4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
3839;
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 355M Tahun
1999 tentang Pembentukan Kabinet Persatuan Nasional; 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 1999
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara;
8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441KPTS1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
9. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor
01KPTS1999 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor Menteri Negara Pekerjaan Umum.
MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PEKERJAAN UMUM
TENTANG KETENTUAN TEKNIS PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA BANGUNAN
GEDUNG DAN LINGKUNGAN
BAB I KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama Pengertian
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum ini yang dimaksud dengan: 1.
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan adalah segala upaya yang menyangkut ketentuan dan persyaratan teknis yang
diperlukan dalam mengatur dan mengendalikan penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung, termasuk dalam rangka proses perizinan, pelaksanaan dan
pemanfaatanpemeliharaan bangunan gedung, serta pemeriksaan kelaikan dan keandalan bangunan gedung terhadap bahaya kebakaran.
2. Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam
suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah danatau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
kegiatannya.
3. Perencanaan tapak adalah perencanaan mengenai tata letak bangunan terhadap
lingkungan sekitar dikaitkan dengan bahaya kebakaran dan upaya pemadaman.
4. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh
penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung
dan lingkungan.
5. Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan
gedung dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
6. Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara
otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Selain itu sistem ini
digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran.
7. Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihak
terkait dalam melaksanakan pengawasan maupun pengendalian dari tahap perencanaan pembangunan bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi
kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.
Bagian Kedua Maksud dan Tujuan
Pasal 2
1 Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung
yang aman terhadap bahaya kebakaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap pemanfaatan sehingga bangunan gedung
senantiasa andal dan berkualitas sesuai dengan fungsinya.
2 Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan bertujuan terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan
yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan proses produksidistribusi barang dan
jasa, dan bahkan dari gangguan kesejahteraan sosial.
BAB II PENGATURAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN