semarang.
, W. H. Rahmanto
dan J. F. Hidayat. 2004. Kajian
Perubahan
Lingkungan
Ekosistem Lentik Danau Rawa
Pening Menggunakan Diatom
sebagai Bioindikator; Diatom
dan kondisi ekologis Danau
Rawa Pening sekarang, Laporan

Kegiatan. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Supriharyono. 2000. Pelestarian dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam
di Wilayah Pesisir Tropis.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suyasa, I. N. 1997. Ekologi Perairan.
Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta.
Vos, P. C. and H. D. Wolf. 1993.
Diatoms
as
Tool
for
Reconstructing
Sedimentary
Environment
in
Coastal
Wetlands:
Methodological
Aspecs in Van Dam (E.D). 12th
International Diatom Symposium
Kluwer Academics Publisher.
Netherland.
Werner, R. G. 1983. The Biology of
Diatoms. University of California
Press. Berkelley. USA.