Sikap Tiongkok Faktor Penghambat

BAB V KESIMPULAN

Perang di Sudan yang terjadi sejak 1956 hingga 2005 menjadi perang saudara terpanjang di dunia hingga mengalami dua periode. Perang sipil kedua di Sudan yang terjadi di Sudan selama 20 tahun terakhir sejak 1983 menyebabkan banyak korban jiwa yang menyudutkan pemerintahan Sudan karena diduga telah melakukan genosida atas tewasnya hampir 2 juta jiwa. Dalam keadaan tersebut, konflik di Sudan banyak menimbulkan respon pada dunia internasional, baik negara-negara maupun dari organisasi internasional. Dari beberapa respon yang ada, respon besar datang dari Amerika Serikat untuk memberikan kepeduliannya terhadap korban perang dengan memberikan dukungan. Meskipun sebagian besar respon Amerika Serikat dilakukan pada akhir perang periode kedua di Sudan, tetapi banyak usaha serta dukungan yang diberikan sejak pemerintahan Presiden G. Walker Bush hingga pemerintahan Presiden Obama untuk membantu Sudan Selatan mencapai kemerdekaannya. Protes keras yang dilakukan kelompok Kristen Evangelis terhadap pemerintah Amerika Serikat atas apa yang terjadi pada masyarakat di Sudan Selatan dengan adanya kabar pembunuhan, pemerkosaan serta perbudakan merupakan awal dari faktor Amerika Serikat memberikan dukungannya di Sudan Selatan. Dukungan 69 yang diberikan oleh Amerika Serikat didasari atas adanya tekanan publik dari masyarakat serta kelompok Kristen Evengelis yang terus menyerukan pemerintah agar dapat turun tangan membantu warga Sudan Selatan yang mayoritas beragama sama dengan mereka. Kemudian tidak hanya bantuan diplomatik yang diberikan oleh Amerika Serikat, namun juga bantuan ekonomi serta bantuan militer. Amerika Serikat mengalirkan dana untuk membantu Sudan, Sudan serta Darfur ketika konflik berlangsung hampir US10 miliar. Hal ini juga dilanjutkan dengan bantuan militer seperti bantuan untuk mendirikan camp militer bagi Sudan Selatan serta melatih tentara Sudan Selatan. Faktor kedua datang dari kepentingan Amerika Serikat membantu Sudan Selatan, yaitu kepentingan atas sumber daya minyak. Sudan dikenal sebagai negara yang banyak menghasilkan minyak, perseteruan Sudan dengan Sudan Selatan menjadi suatu kesempatan bagi Amerika Serikat untuk memiliki partner bagi kerjasama minyak kelak ketika merdeka. Faktor ketiga yang mendorong Amerika Serikat mendukung kemerdekaan Sudan Selatan adalah posisi Tiongkok yang merupakan mitra strategis Sudan selama ini. Ketika perusahaan minyak yang dimiliki Amerika Serikat di Sudan melakukan penutupan karena tidak stabilnya keadaan Sudan ketika itu membuat sebagian besar kerjasama minyak digantikan oleh Tiongkok. Posisi Tiongkok yang kuat di Sudan juga mengupayakan berbagai kebijakan yang mendukung Sudan. Beberapa kebijakannya menjadi penghambat bagi upaya yang dilakukan Amerika Serikat di