Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :
a. Nilai H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi
b. Nilai H’ 2- 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah
c. Nilai H’ 2 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah Indriyanto, 2006
3. Aspek Fitokimia
Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun
dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang
dilakukan berdasarkan Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam 2010 adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Alkaloid
Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram. Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dan dipanaskan di atas penangas air
selama 2 jam pada suhu 60
o
C. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih kekuningan.
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka
akan terbentuk endapan berwarna merah bata. • Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi
Bouchardart. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat kehitaman.
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagner. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan
terbentuk endapan berwarna cokelat.
Gambar 2. Skema Pengujian Alkaloid
b. Pengujian Terpen
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50
o
C. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam beaker glass dan
diekstraksi dengan 10 ml metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :
HCl 2 N Sampel 10 gr
Pemanasan 2 jam 60
o
C
Pendinginan
Penyaringan
Pengendapan Filtrat
Pengendapan
Endapan putih kekuningan
Pengendapan
Endapan merah bata
Filtrat 3 tetes
Endapan cokelat
Filtrat 3 tetes Filtrat 3 tetes
Pereaksi Maeyer
2 tetes Pereaksi Wagner
2 tetes Pereaksi Dragendorff
2 tetes
Pengendapan
Endapan cokelat
kehitaman
Filtrat 3 tetes
Pereaksi Bouchardart 2 tetes
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Lieberman- Bouchard 20 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat. Jika
mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hijau kebiru-biruan.
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes pereaksi Salkowsky. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan
warna larutan menjadi warna merah pekat. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10. Jika mengandung senyawa golongan terpen maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna cokelat.
Gambar 3. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
Sampel 2-3
gram
Metanol 10 mL Ekstrak
Pemanasan 15 menit
Filtrat
Pereaksi Salkowsky 3 tetes
Pereaksi Lieberman-Bouchard 3 tetes
Penyaringan
CeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 3 tetes Filtrat 1 tetes
Filtrat 1 tetes Filtrat 1 tetes
Larutan cokelat Larutan merah
pekat
Larutan hijau kebiru-biruan
c. Pengujian Flavonoid
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50
o
C. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gr, dimasukkan ke dalam beaker glass dan
diekstraksi dengan 20 ml metanol. Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut:
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3 1. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna
larutan menjadi warna hitam. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH 10. Jika
mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan.
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna
larutan menjadi warna merah jambu. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H
2
SO
4
. Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna
larutan menjadi warna merah intensif.
Gambar 4. Skema Pengujian Flavonoid d.
Pengujian Saponin Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak
dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1
menit. Selanjutnya dilakukan pengujian busa permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCl 10.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Pengetahuan Lokal
Filtrat 1 tetes
FeCl
3
1 3 tetes
NaOH 10 3 tetes
Mg-HCl cair 3 tetes
H
2
SO
4
3 tetes
Warna hitam
kehitaman
Warna ungu kemerahan
Warna merah muda
Warna jingga
kekuningan
Sampel 2-4
gram
Metanol 20 mL Ekstrak
Penyaringan
Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah penjaga kawasan Cagar Alam Martelu Purba, Desa Purba Tongah, Kab. Simalungun.
Informan lainnya adalah warga setempat yang lebih banyak mengerti mengenai tumbuhan yang berada di kawasan Cagar Alam sehingga dapat mempermudah
dalam pengenalan dan pengambilan sampel. Hasil wawancara dengan Bapak Sitio dan Bapak Purba, maka diperoleh
beberapa jenis tanaman yang mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun yang diperoleh antara lain Sitorhom, Lang-lang Habungan, Rube-rube, Silambau,
Langge, Latong Anduri, Tabar-tabar, Birah, Andor Hutdali, Dosih, Latong Andosari, Rube, Tomu Ring-ring, Hau Palu-palu ni Ogung.
Ciri-ciri tanaman beracun yang dimaksudkan oleh informan kunci dijelaskan kepada pemandu Ressort Cagar Alam Martelu Purba sehingga jenis ini
dapat dikenali pada saat eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tanaman tersebut dijadikan sampel pada saat pengeksplorasian di lapangan. Tanaman lain
yang dicurigai mengandung racun berdasarkan aroma, warna, ciri fisik dan kandungan getahnya juga ikut dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di
Laboratorium Kimia Bahan Alam, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.
Deskripsi Tumbuhan Beracun yang Ditemukan di Cagar Alam Martelu Purba
1. Birah Alocasia arifolia Hallier. F
21
Birah merupakan tumbuhan bawah. Alocasia, suatu tanaman yang memiliki banyak penggemar. Alocasia termasuk tanaman keras rhizomatous dan
berdaun lebar tuberous dari keluarga Araceae. Tercatat saat ini yang sudah diketahui terdapat lebih dari 80 species yang berasal dari daerah tropis dan
subtropis Amerika Selatan, Asia hingga ke Australia Timur. Karakteristik tanaman dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Alocasia arifolia Hallier. F Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Kelas : Monocots
Order : Alismatales
Famili : Araceae
Genus : Alocasia
Species : Alocasia arifolia Hallier f.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah Flavanoid, Terpen, dan Alkaloid.
Daun : Tata daun berbentuk hati segittate, daun besar
tumbuh dengan panjang 20-90cm pada tangkai panjang. daun berbentuk panah, warna hijau tua
dengan striping tipis. Bunga
: Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar
: Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran serabut. 2.
Latong Andosari Alstonia scholaris L.R. Br.
Latong andosari merupakan pohon. Latong andosari disebut pulai, termasuk ke dalam famili tumbuhan Apocynaceae. Pulai Alstonia sp merupakan
tumbuhan asli Indonesia dan penyebarannya cukup luas di Indonesia. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Alstonia scholaris L.R. Br. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida Ordo : Gentianales
Famili : Apocynaceae Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia scholaris Chevalier, 2000 Kandungan kimia : Tumbuhan ini kaya dengan kandungan kimia, antara lain:
kulit batang: saponin, flavonoida dan polifenol. Alkaloid : ditamine C18H19NO3, ditaine echititamine, echi-
kaoetchine. Zat pahit : echeretine, echicherine. Daun :
Daun tunggal, tersusun melingkar 4-9 helai, bertangkai dengan panjang 7,5-15 mm, bentuknya lonjong sampai
lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan
menyirip, panjang 10-23 cm, lebar 3-7,5 cm , warna hijau. Bunga : Perbungaan majemuk tersusun malai yang bergagang
panjang, keluar dari ujung tungkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan.
Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi. Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe akar tunggang.
3. Baringtonia sp.
Tumbuhan ini merupakan pohon. Pohon tumbuh tegak dengan batang tampak bekas tempelan daun yang besar. Daun membulat telur sungsang atau
lonjong-membulat telur sungsang. Perbungaan berbentuk tandan dan letaknya diujung, jarang di ketiak, kelopak bunga hijau seperti tabung panjang, daun
mahkota putih, menjorong, benang sari memerah di ujung, putik memerah di ujung. Buahnya membundar telur, menirus ke ujung, menetragonal tajam ke
pangkal yang mengggubang, bila muda berwarna hijau setelah tua menjadi coklat. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Baringtonia sp. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo :Lecythidales
Famili : Lecythidaceae
Genus : Barringtonia
Spesies : Barringtonia sp.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Saponin.
Daun :
Daun berbentuk membulat telur sungsang atau lonjong, membulat telur sungsang.
Bunga :
Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Biji :
Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran
tunggang.
4. Hau Palu-palu Ni Ogung Canarium album Lour. Raeusch Hau Palu-palu Ni Ogung merupakan jenis pohon. Canarium album
Lour. Raeusch dikenal sebagai zaitun putih Cina. Canarium adalah marga dari sekitar 75 jenis pohon tropis dari suku Burseracerae. Asal tanaman ini adalah
Afrika tropis, Asia selatan, Nigeria selatan, Madagaskar, Mauritius, India, Tiongkok selatan, Indonesia dan Filipina. Tinggi tumbuhan hijau abadi ini dapat
mencapai 40-50 meter. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Canarium album Lour. Raeusch Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Burseraceae
Genus : Canarium
Spesies : Canarium album Lour. Raeusch
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari
golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.
Daun : Daun majemuk tunggal dalam kedudukan
tersebar, kedudukan anak daun berpasangan. Tangkai anak daun menebal di pangkal dan di
ujung. Bunga
: Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
5. Silambau Clidemia hirta Bl. Silambau merupakan tumbuhan bawah. Tumbuhan ini memiliki tinggi 0,5-
2 meter. Tumbuhan ini juga berkayu, bulat, berbufu rapat atau bersisik,
percabangan simpodial, cokalat. Penyebaran : Terdapat di seluruh Indonesia, terutama di pinggir-pinggir hutan, semak belukar dan tepi jurang. Habitat :
Tumbuh di dataran rendah hingga kurang lebih 1.500 m dpl. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Clidemia hirta B1. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Melastomataceae
Genus : Clidemia
Spesies : Clidemia hirta L. D. Don
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Saponin.
Daun : Daun tunggal berbentuk bulat telur, panjang 2-
20 m, lebar 1-8 cm, berhadapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berbulu, hijau.
Bunga : Majemuk, kelopak berlekatan, berbulu, bagian
ujung pendek dari pangkal, ujung meruncing, daun pelindung bersisik, ungu kemerahan.
Biji : Biji yang ditemukan berukuran kecil dan
berwarna ungu. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
6. Lang-lang Habungan Coleus scutellarioides I. Benth. Lang-lang Habungan merupakan tumbuhan bawah. Tanaman Iler, dalam
bahasa latin ilmiah disebut dengan nama Coleus scutellarioides L. Benth., juga disebut Coleus atropurpureus Benth. termasuk kedalam famili tumbuhan Labiatae.
Di beberapa daerah tanaman ini juga dikenal dengan nama Si gresing, Miana, Jawer kotok, Saru-saru, Ati-ati, Kentangan atau Majana. Sebenarnya naman
tumbuhan ini hanya “Iler” saja, namun karena yang paling sering digunakan adalah daunnya saja maka orang lebih biasa menyebutnya dengan Daun Iler.
Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Coleus scutellarioides I. Benth.
Tanaman Iler bisa tumbuh subur di daerah dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Dapat tumbuh liar di sekitar sungai
atau pematang sawah, ladang-ladang, atau di kebun-kebun sebagai tanaman hias. Untuk pengobatan tradisional, yang dimanfaatkan adalah bagian daunnya.
Klasifikasi Kingdom
: Plantae Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Ordo
: Lamiales Famili
: Lamiaceae Genus
: Coleus Spesies
: Coleus scutellarioides I. Benth Kandungan kimia :
Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Saponin.
Daun : Berbentuk hati dan pada setiap tepiannya dihiasi
oleh jorong-jorong atau lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung oleh tangkai daun dan
memiliki warna yang beraneka ragam. Bunga
: Berbentuk untaian bunga bersusun, bunganya muncul pada pucuk tangkai batang.
Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah perakaran
serabut. 7.
Tabar-tabar Costus speciosus Sm.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Nama umum tumbuhan ini adalah Pacing putih atau Pacing tawar. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi
penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Tabar-tabar. Pacing tawar merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi 0,5m - 3m dan menyukai
tempat lembap dan teduh, terdapat sampai ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut. Batangnya berwarna kuning kecoklatan, sebesar jari orang dewasa dan
banyak mengandung air serta mudah dipatahkan, selaras dengan atang, Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Costus speciosus Sm. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Costus
Spesies : Costus speciosus Sm.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Terpen dan Alkaloid.
Daun : Berwarna hijau, tunggal, tangkainya pendek dan
berhelai memanjang sampai bentuk lanset. Bunga
: Bunga tidak ditemukan saat identifikasi Biji
: Biji berwarna hitam dengan aril berdaging yang berwarna putih.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran
serabut. 8. Andor Hundali Dioscorea sp.
AndorHundali merupakan tumbuhan bawah. Tanaman uwi-uwian Dioscorea spp. merupakan tanaman sumber karbohidrat yang banyak tumbuh di
Indonesia, namun keberadaannya sekarang ini sudah mulai tersingkir oleh banyaknya tanaman sumber karbohidrat yang berasal dari luar Indonesia.
Penanaman uwi-uwian masih cukup luas di pedesaan walaupun juga semakin terancam kelestariannya.. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada
Gambar 12.
Gambar 12. Dioscorea sp. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Liliales
Famili : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Spesies : Dioscorea spp
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari
golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga
trifoliolatus, warna hijau, panjang 20-25 cm, lebar 1-12 cm, helaian daun tipis melemas,
bentuk lonjong, ujung meruncing acuminatus, pangkal tumpul obtusus, tepi rata, pertulangan
melengkung, permukaan kasap. Bunga
: Bunga majemuk, bentuk bulir, dan muncul dari ketiak daun.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe
perakaran serabut.
9. Sitorhom Eugenia sp. Tumbuhan ini merupakan pohon. Eugenia adalah genus tanaman berbunga
dalam keluarga murad Myrtaceae. Memiliki seluruh dunia, meskipun sangat tidak merata, distribusi di daerah tropis dan subtropis. Sebagian besar dari sekitar 1.000
spesies terjadi di daerah tropis Dunia Baru, terutama di Andes utara, Karibia, dan Hutan Atlantik hutan pantai dari timur laut Brazil. Pusat-pusat keanekaragaman
termasuk Kaledonia Baru dan Madagaskar. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Sitorhom. Karakteristik tumbuhan
ini dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Eugenia sp. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Spesies : Eugenia sp.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, dan Saponin.
Daun : Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi oleh
sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku
rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang
daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang tri-veined yang khas. Daun tunggal,
bersilang berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga
: Bunga banci. Atinomorf, kelopak dan mahkota 4-5, berlekatan, benang sari banyak, satu putik.
Biji : Biji sedikit atau tanpa endosperm.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah perakaran
tunggang. 10. Rube Ficus lowii King.
Rube merupakan pohon. Ficus adalah genus tumbuh-tumbuhan yang secara alamiah tumbuh di daerah tropis dengan sejumlah spesies hidup di
zona ugahari. Terdiri dari sekitar 850 spesies, jenis-jenis Ficus ini dapat berupa pohon kayu, semak, tumbuhan menjalar dan epifitserta hemi-epifit dalam
familia Moraceae. Secara umum jenis-jenisnya dikenal sebagai ara, pohon ara atau kayu ara Mink. kayu aro;Sd. ki ara; bahasa Inggris: fig trees atau figs.
Pohon tin Common Fig; Ficus carica adalah spesies yang banyak ditemukan di daerah Asia Barat Daya, Timur Tengah dan sekitar Laut
Tengah dari Afganistan sampai Portugal, dan dibudidayakan sejak zaman purba karena buahnya.
Gambar 14. Ficus lowii King Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Ficus
Jenis : Ficuss lowii King
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.
Daun : Daun berbentuk kerucut memanjang dan
meninggalkan bekas serupa cincin. Bunga
: Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
11. Rube-rube Ficus sinuata Thunb Rube-rube merupakan pohon. Ara Ficus kebanyakan berupa tumbuhan
tropis yang hijau sepanjang tahun dan menghuni berbagairelung ekologi, namun beberapa spesies yang menggugurkan daun tumbuh terbatas di daerah di luar
wilayah tropis dan di dataran tinggi. Jenis-jenis ara dikenali
dari perbungaannya yang unik dan pola penyerbukannya en:pollination
syndrome yang khas, yang melibatkan sejenis tawon dari familia Agaonidae untuk menyerbuki bunga-bunganya yang tertutup. Nama daerah
tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Rube-rube. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Ficus sinuata Thunb Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Urticales
Suku : Moraceae
Marga : Ficus
Jenis : Ficus sinuata Thunb
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, dan Saponin.
Daun : Kuncup daunnya di ujung ranting terlindungi oleh
sepasang daun penumpu yang lekas rontok, meninggalkan bekas berupa cincin di buku-buku
rantingnya. Serta, tulang daun lateral yang pertama cenderung lurus dan menyudut terhadap ibu tulang
daun di bagian pangkal daun; membentuk pola tiga-cabang tri-veined yang khas.
Bunga : Buah
ara sebetulnya adalah karangan
bunga tertutup yang dikenal sebagai bunga periuk syconium; disebut demikian karena
bentuknya menyerupai periuk tertutup atau hampir tertutup, di mana pada dinding dalamnya berjejal-
jejal kuntum-kuntum bunga ara yang berukuran amat kecil. Jika bunga-bunga ini telah berkembang
menjadi buah, dengan ukuran yang sama kecilnya, barulah tepat dapat disebut sebagai buah, meskipun
juga hanya buah semu. Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini banyak di antaranya yang memiliki akar gantung atau akar udara.
12. Rukam Flacourtia rukam Zoll. Mortizi
Rukam merupakan pohon. Rukam atau Rukem adalah nama pohon penghasil buah yang konon merupakan tanaman asli Indonesia. Rukam yang
dalam bahasa latin disebut Flacourtia rukam yang mulai langka di Indonesia. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Flacourtia rukam Zoll. Mortizi
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Flacourtiaceae
Genus : Flacourtia
Spesies : Flacourtia rukam Zoll. Mortizi
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari
golongan Flavanoid, Terpen, dan Saponin. Daun
: Daun Rukam atau Rukem berbentuk bundar telur lonjong atau lonjong melanset dengan panjang
antara 10 – 18 cm dan lebar antara 4 – 9 cm. Pinggiran daun bergerigi kasar. Permukaan daun
bagian atas berwarna hijau tua mengkilat. Saat masih muda daun pohon Rukan berwarna merah
kecoklatan. Bunga
: Berbentuk tandan dengan sedikit bunga, berukuran pendek, berada di ketiak daun, berbulu
halus; gagang bunga panjangnya 3-4 mm. Bunga Rukam atau Rukem berwarna kuning kehijau-
hijauan, umumnya berkelamin tunggal.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.
Buah rukam bertipe buah buni, bentuknya bulat gepeng sampai bulat telur sungsang dengan
diameter 2-2,5 cm. Buah berwarna hijau muda sampai merah jambu atau hijau-lembayung
sampai merah tua. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
13. Langge Homalonema propinqua Ridl.
Langge merupakan tumbuhan bawah dan tumbuhan ini merupakan jenis talas-talasan.. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17. Homalonema propinqua Ridl.
Klasifikasi Kingdom
: Plantae Divisi
: Angiospermae Kelas
: Equisetopsida Ordo
: Alismatales Famili
: Araceae Genus
: Homalomena Spesies
: Homalonema propinqua Ridl. Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah dari
golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.
Daun : Daun tunggal, tangkai panjangnya 50-60 cm, bulat berdaging. Helaian daun bentuknya bangun
jantung, ujung runcing, pangkal rompang, tepi rata, kedua permukaan licin, pertulangan
menyirip, panjang 70-90 cm, lebar 20-35 cm, dan berwarna hijau tua.
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.
Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran serabut.
14. Latong Anduri Litsea sp.
Latong Anduri merupakan jenis pohon. Litsea adalah marga tumbuhan anggota suku Lauraceae yang kebanyakan berupa pohon atau semak. Anggotanya
sekitar 200 sampai 400 jenis, tersebar di kawasan tropika dan subtropika. Kebanyakan anggota berasal dari Asia sekitar 300-an, sisanya
dari Australia, Pasifik, dan sedikit di benua Amerika. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Litsea sp. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Laurales
Suku : Lauraceae
Marga : Litsea
Spesies : Litsea sp.
Kandungan kimia : Kandungan tidak ditemukan pada saat
dilakukan uji skrining.
Daun : Daun tunggal, lonjong, tepi rata ujung runcing,
pangkal meruncing, pertulangan menyirip, panjang 10-14 cm, Lebar 7-9 cm, hijau.
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji berbentuk bulat dan berwarna putih kotor.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe
perakaran tunggang. 15.
Dosih Rubus moluccanus eelkek Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Ditemukan pada ketinggian
sampai dengan 2100 meter di Himalaya. Rentang E. Asia - Himalaya ke Sri Lanka. Australia - New South Wales, Queensland, Victoria. . Bunga merah muda
merah atau putih. Buah merah lebar 1,2 cm. Rubus moluccanus adalah semak gugur. Bunga-bunga hermaprodit memiliki baik laki-laki dan organ kewanitaan
dan diserbuki oleh serangga. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar Alam Martelu Purba adalah Dosih. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada
Gambar 19.
Gambar 19. Rubus moluccanus eelkek Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Family : Rosaceae
Genus : Rubus L
Species : Rubus moluccanus L.
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Flavanoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin
Daun : Berdaun tunggal, helai daun berbentuk bulat telur,
pertulangan daun menyirip, pangkal tangkai bersayap dengan ujung daun runcing, pangkal daun
berbentuk jantung dan permukaan daun licin berwarna hijau, sisi bawah daun berambut.
Bunga : Bunga tunggal, titik tumbuh bunga di ujung
cabang. Biji
: Biji bulat, keras, kecil berwarna putih kelabu. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran serabut.
16. Tomu ring-ring Saurauia pendula Blume.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Saurauia pendula adalah jenis tumbuhan dikotil dijelaskan oleh Carl Ludwig von Blume . Saurauia pendula
termasuk dalam genus Saurauia dan keluarga Actinidiaceae. Nama lokal Indonesia adalah kileho. Nama daerah tumbuhan ini di lokasi penelitian Cagar
Alam Martelu Purba adalah Tomu ring-ring. Karakteristik tumbuhan ini dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Saurauia pendula Blume Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Theales
Famli : Artinidiaceae
Genus : Saurauia
Spesies : Saurauia pendula Blume
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam
tumbuhan ini adalah golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Posisi daun bersilangan dengan tepi daun yang
bergerigi. Terdapat bintil-bintil khas di kuncup daun dan daunnya.
Bunga : Buah tidak ditemukan pada saat diidentifikasi
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran
serabut.
Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Cagar Alam Martelu Purba
Tumbuhan beracun yang ditemukan di Cagar Alam Martelu Purba ada enam belas jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan
dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun tumbuhan bawah di Cagar
Alam Martelu Purba
Jenis tumbuhan K
indha KR
F FR
INP H’
Alocasia arifolia 360
8,78 0,24
9,71 18,49
2,04
Clidemia hirta 740
18,04 0,42
17,01 35,05
Coleus scutellarioides 600
14,63 0,37
14,97 29,6
Costus speciosus 380
9,26 0,20
8,09 17,35
Dioscopera sp. 440
10,73 0,33
13,36 24,09
Homalonema propinqua 680
16,58 0,44
17,81 34,39
Rubus moluccanus 360
8,78 0,21
8,5 17,28
Saurauia pendula 540
13,17 0,26
10,52 23,69
Total 4100
100 2,47
100 200
Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun pohon di Cagar Alam Martelu Purba
Jenis tumbuhan K
indha KR
F FR
INP H’
Alstonia scholaris 480
12,97 0,28
10,48 23,45
2,03
Baringtonia sp. 420
11,35 0,3
11,23 22,58
Canarium album 320
8,64 0,25
9,36 18
Eugenia sp. 380
10,27 0,34
12,73 23
Ficus lowii 340
9,18 0,23
8,61 17,79
Ficus sinuate 400
10,81 0,32
11,98 22,79
Flacourtia rukam 700
18,91 0,48
17,97 36,88
Litsea sp. 660
17,83 0,47
17,6 35,43
Total 3700
100 2,67
100 200
Jenis Silambau Clidemia hirta merupakan jenis tumbuhan dengan nilai KR yang paling tinggi dari kelompok tumbuhan bawah yaitu 18, 04 seperti
yang terlihat pada Tabel 2 dan jenis Flacourtia rukam dari kelompok semai pohon memiliki nilai KR yang tertinggi yaitu 18,91 seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Clidemia hirta dan Flacourtia rukam banyak tumbuh di Cagar Alam Martelu Purba. Sedangkan nilai KR terendah adalah pada
jenis Alocasia arifolia dan Rubus moluccanus dari kelompok tumbuhan bawah dengan nilai KR yang sama sebesar 8,78 . Sedangkan dari kelompok semai
pohon, nilai KR terendah adalah jenis Canarium album sebesar 8,64 . Beragamnya nilai KR dapat disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki
beragam kondisi lingkungan dan kemampuan adaptasi tumbuhan yang berbeda juga. Sehingga jenis-jenis tersebut yang mampu beradaptasi cenderung banyak
tumbuh. Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan
yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas Loveless, 1989.
Frekuensi relatif FR yang paling tinggi dari kelompok tumbuhan bawah terdapat pada jenis Homalonema propinqua sebesar 17,81 dan jenis Flacourtia
rukam dari kelompok semai pohon sebesar 17,97 . Hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis ini merupakan jenis yang penyebarannya paling luas. Frekuensi jenis
Homalonema propinqua terdapat banyak pada petak contoh yaitu didapat pada 35 petak contoh. Sedangkan Flacourtia rukam ditemukan di 38 petak contoh.
Frekuensi relatif yang terkecil didapat pada jenis Rubus moluccanus dari kelompok tumbuhan bawah sebesar 8,5 yang ditemukan di 17 petak contoh.
Jenis yang terkecil frekuensi relatifnya dari kelompok semai pohon adalah jenis Ficus lowii sebesar 8,61 terdapat di 18 petak contoh. Hal ini menunjukkan
kedua jenis dengan FR terkecil merupakan jenis tumbuhan yang jarang dijumpai pada lokasi penelitian. Suin 2002 menyatakan bahwa konstansi atau frekuensi
kehadiran organism dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental frekuensi 0-25, jenis aksesori 25-50, jenis konstan 50-75
dan jenis absolut diatas 75. Data dalam tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa 16 jenis tumbuhan beracun yang ditemukan pada Cagar Alam Martelu
Purba tergolong ke dalam kategori jenis aksidental 0-25. Jenis tumbuhan ini hanya menyebar terbatas pada daerah tempat tumbuhnya.
Indeks Nilai Penting INP tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 dan tabel 3 masing-masing adalah jenis Clidemia hirta sebesar 35,05 dan jenis
Flacourtia rukam sebesar 36,88. Besarnya nilai INP ini menunjukkan kepentingan jenis tumbuhan dan peranannya terhadap komunitasnya. Besarnya nilai INP jenis
Clidemia hirta dari kelompok tumbuhan bawah dan Flacourtia rukam dari kelompok semai pohon menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam
komunitasnya. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner H’ menurut Indriyanto
2006, tumbuhan beracun di Cagar Alam Martelu Purba yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah 2,04 dan tabel 3 adalah 2,03. Nilai ini menunjukkan bahwa
keragaman tumbuhan beracun pada transek sedang melimpah dimana Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner H’ antara 2 - 3 menunjukkan bahwa
keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang melimpah.
Tabel 4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Cagar Alam Martelu Purba
Jenis Tumbuhan Fenolik
FlavoloidTanin Terpen
Steroid Alkaloid
Saponin FeCl
3
CeSo
4
Bouchardad Wagner
Meyer Dragendrof
Alocasia arifolia Hallier. F -
- -
- -
- -
Alstonia scholaris L. R. Br +++
+++++ -
- -
++ ++
Baringtonia sp. -
++++ -
- -
++ -
Canarium album Raeush -
+++ -
- -
++ +
Clidemia hirta Bl. +++++
++ -
- -
++ ++
Coleus scutellarioides I. Benth. ++++
++++ -
- -
++ ++
Costus specious Sm. -
+ -
- -
- ++++
Dioscorea sp. -
++ -
- -
- ++
Eugenia sp. ++++
- -
- -
++ -
Ficus lowii King ++++
++++ -
- -
- -
Ficus sinuata Thunb. +++++
++ -
- -
- -
Flacourtia rukam Zoll. Mortizi +++
+++ -
- -
++ +++++
Homalonema propinqua Ridl. +++++
++++ -
- -
++ +
Litsea sp. ++
++ -
- -
- +
Rubus moluccanus eelkek -
+++ -
- -
- ++
Saurauia pendula Blume ++++
+++ -
- -
- +++++
Keterangan: CeSo
4
+ : Cukup reaktif terhadap pereaksi
Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium +++
: Reaktif terhadap pereaksi Wagner : KI + Aquadest + Iodium
+++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi Maeyer : HgCl
2
+ Aquadest + KI -
: Bereaksi negatif terhadap pereaksi Dragendorf : BiNO
3
+ HNO
3
+ KI + Aquadest
52
Aktivitas Tanin dan Flavanoid
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu astringen, anti diare, anti diare, anti bakteri,
dan anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapakan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut Desmiaty et al, 2008.
Senyawa Tanin dan Flavanoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau
Flavanoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain 1965 adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavanoid
adalah sebagai antimikroba Leo et al, 2004, antibakteri Schutz et al, 1995 dan antifungi Tahara et al,1994.
Pengujian Tanin dan Flavanoid menggunakan pereaksi FeCl
3
. Kandungan Tanin yang terkandung dalam tumbuh bereaksi dengan FeCl
3
ditandai dengan perubahan warna menjadi warna hitam.Berdasarkan dari data hasil pengujian pada
Tabel 4, Tumbuhan Eugenia sp , Coleus scutellarioides I. Benth, Ficus sinuata Thunb, Clidemia hirta Bl, Homalonema propinqua Ridl, Ficus lowii King,
Saurauia pendula Blume mengandung Tanin dan Flavanoid karena pada saat direaksikan berubah menjadi hitam. Tumbuhan yang mengandung Tanin dan
Flavanoid paling tinggi adalah jenis Ficus sinuata Thunb, Clidemia hirta Bl, Homalonema propinqua Ridl dan kandungan Tanin paling rendah adalah jenis
Litsea sp.
Aktivitas Terpen
Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama tergantung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi
dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukan kamper melalui penelitian mengenai Terpen,
telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami.Fungsi aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri Wang et al, 1997, antivirus
Nakatani et al., 2002, pestisida dan insektisida Ragasa et al., 1997; Siddiqui et al., 2002.
Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah Lieberman Bouchard dan CeSO
4
. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan
senyawa pereaksi CeSO
4
. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel tumbuhan yang mengandung terpen adalah Coleus scutellarioides I. Benth,
Homalonema propinqua Ridl, Alstonia scholaris L. R. Br, Ficus lowii King, Baringtonia sp.
Aktivitas Akaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid
yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa aporphine alkaloid liriodenine dihasilkan pohon tulip untuk melindunginnya dari
seragan jamur parasit dan senyawa Alkaloid lainnya pada tumbuhan tertentu untuk mencegah serangga memakan bagian tubuh tumbuhan.Fungsi aktivitas
senyawa Alkaloid menurut Atta-ur-Rahman et al 1997 adalah sebagai
antibakteri dan antifungi. Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart, Wagner, Maeyer dan Dragendorff. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan
alkaloid ditandai dengan munculnya endapan berwarna cokelat saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchard serta Wagner, endapan
berwarna putih saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Maeyer dan endapan berwarna merah bata saat sampel tanaman direaksikan
dengan senyawa pereaksi Dragendorff. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel, tanaman yang direaksikan dengan Bouchardat, Wagner dan Meyer tidak
bereaksi terhadap pereaksi. Dan tanaman Eugenia sp, Coleus scutellarioides I. Benth, Clidemia hirta Bl, Homalonema propinqua Ridl, Alstonia scholaris L. R.
Br, Canarium album Raeush, Flacourtia rukam Zoll. Mortizi, Baringtonia sp. Jenis tanaman tersebut mengandung semuanya mengandung senyawa Alkaloid
dengan konsentrasi yang berbeda.
Aktivitas Saponin
Saponin adalah sebuah kelas senyawa kimia, salah satu dari banyak metabolit sekunder yang dapat ditemukan di sumber-sumber alam, ditemukan
berlimpah dalam berbagai jenis tumbuhan. Senyawa ini bersifat amfipatik, disusun oleh satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik yang dikombinasikan
dengan turunan triterpen lipofilik dan menghasilkan buih saat diguncang dalam larutan air. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan
kebanyakan jenis tumbuhan beracun mematikan mengandung racun golongan senyawa Saponin. Hostettmann dan Marston 1995 mengatakan bahwa fungsi
aktivitas senyawa Saponin adalah sebagai anti mikroba, fungisida, antibakteri, antivirus, piscisidaa, molluscisida dan insektisida.
Pereaksi dalam pengujian saponin adalah HCI 10. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan saponin ditandai dengan munculnya buih
permanen saat sampel tanaman dicampur dan diguncangkan bersama dengan senyawa pereaksi. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel, tumbuhan
jenis Flacourtia rukam Zoll. Mortizi, Saurauia pendula Blume, dan Costus specious Sm. Jenis tanaman ini mengandung senyawa folongan Saponin maka
semua ini berpotensi sebagai pestisida.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Cagar Alam Martelu
Purba memperoleh enam belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Latong andosari Alstonia scholaris L.R. Br, Birah
Alocasia arifolia Hallier. F, Langge Homalonema propinqua Ridl, Hau palu-palu ni ogung Canarium album Raeusch, Andor hutdali
Dioscorea sp., Flacourtia rukam Zoll. Mortizi, Lang-lang habungan Coleus scutellariodes I. Benth, Latong anduri Litsea sp.,
Baringtonia sp, Silambau Clidemia hirta Bl, Rube Ficus lowii King,
Rube-rube Ficus sinuata Thunb, Sitorhom Eugenia sp., Tomu ring-ring Saurauia pendula Blume, Dosih Rubus moluccanus eelkek,
Tabar-tabar Costus speciosus Sm..
2. Kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan beracun
yang diteliti antara lain adalah; TaninFlavanoid dengan konsentrasi tertinggi yaitu +5 terkandung pada tumbuhan jenis Rube-rube
Ficus sinuata Thunb, Silambau Clidemia hirta Bl, Langge Homalonema propinqua Ridl; Alkaloid dengan konsentrasi tertinggi
yaitu +2 terkandung pada tumbuhan jenis Sitorhom Eugenia sp., Lang-lang habungan Coleus scutellariodes I. Benth, Silambau
Clidemia hirta Bl, Langge Homalonema propinqua Ridl, Latong andosari Alstonia scholaris L.R. Br, Hau palu-palu ni ogung
Canarium album Raeusch, Flacourtia rukam Zoll. Mortizi dan Baringtonia sp.; Saponin dengan konsentrasi tertinggi yaitu +5 terkandung
pada jenis Tomu ring-ring Saurauia pendula
Blume dan
Flacourtia rukam Zoll. Mortizi; Terpen dengan konsentrasi tertinggi
yaitu +5 terkandung pada Latong andosari Alstonia scholaris L.R. Br Saran
1. Penelitian lebih lanjut mengenai eksplorasi tumbuhan beracun di tempat
yang belum dilakukan penelitian.
2. Upaya budidaya terhadap jenis-jenis tumbuhan beracun yang ditelitipada
kawasan Cagar Alam Martelu Purba perlu dilakukan sehingga jenis-jenis
ini dapat dimanfaatkan dan dilestarikan.
57
3. Dibutuhkan eksplorasi lebih lanjut agar dapat menemukan kemungkinan
jenis tumbuhan beracun lainnya yang belum diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Atta-ur-Rahman et al. 1997. New Sterodial Alkaloids from the Roots of Buxus sempervirens. Journal of Natural Products No. 60, pp. 770-774. American
Chemical Society and American Society of Pharmacognosy. Asikin, S.2002.” Inventarisasi Tumbuhan sebagai Bahan Pestisida Nabati”.
Laporan Hasil Penelitian Balittra. Banjarbaru. Ardianto, R. 2013. Mengenali Tumbuhan BeracunBerbahaya.
www.ngerayap.faa.im. Balai Konservasi Sumberdaya Alam I Medan. 1999. Informasi Kawasan
Konservasi Propinsi Sumatera Utara. Bali Scan dan Percetakan. Medan. Chevalier, A. 2000. Natural Health: Encyclopedia of Herbal Medicine, A. Dorling
Book: New York Goldstein, J. L. dan T. Swain. 1965. The Inhibition of Enzymes by Tannins.
Phytochemistry Volume 4, pp. 185-192. Great Britain : Elsevier Science Ltd.
Grainge, M. dan S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control properties.J Wiley Publisher. New York.
Hamid, A. Y. Nuryani. 1992. Kumpulan Abstrak Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani, Bogor. P. 1. Dalam S. Riyadi, A. Kuncoro, dan
A.D.P. Utami. Tumbuhan Beracun. Balittas. Malang. Hanenson, I. B. 1980. Clinical Toxicology. JB Lippincot Company. Toronto.
Indriyanto.2006.Ekologi Hutan.PT Bumi Aksara.Jakarta. Leo, M. D. et al. 2004. Phenolic Compounds from Baseonema acuminatum
Leaves : Isolation and Antimicrobial Activity. New York : Georg Thieme Verlag KG Stuttgart.
Loveless, A. R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Edisi Kedua. PT Gramedia. Jakarta
Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S.A. Prawira. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Balai Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Penuntun Praktikum Kimia Bahan Alam. 2010. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.
59
Rejesus, B. M. 1986. Botanical Pest Control Research in the Philippines. Los Banos : University of Philippines Press.
Samsudin. 2008. “Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani”. Lembaga Pertanian Sehat. www.pertaniansehat.or.id
Schütz, B. A. et al. 1995. Prenylated Flavanones from Leaves of Macaranga pleiostemona. Phytochemistry Volume 40, No. 4, pp. 1273-1277. Great
Britain : Elsevier Science Ltd. Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM. 2012.“Racun Alami pada Tanaman
pangan”.www.pom.go.idpublicsikerdescprodukracunalamitanam an.pdf.
Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. Bogor : IPB Press. Soerianegara I, Lemmens RHMJ, eds., 1993. Plant Resources of South-East
Asia No. 51. Timber trees: major commercial timbers. Wageningen, Netherlands: Pudoc Scientific Publishers. Also published by
Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. Syahputra, E. 2001. Hutan Kalbar Sumber Pestisida Botani: Dulu, Kini dan
Kelak. IPB. Bogor. Seran, E. 2011. Tumbuhan-Tumbuhan Beracun yang Mematikan.
www.wordpress.com Tahara, S. et al. 1994. Prenylated Flavonoids in the Roots of Yellow Lupin.
Phytochemistry Volume 36, No. 5, pp. 1261-1271. Great Britain : Elsevier Science Ltd.
Widodo, W. 2005. Tanaman Beracun dalam Kehidupan Ternak. UMM Press. Malang.
Lampiran Data Potensi Populasi Sampel Jenis Tumbuhan Beracun yang diteliti di Cagar
Alam Martelu Purba
Petak Nama jenis
Jumlah Petak
Nama jenis Jumlah
1 Latong Anduri
Birah 2
2 41
Rube Rube-rube
Silambau 3
1 3
2 Latong Andosari
Latong Anduri Birah
1 3
1 42
Rube Rube-rube
Silambau 2
1 1
3 Latong Anduri
Birah 1
2 43
Rube Rube-rube
Silambau Dosih
1 2
1 1
4 Latong Andosari
Tomu Ring-ring 3
1 44
Rube Rube-rube
Dosih 1
3 2
5 Latong Andosari
Latong Anduri Tomu Ring-ring
2 2
1 45
Rube Rube-rube
Dosih 2
1 2
6 Latong Anduri
Tomu Ring-ring 3
2 46
Rube Rube-rube
Dosih 1
2 2
7 Latong Andosari
Tomu Ring-ring 5
3 47
Flacourtia rukam Rube
Rube-rube 2
3 2
8 Latong Andosari
Latong Anduri Tomu Ring-ring
3 1
1 48
Flacourtia rukam Rube
Rube-rube 1
2 1
9 Latong Anduri
Tomu Ring-ring 4
2 49
Flacourtia rukam Rube
Rube-rube Dosih
1 2
1 1
10 Birah
Tomu Ring-ring 2
2 50
Rube Dosih
3 2
11 Latong Anduri
Birah Tomu Ring-ring
1 3
1 51
Rube Rube-rube
Dosih 1
1 2
12 Hau Palu-palu ni
Ogung Latong Anduri
Birah 1
3 2
52 Rube
Langge 1
2
13 Latong Andosari
Latong Anduri Birah
4 2
2 53
Flacourtia rukam Rube
Langge 6
4 2
14 Latong Andosari
Hau Plau-palu ni 1
2 54
Rube Rube-rube
1 1
Ogung Latong Anduri
5 Langge
1 15
Latong Andosari Latong Anduri
Birah 1
1 2
55 Flacourtia rukam
Rube Lang-lang
Habungan Langge
1 1
1 2
16 Latong Andosari
Hau Plau-palu ni Ogung
Latong Anduri 1
1 3
56 Flacourtia rukam
Rube Lang-lang
Habungan Langge
2 1
2 1
17 Latong Andosari
Latong Anduri 1
2 57
Flacourtia rukam Lang-lang
Habungan Langge
1 2
1
18 Latong Andosari
Hau Palu-palu ni Ogung
Birah 2
1 1
58 Flacourtia rukam
Lang-lang Habungan
Langge 1
3 2
19 Hau Palu-palu ni
Ogung Latong Anduri
1 1
59 Flacourtia rukam
Lang-lang Habungan
Langge 1
1 2
20 Latong Andosari
Hau Plau-palu ni Ogung
Latong Anduri 1
1 1
60 Flacourtia rukam
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar 3
2 2
21 Hau Palu-palu ni
Ogung Birah
2 1
61 Lang-lang
Habungan Andor Hutdali
Langge 1
1 1
22 Hau Palu-palu ni
Ogung Tomu Ring-ring
2 1
62 Tabar-tabar
Andor Hutdali Langge
1 1
1
23 Baringtonia sp
Tomu Ring-ring 1
1 63
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar Andor Hutdali
Langge 2
1 3
1
24 Hau Palu-palu ni
Ogung Baringtonia sp
Tomu Ring-ring 1
2 1
64 Flacourtia rukam
Tabar-tabar Andor Hutdali
Langge 1
2 1
2
25 Hau Palu-palu ni
Ogung Silambau
3 2
1 65
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar 1
2 2
Tomu Ring-ring Andor Hutdali
Dosih 2
26 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
2 2
3 66
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar Dosih
1 2
4
27 Hau Palu-palu ni
Ogung Sitorhom
Silambau 1
2 1
67 Lang-lang
Habungan Tabar-tabar
Andor Hutdali 3
1 2
28 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
1 1
2 68
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar Andor Hutdali
3 2
1
29 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
1 1
1 69
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar Andor Hutdali
1 2
2
30 Baringtonia sp
Silambau 2
4 70
Lang-lang Habungan
Tabar-tabar Andor Hutdali
1 1
1
31 Sitorhom
Silambau 1
2 71
Tabar-tabar Andor Hutdali
Dosih 1
1 2
32 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
1 3
5 72
Tabar-tabar Andor Hutdali
Dosih 3
2 2
33 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
2 2
1 73
Andor Hutdali Dosih
3 2
34 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
3 1
3 74
Tabar-tabar Andor Hutdali
Dosih 2
1 2
35 Baringtonia sp
Sitorhom Silambau
1 1
2 75
Tabar-tabar Andor Hutdali
Dosih 3
2 2
36 Baringtonia sp
Sitorhom 1
2 76
Tabar-tabar Andor Hutdali
Dosih 1
1 2
37 Sitorhom
Silambau 1
2 77
Tabar-tabar Andor Hutdali
Dosih 1
3 2
38 Rube
Rube-rube Sitorhom
Silambau 2
2 1
1 78
Andor Hutdali Dosih
2 2
39 Rube
Rube-rube Silambau
1 1
3
40 Rube
Rube-rube Sitorhom
1 1
1