PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, POLITICAL VISIBILITY, KINERJA KEUANGAN, DAN BOARD GENDER TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala Lumpur Stock Exchange tahun 2015)

(1)

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,POLITICAL VISIBILITY,

KINERJA KEUANGAN, DANBOARD GENDERTERHADAP

ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala LumpurStock Exchangetahun 2015)

THE INFLUENCE OF MANAGERIAL OWNERSHIP, POLITICAL VISIBILITY, FINANCIAL PERFORMANCE, AND BOARD

GENDER TOWARD ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

(Empirical Study on Listed Manufactur Companies in Indonesian Stock Exchange and Kuala Lumpur Stock Exchange Year 2015)

Oleh:

DZAKY FAISAL PRASISTA 20130420226

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,POLITICAL VISIBILITY,

KINERJA KEUANGAN, DANBOARD GENDERTERHADAP

ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala LumpurStock Exchangetahun 2015)

THE INFLUENCE OF MANAGERIAL OWNERSHIP, POLITICAL VISIBILITY, FINANCIAL PERFORMANCE, AND BOARD

GENDER TOWARD ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

(Empirical Study on Listed Manufactur Companies in Indonesian Stock Exchange and Kuala LumpurStock ExchangeYear 2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

DZAKY FAISAL PRASISTA 20130420226

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Dzaky Faisal Prasista Nomor mahasiswa : 20130420226

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, POLITICAL VISIBILITY, KINERJA

KEUANGAN, DAN BOARD GENDER TERHADAP ENVIRONMENTAL

DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala Lumpur Stock Exchange tahun 2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan diseutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 16 Desember 2016


(4)

MOTTO

Hidupmu dan masa depanmu kamu sendiri yang menentukan, bukan orang lain. (Papa & Mama)

Jangan pernah bunuh mimpi kamu karena mimpi tidak bisa mati. Sekeras apa pun kamu pukul, itu mimpi hanya akan pingsan

kemudian bangun di usia tua dalam bentuk penyesalan. (Pandji Pragiwaksono)

Pilih jalan mendaki karena itu akan mengantarkan kita ke puncak-puncak baru. (Anies Rasyid Baswedan)

Kekhawatiran adalah penghinaan kepada Tuhan.

Hidup memang perlu untuk dipikirkan, namun jangan dikhawatirkan. Karena hidup sudah digariskan oleh Dia yang maha menentukan.

(Sudjiwotedjo)

Saya mungkin akan menghabiskan banyak waktu untuk mengejar mimpi saya. Tapi itu jauh lebih baik daripada membiarkan mimpi saya menunggu terlalu lama.


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Allah SWT yang selalu mendampingi dan menyertai setiap langkah hidupku. 2. Papa Kelik Supranoto (alm) dan Mama Suprapti, orangtuaku yang selalu

menyayangiku, mengasihiku, dan memberikan kepercayaan kepadaku serta mengajariku tentang pentingnya sebuah tanggung jawab.

3. Linda Prasista Ramadhani, adikku tersayang yang selalu menjadi penyemangat hidupku.

4. Alief Darmawan dan Eko Sumanjaya, sahabat-sahabatku sejak SMA yang masih setia menjadi sahabat terbaikku.

5. Dodi Wibowo, Prasetya Herlambang, Siska Erlita Warti, Nissa Sabrina Ghaesani, Ratnsari Mulyaningsih, Farinza Tiara Indani, Tiara Rahma Ayuningtyas, dan Putri Novia Fajar Rini, sahabat-sahabatku yang selalu memberi warna dalam perjalanan hidupku sejak awal menempuh pendidikan di perguruan tinggi.

6. Revlinur Rahmawati, terimakasih atas dukungan dan motivasinya.

7. Muhammad Budi Raharjo, Rikhana, Junda Faudiana, Riezka Karnia, kakak-kakak senior yang sudah bersedia membantuku dalam proses pembuatan skripsi ini.

8. Teman-teman KKN kelompok 17 yang sudah menambah pelajaran dan warna dalam hidupku.

9. Teman-teman PERS dan BEM FEB UMY 2013/2014 yang sudah memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam hidupku.


(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Political Visibility, Kinerja Keuangan, dan Board Gender Terhadap

Environmental Disclosure (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia dan Kuala Lumpur Stock Exchange Tahun 2015)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pelaku pasar dan emiten mengenai pentingnya akuntansi lingkungan dan pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan petunjuk, bimbingan dan kemudahan selama penulis menyelesaikan studi.

2. Ibu Evi Rahmawati., SE., M.Acc., Akt., PhD., CA. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.


(7)

3. Mama, adik dan saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan doa dan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran, dan pengembangan penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 16 Desember 2016


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ...iv

HALAMAN MOTTO ...v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...vi

INTISARI ...vii

ABSTRACT ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR TABEL ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...8

C. Tujuan Penelitian ...9

D. Manfaat Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...11

A. Landasan Teori ...11

1. Teori Legitimasi ...11

2. TeoriStakeholders ...12

3. Teori Agensi ...13

4. Signalling Theory ...14

5. Nature Theory ...15

6. Environmental Disclosure ...16

7. Kepemilikan Manajerial ...17

8. Political Visivility ...18


(9)

10.Board Gender ...19

B. Penurunan Hipotesis ...20

1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap environmental disclosure ...20

2. Pengaruh ukuran perusahaan (political visibility) terhadap environmental disclosure ...22

3. Pengaruh profitabilitas terhadapenvironmental disclosure ...24

4. Pengaruh likuiditas terhadapenvironmental disclosure ...26

5. Pengaruh solvabilitas terhadapenvironmental disclosure ...27

6. Pengaruh keberadaan direksi wanita (board gender) terhadap environmental disclosure ...29

7. Perbedaan tingkatenvironmental disclosuredi Indonesia dan di Malaysia ...30

8. Perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen di Indonesia dan Malaysia ...32

C. Model Penelitian ...34

BAB III METODE PENELITIAN ...36

A. Objek Penelitian ...36

B. Jenis Data ...36

C. Teknik Pengambilan Sampel ...36

D. Teknik Pengumpulan Data ...37

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...37

1. Variabel Dependen:Environmental Disclosure ...37

2. Variabel Independen ...38

a. Kepemilikan Manajerial ...38

b. Ukuran Perusahaan ...38

c. Profitabilitas ...39

d. Likuiditas ...39

e. Solvabilitas ...39

f. Keberadaan Direksi Wanita ...40


(10)

1. Analisis Statistik Deskriptif ...40

2. Uji Kualitas Data (Uji Asumsi Klasik) ...40

a. Uji Normalitas ...41

b. Uji Multikolinearitas ...41

c. Uji Heterokedastisitas ...41

3. Uji Hipotesis ...42

a. Koefisien determinasi (Adjusted R2) ...43

b. Uji signifikansi simultan (uji Statistik F) ...43

c. Uji signifikansi parameter individual (Ujit) ...43

d. Uji Beda (Independent Sample t test) ...44

e. UjiChow ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...46

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...46

B. Uji Statistik Deskriptif ...48

1. VariabelEnvironmental Disclosure(ED)...49

2. Variabel Kepemilikan Manajerial (KM)...49

3. Variabel Ukuran Perusahaan (SIZE) ...49

4. Variabel Profitabilitas (PRO) ...50

5. Variabel Likuiditas (LIK) ...50

6. Variabel Solvabilitas (SOL) ...50

7. Variabel Keberadaan Direksi Wanita (DW) ...51

C. Uji Kualitas Data ...51

1. Uji Normalitas ...51

2. Uji Multikolinearitas ...53

3. Uji Heterokedastisitas ...54

D. Uji Hipotesis ...55

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...55

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...57

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Ujit) ...58

4. Uji Beda (Independent Sample t test) ...63


(11)

E. Pembahasan ...68

1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap environmental disclosure ...68

2. Pengaruh ukuran perusahaan (political visibility) terhadap environmental disclosure ...70

3. Pengaruh profitabilitas terhadapenvironmental disclosure ...72

4. Pengaruh likuiditas terhadapenvironmental disclosure ...73

5. Pengaruh solvabilitas terhadapenvironmental disclosure ...74

6. Pengaruh keberadaan direksi wanita (board gender) terhadap environmental disclosure ...75

7. Perbedaan tingkatenvironmental disclosuredi Indonesia dan di Malaysia ...77

8. Perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen di Indonesia dan Malaysia ...79

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN ...81

A. Simpulan ...81

B. Saran ...82

C. Keterbatasan Penelitian ...83 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Penelitian H1-H6 ...34 Gambar 2.2 Model Penelitian H7 ...35 Gambar 2.3 Model Penelitian H8 ...35


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Proses Pengambilan Sampel Perusahaan Indonesia ...46

Tabel 4.2 Proses Pengambilan Sampel Perusahaan Malaysia ...47

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Indonesia ...48

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Malaysia ...48

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Indonesia ...52

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalit Malaysia ...52

Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Indonesia ...53

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas Malaysia ...53

Tabel 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas Indonesia ...54

Tabel 4.10 Hasil Uji Heterokedastisita Malaysia ...55

Tabel 4.11 Hasil Uji Keofisien Determinasi Indonesia ...56

Tabel 4.12 Hasil Uji Keofisien Determinasi Malaysia ...56

Tabel 4.13 Hasil Uji Signifikansi Simultan Indonesia ...57

Tabel 4.14 Hasil Uji Signifikansi Simultan Malaysia ...58

Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual Indonesia ...59

Tabel 4.16 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual Malaysia ...61

Tabel 4.17 Hasil Uji Goup ...63

Tabel 4.18 Hasil Uji Levene’s ...64

Tabel 4.19 Hasil Uji Nilai Residual Indonesia ...64

Tabel 4.20 Hasil Uji Nilai Residual Malaysia ...65

Tabel 4.21 Hasil Uji Nilai Residual Gabungan ...65


(14)

(15)

(16)

ABSTRACT

The research was intended to examine the influences of managerial ownership, political visibility, financial performance, and board gender toward environmental disclosure. Political visibility was represented by company size. Financial performance measured by using profitability, liquidity, and solvency, while environmental disclosure measured by usingGlobal Reporting Initiative’s (GRI) G4.

The samples of this research were manufacturing companies which registered in

Bursa Efek Indonesia dan Kuala LumpurStock Excange year2015.

The result of this research showed that managerial ownership had positive impact to environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia managerial ownership had negative influence toward environmental disclosure. Political visibility that represent by the company size did not influence the environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia, political visibility that represented by the company size had positive influence toward the environmental disclosure. Profitability did not influence the environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia profitability had positive influence toward the environmental disclosure. Liquidity had negative effect toward the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia. Solvency did not influence the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia. The existence of women directors did not give effect to the environmental disclosure in Indonesia, while in Malaysia the existence of women directors had negative influence toward the environmental disclosure. There was no difference in the level of environmental disclosure in Indonesia and Malaysia. In the other hand, there were differences in the influence of managerial ownership, company size, profitability, liquidity, solvency, and the presence of women directors toward the environmental disclosure in Indonesia and Malaysia.

Keywords : managerial ownership, political visibility, profitability, liquidity, solvency, board gender, environmental disclosure


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam merupakan anugerah dari Allah SWT yang tak ternilai. Maka dari itu, seharusnya kita sebagai manusia senantiasa menjaga lingkungan hidup dengan baik. Apabila manusia tidak merawat lingkungan hidup dengan baik, niscaya manusia akan merugi di kemudian hari. Allah SWT juga telah berpesan kepada manusia untuk tidak melakukan perusakan terhadap alam sebagaimana diwahyukan dalam Surah Al-A’raf/7:56 sebagai berikut,

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Dewasa ini, isu lingkungan memang masih menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Munculnya isu ini tidak terlepas dari banyaknya bencana alam yang terjadi akibat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan. Pada bulan November 2014, Greenpeace Indonesia merilis hasil investigasi yang menyatakan bahwa sekitar 3.000 kilometer sungai di Kalimantan Selatan (sekitar 45% dari total sungai yang ada di Kalimantan Selatan) berpotensi mengalami pencemaran akibat aktivitas pertambangan.

Selain pencemaran lingkungan, kebakaran hutan juga masih menjadi masalah besar yang dihadapi oleh beberapa negara termasuk Indonesia. Data


(18)

rekapitulasi luas kebakaran hutan di Indonesia yang dilansir oleh Kementerian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa pada tahun 2013 luas kebakaran hutan di Indonesia mencapai 4.919 Ha, tahun 2014 mencapai 44.411 Ha, dan tahun 2015 mencapai 11.241 Ha. Faktanya, kasus pembakaran hutan di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh perusahaan dalam negeri. Seperti yang terjadi di Riau, PT. Adei Plantation and Industry yang merupakan anak perusahaan dari grup Kuala Lumpur Kepong (KLK) yang bermarkas di Malaysia terbukti melakukan pembakaran hutan dan telah dijatuhi sanksi.

Banyaknya kasus kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan pada akhirnya menuai tuntutan dari masyarakat luas. Perusahaan dituntut untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan. Perusahaan juga dituntut untuk bersedia menyajikan pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan. Selain sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan, pada dasarnya pengungkapan tanggung jawab lingkungan memang penting untuk dilakukan guna meningkatkan citra perusahaan.

Pada umumnya, perusahaan mengungkapkan tanggung jawab mereka terhadap lingkungan hidup melalui environmental disclosure. Environmental disclosure pada dasarnya merupakan pengungkapan informasi dan aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Environmental disclosureadalah bagian daricorporate social responsibility(CSR)disclosure


(19)

Pengungkapan tanggung jawab lingkungan perusahaan di Indonesia sebenarnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 2012. Pasal 6 pada Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan dimuat dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada rapat umum pemegang saham (RUPS).

Selain itu, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) juga memberikan saran kepada entitas untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal tersebut tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (2012) paragraf 9 :

“Entitas dapat pula menyajikan laporan yang terpisah dari laporan keuangan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.

Walaupun telah ada peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan pengungkapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun isi pengungkapan tanggung jawab lingkungan masih bersifat voluntary (sukarela). Hal ini dikarenakan sampai saat ini belum ada peraturan mengenai standar baku tentang isi pengungkapannya. Tidak adanya standar baku tentang isi pengungkapan lingkungan ini menjadikan format, isi, dan luas environmental diclosure menjadi bervariasi tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Maka dari itu, menarik untuk diteliti tentang apa saja yang dapat mempengaruhi luasenvironmental disclosure.


(20)

Menurut Suhardjanto (2010), sejak empat dekade terakhir, penelitian yang berkaitan dengan pengungkapan lingkungan hidup (environmental disclosure) telah mengalami peningkatan. Akan tetapi, penelitian mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhienvironmental disclosuremasih perlu untuk terus disempurnakan dan dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa masalah lingkungan hidup adalah hal yang sangat penting karena dampaknya tidak hanya dapat dirasakan saat ini, melainkan juga dapat dirasakan di masa depan.

Jajaran manajemen perusahaan yang memiliki saham dalam perusahaan akan menyelaraskan kepentingannya sebagai pengelola perusahaan dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Menurut Fama dan Jensen (1983), semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial, maka semakin tinggi pula motivasi untuk mengungkapkan aktivitas yang dilakukan perusahaan (termasuk tentang aktivitas yang berkaitan dengan tanggung jawab lingkungan). Perusahaan melakukan pengungkapan tentang aktivitas yang dilakukan karena dapat meningkatkan citra perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi kesejahteraan manajer selaku pemegang saham.

Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar cenderung memiliki

political visibility yang lebih besar. Menurut Suhendah dan Haryanto (2014), perusahaan yang mengahadapi political visibility yang semakin besar, maka manajer akan cenderung memilih menggunakan prosedur akuntansi yang dapat menghasilkan laba sekarang lebih rendah dari pada laba di masa depan. Hal tersebut dilakukan guna mengurangi political visibility perusahaan. Pengungkapan informasi dapat menimbulkan biaya yang akan menurunkan


(21)

laba sekarang. Atas dasar hal tersebut, semakin tinggi political visibility yang dihadapi oleh suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan semakin banyak mengeluarkan biaya untuk melakukan pengungkapan informasi sosial (Watt dan Zimmerman, 1990 dalam Sembiring, 2005).

Menurut Elijido-Ten (2014), perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah cenderung lebih fokus untuk melakukan perbaikan kinerja ekonomi sehingga perhatian perusahaan terhadap lingkungan cenderung rendah. Kemudian, menurut Meeket al., (1995) dalam Oktafianti dan Rizki (2015), perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi akan memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk melakukan pengungkapan lingkungan. Maka dari itu, seharusnya profitabilitas berbanding lurus dengan

environmental disclosure.

Kemudian, menurut Iswandika et al., (2014), perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi akan melakukan berbagai kegiatan sosial dan lingkungan sebagai sinyal bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Berbagai kegiatan sosial dan lingkungan tersebut kemudian diungkapkan dalam laporan keuangan. Maka dari itu, seharusnya rasio likuiditas berbanding lurus dengan tingkatenvironmental disclosure.

Selanjutnya, menurut Iswandika et al., (2014), perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi memiliki kemungkinan untuk menyediakan informasi secara lebih komprehensif guna memenuhi kebutuhan informasi para kreditur jangka panjang. Hal tersebut dilakukan guna menghilangkan keraguan para kreditur tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi


(22)

hak-hak mereka. Tidak menutup kemungkinan bahwa informasi yang diungkapkan adalah tentang aktivitas tanggung jawab lingkungan.

Salah satu isu mekanisme corporate governance yang berkembang beberapa tahun terakhir adalah board diversity berbasis gender. Keberadaan direksi wanita dengan segala kelebihannya dianggap dapat meningkatkan pengungkapan informasi yang bersifat sukarela (termasuk environmental disclosure). Hal tersebut dilakukan karenaenvironmental disclosure dianggap efektif untuk meningkatkan citra perusahaan yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi perusahaan.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang dilakukan oleh Oktafianti dan Rizki (2015). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian ini variabel ukuran perusahaan dijadikan sebagai proksi dari political visibility. Political visibility pada dasarnya adalah tentang bagaimana sorotan masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan yang akan berdampak pada peningkatan biaya politik dan peraturan terkait. Political visibility diproksikan dengan ukuran perusahaan karena perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat maupun pemerintah. Kemudian, variabel kinerja keuangan pada penelitian ini tidak hanya diukur dengan rasio profitabilitas melainkan juga diukur dengan rasio likuiditas dan solvabilitas. Selain itu, penelitian ini juga menambahkan variabel board gender yang diproksikan dengan keberadaan direksi wanita sebagai variabel bebas.


(23)

Penelitian ini juga membandingkan tingkat environmental disclosure

di Indonesia dan Malaysia serta pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat di kedua negara tersebut. Alasan dipilihnya Malaysia sebagai negara pembanding adalah peneliti menginginkan negara pembanding yang sebanding dengan Indonesia dari berbagai sudut pandang. Indonesia dan Malaysia memiliki sumber daya alam dan kondisi morfologi yang hampir sama, tingkat perekonomian yang setara, serta keduanya merupakan anggota

Association of Southeast Asian Nations(ASEAN).

Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 mewajibkan kepada perseroan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melakukan aktivitas tanggung jawab sosial dan lingkungan, maka dari itu dipilihlah perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian ini. Mengingat bahwa terdapat perusahaan manufaktur yang berkaitan langsung dengan lingkungan hidup dan ada pula yang tidak, maka peneliti berasumsi bahwa terdapat perusahaan manufaktur yang peduli terhadap lingkungan hidup dan ada pula yang kurang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup. Jadi, perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel karena dinilai dapat mewakili semua sektor perusahaan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Political Visibility, Kinerja Keuangan dan Board Gender terhadap Environmental Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala LumpurStock ExchangeTahun 2015).


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap

environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia?

2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia?

3. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia?

4. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap environmental disclosure

di Indonesia dan Malaysia?

5. Apakah solvabilitas berpengaruh positif terhadapenvironmental disclosure

di Indonesia dan Malaysia?

6. Apakah keberadaan direksi wanita berpengaruh positif terhadap

environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia?

7. Apakah terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia?

8. Apakah terdapat perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan keberadaan direksi wanita terhadapenviromental disclosuredi Indonesia dan Malaysia?


(25)

C. Tujuan Penelitian

Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Menguji pengaruh positif kepemilikan manajerial terhadap environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia.

2. Menguji pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia.

3. Menguji pengaruh positif profitabilitas terhadap environmental disclosure

di Indonesia dan Malaysia.

4. Menguji pengaruh positif likuiditas terhadap environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.

5. Menguji pengaruh positif solvabilitas terhadap environmental disclosure

di Indonesia dan Malaysia.

6. Menguji pengaruh positif keberadaan direksi wanita terhadap

environmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia.

7. Menguji perbedaan tingkat environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia.

8. Menguji perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan keberadaan direksi wanita terhadapenviromental disclosuredi Indonesia dan Malaysia.


(26)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas, ada pun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu ekonomi dan akuntansi, khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhienvironmental disclosure.

2. Manfaat Praktis : a. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam rangka evaluasi maupun dalam pembuatan regulasi tentangenvironmental disclosure. b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada perusahaan tentang pentingnya akuntansi lingkungan, sehingga dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi

Berdasarkan teori legitimasi, organisasi maupun perusahaan akan terus mencoba meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang mereka lakukan telah sesuai dengan batasan maupun norma yang berlaku di masyarakat. Menurut Ghozali dan Chariri (2007), teori legitimasi pada dasarnya berkaitan dengan kontrak sosial yang terjadi antara pihak perusahaan dengan pihak masyarakat di mana perusahaan tersebut beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi. Kontrak sosial tersebut tertuang baik secara eksplisit maupun implisit di mana kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan didasarkan pada kontribusi perusahaan kepada masyarakat luas termasuk distribusi manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada berbagai kelompok sesuai dengan power yang dimiliki.

Penerimaan masyarakat atas keberadaan perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Maka dari itu, agar dapat diterima oleh masyarakat, perusahaan harus menyelaraskan seluruh aktivitas perusahaan dengan norma yang berlaku di masyarakat sekitar. Apabila perusahaan tidak menyelaraskan aktivitas perusahaan dengan norma yang berlaku di masyarakat, maka akan terjadi legitimasi


(28)

Menurut Oktafianti dan Rizki (2015), hal-hal yang dapat meningkatkan legitimasi antara lain etika bisnis, pengembangan kinerja karyawan, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jadi, berdasarkan teori legitimasi, pengungkapan tanggung jawab lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan sesungguhnya merupakan upaya perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat sekitar. Legitimasi dari masyarakat tersebut diharapan akan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan dalam jangka panjang.

2. TeoriStakeholders

Berdasarkan teori stakeholders, perusahaan bukanlah entitas yang sekedar beroperasi untuk kepentingannya sendiri, melainkan juga harus memberikan manfaat bagi stakeholders perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007). Freeman dan Mcvea (2001) mendefinisikan stakeholders sebagai individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan organisasi. Stakeholders terdiri dari

shareholders, konsumen, supplier, kreditor, masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak lainnya.

Pengungkapan sosial dan lingkungan merupakan bentuk komunikasi antara perusahaan dengan stakehoders perusahaan (Ghozali dan Chariri, 2007). Komunikasi antara perusahaan denganstakeholdersini dilakukan karena perusahaan menganggap stakeholders sebagai pihak yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan perusahaan. Atas dasar


(29)

anggapan tersebut, perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan (termasuk pengungkapan lingkungan) senantiasa mempertimbangkan pengaruhstakeholders.

3. Teori Agensi

Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan kesepakatan antara principal dengan agen guna menghasilkan perjanjian atau kontrak. Principal(pemilik) memiliki kepentingan untuk mengetahui informasi dan aktivitas manajemen terkait dengan dana yang diinvestasikan dalam suatu perusahaan. Informasi ini juga merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas kinerja manajemen.

Teori agensi juga mengungkapkan bahwa sesungguhnya antara pihak principal dan agen memiliki kepentingan yang berbeda. Maka dari itu, menurut Jensen dan Meckling (1976), berdasarkan teori agensi, dalam suatu proses bisnis terdapat konflik kepentingan yang melibatkan antara

principal dan agen. Struktur kepemilikan dianggap sebagai salah satu aspek mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi konflik kepentingan tersebut. Secara spesifik, struktur kepemilikan yang dimaksud adalah kepemilikan saham manajerial. Hal ini dikarenakan manajer yang memiliki saham di perusahaan menjadi memiliki dua peran yakni sebagai agen dan sebagai principal sehingga manajer akan senantiasa menyelaraskan kedua kepentingan tersebut dalam setiap kebijakan yang dibuat oleh manajer.


(30)

4. Signalling Theory

Signalling theory berakar pada teori akuntansi pragmatik yang memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku pemakai informasi (Suwardjono, 2005). Jadi, berdasarkan

signalling theory, pengungkapan informasi yang dilakukan oleh perusahaan merupakan usaha perusahaan untuk memberikan sinyal kepada pihak eksternal tentang kondisi perusahaan. Sinyal berupa informasi yang diungkapkan oleh perusahaan akan menimbulkan berbagai reaksi dari pihak eksternal khususnya investor.

Dalam rangka memberikan sinyal positif, perusahaan tidak hanya menyajikan pengungkapan informasi yang bersifat wajib, melainkan juga informasi yang bersifat sukarela. Pengungkapan informasi yang bersifat sukarela dianggap memberikan sinyal yang menggambaran bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Hal ini mengingat bahwa pada umumnya perusahaan yang bersedia melakukan pengungkapan informasi yang bersifat sukarela hanya perusahaan yang sedang dalam kondisi baik. Sinyal berupa pengungkapan informasi yang bersifat sukarela tersebut pada akhirnya akan direspon positif oleh pihak eksternal (khususnya investor) sehingga perusahaan akan diuntungkan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa signalling theory merupakan teori yang mendasari pengungkapan informasi yang bersifat sukarela termasuk pengungkapan informasi tentang tanggung jawab terhadap lingkungan.


(31)

5. Nature Theory

Berdasarkan Nature theory, sesungguhnya perbedaan antara pria dan wanita merupakan sebuah kodrat yang harus diterima. Perbedaan secara biologis ini berdampak pada perbedaan peran dan tugas di antara keduanya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari, terdapat peran dan tugas yang dapat dipertukarkan antara pria dan wanita (Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN & UNFPA, 2005).

Seiring dengan berkembangnya emansipasi wanita, semakin banyak peran yang dapat dipertukarkan antara pria dan wanita. Profesi yang dahulu dianggap tabu untuk dikerjakan oleh wanita, kini menjadi sesuatu yang wajar dilakukan oleh wanita. Tak jarang justru wanita memiliki jabatan yang lebih tinggi dari kaum pria.

Walaupun banyak peran dan tugas yang dapat dipertukarkan antara pria dan wanita, akan tetapi berdasarkan Nature theory, pria dan wanita memang dilahirkan berbeda dan tidak bisa disamakan. Sekalipun pria dan wanita berada pada peran atau profesi yang sama, namun kinerja dan pola pikirnya akan berbeda. Berdasarkan Nature theory, hal ini dikarenakan kepribadian manusia dibentuk oleh faktor biologis dan genetika yang berbeda-beda yang muncul secara alamiah.


(32)

6. Environmental Disclosure

Environmental disclosure adalah bagian dari corporate social responsibility (CSR) disclosure yang dinyatakan dalam annual report

maupun sustainability report (laporan berkelanjutan). Environmental

disclosure pada dasarnya merupakan pengungkapan informasi dan

aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Bila merujuk kepada Global Reporting Initiative’s (GRI), informasi yang diungkapkan dalam environmental disclosure antara lain adalah berbagai informasi mendetail mengenai dampak aktivitas perusahaan terhadap lingkungan hidup serta berbagai upaya perusahaan untuk melestarikan lingkungan hidup.

Environmental disclosure merupakan pengungkapan informasi yang bersifat voluntary (sukarela). Hal ini dikarenakan sampai detik ini belum ada standar maupun regulasi yang mengatur tentang format, isi, maupun luas pengungkapannya. Sifat environmental disclosure yang

voluntary ini mengakibatkan tingkat environmental disclosure menjadi berbeda-beda antara perusahaan satu dengan yang lain tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan.

Dalam mengukur environmental disclosure dibutuhkan suatu

checklist yang berisi item-item atau indikator pengungkapan yang kemudian dicocokkan dengan pengungkapan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Pengukuran environmental disclosure dalam penelitian ini menggunakan indikator lingkungan pada Global Reporting


(33)

Initiative’s (GRI) G4. Global Reporting Initiative’s (GRI) merupakan sebuah kerangka yang dapat diterima umum dalam melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi. Kerangka ini dapat digunakan oleh berbagai jenis organisasi yang berbeda, baik dari segi ukuran, sektor, maupun lokasinya (Global Reporting Initiative’s, 2015)

GRI merekomendasikan beberapa aspek yang berkaitan dengan lingkungan yang harus diungkapan dalam annual report. Terdapat 34 indikator yang direkomendasikan oleh GRI yang merupakan penjabaran dari 12 aspek. Adapun 12 aspek tersebut antara lain bahan baku, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, effluent dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas lingkungan, serta mekanisme pengaduan masalah lingkungan.

7. Kepemilikan Manajerial

Salah satu hal yang dikelola dalam mekanisme corporate governance adalah tentang hubungan pemegang saham dan pengelola perusahaan. Kepemilikan menejerial merupakan mekanisme corporate

governance yang memadukan kedua hal tersebut. Kepemilikan manajerial adalah para pemegang saham yang memiliki kedudukan pada manajemen dan secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di perusahaan.

Kepemilikan manajerial dinilai memiliki dampak positif bagi perusahaan karena akan timbul rasa memiliki terhadap perusahaan di benak anggota manajemen yang memiliki saham perusahaan. Jajaran


(34)

manajemen yang memiliki saham dalam perusahaan menjadi memiliki dua peran yakni sebagai agen dan sebagai principal. Atas hal tersebut, jajaran manajemen akan senantiasa menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer (agen) dengan kepentingannya sebagai pemegang saham (principal). Semakin tinggi saham yang dimiliki, maka kinerja manajemen akan semakin produktif guna meningkatkan citra perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraannya sebagai pemegang saham.

8. Political Visibility

Political visibilitypada dasarnya adalah tentang bagaimana sorotan masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan. Political visibility

diproksikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar cenderung akan mendapatkan perhatian yang lebih dari masyarakat maupun pemerintah. Besarnya political visibility akan berdampak pada meningkatnya biaya politik dan peraturan terkait yang lebih ketat.

Menurut Suhendah dan Haryanto (2014), perusahaan yang mengahadapi political visibility yang semakin besar, maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat menghasilkan laba sekarang lebih rendah dari pada laba di masa depan. Hal ini dilakukan guna menurunkanpolitical visibility perusahaan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk membuat laba menjadi berkurang adalah dengan melakukan pengungkapan berbagai informasi.


(35)

9. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengendalikan sumberdaya yang dimiliki. Kinerja keuangan juga merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan sebagai gambaran tentang kondisi perusahaan. Maka dari itu, kinerja keuangan selalu menjadi dasar dalam setiap kebijakan perusahaan dan juga dijadikan sebagai dasar oleh penilaian investor.

Dalam penelitian ini, kinerja keuangan perusahaan diukur berdasarkan rasio profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas. Profitabilitas merupakan ukuran tentang kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Kemudian, likuiditas merupakan ukuran tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek. Sedangkan solvabilitas merupakan ukuran tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang jika perusahaan dilikuidasi atau mengalami pailit.

10.Board Gender

Salah satu isu mekanismecorporate governanceyang berkembang beberapa tahun terakhir adalah isu board diversity berbasis gender.Board

diversity merupakan sebuah keragaman yang ada dalam susunan

keanggotaan dewan direksi. Keberagaman dewan direksi ini bisa didasarkan pada berbagai hal misalnya etnis, keahlian, gender, dsb. Seiring berkembangnya emansipasi wanita, salah satu isu yang berkembang dalam


(36)

adalah board diversity berbasis gender. Board diversity berbasis gender diartikan sebagai keragaman gender yang ada pada dewan direksi.

Dewasa ini, keberadaan wanita dalam jajaran direksi cukup mengalami peningkatan. Hal ini karena keberadaan wanita dinilai memberikan dampak positif bagi perusahaan. Menurut Kusumastuti et al., (2007), wanita memiliki sikap hati-hati, cenderung menghindari risiko, dan cenderung lebih teliti dibandingkan pria. Oleh karena itu dengan adanya wanita di jajaran direksi, keputusan yang diambil dinilai lebih tepat dan memiliki risiko lebih rendah. Selain itu, menurut Krishnan dan Park (2005), wanita dianggap memiliki perasaan kognitif. Perasaan kognitif pada wanita ini dianggap dapat berpengaruh positif terhadap nilai dan keharmonisan dalam organisansi yang dapat mendorong keterbukaan informasi dan sumber daya, memberikan kepemimpinan yang lebih demokratik, serta dapat meminimalisir konflik.

B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadapenvironmental disclosure Menurut Jensen dan Meckling (1976), berdasarkan teori agensi, dalam proses bisnis terdapat konflik kepentingan yang melibatkan antara

principal dan agen. Kepemilikan saham manajerial dinilai dapat meminimalisir konflik kepentingan antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Kepemilikan manajerial merupakan para pemegang saham yang memiliki kedudukan pada manajemen perusahaan dan secara aktif


(37)

ikut dalam pengambilan keputusan pada perusahaan. Dalam kata lain, kepemilikan manajerial merupakan para manajer atau jajaran direksi yang memiliki saham dalam perusahaan. Jajaran direksi yang memiliki saham perusahaan akan berperan sebagai agen dan sebagai principal, sehingga manajer tersebut akan menyelaraskan dua kepentingan yang dimiliki. Sebagai pemegang saham, manajer memiliki kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Maka dari itu, kebijakan yang diambil cenderung berorientasi pada peningkatan laba.

Environmental disclosure dinilai sebagai kebijakan yang dapat meningkatkan citra perusahaan. Citra perusahaan yang meningkat tentu akan berdampak positif pula terhadap kepentingan manajer sebagai pemegang saham. Maka dari itu,environmental disclosuredapat dijadikan sebagai cara manajer untuk menyeleraskan kepentingannya sebagai manajer dan sebagai pemegang saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Rustiarini (2011) dan Suaryana (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi (2012) serta Oktafianti dan Rizki (2015) menunjukkan bahwa kepemilikkan manajerial berpengaruh positif terhadap environmental disclosure. Fama dan Jensen (1983) juga menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan manajerial, maka semakin tinggi pula motivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan berbagai aktivitas yang dilakukan perusahaan.


(38)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H1a : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap

environmental disclosuredi Indonesia.

H1b : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Malaysia.

2. Pengaruh ukuran perusahaan (political visibility) terhadap environmental disclosure

Political visibility pada dasarnya adalah berkaitan dengan bagaimana sorotan masyarakat maupun pemerintah terhadap perusahaan. Menurut Manihuruk dan Farahmita (2015), berdasarkan political cost hypotesis, perusahaan besar berusaha untuk menunjukkan konservatisme pada profitabilitas mereka untuk menghindaripolitical visibility yang akan berdampak pada meningkatnya biaya politik dan peraturan terkait yang lebih ketat. Hal ini dilakukan karena memang pada umumya perusahaan yang memiliki ukuran lebih besar cenderung memiliki political visibility

yang lebih besar. Maka dari itu, political visibility diproksikan dengan ukuran perusahaan.

Kemudian, menurut Agusti (2010), perusahaan yang memiliki ukuran yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat, sangat dimungkinkan memiliki pemegang saham yang lebih memperhatikan program-program sosial dan lingkungan yang dibuat oleh perusahaan. Maka dari itu, sebagai bentuk tanggung


(39)

jawab terhadap pemegang saham, perusahaan yang memiliki ukuran besar akan cenderung melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan yang lebih luas.

Menurut Suhendah dan Haryanto (2014), perusahaan yang mengahadapi political visibility yang semakin besar, maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat menghasilkan laba sekarang lebih rendah dari pada laba di masa depan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan laba perusahaan adalah dengan melakukan pengungkapan berbagai informasi. Pengungkapan informasi akan menimbulkan biaya sehingga otomatis akan menurunkan laba.

Berbagai penjelasan di atas sangat relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Agusti (2010) serta Suhendah dan Haryanto (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Paramitha dan Rohman (2014) serta Oktafianti dan Rizki (2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadapenvironmental disclosure.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H2a : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

environmental disclosuredi Indonesia.

H2b : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Malaysia.


(40)

3. Pengaruh profitabilitas terhadapenvironmental disclosure

Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, maka dari itu profitabilitas merupakan salah satu ukuran yang dapat mencerminkan kinerja ekonomi suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik, sedangkan perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang rendah bahkan rasionya negatif maka dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang tidak baik bahkan buruk.

Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, maka dari itu umumnya perusahaan menjadikan profitabilitas sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perusahaan. Termasuk dalam

environmental disclosure, perusahaan yang kinerja ekonominya tidak baik yang ditunjukkan dengan tingkat profitabilitas yang rendah cenderung enggan mengalokasikan uangnya untuk environmental disclosure

setidaknya pada tahun tersebut. Berdasarkan signalling theory,perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan memperkuat sinyal positifnya dengan melakukan pengungkapan informasi yang bersifat sukarela termasuk

environmental disclosure.

Hal ini sejalan dengan pendapat Elijido-Ten (2014) bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas rendah, perhatian perusahaan terhadap lingkungan cenderung kurang. Kurangnya perhatian terhadap lingkungan tersebut dikarenakan perusahaan yang memiliki


(41)

tingkat profitabilitas rendah cenderung lebih fokus untuk memperbaiki kinerja ekonomi perusahaan. Kurangnya perhatian terhadap lingkungan ini tentu akan berdampak pada kurangnya tingkatenvironmental disclosure.

Kemudian, menurut Meeket al., (1995) dalam Oktafianti dan Rizki (2015), perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi, maka akan memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk melakukan pengungkapan lingkungan. Atas dasar pendapat tersebut, dapat diasumsikan bahwa apabila suatu perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, maka tingkatenvironmental disclosureperusahaan juga akan tinggi.

Berbagai penjelasan tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha dan Rohman (2014), serta Nisan (2014) yang menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap

environmental disclosure. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Oktafianti dan Rizki (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap environmental disclosure. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi (2012) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap environmental disclosure

perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H3a: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap environmental

disclosuredi Indonesia.

H3b: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Malaysia.


(42)

4. Pengaruh likuiditas terhadapenvironmental disclosure

Likuiditas juga dapat dijadikan sebagai pengukur kinerja keuangan perusahaan. Likuiditas merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang-hutang jangka pendek. Jadi, perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi, artinya perusahaan tersebut mampu melunasi hutang-hutang jangka pendek.

Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi berarti memiliki jumlah aset lancar yang lebih besar dari pada hutang lancar. Hal ini merupakan sinyal positif bagi para stakeholders bahwa perusahaan dalam kondisi baik. Pada umumnya perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik akan memperkuat sinyal positif perusahaan kepada stakeholders

dengan melakukan pengungkapan informasi tambahan termasuk informasi aktivitas tanggung jawab lingkungan.

Kemudian, Iswandika et al., (2014) juga menyatakan bahwa perusahaan dengan likuiditas yang tinggi akan memberikan sinyal bahwa mereka lebih baik daripada perusahaan lain. Sinyal ini ditunjukkan dengan melakukan berbagai aktivitas yang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan ini kemudian diungkapkan dalam laporan tahunan sebagai environmental disclosure. Maka, dapat diasumsikan bahwa likuiditas perusahaan berpengaruh positif terhadapenvironmental disclosureperusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kamil dan Herusetya (2012), Iswandika et al., (2014), dan Ekowati et al., (2014) menunjukkan bahwa


(43)

likuiditas tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure. Akan tetapi, hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrir dan Suhendra (2010) menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Penelitian ini akan menguji pengaruh likuiditas terhadapenvironmental disclosure.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H4a : Likuiditas berpengaruh positif terhadap environmental

disclosuredi Indonesia.

H4b : Likuiditas berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Malaysia.

5. Pengaruh solvabilitas terhadapenvironmental disclosure

Solvabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau melunasi hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi atau mengalami pailit. Jadi, solvabilitas sangat berkaitan dengan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan. Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas tinggi diasumsikan bahwa perusahaan tersebut dapatgoing concern.

Laporan tentang tingkat solvabilitas perusahaan sangatlah penting bagi para kreditur. Hal tersebut penting karena menyangkut tentang bagaimana kemampuan perusahaan dalam memenuhi hak-hak para kreditur. Menurut Rahajeng (2010), untuk menghilangkan keraguan para kreditur tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi hak-hak mereka


(44)

sebagai kreditur, perusahaan wajib untuk memenuhi kebutuhan informasi para kreditur jangka panjang.

Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi memiliki kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan informasi para kreditur jangka panjang dengan cara menyediakan informasi secara lebih komprehensif (Iswandika et al., 2014). Salah satu informasi yang diungkapkan adalah pengungkapan sosial dan lingkungan. Hal ini dikarenakan pengungkapan sosial dan lingkungan dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kemampuan untukgoing concern.

Penelitian yang dilakukan oleh Rahajeng (2010), Kamil dan Herusetya (2012) dan Iswandika et al., (2014) menunjukkan bahwa solvabilitas tidak berpengaruh terhadap CSR disclosure. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Na’im dan Rakhman (2000) menunjukkan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh positif terhadap CSR disclosure. Pada penelitian ini, akan mencoba menguji pengaruh solvabilitas terhadap

environmental disclosure.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H5a : Solvabilitas berpengaruh positif terhadap environmental

disclosuredi Indonesia.

H5b: Solvabilitas berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Malaysia.


(45)

6. Pengaruh keberadaan direksi wanita (board gender) terhadap environmental disclosure

Menurut Krishnan dan Park (2005), wanita dianggap memiliki perasaan kognitif. Perasaan kognitif pada wanita ini dianggap dapat berpengaruh positif terhadap nilai dan keharmonisan dalam organisansi yang mana mendorong keterbukaan informasi dan sumber daya, memberikan kepemimpinan yang lebih demokratik, serta dapat meminimalisir konflik.

Selain itu, menurut Kusumastuti et al., (2007), wanita memiliki sikap kehati-hatian yang sangat tinggi, cenderung menghindari risiko dan lebih teliti dibandingkan pria. Sikap-sikap positif yang dimiliki wanita tersebut sangat berdampak positif terhadap pengambilan keputusan dewan direksi. Keputusan maupun kebijakan yang diambil oleh direksi wanita dianggap lebih tepat dan mengandung risiko yang lebih rendah.

Salah satu hal yang sangat penting untuk diputusan oleh dewan direksi adalah tentang bagaimana tingkat pengungkapan sukarela perusahaan termasuk pengungkapan lingkungan (environmental disclosure). Keberadaan direksi wanita dengan segala kelebihannya dianggap dapat meningkatkan pengungkapan informasi yang bersifat sukarela. Hal ini dikarenakan pengungkapan informasi yang bersifat sukarela tersebut sangat efektif untuk meningkatkan citra perusahaan yang pada akhirnya akan menimbulkan dampak positif bagi perusahaan.


(46)

Penelitian yang dilakukan oleh Feijoo et al., (2012) di Jepang, Asutralia dan UK menunjukkan bahwa proporsi direksi wanita berpengaruh positif terhadap voluntary disclosure. Penelitian tentang pengaruh keberadaan direksi wanita terhadap voluntary disclosure akan coba dianalogikan terhadapenvironmental disclosure.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H6a: Keberadaan direksi wanita berpengaruh positif terhadap

environmental disclosuredi Indonesia.

H6b: Keberadaan direksi wanita berpengaruh positif terhadap environmental disclosuredi Malaysia.

7. Perbedaan Tingkat Environmental Disclosure di Indonesia dan Malaysia

Dewasa ini, kerusakan lingkungan hidup akibat aktivitas perusahaan semakin marak terjadi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di seluruh penjuru dunia. Negara-negara maju umumnya memiliki sistem hukum yang tegas untuk meminimalisir hal tersebut. Dewasa ini, negara-negara berkembang seperti Indonesia dan Malaysia pun mulai meningkatkan upaya mereka dalam mengurangi kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan.

Indonesia dan Malaysia merupakan negara berkembang yang berada di wilayah yang sama yakni Asia Tenggara di mana telah diberlakukan ASEAN Economic Community. Diberlakukannya ASEAN


(47)

Economic Community bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara-negara di Asia Tenggara. Besarnya harapan dan upaya untuk memajukan perekonomian harus diimbangi dengan peningkatan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Apabila tidak diimbangai dengan peningkatan tanggung jawab terhadap lingkungan hidup, maka akan sangat berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Maka dari itu, selain masalah ekonomi, masalah tanggung jawab terhadap lingkungan hidup di kedua negara tersebut juga sangat penting untuk diperhatikan.

Realitanya, masih banyak perusahaan Indonesia dan Malaysia yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Pencemaran sungai dan kebakaran hutan di berbagai daerah di Sumatera, Kalimantan, dan Papua merupakan salah satu bukti bahwa kerusakan lingkungan akibat aktivitas perusahaan di Indonesia masih cukup tinggi. Secara tidak langsung hal ini juga menunjukkan bahwa penerapan environmental disclosure di Indonesia masih membutuhkan perbaikan. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di Malaysia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Buniamin (2011) menujukkan bahwa pelaporan lingkungan di Malaysia masih rendah, maka perlu adanya perbaikan.

Walaupun sama-sama membutuhkan perbaikan, namun tingkat

environmental disclosure di setiap negara pasti berbeda-beda. Kondisi sumber daya alam, ekonomi, dan perbedaan permasalahan lingkungan dan sosial yang berkembang di kedua negara bisa jadi alasan untuk menyatakan bahwa penerapan environmental disclosure di Indonesia dan


(48)

Malaysia berbeda. Asumsi ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2015) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaaan tingkatenvironmental disclosuredi Indonesia, Malaysia dan Thailand.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H7 : Terdapat perbedaan tingkat environmental disclosure di

Indonesia dan Malaysia.

8. Perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen di Indonesia dan Malaysia

Indonesia dan Malaysia memiliki regulasi pelaporan keuangan yang berbeda. Standar laporan keuangan di Indonesia menggunakan standar Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1, sedangkan Malaysia Standar laporan keuangan Malaysia menggunakan standar

Malaysia Accounting Standard Board (MASB). Kendati Indonesia dan Malaysia memiliki lembaga pengawas dalam pelaporan keuangan, kepatuhan dan ketegasan dalam menegakkan regulasi di Indonesia dan Malaysia berbeda. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hary et al., (2012) bahwa Enforcement di Indonesia tidak lebih baik apabila dibandingkan dengan Enforcement di Malaysia dan Singapura.

Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga memiliki sistem corporate governanceyang berbeda. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Indonesia menganut two tier system.


(49)

Sedangkan Malaysia, berdasarkan praktik yang ada, perusahaan Malaysia lebih cenderung menganut one tier system. Hal ini akan berdampak pada perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap environmental disclosuremengingat bahwa yang menjadi variabel penelitian ini berkaitan dengan laporan keuangan dancorporate governance.

Penelitian yang dilakukan oleh Rikhana (2015) menyatakan bahwa terdapat perbadaan pengaruh antata proporsi dewan komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, size, leverage, dan profitabilitas terhadap

environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia. Walaupun dalam penelitian ini terdapat beberapa variabel yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rikhana (2015), namun mengingat negara yang dibandingkan adalah negara yang sama maka dapat diasumsikan bahwa hasil uji kesamaan koefisien pada penelitian ini hasilnya akan tidak jauh berbeda. Dalam kata lain, diasumsikan bahwa hasil uji kesamaan koefisien pada penelitian ini hasilnya adalah terdapat perbedaan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel-variabel terikat di Indonesia dan Malaysia.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis: H8 : Terdapat perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial,

ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan keberadaan direksi wanita terhadap enviromental disclosuredi Indonesia dan Malaysia


(50)

C. Model Penelitian

Pengaruh kepemilikan saham manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan keberadaan direksi wanita terhadapenvironmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia

Gambar 2.1

Model Penelitian Hipotesis 1–Hipotesis 6

Board Gender Keberadaan Direksi

Wanita (DW)

Environmental Disclosure(ED) Kinerja Keuangan

Rasio Profitabilitas (PRO)

Rasio Likuiditas (LIK)

Rasio Solvabilitas (SOL) Political Visibility Ukuran Perusahaan

(SIZE)

Kepemilikan Manajerial (KM) Variabel Independen

Variabel Dependen

H2(+)

H4(+) H3(+)

H1 (+)

H5(+)


(51)

Perbedaan tingkatenvironmental disclosuredi Indonesia dan Malaysia

Gambar 2.2

Model Penelitian Hipotesis 7

Perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan keberadaan direksi wanita terhadapenviromental disclosuredi Indonesia dan di Malaysia

Gambar 2.3

Model Penelitian Hipotesis 8 Tingkatenvironmental

disclosuredi Indonesia

Tingkatenvironmental disclosuredi Malaysia

Pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran

perusahaan, profitabilitas, likuiditas,

solvabilitas dan keberadaan direksi

wanita terhadap

enviromental disclosure

di Indonesia

Pengaruh kepemilikan saham manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas,

solvabilitas dan keberadaan direksi

wanita terhadap

enviromental disclosure

di Malaysia H7


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE). Periode penelitian ini mencakup data pada tahun 2015 dengan tujuan agar penelitian ini menggunakan data yang palingupdate. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur.

B. Jenis Data

Data merupakan bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari annual report

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala LumpurStock Exchangepada tahun 2015.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(53)

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Kuala LumpurStock Exchagepada tahun 2015.

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan tahunan secara lengkap. 3. Perusahaan yang memiliki data lengkap terkait dengan variabel penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi atau sering disebut data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang berasal dari pencatatan sumber data atau publikasi lain. Data diperoleh dari laporan tahunan dan summary of financial statement perusahaan yang menjadi sampel penelitian.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen:Environmental Disclosure

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

environmental disclosure.Environmental disclosureadalah pengungkapan informasi tentang aktivitas pengelolaan lingkungan oleh perusahaan. Pengukuran variabel environmental disclosure perusahaan dalam penelitian ini menggunakan check list yang didasarkan pada Global

Reporting Initiative’s (GRI) G4. Terdapat 34 indikator yang direkomendasikan oleh GRI G4 yang merupakan penjabaran dari 12 aspek. Adapun 12 aspek tersebut adalah bahan baku, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, effluent dan limbah, produk dan jasa,


(54)

kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas lingkungan dan mekanisme pengaduan masalah lingkungan.

2. Variabel Independen

a. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial menunjukkan seberapa besar proporsi saham yang dimiliki oleh manajer dalam suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat dilihat pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan atau dengan perhitungan sebagai berikut:

=

b. Ukuran Perusahaan

Variabel political visibility pada penelitian ini diproksikan dengan ukuran perusahaan (size). Ukuran perusahaan dapat ditunjukkan dengan total aktiva, penjualan, total tenaga kerja, nilai kapitalisasi pasar dan sebagainya. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Oktafianti dan Rizki (2015), maka ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur berdasarkan total aktiva.


(55)

c. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan ukuran tentang kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Profitabilitas diukur menggunakanReturn On Asset(ROA). Ada pun rumus ROA adalah:

=

d. Likuiditas

Likuiditas adalah ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau melunasi hutang-hutang jangka pendek. Likuiditas dalam penelitian ini akan diukur menggunakan Rasio Lancar atauCurrent Ratio (CR). Ada pun rumusCurrent Ratioadalah:

=

e. Solvabilitas

Solvabilitas adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau melunasi hutang jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang jika perusahaan dilikuidasi atau mengalami pailit. Solvabilitas diukur dengan menggunakan rasio Debt to Equity Ratio

(DER). Ada pun rumus Debt to Equity Ratio adalah: =


(56)

f. Keberadaan Direksi Wanita

Keberadaan direksi wanita merupakan ada atau tidaknya direksi yang berjenis kelamin wanita di suatu perusahaaan. Keberadaan direksi wanita merupakan variabel dummy sehingga pengukuranvariabel ini adalah dengan memberikan angka “1” apabila terdapat direksi wanita, dan memberi angka “0” apabila tidak terdapat direksi yang berjenis kelamin wanita.

F. Analisis Data

Metode analisis data merupakan suatu teknik atau prosedur untuk menguji hipotesis penelitian. Metode ini menggunakan pengujian seperti analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang data penelitian yang dilihat dari nilai mean, deviation stadard, variance, maximum, sum, range, kurtosis dan swekness. Analisis statistik deskriptif umumnya digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum dilakukan pengujian hipotesis.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan prosedur berikutnya yang harus dilakukan supaya hasil analisis data pada penelitian ini memenuhi syarat


(57)

pengujian. Tujuan dari uji asumsi klasik adalah untuk mengetahui apakah hasil dari regresi berganda terjadi penyimpangan dari asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji data yang akan dianalisis apakah berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai residual hasil persamaan regresi. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) JikaAsymp Sig 2tailed> tingkat signifikansi (α = 0,05), maka data berdistribusi normal.

2) JikaAsymp Sig 2tailed < tingkat signifikansi (α = 0,05), maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas. Uji Multikolonieritas dapat dilihat berdasarkan nilai tolerance dan varian inflation factor (VIF). Jika nilaitolerance> 0,1 danvarian inflation factor(VIF) < 10 maka tidak terjadi multikolonieritas (Sekaran, 2003:353).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Park, yaitu meregresi nilai


(58)

kuadrat dari meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel independen (Lnx1 dan Lnx2). Jika variabel independen secara sig < 0,05 maka terjadi indikasi masalah heteroskedastisitas. Jika residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

Dalam melakukan pengujian pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda adalah metode statistik yang berfungsi untuk menguji pengaruh beberapa variabel independen terhadap satu variabel dependen. Model regresi berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan keberadaan direksi wanita terhadapenvironmental disclosuredalam penelitian ini adalah:

= + + + + + + +

Keterangan Persamaan Regresi Berganda:

ED = Environmental Disclosure Index

= Konstanta

KM = Kepemilikan Manajerial

SIZE = Ukuran Perusahaan PRO = Profitabilitas

LIK = Likuiditas

= Solvabilitas

PDW = Keberadaan Direksi Wanita


(59)

a. Koefisien determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat dari Adjusted R2 yang diubah dalam bentuk presentase. Presentase sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian.

b. Uji signifikansi simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Jika nilai sig < α (0,05), maka terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen.

c. Uji signifikansi parameter individual (Ujit)

Uji signifikansi parameter individual (Uji t) digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Terkait dengan penelitian ini, ujit digunakan untuk menguji hipotesis satu (H1) sampai hipotesis enam (H6). Hipotesis dinyatakan diterima apabila nilai sig < α (0,05) dan koefisien regresi searah dengan hipotesis.


(60)

d. Uji Beda (Independent Sample t test)

Pengujian independent sample t test dilakukan untuk mengetahui perbedaan penerapan environmental disclosure di Indonesia dan Malaysia atau dalam kata lain independent sample t test

dilakukan untuk menguji hipotesis tujuh (H7). Sebelum melakukan uji

t, sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F

test (Levene Test). Jika variannya sama, maka uji t menggunakan

Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama). Jika variannya berbeda, maka menggunakan Equal Variance Not Assumed

(diasumsikan varian berbeda). Hipotesis diterima jika nilai sig < 0,05 dan jika nilai sig > 0,05 maka hipotesis ditolak.

e. UjiChow

Uji Chow (chow test) merupakan alat pengujian test for aquality of coefficients atau uji kesamaan koefisien. Uji ini dilakukan untuk menguji model regresi untuk kelompok yang digunakan dimana dalam penelitian ini ada dua kelompok yakni perusahaan manufaktur di Indonesia dan Malaysia. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Bila F hitung > F tabel, maka dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat di kedua kelompok sampel.


(1)

Tabel 4.21

Hasil Uji Nilai Residual Gabungan (RSSr) ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .005 6 .001 1.539 .173a

Residual .055 102 .001

Total .060 108

a. Predictors: (Constant), DW, KM, SOL, PRO, SIZE, LIK b. Dependent Variable: ED

Sumber: Output SPSS Rumus Uji Chow:

F = (RSSr–RSSUr) / k (RSSUr) / (n1 + n2–2k) = [0,055 - (0,029 + 0,006) / 6

(0,029 + 0,006) / [50 + 59- 2(6)] = (0,055–0,035) / 6

0,035 / 97 = 0,00333

0,00036 = 9,25 Keterangan:

F = Nilai F hitung

RSSr = Nilai residual dari hasil regresi gabungan RSS1 dan RSS2

RSS1 = Nilai residual dari hasil regresi pertama RSS2 = Nilai residual dari hasil regresi ke dua RSSUr = RSS1 + RSS2

k = variabel independen + variabel dependen–1 n1 = Jumlah sampel RSS1

n2 = Jumlah sampel RSS2

Dari tabel F dengan df1 = 5 dan df2 = 103 dengan tingkat signifikansi 0,05, didapat nilai F tabel sebesar 2,30. Oleh karena F hitung (9,25) > F tabel (2,30), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas, solvabilitas dan keberadaan direksi wanita terhadap


(2)

Perbedaan peraturan mengenai laporan keuangan diasumsikan sebagai faktor penyebab adanya perbedaan pengaruh variabel-variabel bebas penelitian ini terhadap environmental disclosure. Standar laporan keuangan di Indonesia menggunakan standar Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Sedangkan standar laporan keuangan Malaysia menggunakan standar Malaysia Accounting Standard Board (MASB). Indonesia dan Malaysia sudah melakukan konvergensi International

Financial Reporting Standards (IFRS). Kedua negara tersebut juga sudah

memiliki lembaga pengawas untuk pelaporan keuangan perusahaan seperti Bapepam-LK di Indonesia danSecurities Comission of Malaysia(SCM) di Malaysia. Kendati memiliki lembaga pengawas, kepatuhan dan ketegasan dalam menegakkan regulasi di Indonesia dan Malaysia berbeda.

Selain itu, Indonesia dan Malaysia juga memiliki sistem corporate

governanceyang berbeda. Sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas, Indonesia menganut two tier system. Sedangkan Malaysia, berdasarkan praktik yang ada, perusahaan Malaysia lebih cenderung menganut one tier system. Hal ini akan berdampak pada perbedaan pengaruh variabel-variabel independen terhadap environmental disclosuremengingat bahwa yang menjadi variabel penelitian ini berkaitan dengan laporan keuangan dancorporate governance.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agusti, Restu. 2010. “PengaruhEcononomic Performance dan Political Visibility

terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal Ekonomi Universitas Riau. Vol. 18 No. 2.

Anggraini, Fr. RR. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaanperusahaan yang Terdaftar Bursa Efek Jakarta).SimposiumNasional Akuntansi 9. Padang.

Buniamin, Alrazi, Johari, dan Rahman. 2011. “Corporate Governance and Environmental Reporting in Malaysia”. Jurnal Pengurusan 32, halaman 55-57.

Ekowati, Prasetyono, dan Wulandari. 2014. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,

Growth, dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab

Sosial Perusahaan” (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2012).Simposium Nasional Akuntansi 17.

Elijido-Ten, Evangeline. 2004. “Determinants of Environmental Disclosures in A

Developing Country: An Application of The Stakeholder Theory”.

Journal of Swinburne University of Technology. Singapore.

Fama, Eugene. F, dan Michael C. Jensen. 1983. “Separation of Ownership and Control”.Journal of Law and Economics. Vol. XXVI.

Feijoo, B. F, Silvia Romero, dan Silvia Ruiz. 2012. “Does Board Gender Composition affect Corporate Social Responsibility Reporting”.

International Journal of Business and Social Science Vol. 3 No. 1, January 2012.

Freeman, R. E dan John F. Mcvea. 2001. A Stakeholder Approach to Strategic

Management. Darden Business School Working Paper Nomor 01-02.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat, Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.


(4)

Greenpeace. 2014. “Terungkap: Pertambangan Batubara Meracuni Air di Kalimantan Selatan dan Melecehkan Hukum Indonesia”. Laporan Investigasi Greenpeace.

Hary, Mulyadi, dan Martin. 2012. “Analisis Perbedaan Penerapan Good

Corporate Governance Pada Perusahaan Publik Yang Tercatat Di Bursa Efek Pada Industri Perbankan 3 Negara (Indonesia, Malaysia, dan

Singapura)”.Undergraduate thesis, BINUS.

Henderson, David, Misguided Virtue, False notions of corporate social responsibility, New Zealand Business Roundtable, Juni 2001

Iswandika, Ryandi., Muranto dan Sipayung, Emma. 2014. “Pengaruh Kinerja

Keuangan, Corporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap

Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. E-Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Vol. 1 No. 2, September 2014, halaman 1-18.

Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3, Issue 4.

Kamil, Ahmad dan Herusetya, Antonius. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Luas Pengungkapan Kegiatan Corporate Social

Responsibility”.Media Riset Akuntansi, Vol. 2 No. 1, Februari 2012. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, BKKBN, & UNFPA. 2005. “Bunga

Rampai : Panduan dan Bahan Pembelajaran Pelatihan Pengarusutamaan

Gender dalam Pembangunan Nasional”. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Jakarta.

Krishnan, G.P. dan Park, D. (2005). “A few good women - on top management

teams”.Journal of Business Research, Vol. 58 No. 12, pp. 1712-1720. Kusumastuti, S., Supatmi, dan P. Sastra. 2007. “Pengaruh Board Diversity

Terhadap Nilai Perusahaan dalam Perspektif Corporate Governance”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan9 (2): 88 -98.

Maiyarni, Susfayetti, dan Erwati. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Dan Leverage Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility. Jurnal Cakrawala Akuntansi. Vol. 6 No. 1, Februari 2014, hal. 79-94


(5)

Manihuruk, T. N dan Farahmita, Aria. 2015. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Revaluasi Aset Tetap pada Perusahaan

yang Terdaftar di Bursa Saham Beberapa Negara ASEAN”. Simposium Nasional Akuntansi 18.

Na’im, A. dan Rakhman, Fu’ad. (2000). “Analisis Hubungan antara Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe

Kepemilikan Perusahaan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol. 15, halaman 70-82.

Nisan. 2014. “Company Characteristics and Environmental Disclosure An

Empirical Investigation on Companies Listed on Borsa Istanbul”.

Muhasebe ve Finansman Dergisi The Jurnal of Accounting and Finance.

Oktafianti dan Rizki. 2015. “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran

Perusahaan dan Kinerja Keuangan terhadap Corporate Environmental Disclosure sebagai Bentuk Tanggung Jawab Sosial dalam Laporan Tahunan (Studi pada Perusahaan Peserta Proper 2011-2013)”.Simposium Nasional Akuntansi 18.

Paramitha, Bunga Widia, dan Rohman, Abdul. 2014. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Environmental Disclosure”. Diponegoro Journal of Accounting. Vol. 3 No. 3 halaman 1.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Diambil dari: www.hukumonline.com pada tanggal 31 April 2016.

Putri, Areka Pratiwi. 2015. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Environmental Disclosure On Company Website”. Thesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rahajeng, Rahmi Galuh. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Tahunan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia)”Skripsi. Universitas Diponegoro.

Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan (Ha) per Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2016. (http://sipongi.menlhk.go.id/hotspot/luas_kebakaran, diakses tanggal 30 April 2016).

Rikhana. 2015. “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Karakteristik Perusahaan terhadap Environmental Disclosure (Studi Empiris Pada


(6)

Rima News. 2014. “Kasus Kebakaran hutan, Perusahaan Malaysia Didenda 1,5 Miliar”. (http://nasional.rimanews.com/hukum/read/20140909/172066/, diakses tanggal 11 Juni 2016).

Rustiarini, Ni Wayan. 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol. 6 No. 1, Januari 2011. Sekaran, Uma, and Bougie, Roger. (2010). Research Metods for Business: A Skill

building approach5th Edition. West Sussex, UK: Willey.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan

Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di

Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi 8. Halaman 379-395.

Suaryana, Agung dan Febriana. 2012. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis Universitas Udayana. Vol. 7 No. 1, Januari 2012.

Suhardjanto, Djoko, dan Permatasari, Novita Dian. 2010. “Pengaruh Corporate

Gavernance, Etnis dan Latar Belakang Pendidikan terhadap

environmental Disclosure” (Studi Empiris pada Perusahaan yangListing

di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Suhendah, Rousilita, dan Haryanto, Melinda. 2014. “Invesigasi Pengaruh

Environmental Performance dan Political Visibility terhadp CSR

Disclosure”.3rd Economic & Business Research Fesvtival.

Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III). Yogyakarta: BPFE.

Syahrir. R. K dan Suhendra. S. 2010. “The Effect of Company Characteristic to

Disclosure Fitiings of Miscellanous Industry Sector Annual Reports

Which is Registered in IDX”. Tesis Magister Akuntansi, Universitas Gunadarma.

Tarmizi, R., Octavianti, D., dan Anwar, C. 2012. “Analisis Pengungkapan

Akuntansi Lingkungan terhadap Pertanggungjawaban Sosial Industri

Kimia (Studi Kasus pada Sosial Industri Kimia di Kota Lampung)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Bandar Lampung. Vol. 3 No. 1, Maret 2012.


Dokumen yang terkait

Pengaruh kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, dan kepemilikan manajerial terhadap biaya utang (cost of debt) : Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

8 35 111

Pengaruh asimetri informasi dan tingkat disclosure terhadap biaya ekuitas dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia)

0 2 18

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI DAN TINGKAT DISCLOSURE TERHADAP BIAYA EKUITAS DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013)

0 6 150

Pengaruh Tingkat Leverage, Ukuran Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan terhadap CSR Disclosure. (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 7 142

PENGARUH STRUKTUR MODAL, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPUTUSAN INVESTASI TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015)

0 5 24

PENGARUH KEPUTUSAN KEUANGAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur dan Konstruksi Bangunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014)

0 4 109

Hubungan keberagaman gender dewan direksi dan kinerja keuangan perusahaan (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 2015)

1 6 126

PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN ECONOMIC PERFORMANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).

0 1 14

PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DAN ECONOMIC PERFORMANCE (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010—2012).

0 0 16

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 14