Perilaku Nyeri pada Pasien Pasca Bedah ORIF di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan

ketat, agar penambahan intensitas dan komplikasi nyeri tidak terjadi. Nyeri yang terus bertambah dan tak terkontrol perlu dilaporkan ke dokter bedah untuk dievaluasi.

2.2 Perilaku Nyeri pada Pasien Pasca Bedah ORIF di Rindu B3 Orthopedi RSUP. H. Adam Malik Medan

Perilaku nyeri merupakan perilaku fisik dan dapat diobservasi. Dalam penelitian ini, perilaku nyeri diobservasi dari perilaku pasien pasca bedah ORIF meliputi penjagaan, memegang area yang sakit, menggosok, meringis, dan mendesah saat mereka diserang nyeri dengan tingkatan tertentu. Hasil penelitian dari responden menunjukkan bahwa nilai yang dihasilkan pada perilaku nyeri berbanding lurus dengan intensitas nyeri yang dihasilkan. Hasil pengukuran perilaku nyeri pada hari ke-2 setelah pembedahan perilaku nyeri dengan kategori tinggi sebanyak 22 orang 64,7, perilaku nyeri kategori sedang sebanyak 12 orang 35,3. Pada hari ke-3 setelah pembedahan perilaku nyeri kategori sedang memiliki responden sebanyak 33 orang 94,1, dan perilaku nyeri kategori tinggi memiliki responden sebanyak 1 orang 2,9. Pada hari ke-4 pasca bedah ORIF perilaku nyeri kategori sedang sebanyak 22 orang 64,7, perilaku nyeri kategori rendah memiliki responden sebanyak 11 orang 32,4 dan perilaku nyeri kategori tinggi hanya 1 orang 2,9. Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku nyeri rendah adalah intensitas nyeri dan budaya. Kelompok etnik dan budaya membedakan pengungkapan tentang perilaku nyeri Lofvander Furhoff, 2002 dalam Harahap, 2007. Budaya barat sangat berbeda dari budaya timur. Masyarakat dari budaya timur lebih cenderung lebih menahan keinginannya dan sedikit menerima nyeri yang dapat merusak Universitas Sumatera Utara sebaliknya masyarakat dari budaya barat lebih liberal, bebas, dan banyak. Penelitian ini diadakan di Indonesia yang suku budayanya berbeda dari negara barat. Budaya batak lebih mengeksplorasi respons nyeri dalam bentuk perilaku nyeri yang memiliki kategori tinggi. Dalam penelitian ini jumlah responden yang bersuku batak ditemukan dalam persentase yang paling dominan 52,94. Sesuai dengan pendapat Harahap 2007, yang menyatakan bahwa kebiasaan suku batak untuk laki-laki lebih disiapkan untuk tetap berdiri tegak kapanpun dimanapun dalam menerima penderitaan. Selain itu nilai diatas juga dipengaruhi oleh penelitian di Sumatera Utara, Medan yang mayoritas penduduknya bersuku batak. Ungkapan perilaku nyeri tersebut menurut Anderson, Keefe, dan Bradkley dan koleganya dalam Harahap 2007 yang telah mengobervasi bahwa hampir seluruh pasien dengan penderita nyeri sering sekali menunjukkan penjagaan guarding, menggosok pasif passive rubbing dan kekakuan rigidity sebagai ekspresi-ekspresi dari rasa nyeri mereka. Perilaku nyeri ini mungkin dipelihara, paling sedikit sebagian, oleh konsekuensi kekebelannya mungkin luar biasa, seperti perilaku rasa khawatir dari yang lain, atau fakta dari pengalaman menentang, seperti situasi pekerjaan yang tertekan atau konflik dengan kepentingan lainnya. Diantara lima dari perilaku nyeri, meringis 100 dan mendesah 50 adalah perilaku nyeri yang sering dilakukan responden. Berdasarkan usia, penelitian ini tidak menemukan signifikan yang berbeda diantara usia anak, remaja, dewasa sampai dengan lansia.. Hal ini disebabkan oleh karena pada penelitian ini hanya ditemukan 1 dari rentang usia yang dominan yaitu pada rentang usia dewasa. Artinya peneliti hanya menemukan 1 rentang usia manusia yaitu dewasa. Selain itu juga disebabkan karena jumlah Universitas Sumatera Utara sampel yang kecil, yaitu sebanyak 34 responden, yang dapat mewakili analisis data. Pada pengukuran perilaku nyeri, peneliti menggunakan The Pain BehaviorObservation Protocol PBOP. Perilaku Nyeri akan diobservasi selama 10 menit laporan aktivitas, yaitu duduk selama satu menit dan selanjutnya duduk 2 menit, berbaring tiap satu menit, dilanjutkan berdiri selama satu menit kemudian dua menit, dan selanjutnya berjalan dua kali masing-masing satu menit. Peneliti memodifikasi PBOP pada pasien yang diberikan tindakan bedah ORIF, yaitu pembatasan aktivitas dalam protokol selama pengkajian. Perilaku nyeri akan diobservasi dan di beri penilaian dengan ketentuan: nilai 0 menunjukkan tidak ada perilaku nyeri, nilai 1 menunjukkan ada perilaku nyeri tetapi tidak sering terjadi, nilai 2 menunjukkan perilaku nyeri sering terjadi dan mendominasi. Berdasarkan lama rawatan, hasil penelitian tentang intensitas nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di RSUP. H. Adam Malik Medan menunjukan jumlah yang berbanding lurus dengan intensitas nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di RSUP. H. Adam Malik Medan. Sesuai dengan teori perilaku responden merupakan salah satu jenis perilaku refleks sebagai respon terhadap stimulus Kats, 1998 dalam Harahap, 2007. Perilaku nyeri merupakan beberapa dan semua produksi-produksi dari individu yang mana observasi itu layak akan digolongkan sebagai nyeri yang berkesan seperti: 1Gerakan Tubuh, 2Ekspresi Wajah, 3Pernyataan Verbal, 4 Perebahan badan, 5 Minum obat, 6Pencarian resep obat dan 7 Penerima kerugian. Perilaku-perilaku nyeri adalah tindakan-tindakan yang berhubungan dengan ketidakmampuan kecacatan dan kegelisahan contoh: kejang, lemas, aktivitas yang menurun dan telah muncul untuk memainkan Universitas Sumatera Utara peranan penting di dalam penurunan fungsi dari tingkatan yang dimiliki individu dan menambah kondisi nyeri Fordyce, 1976 dalam harahap, 2007. Pada penelitian ini didapatkan perilaku nyeri pada hari ke-2 setelah pembedahan perilaku nyeri dengan kategori tinggi sebanyak 22 orang, perilaku nyeri kategori sedang sebanyak 12 orang M=7,4, SD=1,2. Pada hari ke-3 setelah pembedahan perilaku nyeri kategori sedang memiliki responden sebanyak 33 orang, dan perilaku nyeri kategori tinggi memiliki responden sebanyak 1 orang M=5,5, SD=0,7. Pada hari ke-4 pasca bedah ORIF perilaku nyeri kategori sedang sebanyak 22 orang, perilaku nyeri kategori rendah memiliki responden sebanyak 11 orang dan perilaku nyeri kategori tinggi hanya 1 orang M=3,3, SD=0,8. Universitas Sumatera Utara Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Barbara. 1996. Perawtan Medikal Bedah 1. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung. Barbara. 1996. Perawtan Medikal Bedah II. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung. BrunnerSuddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC BrunnerSuddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.3. Jakarta: EGC Hidayat, A. A. A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah edisi kedua. Jakarta: Salembah Medika Ikhsanuddin, H. 2007. The Relationships among Pain Intensity, Pain Acceptance, and Pain Behaviors in Patients With Chronic Cancer Pain in Medan, Indonesia. Songkala University: Master of Nursing Siciene Machfoedz, I. 2007. Statistika Deskriptif Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan BIOSTATISTIK. Yogyakarta: Ftramaya. Notoatmojo, S. 1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Universitas Sumatera Utara Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Potter, P. Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC Priharjo, R. 1993. Perawatan Nyeri, pemenuhan aktivitas istirahat. Jakarta : EGC. Ramali. A. 2000. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta: Djambatan Shone, N. 1995. Berhasil Mengatasi Nyeri. Jakarta: Arcan. Syaifuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC. Tamsuri, A. 2007. Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Intensitas Nyeri dan perilaku Nyeri pasian Pasca Bedah ORIF Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Oleh : Indah Septiani Pasaribu Nim : 091121064 Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan USU Medan. Ingin melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan tujuan untuk mengetahui intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien pasca bedah ORIF di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan USU Medan. Saya mengharapkan kesediaan bapakIbu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Informasi yang saya dapatkan ini hanya akan digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi BapakIbu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Jika BapakIbu bersedia untuk mengizinkan menjadi responden silahkan BapakIbu menandatangani formulir persetujuan ini. Tanggal : No. responden : Tanda tangan : Universitas Sumatera Utara No. Responden Kuisoner Data Demografi Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Usia : …..…tahun Agama : Islam Protestan Katolik Lain-lain………. Suku Bangsa : Jawa Batak Lain-lain………. Pendidikan : SD SMA SMP DiplomaSerjana Pekerjaan : Karyawan Wiraswasta Pegawai Diagnosa Medis : …………………… Ruang Rawatan : …………………… Lokasi ORIF : …………………… Obat yang : …………………….. dikonsumsi Lama Hari : ……………………. Rawatan Universitas Sumatera Utara Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN

1. Lembar Observasi Hasil Pengukuran Intensitas Nyeri pada Pasien Pasca

Bedah ORIF di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Lingkarilah nomorskala yang sesuai dengan nyeri yang dirasakan dengan patokan untuk tidak nyeri dan 10 untuk nyeri yang sangat berat Petunjuk Skala Pengukuran Intensitas Nyeri Numerik PNRS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tidak Nyeri Berat Nyeri Universitas Sumatera Utara