Efektivitas pemasaran produk wisata syariah: sudi kasus pada PT Cheria Tour and Travel

EFEKTIVITAS PEMASARAN PRODUK WISATA SYARIAH
( Sudi Kasus Pada PT Cheria Tour and Travel )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh:
MAULANA HAITAMI
1110046100082

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014 M/1436 H

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telahs saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.

Jakarta, November 2014

Maulana Haitami

i

ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMASARAN PRODUK WISATA SYARIAH (Studi Kasus
Pada PT Cheria Tour and Travel), adalah skripsi hasil karya Maulana Haitami NIM
1110046100082. Pada konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1435/ 2014M.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui SWOT dari produk wisata syariah,
Peran PT. Cheria Tour and Travel dalam pengembangan produk wisata syariah, dan
mengetahui efektivitas pemasaran yang dilakukan PT. Cheria Tour and Travel.
Penelitian ini digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis
deskriptif. Yaitu menjelaskan tentang pemasaran produk wisata syariah pada PT.
Cheria Tour and Travel. Menggunakan pengumpulan data primer berupa hasil
wawancara dengan narasumber terkait dan data sekunder berupa pustaka dan
dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi produk wisata syariah sangat
besar di Indoensia, namun respon masyarakat masih kurang dikarenakan kurangnya
pemasaran produk tersebut. Selain itu masih banyaknya masyarakat yang ke luar
negeri daripada ke dalam negeri dikarenakan belum lengkapnya paket perjalanan
yang di sediakan untuk dalam negeri.

Kata Kunci

: Efektivitas, Pemasaran, Wisata Syariah

Pembimbing : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd


ii

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan nikmat, karunia, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam penulis tak lupa panjatkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Dan penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis, pada kesempatan ini penulis
ingin sampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. JM. Muslim, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, M.H, Ketua Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak Abdurrauf, Lc, MA,
selaku sekretaris prodi Muamalat (Ekonomi Islam).
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan kesabaran dalam membimbing penyusunan
skripsi ini.
4. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Mukri dan Ibunda Faridah serta adik-adik.

Terima kasih telah mendidik, mengajarkan, dan membimbing sejak kecil. Serta
dukungan moril maupun materil, semoga Allah SWT membalas kebaikanmu

iii

5. Seluruh pihak PT Cheria Tour and Travel, terutama Bapak Cheriatna selaku
Direktur Utama dan Ibu Desita Marsehila selaku General Manager Operasional,
terima kasih atas segala bantuan kerjasama dan partisipasi dalam pengumpulan
data-data di penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan
petunjuk dan bekal ilmu kepada penulis, semoga ilmu yang diberikan menjadi
ilmu yang bermanfaat.
7. Seluruh pegawai perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan seluruh pegawai
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah jakarta.
8. Keluarga besar (alm) H. Muhammad Nuh bin H. Abdurrahman dan H. Bachtiar
bin H. Muhammad yang selalu memberikan semangat serta dukungan untuk
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Perbankan Syariah 2010 khususnya kelas B, yang sudah
memberikan semangat dan masukan dalam penulisan skirpsi ini. Dan juga temanteman KKN KOPI terima kasih untuk dukungan semangat yang diberikan.
10. Teman-teman DPR (Dibawah Pohon Rindang), Dio Al-haddad, Listio Biji,

Kharis Cahyadi, Putra Kalbuadi, Willy Fahmi Aziz, Abdul Aziz Muslim, Abdul
Hakim, Abdul Razzak, Faniditya Ramadhan, Kahfi Aditya, Syarifah Aquila, Tri
Puji Lestari yang sudah membantu dan menyumbangkan ide-ide penulisan.
Terima kasih untuk persahabatan yang terjalin dalam suka dan duka selama ini.
11. Orang terdekat penulis, Ayudhia Harumi Pawestri. Terima kasih untuk kesediaan
dan kesabaran untuk membantu penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
iv

Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dengan baik untuk pembaca.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun penulis untuk menjadi
lebih baik lagi.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, November 2014

Maulana Haitami

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..............................................................................i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ................................. 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 12
D. Sistematika Penulisan .............................................................................. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Efektivitas ................................................................................................ 15
B. Pemasaran ................................................................................................. 17
C. Strategi Pemasaran .................................................................................. 20
D. Produk Wisata Syariah ............................................................................. 22
E. Review Studi Terdahulu .......................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................................. 49
B. Jenis Penelitian ........................................................................................ 50
C. Sumber Data Penelitian ........................................................................... 51
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 52

E. Metode Analisis ....................................................................................... 53
F. Subjek-Objek Penelitian ........................................................................... 54

vi

G.Teknik Penulisan Skripsi .......................................................................... 54
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT. Cheria Tour and Travel ....................................... 55
a. Sejarah singkat PT. Cheria Tour and Travel ....................................... 55
b. Visi, Misi PT. Cheria Tour and Travel ............................................... 56
c. Produk-produk PT. Cheria Tour and Travel ...................................... 57
B. Analisis SWOT Terhadap Perkembangan Produk Wisata Syariah di PT.
Cheria Tour and Travel............................................................................. 60
C. Pengembangan Produk Wisata Syariah di PT. Cheria Tour and
Travel
.................................................................................................................. 72
D. Efektivitas Pemasaran Produk Wisata Syariah di PT. Cheria Tour and Travel
.................................................................................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 81

B. Saran ......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83

vii

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu sektor yang dapat diandalkan sebagai sumber daya devisa
negara adalah pariwisata. Pada tahun 2009, pariwisata di Indonesia menjadi
kontributor terbesar ketiga devisa negara setelah minyak dan gas bumi serta
minyak kelapa sawit. Peringkat tersebut mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dari tahun 2006 yang hanya menempati peringkat ke-6 dari 11
komoditi sumber devisa negara.
Sektor perhubungan dan pariwisata mempunyai peran penting dalam
usaha mancapai sasaran pembangunan serta pembinaan persatuan bangsa dan
Negara. Sektor perhubungan berperan memperlancar arus manusia, barang, dan
jasa untuk merangsang dan menunjang pertumbuhan produksi barang dan jasa
serta pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sedangkan pariwisata
berperan sebagai penghasil devisa serta memperkenalkan budaya bangsa dan

tanah air. Bagi masayarakat sendiri sektor ini memberikan lapangan pekerjaan
dan bidang usaha yang cukup luas. Begitupun sektor perhubungan dan pariwisata
yang merupakan salah satu unsur penunjang dalam menjalin hubungan antar

1

2

bangsa yang dilakukan melalui hubungan timbal balik dari kegiatan angkutan dan
telekomunikasi ke dan dari luar negeri.1
Pembangunan pariwisata, seperti halnya pembangunan pertambangan,
pabrik-pabrik, pertanian atau jenis pembangunan ekonomi lainnya, akan
menimbulkan bermacam macam pengaruh terhadap suatu daerah, tempat
pembangunan itu berlangsung. Tentu saja, dampak atau pengaruh berbagai
macam pembanguna itu akan berbeda beda namun ada yang kerap kali sangat
terasa. Semua itu akan kelihatan sekali dampaknya terhadap perekonomian,
masyarakat, pemerintah dan atau lingkungannya.
Di Indonesia ada

UU No. 10 tahun 2009 yang mengatur tentang


kepariwisataan dan menjelaskan perbedaan pariwisata dan wisata. Menurut UU
Nomor 10 Tahun 2009, wisata itu adalah perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang
dikunjunginnya dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
Wisata dibagi menjadi dua, yaitu wisata domestik (dalam negeri) dan
wisata internasional (luar negeri). Disamping untuk tujuan mencari kesenangan

1

Spillane, James J. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. ( Yogyakarta: Kanisius, 1987 ) h.14

3

dan pengalaman baru, berwisata juga dianggap dapat memperkuat rasa bangga
pada negara, dan ini terjadi pada jenis wisatawan domestik (dalam negeri).
Bentuk perjalanan wisata domestik ini tidak saja memberikan keuntungan

dalam memperbesar rasa nasionalisme dan memperkuat pembentukan karakter
bangsa, namun juga memberi manfaat besar dari beberapa sisi lain. Pertama, bagi
negara-negara dengan jumlah populasi penduduk yang besar seperti Indonesia,
besarnya wisatawan domestik ini sangat signifikan dalam mendorong
perekonomian nasional dan lokal. Kedua, belanja langsung wisatawan domestik
dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat lokal. Ketiga, sifat
wisatawan domestik ini lebih stabil dibanding wisatawan internasional.
Tujuan berwisata tidak harus selalu dikaitkan dengan keuntungan fisik.
Sebuah perjalanan wisata juga akan dapat menstimulasi pikiran seseorang secara
unik. Perjalanan itu akan dapat membuat seseorang menjadi lebih kreatif dan
disamping itu, lingkungan baru yang didapatkannya juga akan menyebabkan
sinyal-sinyal baru yang diterima dari lingkungan barunya.2
Pada tahap selanjutnya, ketika wisatawan ingin menjadi konsumen
sekaligus produsen, pola kegiatan berwisata menjadi lebih berbasis pada
pengembangan diri dan ini menghasilkan pola kegiatan wisata yang berbasis
kreatifitas. Jadi, hasil kunjungan menjadi tidak hanya sekedar berupa foto, berupa
cerita, namun akan lebih berupa pemahaman (knowledge) yang akan memperkaya

2

Henky Hermantoro. Creative-Based Tourism. ( Depok: Aditri, 2011 ) h.41- 43

4

diri wisatawan itu sendiri, dan bahkan mereka akan dapat mengembangkan
pengetahuan tersebut.3
Tak bisa dipungkiri Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat
besar. Tak hanya memiliki keindahan alam yang tersebar di seluruh 17 ribu
gugusan pulau. Indonesia juga memiliki kebudayaan, bahasa, dan kearifan lokal
yang begitu menarik serta beragam. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman) ke Indonesia pada tahun 2014 mencapai 753 ribu kunjungan. Angka ini
naik 22,59 persen dibandingkan jumlah kunjungan wisman pada januari 2013,
yaitu sebanyak 614 ribu kunjungan. Sepanjang 2013, jumlah wisman yang
mampir ke Indonesia mencapai 8,6 juta orang. Dan untuk tahun berikutnya
ditargetkan mencapai 9,5 juta wisman.
Sektor pariwisata ini juga memberikan kontribusi hingga sembilan persen
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, menyerap tenaga
kerja hingga 10,18 juta orang pada 2013. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
dengan pencapaian pada 2012 yang hanya 9,14 juta orang.4
Dari 140 negara yang di survey, Indonesia menduduki peringkat 70 dalam
daya saing wisatanya. Lebih baik apabila dibandingkan dengan Filipina pada
peringkat 82 dan Vietnam diurutan 80. Namun, Indonesia tertinggal jauh dari
negara tetangga yaitu Singapura pada peringkat 10, Malaysia pada peringkat 34,

3

Henky Hermantoro. Creative-Based Tourism, h. 50

4

Henky Hermantoro. Creative-Based Tourism, h.34- 36

5

dan Thailand pada peringkat 43. Padahal dibanding dengan negara-negara
tersebut, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam mengembangkan
wisata. Salah satunya penduduk yang mayoritas besar adalah muslim, luas negara
yang lebih besar, banyaknya gugusan pulau, gunung, laut, dan pantai. Jadi,
apapun destinasi wisata yang diinginkan ada di Indonesia.
Peningkatan devisa di Indonesia dari aspek pariwisata membuat pariwisata
semakin mengembangkan industrinya untuk menarik lebih banyak wisatawan
baik domestik atau asing. Salah satu caranya adalah dengan adanya wisata
syariah. Mode ekonomi ini bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
dampak krisis keuangan serta meningkatkan ketahanan ekonomi nasional.
Apalagi, Indonesia adalah salah satu negara dengan penduduk Islam terbesar
dunia dan memiliki pertumbuhan yang sangat signifikan, khususnya dalam bidang
ekonomi syariah. Mengacu pada kurun waktu 9 tahun terakhir bahwa pariwisata
menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar Negara ini menjadikan wisata
syariah adalah prospek bisnis yang sangat menjanjikan.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar
mengatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar, baik dari segi ketersediaan
pasar dan ketersediaan sumber daya yang akan dikembangkan. Sekitar 88% warga
negara Indonesia beragama Islam. Artinya, 88% warga Indonesia sangat
berpotensi untuk menjalankan wisata syariah. Disisi lain, pasar wisatawan

6

mancanegara, Sapta menyebut bahwa pasar wisata syariah tidak hanya menyasar
negara-negara Timur Tengah tetapi juga negara seperti China dan Australia.5
Istilah syariah sudah sering terdengar sebelumnya seperti bank syariah,
hotel syariah, dan perumahan syariah. Namun, wisata syariah masih lebih jarang
terdengar dan diketahui oleh masyarakat muslim Indonesia. Hal ini disebabkan
pemerintah baru mengembangkan produk ini melalui Kementrian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (KEMENKRAF) bertepatan dengan kegiatan Indonesia Halal
Expo (Indhex) 2013 dengan tema “Wonderful Indonesia as Moslem Friendly
Destination“.
Wisata syariah memiliki potensi yang sangat besar. Apalagi mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam., sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari
jumlah penduduk. Wisata syariah ini juga diharapkan dapat menarik Muslim dari
negara lain. Saat ini populasi umat muslim di dunia berjumlah lebih dari 1,8
Milyar jiwa atau sekitar 28 persen dari total penduduk dunia, yaitu 6,4 miliar dan
tersebar di 148 negara. Setiap tahun penduduk muslim mencapai 1,8 persen atau
60 persen di atas tingkat pertumbuhan penduduk non-muslim yang hanya 1,12
persen.
Sebanyak 50 persen dari penduduk Muslim di dunia berusia kurang dari
25 tahun yang berarti mereka berada pada usia produktif dan potensial berpergian
Li a. I do esia e iliki pote si besar ke ba gka wisata syariah . Poskota ew. o .
diakses dari http://poskotanews.com/2013/12/02/indonesia-miliki-potensi-besarkembangkan-wisata-syariah/ diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul 21:38.
5

7

sebagai wisatawan. Mereka tersebar di Asia sebanyak 879 juta orang, Timur
Tengah sebanyak 190 juta orang, Afrika 443 juta orang, Eropa 51 juta orang,
Amerika 7 juta orang, dan Amerika Selatan sebanyak 3 juta orang.6
Berwisata merupakan salah satu kegiatan yang bisa dipilih seseorang
untuk mendapatkan suatu hiburan. Saat ini sudah semakin banyak orang yang
memilih untuk melakukan perjalanan wisata untuk melepas sejenak beban
kewajiban dari aktivitas sehari-hari. Apalagi untuk warga Jakarta yang memiliki
tingkat aktivitas tinggi, mereka seperti sudah menjadikan wisata sebagai gaya
hidup mereka. Hal ini didukung juga dengan banyaknya pilihan pariwisata di
Indonesia, khususnya di Jakarta.
Kitab-Kitab sejarah Islam mencatat dengan sangat rapi bahwa ulamaulama Islam tempo dulu sering melakukan perjalanan jauh dan melelahkan guna
menimba ilmu dari satu tempat ke tempat yang lain, dari satu negeri ke negeri
yang lain. Bahkan Imam Asy-Syafi’I, salah seorang imam madzhab yang sangat
masyhur dan popular, beliau pernah mengubah banyak fatwa/pendapatnya
mengenai masalah hukum fiqih setelah melakukan perjalanannya ke negeri Mesir.
Artinya setelah beliau sampai di negara Mesir, beliau banyak mendapat ilmu dan
wawasan, teman, dan guru baru.7 Jadi, melakukan perjalanan jauh sangatlah
memberikan manfaat yang luar biasa. Tentu, kalau kita pandai memanfaatkan

6

Hery Sucipto & Fitria Andayani, Wisata Syariah, (Jakarta: Grafindo Books Media, 2014) h. 65-66

7

Tohir Bawazir. Panduan Praktis Wisata Syariah. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), h.5-6

8

perjalanan itu sendiri, karena lautan ilmu bisa kita dapatkan, bahwa kearifan
berpikir dan tidak kaku dalam bertindak pun dapat kita peroleh karena hasil dari
perjalanan kita sendiri.
Sebagian besar orang menghabiskan waktunya seharian penuh apabila
sudah sampai di tempat tujuan wisatanya, kadang-kadang lupa untuk menjalankan
perintah agama yaitu sholat 5 waktu karena pikirannya hanya fokus untuk
bersenang-senang. Padahal sangat disayangkan bergembira tapi melalaikan
perintah agama.
Selain itu, banyak orang hanya ingin berwisata ke tempat yang memang
sudah sering dikunjungi, contohnya ke pantai, gunung, dan taman rekreasi.
Karenanya banyak yang tidak mengetahui tempat wisata islami yang bisa menjadi
referensi perjalanan mereka. Kita bisa berwisata sekaligus mengetahui sejarah
perkembangan islam di Indonesia. Wisata islam bisa menyegarkan pikiran dari
rutinitas sehari-hari dengan cara menikmati dan mensyukuri nikmat yang telah
diberikan Allah SWT dalam beragam sumber daya di alam ini. Namun, jarang
masyarakat yang mau mengunjungi tempat wisata seperti itu, padahal akan
banyak manfaat yang diterima apabila mengunjungi tempat tersebut.
Motivasi orang juga berbeda-beda dalam melakukan perjalanan wisata,
ada yang hanya untuk sekedar rekreasi, bersantai, keinginan untuk mengetahui
budaya, adat, dan tradisi, mengunjungi teman atau keluarga, atau untuk
melepaskan diri dari rutinitas yang membosankan.

9

Pada waktu transaksi juga, sebenarnya wisatawan membayar untuk
pelayanan yang ditunda, karena apa yang diinginkan belum menjadi kenyataan.
Semuanya ini dapat terjadi karena adanya kepercayaan pada travel agent yang
bersangkutan. Oleh karena itu kepercayaan pelanggan perlu dijaga agar jangan
terjadi keragu-raguan bagi orang yang melakukan perjalanan melalui travel
agent.8
Sekarang semakin banyak bermunculan paket wisata yang ditawarkan,
bahkan dengan hanya mengeluarkan Rp. 100.000 kita sudah bisa menikmati paket
wisata yang diadakan satu hari full. Ini membuat persaingan semakin ketat dalam
menawarkan jasa paket wisata, sehingga kalangan yang mempunyai paket wisata
harus memiliki strategi yang jitu untuk lebih menarik minat masyarakat untuk
menggunakan jasa mereka.
Dengan menggunakan teknik pemasaran produk yang baik diharapkan
perusahaan dapat mengatasi persaingan dengan perusahaan sejenis, sehingga
dapat

meningkatkan

produktivitas

dan

pendapatan

perusahaan.

Untuk

memasarkan produk dengan baik, harus dimulai dari visi, misi, dan tujuan yang
jelas. Visi, misi, dan tujuan ini biasanya harus dimulai dari manajemen kemudian
baru disampaikan kepada karyawan.
Kondisi sekarang lebih berorientasi kepada buyers market sehingga
perusahaan harus berbenah diri dalam menghadapi persaingan yang semakin

8

Yoeti Oka. Tours And Travel management. ( Jakarta: PT Pradnya Paramita, 1990 ), h.24

10

ketat. Harus lebih menggencarkan dalam promosi, tdak menunggu buyers untuk
mencari tahu sendiri, sehingga pemasaran produk tersebut akan lebih efektif.
PT. Cheria Tour and Travel merupakan badan usaha yang membuka
perjalanan wisata syariah, dengan mengutamakan destinasi tempat sesuai dengan
hukum-hukum Islam yang berlaku. Mulai dari tujuan yang akan dikunjungi,
makanan yang akan disantap, tempat untuk menginap, dan acara-acara yang akan
diselenggarakan di tempat tujuan. Semuanya mengutamakan kehalalan dan
keteraturan jadwal perjalanan yang disesuaikan dengan waktu sholat. Jadi
wisatawan akan berwisata dengan tenang dan aman tanpa meninggalkan
kewajiban sholat 5 waktu. Pemandu wisatanya pun juga berpakaian rapi dan
islami, jadi tidak khawatir dan takut apabila wisatanya melanggar hukum Islam
yang berlaku.
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis tertarik untuk menjawab,
meneliti, mengamati, mengkaji, dan menganalisa lebih jauh dan mendalam
pembahasan di atas dalam skripsi ini dalam judul: “EFEKTIVITAS
PEMASARAN PRODUK WISATA SYARIAH (Studi Kasus Pada PT
Cheria Tour and Travel) “.

11

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Seiring dengan berkembangnya dunia pariwisata di Indonesia. Maka
semakin banyak biro perjalanan, tour and travel selalu berinovasi dari segi
produk dan cara pemasaran yang ditawarkan agar dapat menarik minat
masyarakat dalam maupun luar negeri, salah satu produk yang makin
berkembang adalah wisata syariah yang disediakan oleh PT Cheria Tour and
Travel.
Karena masih kurangnya minat masyarakat untuk berwisata didalam
negeri dikarenakan belum banyaknya produk wisata syariah didalam negeri.
Lalu kurangnya pemasaran terhadap produk wisata syariah, menyebabkan
belum banyak masyarakat yang mengetahuinya dan juga menyebabkan lambat
berkembangnya produk ini, di penelitian ini penulis hanya membahas
efektivitas pemasaran produk wisata syariah

2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian dalam skripsi ini lebih terarah dan mendalam, maka
penulis membatasi permasalahannya mengenai efektivitas pemasaran dari
produk wisata syariah. Oleh karena itu, penelitian skripsi ini mengarah kepada
spesifiaksi penelitian hanya pada kantor PT. Cheria Tour and Travel.

12

3. Perumusan Masalah
Sesuai dengan judul skripsi EFEKTIVITAS PEMASARAN
PRODUK WISATA SYARIAH (Studi Kasus Pada PT Cheria Tour and
Travel) maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana analisis SWOT terhadap perkembangan produk wisata
syariah pada PT Cheria Tour and Travel ?
b. Bagaimana PT Cheria Tour and Travel dalam mengembangkan produk
wisata syariah ?
c. Sejauh mana efektivitas pemasaran produk wisata syariah pada PT
Cheria Tour and Travel ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, adapun
tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui SWOT terhadap perkembangan produk wisata
syariah pada PT Cheria Tour and Travel.
b. Untuk mengetahui Bagaimana PT Cheria Tour and Travel dalam
mengembangkan produk wisata syariah.
c. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pemasaran produk wisata
syariah pada PT Cheria Tour and Travel.

13

2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih luas
mengenai produk-produk yang berbasis syariah. Penulis berharap
tulisan ini memberi kontribusi positif untuk penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan penelitian ini.
b. Bagi akademisi untuk menambah literatur produk wisata syariah
supaya dapat lebih dikembangkan sebaik mungkin.
c. Bagi masyarakat agar lebih mengetahui dan memahami dan
menjadikan produk wisata syariah sebagai alternatif dalam melakukan
wisata.
D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan kejelasan arah dalam pembahasan masalah maka
disusun sistematika yang terdiri dari 5 (lima) bab.
BAB I

Pendahuluan, di dalam bab ini berisi latar belakang masalah,
identifikasi masalah pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.

BAB II

Berisi mengenai, pengertian tentang pengertian efektivitas, pengertian
pemasaran,

pengertian

strategi

pemasaran,

pengertian

wisata,

pengertian syariah, pengertian wisata syariah, mekanisme dan dasar
hukumnya.

14

BAB III

Berisi mengenai metode penelitian, jenis penelitian, sumber data
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis
data, dan subjek objek penelitian.

BAB IV

Pembahasan mengenai profil PT Cheria Tour and Travel, analisis
SWOT terhadap perkembangan wisata syariah, bagaimana cara
mengembangkan produk wisata syariah, dan efektivitas pemasaran
produk wisata syariah

BAB V

Merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dari seluruh hasil
penelitian dan juga berisikan saran-saran yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efektivitas
1. Pengertian Efektivitas
Salah satu konsep utama dalam mengukur prestasi kerja adalah
efektivitas. Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang
tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan kata
lain seorang manajer memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau metode
atau cara yang tepat untuk mencapai tujuan.9
Menurut Amin Widjaya, efektivitas adalah hubungan dengan
penentuan apakah tujuan perusahaan yang ditetapkan telah tercapai.10
Sedangkan menurut Hasan Sadili, efektivitas bermakna menunjukan taraf
tercapainya suatu tujuan. Suatu usaha dikatakan efektif jika usaha itu
mencapai tujuannya. Secara ideal efektivitas dapat dinyatakan dengan ukuranukuran yang agak pasti.11

9

T. Tani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 2003), h.7.

10

Amin Widjaya, Ensiklopedi Bahasa Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru-van Hpeve, 1980), h. 134.

11

Amin Widjaya. Ensiklopedi Bahasa Indonesia, h. 371.

15

16

Efektivitas

menunjukan

kemampuan

suatu

perusahaan

dalam

mencapai sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat.
Pencapaian hasil akhir yang sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan
dan ukuran maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan
tersebut telah memperhatikan efektivitas operasional.12
Efektivitas yaitu hasil-hasil yang dicapai oleh suatu organisasi secara
keseluruhan dalam periode tertentu, dapat berupa rencana, kebijaksanaan, dan
sarana-sarana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Efektivitas penting dalam suatu kinerja kerja, karena dalam melakukan
pekerjaan agar mencapai tingkat yang optimal kita harus melakukan tugas
dengan benar sesuai dengan cara yang ditetapkan.
2. Kriteria Penilaian Efektivitas
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa
strategi atau perencanaan tersebut berjalan efektif, yaitu:
a. Berhasil guna, untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang
ditetapkan.
b. Ekonomis, yaitu untuk menyebutkan bahwa didalam usaha pencapaian
efektif itu maka biaya, tenaga kerja material, peralatan waktu, ruangan
dan lain-lain telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya
pemborosan serta penyelewengan.
12

Amirullah dan Haris Budiyon, Pengantar Manejemen (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), h.8.

17

c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yaitu untuk membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber telah dimanfaatkan
dengan setepat-tepatnya harus dilaksanakan dengan bertanggung
jawab sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan
bahan kerja, ukuran kemampuan kerja, dan waktu yang tersedia.
e. Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab. Dan harus dihindari adanya
dominasi oleh salah satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yaitu menegaskan bahwa kegiatan kerja
adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis.
Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta pelayanan
kerja yang memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang
dapat dilaksanakan dengan lancar.13
Jadi, efektivitas dapat dilihat dari perencanaan yang telah di buat dengan
hasil pencapaian yang telah ditetapkan secara tepat.
B. Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Menurut Indriyo pemasaran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang mengusahakan agar produk yang dipasarkannya itu dapat diterima dan
disenangi oleh pasar14. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo pemasaran
adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

13

Sujadi F.X, O & M Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen (Jakarta: CV. Masagung, 1990), 36-39

14

Indriyo Gitosudarmo, Manajemen Pemasaran (Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta, 1995), h. 1.

18

barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada
maupun pembeli yang potensial.15
Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep,
harga, promosi, dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa, untuk
menciptakan pertukaran yang m ampu memuaskan kebutuhan individu dan
organisasi16.
Menurut pendapat Philip Khotler17 menyatakan bahwa pemasaran
adalah proses sosial dan manajerial yang dengannya individu-individu dan
kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka
inginkan dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk-produk dan
nilai satu sama lain.
Dalam syariah marketing, perusahaan tidak hanya berorientasi pada
keuntungan semata, namun turut pula berorientasi pada tujuan lainnya yaitu
keberkahan. Perpaduan konsep keuntungan dan keberkahan ini melahirkan
konsep maslahah, yaitu suatu perusahaan syariah akan berorientasi pada
pencapaian maslahah yang optimal. Konsep keberkahan bagi sebagian pihak
merupakan konsep yang abstrak karena secara keilmuan tidak dapat
15

Basu swastha DH dan Ibnu Sukotjo, Pengantar Bisnis Moderen, edisi III, (Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta, 1998), h. 179.
16
17

Charles W. Lamb, dkk, Marketing (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 6.

Philip Khotler, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi ke tiga, jilid ke satu, Penerjemah Imam Nurmawan
(Jakarta: Erlangga, 1997), h.3.

19

dibuktikan secara ilmiah, namun inilah salah satu konsep inti daripada syariah
marketing yang menjadi landasan pada suatu perusahaan berorientasi syariah.
Menurut Hermawan Kertajaya, nilai inti dari pemasaran syariah adalah
integritas dan transparansi, sehingga marketer tidak boleh bohong dan orang
membeli karena butuh dan sesuai dengan keingina dan kebutuhan, bukan
karena diskonnya atau iming-iming belaka.18
Pemasaran bukan hanya kegiatan menjual saja, tetapi suatu rangkaian
kegiatan yang terus menerus, dari mengidentifikasi produk atau jasa apa saja
yang sedang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, menentukan harga
yang sesuai dan terjangkau, menentukan cara promosi, sampai dengan
menyalurkannya kepada konsumen.
2. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran yang diterapkan dan dijalankan perusahaan mempunyai
beberapa fungsi, yaitu:
a. Menetapkan basis konsumen secara strategis, rasional dan lengkap dengan
informasinya.
b. Mengidentifikasikan kebutuhan yang sekarang dan yang akan datang dari
konsumen dan calon konsumen.

M. Nur Rianto Al Arif, Dasar – Dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung:CV Alfabeta, 2010), hal.1920.

18

20

c. Menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumen
dengan tepat dan menguntungkan, serta mampu membedakan perusahaan dari
pesaing.
d. Mengkomunikasikan dan mengantarkan produk tersebut kepada pasar sasaran.
e. Memimpin seluruh personel bidang pemasaran untuk menjadi sekumpulan
tenaga kerja yang disiplin, potensial, berpengalaman, berdedikasi pada
perusahaan dalam mencapai tujuan.19

C. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Istilah strategi berasal dari bahasa yunani, starageta (stratus= militer,
dan ad = memimpin), artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral.
Konsep ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai
perang, dimana jendral dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang
agar dapat selalu memenangkan perang.20
Menurut Sukanto Reksohadiprodjo, menjelaskan bahwa strategi
adalah tujuan organisasi dalam hal “agribisnis” strategi yang digariskan
adalah ekstensifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, dan disersivikasi.21
Menurut Onong Uchayana Efendi, strategi pada hakekatnya adalah
perencanaan (planning)

dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut,

19

Alex S Nitisemito, kalau Ingin Mendirikan Perusahaan (Jakarta: Gihalia Indonesia, 1995), h. 27.

20

Fandy Tjiptono, Pemasaran Jasa (Jawa Timur: Bayu Media Publishing, 2005), h.5.

21

Sukanto Reksohadiprodjo, Manajemen Strategik (Yogyakarta: BEFE, 1987) h.11.

21

strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja,
melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.22
Strategi Pemasaran adalah kegiatan menyeleksi dan penjelasan satu
atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara suatu
bauran pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar
yang dituju.23
Strategi Pemasaran Syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis
yang terencana yang mengaruh pada proses penciptaan, penawaran, dan
perubahan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah
(bisnis) dalam Islam.24
Strategi dalam marketing bertujuan untuk mencapai atau menciptakan
kondisi paling menguntungkan untuk menjual produk. Beberapa komponen
dalam strategi marketing antara lain:25
a. Menentukan segmen pasar, yaitu menentukan siapa yang paling mungkin
dan memastikan menjadi pangsa pasar dari produk yang kita jual.
b. Menetapkan target penjualan, yaitu merencanakan berapa jumlah produk
yang paling optimal masuk ke segmen pasar.

22

Onong Uchayana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, cet. V, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
1990), h. 32.
23

Charles W. Lamb, dkk, Marketing, h. 54.

24

Hermawan Kanjaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing (Bandung: Mijan, 2006), h.28.

25

Firdaus, Kewirausahaan Santri (Jakarta: PT. Citrayudha Alamanda Perdana, 2000), h. 83.

22

c. Memberikan pemahaman pasar terhadap produk, yaitu upaya agar sedapat
mungkin keunggulan produk kita mampu membentuk imej di masyarakat,
sehingga produk kita mudah dikenang dan dikenal.

D. Produk Wisata Syariah
1. Pengertian Wisata
Secara harfiah wisata berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti
perjalanan, berpergian.26 Jadi dapat disimpulkan bahwa wisata adalah
perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat yang ingin dikunjungi, yang
menurut bahasa inggris disebut tour.
Dalam bahasa Arab, perjalanan wisata atau pariwisata sering
diistilahkan dengan kata as-siyahah yang diambil dari ungkapan saha al-maa
siyahah (air mengalir, mencair, meleleh), ungkapan tersebut digunakan
menyebut air yang mengalir dan berjalan di atas permukaan tanah, kemudian
digunakan untuk konteks manusia, yang berarti berpergian di ats permukaan
bumi dalam rangka beribadah, meningkatkan kesalehan atau tanpa tujuan
apapun. 27 Dapat disimpulkan bahwa istilah as-siyahah adalah melancong.
Berpergian atau wisata adalah sebuah sarana yang hukumnya berdasarkan
tujuannya, antara lain adalah:
a. Berpergian merupakan sebuah kewajiban, apabila dilakukan untuk sebuah
kewajiban, seperti menunaikan ibadah haji.
26

Inu Kencana, Pengantar Ilmu Pariwisata (jakarta: Mandar Maju, 2009), h. 15.

27

Fahad Salim Bahammam. Panduan Wisatawan Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2012). h.6.

23

b. Berpergian menjadi sunnah, semisal berpergian untuk melaksanakan umrah
atau melaksanakan ibadah haji untuk kedua kalinya.
c. Berpergian bisa menjadi makruh (dibenci), contohnya berpergian ke negaranegara yang didalamnya tersebar berbagai kerusakan dan sulit untuk
dihindari.
d. Dan bisa juga menjadi mubah (diperbolehkan), seperti berpergian untuk
melakukan perniagaan demi memperbanyak harta. 28
Pariwisata merupakan kegiatan yang dapat dipahami dari berbagai
pendekatan. Dalam Undang-Undang RI no 10 tahun 2009 tentang
kepariwisataan dijelaskan bahwa:
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
macam fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, dan
pemerintah.
d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang tertarik dengan pariwisata
yang bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud

28

Fahad Salim Bahammam. Panduan Wisatawan Muslim, h.9.

24

kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatwan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.
e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
f. Pengusaha pariwisata adalah orang atau kelompok yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata.
g. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. Industri yang menyediakan
jasa dan daya tarik dan sarana wisata.29
2. Pengertian Syariah
Kata syariah (syariat) biasa disebut juga asy-syari’ah (‫ )الشريعة‬secara
harfiah berarti “jalan ke sumber air“ dan “tempat orang-orang minum“.
Orang–orang arab menggunakan istilah ini khusus pada jalan setapak menuju
palung air yang tetap dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Kata ini
dikeluarkan dari kata syara’a syai (‫ )شرع سع‬yang artinya, “menjelaskan dan
menyatakan sesuatu“ atau dikeluarkan dari kata asy-syir’atu (‫ )الشرعة‬dan asysyari’atu (‫ )الشريعة‬yang artinya “suatu tempat yang menghubungkan sesuatu

29

Ismayanti, Pengantar PARIWISATA ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010 ), h. 3.

25

untuk sampai pada sumber air yang tidak ada habis-habisnya, sehingga orang
yang membutuhkannya tidak lagi butuh alat untuk mengambilnya“.
Secara bahasa, syariah berarti jalan yang dilewati untuk menuju
sumber air. Kata syariah juga digunakan untuk menyebut madzhab atau ajaran
agama. Dengan lebih ringkas, syariah berarti aturan dan undang-undang.
Aturan disebut syariah/syariat, karena sangat jelas, dan mengumpulkan
banyak hal. Ada pula yang mengatakan, aturan ini disebut syariah, karena dia
menjadi sumber yang didatangi banyak orang untuk mengambilnya.30
Secara Istilah, syariah adalah semua aturan yang diturunkan Allah
untuk para hamba-Nya, baik terkait masalah akidah, ibadah, muamalah, adab,
maupun akhlak. Baik terkait hubungan makhluk dengan Allah, maupun
hubungan antar-sesama makhluk. 31
Adapun kata “ syara’a “ baik dalam bentuk ism (kata benda) atau
bentuk fi’il (kata kerja), disebut dalam Alquran sebanyak lima kali. Dalam
bentuk ism (kata benda) seperti firman Allah:

‫ف السبت إ تأت م ح تا م م سبت م شرعًا‬

‫إ ع‬

“Di waktu datang kepada mereka ikan – ikan (yang berada di sekitar) mereka
terapung-apung di permukaan air”. (QS. Al-A’raf : 163)
30

Hery Sucipto dan Fitria Andayani, Wisata Syariah ( Jakarta: Grafindo, 2014 ), h.38

31

Hery Sucipto dan Fitria Andayani, Wisata Syariah, h.38.

26

Berbentuk fi’il madhi (kata kerja lampau) ada dalam ayat:

‫أ ح ا إل ك ما ص ا به‬
ۚ ‫لا تتفرق ا ف ه‬

‫ما ص ٰ به حًا ال‬
‫ا ال‬

‫شرع لكم م ال‬

‫إبراه م م س ٰ ع س ٰ ۖأ أق‬

“Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah kami wasiatkan kepada ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakanlah agama
dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya”, (QS. Asy-Syura : 13)
Adapun yang dimaksud agama ialah meng-Esakan Allah SWT,
beriman kepada-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir serta
menaati segala perintah dan larangan-Nya.
Dengan demikian, penggunaan kata-kata syara’, syir’ah, dan syari’ah
dalam Al-Qur’an tidak memiliki arti hukum, tetapi mengandung arti tata
aturan agama, jalan terang, dan nyata yang ditunjukan Tuhan kepada manusia.
Menurut Mahmoud M.Ayoub32, beliau berpendapat bahwa kata
syariah seringkali dipahami sebagai dasar hukum. Ini hanya merupakan
sebagian pengertiannya saja. Syariah bukan hukum dalam pengertian kita
sebagai huukum sekuler. Bahkan pada dasarnya, syariah merupakan
serangkaian kewajiban moral yang pertama kali diabadikan dalam Al-Qur’an,
kemudian diuraikan dan diterapkan melalui teladan kehidupan sunnah Nabi,
dan akhirnya dibenarkan dan dapat dipercaya secara nalar pada umat.

32

A.Kadir, Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Qur’an (Jakarta: AMZAH, 2010), h.19

27

Singkatnya, tujuan syariah adalah menjamin keselamatan umat
manusia secara fisik, moral dan spiritual di dunia ini dan untuk menyiapkan
perjumpaan dengan Allah di hari yang akan datang. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hukum syariah adalah semata–mata untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemashlahatan umat manusia. 33
3. Keistimewaan Syariah Islam
Syariah Islam memiliki keistimewaan, antara lain : Bersumber dari
sang pencipta, Tuhan semesta alam. Sehingga mutlak benar ; Terjaga dari
perubahan, karena Allah menjaga sumbernya; Mencakup semua aspek
kehidupan; Menjadi keputusan adil untuk setiap kasus sengketa manusia;
Layak diterapkan di setiap zman dan tempat.
Orang yang tidak mengikuti syariah Allah, berarti dia sedang
mengikuti syariat hawa nafsunya. Karena hidup tidak akan pernah lepas dari
aturan dan syariah, semua akan dipertanggung jawabkan.34
4. Ciri-ciri Umum Syariah
a. Ketuhanan
Hukum syariah diturunkan oleh Allah dan bukan dari hasil pikiran
manusia yang terbatas. Allah Maha Mengetahui semua kebutuhan setiap
makhluk, sampai daun yang terjatuh pun adalah ketetapannya. Maka tidak

33

A.Kadir, Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Qur’an, h.23.

34

Hery Sucipto & Fitria Andayani. Wisata Syariah, h.39.

28

mungkin syariah yang diturunkan tidak sesuai dengan kemaslahatan
makhluk-Nya.
Karena hukum syariah berasal dari Allah, maka tidak ada khiyar
(pilihan) bagi sorang Muslim untuk menghindar dari hukum yang telah
ditetapkan Allah, baik dia seorang hakim atau yang dihakimi. Firman
Allah dalam surat Al-Maidah:44 “Barang siapa yang tidak memutuskan
dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir”
b. Moralitas
Hukum syariah lebih menitikberatkan pada pendidikan akhlak (moral),
memperbaiki dan mengembangkan sumber daya manusia dengan akhlak
yang mulia. Rasulullah pernah bersabda:

‫إَّم بعثْت أتِّم مك م اأخْا‬
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak mulia.”
(HR. Ahmad)
Dengan ini kesadaran setiap manusia akan sangat berdampak pada
keadaan kehidupannya. Pahala yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya,
bukan imbalan dalam bentuk materi duniawi. Pengertian ini membedakan
syariah dengan undang-undang ciptaan manusia. Karena undang-undang
buatan manusia bersifat memaksa dan yang berpengaruh adalah
kekuasaannya.

29

c. Realitas
Syariah Islam adalah hukum yang realistis yang selalu memperhatikan
keutamaan akhlak yang luhur. Syariah Islam bukanlah omong kosong
belaka seperti khayalan orang-orang komunis tentang masyarakat yang
tidak mengenal perbedaan dan kepemilikan individu, masyarakat yang
tidak membutuhkan negara, hukum, polisi, dan perangkat lainnya.
Diantara realitas hukum Islam adalah dalam keadaan darurat,
diperbolehkan melakukan sesuatu yang diharamkan, untuk menyelamatkan
nyawa dan kehidupan manusia.
d. Kemanusiaan
Hukum Islam disyariatkan di antaranya untuk memelihara kemuliaan
manusia itu sendiri. Karena kemuliaan manusia bukanlah pemberian raja,
pemimpin ataupun parlemen, tapi merupakan pemberian Allah SWT, dzat
yang telah menjadikan manusia sebagai khalifah di atas bumi. Syariat
Islam datang dengan membawa misi persamaan di antara manusia, tanpa
memandang perbedaan warna kulit, jenis ataupun bahasa. Yang
membedakan adalah amal saleh dan ukuran kebaikan yang dilakukannya.
“Orang yang mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa, tanpa
memandang apakah dia orang Arab atau bukan, laki-laki atau perempuan,
kaya atau miskin, semuanya sama di sisi Allah. (QS Al-Hujurat: 13)

30

e. Ketertiban
Penerapan beberapa bagian dari keseluruhan aturan secara teratur dan
saling bahu-membahu dalam melaksanakan tujuan bersama sekiranya
tidak terjadi benturan antara bagian satu dengan lainnya. Syariat Islam
mengangkat derajat wanita dan memelihara nilai kemanusiaan (harkat dan
martabat) dan menjadikannya saudara kandung laki-laki dan saudaranya
dalam ketaatan hukum (taklif).
f. Komprehensif
Syariah Islamiyah adalah suatu aturan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan. Oleh karena itu, syariah Islamiyah menetapkan jalan keimanan
bagi manusia, juga menjelaskan tentang pokok-pokok akidah dan
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Syariat Islam juga
memerintahkan kepada manusia untuk membersihkan jiwanya, dan
mengatur hubungan antarsesama.35
5. Wisata Syariah
a. Pengertian Wisata Syariah
Wisata Syariah adalah perjalanan wisata yang semua prosesnya sejalan
dengan nilai-nilai syariah Islam, baik dimulai dari niatnya semata-mata untuk
ibadah dan mengagumi ciptaan Allah SWT, selama dalam perjalanannya
dapat melakukan ibadah dengan lancar dan setelah sampai tujuan wisata, tidak
35

Hery Sucipto & Fitria Andayani. Wisata Syariah, h.39-41.

31

mengarah ke hal-hal yang bertentangan dengan syariah, makan dan minum
yang halalan thayyibah, hingga kepulangannya pun dapat menambah rasa
syukur kita kepada Allah SWT. 36
Wisata syariah didefinisikan sebagai upaya perjalanan untuk mencari
kebahagiaan yang tidak bertentangan dan menyalahi prinsip-prinsip ajaran
Islam, serta sejak awal diniatkan untuk mengagumi kebesaran ciptaan Allah.37
b. Dasar agama tentang wisata
Wisata dalam Islam adalah sebuah safar

atau traveling untuk

merenungi keindahan ciptaan Allah SWT, menikmati keindahan alam untuk
menguatkan keimanan dan memotivasi diri untuk terus menunaikan
kewajiban hidup.
Intinya, wisata syariah harus dipahami sebagai konsep keagamaan dan
kebudayaan, dimana tujuan-tujuan Islami, ajaran-ajaran Islam, serta kaidah
dan akidah islamiyah harus dimasukan dan dijadikan program-program yang
ditawarkan dalam aktivitas wisata syariah tersebut. Artinya, wisata syariah
tidak sekedar untuk memindahkan aktivitas para turis ke area kita, melainkan

36

Tohir Bawazir, Panduan Praktis Wisata Syariah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013), h.22.

37

Hery Sucipto & Fitria Andayani. Wisata Syariah, h .45.

32

juga kita bisa menawarkan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan kita pada
mereka.38
6. Hukum Wisata dalam Islam
Hukum asal perjalanan wisata adalah mubah alias diperbolehkan.
Namun, asal ini dapat berubah karena adanya faktor lain

yang

menghalanginya. Disebut mubah (diperbolehkan), jika wisata hanya sematamata hanya untuk mencari hiburan dan kesenangan jiwa, selama di tempat
wisata tidak terjadi kemaksiatan dan dekadensi moral secara terang-terangan.
Namun, perlu diingat hukum mubah ini dapat berubah karenan ada sebab hal
yang terjadi. Hukum wisata dalam Islam adalah sebagai berikut:
a. Wajib
Perjalanan menjadi wajib apabila:
1) Tujuan berpergian dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah haji wajib
(ibadah haji pertama kali bagi yang mampu).
2) Untuk menuntut ilmu pengetahuan.
3) Menengok/menjenguk keluarga yang membutuhkan kunjungan seperti,
sakit dan semisalnya.
4) Memenuhi undangan (selama mampu dan sehat) dan tidak ada
kemaksiatan didalamnya.

38

Hery Sucipto & Fitria Andayani. Wisata Syariah, h.61.

33

b. Sunnah
Dapat pula status mubah menjadi sunnah (Dianjurkan) apabila memenuhi
beberapa syarat di antaranya:
1) Untuk menjalankan ibadah haji sunnah (haji kedua dan seterusnya)
maupun ibadah umroh.
2) Dilakukan dalam rangka berdakwah kepada Allah SWT.
3) Dilakukan dalam rangka mengambil perjalanan dengan merenungkan
s