FK UMM Tolak Maba Asing

Universitas Muhammadiyah Malang
www.umm.ac.id

FK UMM Tolak Maba Asing
Malang Post : Senin, 2010-01-25 | 13:55 WIB
MALANG- Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) memastikan diri untuk tidak menerima
mahasiswa baru (Maba) asing dari negara manapun. Begitu pula pada penerimaan mahasiswa baru (Maba) tahun ini.

Kuota 150 Maba hanya akan disiapkan untuk mahasiswa dalam negeri saja. “Secara pemasukan memang mahasiswa
asing akan membayar mahal, tapi secara moral kami lebih mementingkan anak bangsa dulu,” ungkap Pembantu
Rektor I UMM, Prof. Dr Ir Sudjono M Kes usai gelaran pelantikan dan sumpah dokter di Kampus II UMM kemarin.

Diakuinya tawaran kerjasama luar negeri untuk pengiriman mahasiswa asing terus berdatangan. Diantaranya dari
Malaysia, Bruneidarussalam dan juga Kamboja. Namun UMM tetap pada pendirian untuk tidak memberikan jatah kuota
FK pada mahasiswa asing. Alasannya selain tanggung jawab moral pada anak bangsa, adalah alasan biaya. Selama
ini untuk kegiatan praktik mahasiswa FK di rumah sakit, biayanya di subsidi oleh pemerintah. Jika kuota itu digunakan
mahasiswa asing maka berarti subsidi itu dinikmati oleh mereka.

Sementara itu Pelantikan dan Sumpah Dokter, Angkatan VI kemarin diikuti sebanyak 26 dokter baru. Sumpah dokter
diambil di hadapan PR I, Dekan FK, orang tua dan direktur rumah sakit. dr. Irma Suswati menuturkan, seorang dokter
memiliki ikatan janji pada diri sendiri, masyarakat dan Tuhan. Keluhuran profesi dokter, harus menyentuh kebutuhan

dasar masyarakat, yakni pelayanan kesehatan. Syarat mutlak dokter, yakni memiliki kompetensi, mampu menjalin
hubungan baik, taat etika profesi dan harus diimbangi iman dan taqwa.

“Lulusan FK UMM, harus memiliki kepercayaan diri yang tinggi bersaing secara global. Tidak ada perbedaan lulusan
negeri atau swasta, dokter di Indonesia wajib mengikuti uji kompetensi, bulan februari mendatang,”ujarnya.

Kesiapan UMM untuk kembali memperoleh kelulusan 100 persen dalam uji kompetensi terus dikejar. Selama satu
bulan penuh, mereka digembleng berbagai materi tugas-tugas kedokteran, seperti wawancara, memeriksa fisik dan
mental, menegakkan diagnosis dan lain-lain.
Uji kompetensi merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Surat Tanda Register (STR), baru bisa membuka
praktek dokter. Irma mengatakan, semua dokter di Indonesia harus diuji untuk dapat STR.

Tidak hanya itu, Irma berharap, para lulusan harus mampu menjalin hubungan baik, dengan pasien atau antar sejawat.
Bekal yang telah diperoleh, mengharuskan mereka untuk terus mengembangkan. Pelatihan dan belajar dari organisasi
seprofesi sangat dibutuhkan, untuk menambah bekal serta kematangan menjadi dokter.

”Tanggung jawab menentukan vaksin penyakit masih banyak di Indonesia. Tindakan preventif dan rehabilitasi harus
dilakukan, bersama teman sejawat dan bekerjasama dengan stakeholder,” pungkasnya. (oci/eno)

page 1 / 1