Nn

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi tentang data hasil belajar siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya Kecamatan Pugung pada hasil ulangan akhir

semester ganjil tahun pelajaran 2009–2010 pada mata pelajaran matematika, siswa yang mendapat nilai lebih dari 60 hanya 35%. Ini berarti jumlah siswa yang mendapat nilai di atas KKM 60 dengan standar ketuntasan 65% dari jumlah siswa tidak terpenuhi. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang tidak tuntas dan memiliki nilai rata-rata rendah.

Pada proses pembelajaran, guru sering memberikan kesempatan untuk bertanya tetapi hampir tidak ada siswa yang bertanya. Selain siswa kurang aktif mengajukan pertanyaan, kerjasama positif antar siswa dalam kelompok juga sangat kurang, ini terlihat saat mengerjakan lembar kerja siswa secara berkelompok hanya siswa yang pintar saja yang aktif mengerjakan. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode yang tidak inovatif dan tidak bervariasi sehingga kelas menjadi monoton. Disisi lain rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari pada mata pelajaran matematika juga masih sangat rendah. Oleh sebab itu diperlukan suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat


(2)

meningkatkan aktivitas belajar dan melatih berpikir tingkat tinggi siswa sehingga dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan pemecahan masalah matematika di kelas VI SDN 2 Suka Mulya”

Pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah matematika diduga mampu melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi yakni dengan langkah-langkah memahami masalah, merencanakan penyelesaiannya, melaksanakan rencana dan melihat kembali hasil yang diperoleh. Dengan melakukan tahapan-tahapan berpikir tingkat tinggi seperti di atas diharapkan hasil belajar siswa akan lebih meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ditemukan, maka rumusan masalah yang a-kan diteliti adalah: “Apakah melalui pendekatan pemecahan masalah dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya?”

C. Pemecahan Masalah

Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah diatas adalah menggunakan pendekatan pemecahan masalah matematika untuk meningkatkan aktivitas belajar, pemahaman konsep-konsep matematika, melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi serta meningkatkan hasil belajar siswa, sedangkan bagi guru, untuk memantapkan dalam penguasaan materi.


(3)

D.Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dari siklus ke siklus. Hasil belajar siswa yang akan diukur dalam penelitian ini adalah prestasi dan aktivitas belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat berguna bagi:

1. Siswa : Meningkatkan motivasi dan minat belajar, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

2. Guru : Menjadi salah satu alternatif pendekatan pembelajaran matematika melalui pendekatan pemecahan masalah.

3. Peneliti : Memberikan bekal untuk menjadi guru yang profesional dan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

4.Sekolah : Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Pendekatan pemecahan masalah matematika dapat digunakan untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi dan juga untuk menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak mudah menjadi nyata.

2. Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang diperoleh dalam pem-belajaran setiap siklusnya.

3. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah penggunaan perbandingan dan skala.


(4)

4. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI semester 2 (genap) di SDN 2 Suka Mulya tahun pelajaran 2009-2010.


(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian atau intelegensi (Andi Hakim Nasution, 1980:12).

Ruseffendi (1989:23) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil dimana dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah matematika sering disebut ilmu deduktif.

Johnson dan Rising (dalam Karso 2000:1.39) menyatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik, matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi, matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya, matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan


(6)

matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.

Menurut Reys (dalam Karso 2000:1.40) matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Menurut Kline (dalam Karso 200:1.40) matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri tetapi beradanya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika di SD:

1. Pembelajaran matamatika adalah berjenjang (bertahap), yaitu dimulai dari konsep yang sederhana menuju konsep yang lebih sukar, dimulai dari yang konkrit, semi konkrit dan berakhir pada yang abstrak.

2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral, memperkenalkan konsep atau bahan yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya.

3. Pembelajaran matematika menekankan pola pendekatan induktif, matematika adalah ilmu deduktif, matematika tersusun secara deduktif aksiomatik, namun sesuai dengan perkembangan intelektual siswa di SD, maka pembelajaran matematika perlu ditempuh pola pikir atau pola pendekatan induktif.

4. Pembelajaran matematika menganut kebenaran konsistensi, kebenaran dalam matematika sesuai dengan stuktur deduktif aksiomatiknya, kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya merupakan kebenaran konsistensi, tidak ada pertentangan antara kebenaran suatu


(7)

konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan terdahulu yang telah diterima kebenarannya.

B. Pendekatan Pemecahan Masalah

Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap pertanyaan otomatis merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab. Suatu pertanyaan dapat menjadi masalah bagi seseorang tetapi bisa hanya menjadi pertanyaan biasa bagi orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schoenfeld (1985:9-2) yaitu bahwa definisi masalah selalu relatif bagi setiap individu. Kategori pertanyaan menjadi masalah atau pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa ditentukan oleh ada atau tidaknya tantangan serta belum diketahuinya prosedur rutin pada pertanyaan tersebut. Cooney,(dalam Budhayanti, Clara Ika Sari 2008:9-2) menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh si pelaku.

Menyelesaikan suatu masalah merupakan proses untuk menerima tantangan dalam menjawab masalah. Memecahkan masalah berarti menemukan cara atau jalan mencapai tujuan atau solusi yang tidak dengan mudah menjadi nyata. Matematika searti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan soal cerita, membuat pola, menafsirkan gambar atau bangun, membentuk


(8)

konstruksi geometri, membuktikan teorema dan sebagainya. Dengan demikian belajar untuk memecahkan masalah merupakan prinsip dasar dalam mempelajari matematika. Dengan kata lain belajar matematika berarti belajar memecahkan masalah.

Menurut Poyla (dalam Hudoyo, 1979:9-3) definisi pemecahan masalah adalah sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Poyla antara lain:

1. Memahami masalah

Pada langkah pertama ini, pemecah masalah harus dapat menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Dengan mengetahui apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan maka proses pemecahan masalah akan memunyai arah yang jelas.

2.Merencanakan cara penyelesaian

Untuk dapat menyelesaikan masalah, pemecah masalah harus dapat mene-mukan hubungan data dengan yang ditanyakan. Pemilihan teorema-teorema atau konsep-konsep yang telah dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi diperlukan aturan-aturan agar selama proses pemecahan masalah berlangsung, dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.

3.Melaksanakan rencana

Berdasarkan rencana, penyelesaian-penyelesaian masalah yang sudah direncanakan, dilaksanakan. Di dalam menyelesaikan masalah, setiap


(9)

langkah dicek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil yang diperoleh harus diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil yang dicari.

4.Melihat kembali

Tahap melihat kembali hasil pemecahan masalah yang diperoleh mungkin merupakan bagian terpenting dari proses pemecahan masalah. Setelah hasil penyelesaian diperoleh, perlu dilihat dan dicek kembali untuk memastikan semua alternatif tidak terabaikan.

Belajar pemecahan masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Kesistematisan berpikir ini terlukis dalam langkah-langkah yang ditempuh dalam pemecahan masalah sebagai berikut:

a. Merasakan adanya masalah

b. Merumuskan masalah secara khusus dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan

c. Memberikan jawaban sementara atau hipotesis atas masalah yang diajukan

d. Mengumpulkan serta mengolah data dan informasi dalam rangka menguji tepat tidaknya jawaban sementara yang diberikan.

e. Merumuskan kesimpulan mengenai pemecahan masalah tersebut dan mencoba melihat kemungkinan penerapan dari kesimpulan itu.


(10)

Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus memiliki:

a. Kemampuan mengingat konsep, aturan atau hukum yang telah dipelajari. Misalnya: dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika, siswa harus mengingat aturan-aturan penghitungan dan dapat mengingatnya dalam waktu yang cepat.

b.Informasi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. c.Kemampuan strategi kognitif, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk

mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan. Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu. Kemampuan ini merupakan keterampilan internal yang terorganisasi,yang mempengaruhi proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah,dan sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah secara praktis dan efisien.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti masalah tersebut belum pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki. Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan


(11)

petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hukum atau aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.

Kelebihan metode pemecahan masalah (problem solving):

1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil,apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakna bagi kehidupan manusia.

3. Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.

4. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. 5. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. 6. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. 7. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.


(12)

Kelemahan metode pemecahan masalah (problem solving):

1. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

2. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.

3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

4. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah melalui pendekatan pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI di SDN 2 Suka Mulya.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VI SDN 2 Suka Mulya, dengan jumlah siswa 14 yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan pada mata pelajaran matematika semester genap tahun pelajaran 2009-2010.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010 selama 4 bulan dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2009-2010 pada siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Prestasi belajar matematika rendah. 2. Aktivitas belajar siswa masih kurang. 3. Kerjasama antar siswa kurang baik.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus tindakan dan setiap siklus terdiri dari satu materi pokok. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan setiap selesai satu materi pokok akan diadakan tes formatif untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang telah dipelajari pada materi pokok. Pada setiap siklus


(14)

juga akan dilaksanakan observasi oleh guru lain yang diberi peran sebagai observer untuk mengamati guru peneliti yang sedang mengajar, ataupun terhadap siswa yang sedang belajar guna melihat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, juga diadakan refleksi bersama oleh guru peneliti dan observer untuk membicarakan hal-hal yang sudah tepat, ataupun kekurangan-kekurangan yang ada untuk dijadikan bahan perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun langkah-langkah penelitian tindakan kelas ini meliputi : 1. Perencanaan (persiapan)

Kegiatan dalam perencanaan meliputi:

a. Menetapkan dan mendiskusikan rancangan pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

b. Membuat skenario pembelajaran yang akan dilakukan.

c. Menyusun soal-soal latihan yang akan dikerjakan siswa saat pem-belajaran.

d. Menyiapkan lembar pengamatan.

e. Menyiapkan perangkat tes hasil tindakan

f. Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pem-belajaran dengan lembar observasi.

g. Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon terhadap.tindakan yang akan dilakukan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif.

h. Menetapkan cara refleksi yang akan dilakukan oleh observer dan pe-neliti pada setiap akhir tindakan pada setiap siklusnya.


(15)

2.Pelaksanaan (implementasi tindakan)

Kegiatan ini berupa penerapan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan penelitian. Pelaksanaan tindakan akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan dalam skenario pembelajaran yang sudah dibuat, meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pada setiap siklusnya.

Siklus Pertama:

Pada siklus ini materi pokok yang menjadi inti pembelajaran adalah perbandingan. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa terhadap konsep perbandingan yang dimiliki siswa yang terkait dengan materi yang akan diberikan. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan diberikan misalnya seseorang mengendarai sepeda motor sejauh 18 km dan menghabis-kan bensin sebanyak 2 liter. Berapa literkah bensin yang dibutuhmenghabis-kan untuk menempuh jarak sejauh 36 km?

Semua hipotesis jawaban siswa dicatat di papan tulis, jawaban yang salah dan benar tidak perlu dikomentari sebelum dijelaskan cara menyelesaikan soal dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Setelah dijelaskan dengan contoh-contoh soal, dalam hal ini siswa akan menyadari bahwa untuk menjawab soal seperti contoh di atas tidak bisa langsung menuliskan hasil dari jawaban, melainkan harus dengan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu, memahami masalah pada soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.


(16)

Langkah selanjutnya adalah merencanakan cara penyelesaian. Untuk dapat menyelesaikan masalah, siswa harus dapat menemukan hubungan data dengan yang ditanyakan,

Langkah selanjutnya adalah melaksanakan rencana penyelesaian. Berdasarkan rencana, penyelesaian-penyelesaian masalah yang sudah direncanakan, dilaksanakan. Di dalam menyelesaikan masalah, setiap langkah dicek, apakah langkah tersebut sudah benar atau belum. Hasil yang diperoleh harus diuji apakah hasil tersebut benar-benar hasil yang dicari.

Langkah terakhir adalah melihat kembali, setelah hasil penyelesaian diperoleh, perlu dilihat dan dicek kembali untuk memastikan semua alternatif tidak terabaikan.

Pada kegiatan inti, siswa dibagi menjadi 4 kelompok untuk memecahkan masalah matematika yang berhubungan dengan perbandingan dibawah bimbingan guru melalui kegiatan tanya jawab guru dengan siswa maupun antar kelompok satu dengan lainnya. Selama pembelajaran berlangsung, guru harus tetap memandu dan membimbing siswa dalam kegiatan pemecahan masalah sehingga siswa benar-benar dapat memahami hal-hal yang diketahui dan ditanyakan, untuk selanjutnya dapat memecahkan masalah perbandingan dengan langkah-langkah yang benar.

Dalam kegiatan penutup guru memberikan pemantapan, sehingga apa yang dipelajari dapat benar-benar menjadi pengetahuan milik siswa. Peneliti selain sebagai pengamat pada saat diskusi berlangsung juga berperan sebagai


(17)

fasilitator. Langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes formatif untuk mengukur pemahaman siswa terkait dengan materi yang baru dibahas. Kriteria keberhasilan pada siklus pertama ditunjukkan dengan rata-rata nilai 60. Sementara untuk aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung mencapai 70% dari jumlah siswa. Pada akhir siklus, dilakukan refleksi oleh peneliti dan observer untuk mengkaji pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru peneliti, baik mengenai kelebihan maupun kekurangannya.

Siklus Kedua:

Materi pokok yang akan diberikan pada siklus kedua adalah skala, pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus kedua ini sama dengan siklus I, guru masih tetap harus membimbing siswa dalam memecahkan masalah matematika yang berhubungan dengan skala. Observer selain melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada saat pembe-lajaran,juga sekaligus membantu guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Kriteria keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, observasi dan refleksi sama seperti yang dilakukan pada siklus pertama.

3. Observasi dan Evaluasi

Observasi adalah kegiatan mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh guru sejawat (observer) dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Objek pengamatannya adalah siswa dan guru. Lembar observasi yang digunakan meliputi lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(18)

Evaluasi terhadap keberhasilan tindakan dilakukan melalui tes formatif, untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah di-pelajari pada setiap siklusnya.

4. Analisis dan Refleksi

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan. Refleksi dilakukan oleh supervisor dan peneliti untuk merinci dan menganalisa kendala-kendala yang dihadapi siswa dan guru pada saat pembelajaran berlangsung serta mencari alternatif dan solusi terbaik untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar tindakan perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus berikutnya. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan).

Pada kegiatan refleksi akan ada beberapa pertanyaan yang akan dijadikan acuan keberhasilan misalnya, apakah proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik yang berarti sudah mengikuti metodologi pembelajaran, bagaimana dengan teknik bertanya, pemberian motivasi, pengelolaan kelas dan sebagainya, apakah dalam proses pembelajaran tersebut tujuan dan kompetensi dasar sudah tercapai, bagaimana hasil dari proses pembelajaran secara kuantitatif (ditinjau dari ketuntasan belajar siswa sesuai dengan yang telah ditetapkan, yaitu 60), bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran tersebut, dan sebagainya. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai bahan untuk membuat rencana tindakan baru pada siklus berikutnya.


(19)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan selama pelaksanaan penelitian adalah: 1. Lembar pengamatan aktivitas belajar siswa.

2. Lembar pengamatan terhadap guru yang sedang melaksanakan pem-belajaran di kelas

3. Tes akhir yang berfungsi untuk mengukur tingkat pemahaman siswa guna melihat hasil belajar yang diperoleh.

Tabel 1. Jenis dan Instrumen pengumpulan data.

No Jenis Data Instrumen

1. Aktivitas siswa dalam proses

pem-belajaran Lembar observasi

2. Pelaksanaan pembelajaran oleh guru

Lembar observasi

3. Penguasaan konsep siswa Tes akhir

E. Tehnik Analisa Data

Tehnik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mem-bandingkan hasil yang telah dicapai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya (indikator keberhasilan). Semua data dari hasil obser-vasi akan dianalisis yang meliputi lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran, lembar aktivitas guru mengajar dan tes formatif untuk megukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi yang telah disajikan pada setiap akhir pokok bahasan dari siklus ke siklus.


(20)

Tabel 2. Hasil skor ranah kognitif siswa tiap siklus

No Nama Siswa

Skor Kriteria

Prasiklus Akhir

siklus Meningkat Tidak 1.

2. 3. 4.

Keterangan:

Skor = Jumlah jawaban benar

Meningkat = Nilai akhir siklus > nilai prasiklus.

Tabel 3. Kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam %

Tingkat Keberhasilan ( % ) Makna

Lebih dari 80 Sangat tinggi

70-80 Tinggi

60-69 Sedang

50-59 Rendah

Kurang dari 50 Sangat rendah

F. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah:

1. Meningkatnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dari siklus ke siklus.


(21)

G. Jadwal Kegiatan

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan sesuai dengan jadwal berikut:

Tabel 4. Jadwal kegiatan Penelitian Tindakan Kelas

No Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April SIKLUS I 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Koordinasi Tim X

2 Persiapan bahan ajar X 3 Penyusunan silabus dan

rencana pembelajaran X X 4 Penyusunan Instrumen

observasi dan evaluasi X X 5 Penentuan topik dan

penyusunan prosedur X X

6 Pelaksanaan siklus I X

7 Pelaksanaan siklus II X

8 Analisis data dan

refleksi X

9 Penyusunan laporan X X


(22)

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 31 Maret sampai dengan 7 April 2010 dan di-laksanakan dalam 2 kali pertemuan. Kompetensi Dasar yang diajarkan adalah ”Memecahkan masalah Skala “. Kegiatan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan/Perbaikan

Dalam kegiatan perencanaan hal-hal yang dilakukan antara lain:

1) Menyusun rencana pembelajaran secara efektif disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pembe-lajaran yang lebih menarik dan menantang minat belajar siswa.

2) Menyusun soal-soal latihan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sesuai topik yang dibahas.

3) Menyusun dan menyiapkan perangkat tes hasil tindakan. 4) Menyiapkan lembar pengamatan.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dilakukan dalam tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Materi pokok yang diajarkan da-lam siklus II adalah Skala. Ketiga kegiatan tersebut secara rinci sebagai berikut:


(23)

Pertemuan I

Kegiatan awal / Pendahuluan (10 menit ) Apersepsi :

1) Bertanya jawab dengan siswa untuk mengingatkan kembali penulisan bentuk perbandingan.

Gb 7. Siswa menuliskan perbandingan pada Apersepsi

2) Guru menuliskan rumusan masalah ”Bagaimanakah melakukan pemecahan masalah matematika yang berkaitan dengan skala?”

3) Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. 4) Guru menuliskan topik pembelajaran di papan tulis yaitu “Skala”

Kegiatan Inti ( 50 menit )

1) Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok.

2) Setiap kelompok menyiapkan peralatan yang diperlukan.

3) Guru menunjukkan peta kabupaten tanggamus, selanjutnya memajang di papan tulis.


(24)

4) Siswa wakil dari setiap kelompok secara bergantian maju untuk mengukur jarak dua kota dengan menggunakan mistar dalam satuan cm terdekat sesuai yang diperintahkan guru dan anggota kelompoknya mencatat dan menuliskan jarak yang sudah diukur.

5) Setiap kelompok ditugaskan untuk mengukur jarak dua kota yang berbeda, kelompok 1 mengukur jarak antara Gadingrejo-Pringsewu, kelompok 2 mengukur jarak antara Pagelaran- Pringsewu, kelompok 3 mengukur jarak antara Rantau Tijang- Pulau Panggung dan kelompok 4 mengukur jarak antara Sukoharjo- Pagelaran.

Gb 8. Aktivitas siswa mengukur jarak dua kota pada peta

6) Guru bertanya kepada semua siswa tentang skala yang tertulis pada peta. 7) Siswa diminta untuk menuliskan skala yang dibacakan dan mendiskusikan

artinya dibawah bimbingan guru.

8) Guru memberikan penjelasan arti skala yang tertulis pada peta dengan me-lakukan tanyajawab dengan siswa.

9) Guru memberikan peta provinsi Jawa Timur kepada setiap kelompok (diambil dari buku Matematika kelas 6, penerbit Cempaka Putih halaman 99).


(25)

10) Setiap kelompok diberi tugas untuk mengukur jarak dua kota yang berbeda menggunakan mistar ke dalam satuan cm terdekat.

11) Kelompok 1 mengukur jarak kota Lamongan dan Tuban, kelompok 2 mengukur jarak Lumajang-Magetan, kelompok 3 mengukur jarak Tulung-agung-Tuban, dan kelompok 4 mengukur jarak Ponorogo-Probolinggo. 12) Setiap kelompok menuliskan hasil pengukurannya dan menuliskan skala

yang ada pada peta.

Gb 9. Diskusi menentukan jarak sebenarnya

13) Guru bertanya kepada siswa “Dapatkah kita menghitung jarak sebenarnya dari apa yang sudah diketahui dan ditulis oleh kalian?”.

14) Siswa dan guru melakukan diskusi dengan bertanya jawab untuk meme-cahkan masalah matematika dengan membimbing dan mengarahkannya menggunakan langkah-langkah yang benar dari hasil temuan siswa yang sudah dituliskan.

15) Guru membimbing setiap kelompok selama diskusi berlangsung.

16) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas.


(26)

Gb 10. Guru membimbing diskusi pemecahan masalah

Kegiatan akhir / Penutup (10 menit )

1) Membuat rangkuman / kesimpulan pelajaran

2) Pemantapan agar pengetahuan menjadi milik siswa. 3) Tindak lanjut

Pertemuan II ( 35 menit )

Kegiatan awal/ Pendahuluan ( 5 menit )

1) Apersepsi , bertanya jawab dengan siswa untuk mengingatkan kembali konsep perbandingan.

2) Mengecek kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan tes formatif melalui tanyajawab.

Kegiatan inti ( 20 menit )

1) Guru membagikan lembar soal kepada seluruh siswa.

2) Memberikan penjelasan kepada siswa cara menjawab dan menyelesaikan soal dengan langkah-langkah yang benar.


(27)

Gb 11. Siswa sedang melaksanakan evaluasi

Kegiatan akhir/ Penutup ( 5 menit )

1) Siswa mengumpulkan lembar jawaban siswa.

Gb 12. Mengumpulkan hasil evaluasi

2) Bertanyajawab dengan siswa perihal kesulitan yang ditemui siswa dalam mengerjakan tes.


(28)

c. Tahap Observasi 1. Aktivitas Siswa

Hasil observasi siklus II yang dilakukan selama pembelajaran oleh supervisor adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

No Nama Siswa Aspek yang Dinilai/Skor Jumlah Skor Kriteria A B C D E F

1 Aeni 2 2 2 3 4 4 17 Baik

2 Amsinah 1 2 2 3 3 4 15 Baik

3 Anton R. 1 1 2 2 2 4 12 Cukup

4 Asep K. 1 1 2 2 2 4 12 Cukup

5 Atini 2 2 2 3 3 4 16 Baik

6 Imas S. 2 2 3 3 3 4 17 Baik

7 Jarto 2 2 3 3 3 4 17 Baik

8 Jumroni 1 2 3 2 3 4 15 Baik

9 Pandri W. 1 2 3 2 3 4 15 Baik

10 Saipul B. 1 2 1 2 2 4 12 Cukup

11 Saifulloh 1 2 2 3 3 4 15 Baik

12 Sri Dewi Y. 2 3 2 3 4 4 18 Baik

13 Sukriyani 1 2 2 3 3 4 15 Baik

14 Ursah 2 2 2 2 3 4 15 Baik

Kriteria:

Skor 20-24 : Sangat Baik Skor 15-19 : Baik

Skor 10-14 : Cukup Skor <10 : Kurang

Berdasarkan tabel 7 di atas, aktivitas siswa sebagian besar menunjukkan skor dengan kriteria baik. Hanya ada 3 siswa yang menunjukkan kriteria cukup. Dilihat dari total perolehan skor seluruh variabel 11 siswa (79%) yang tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masuk kriteria baik, sedangkan 3 siswa (21%) tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masih dalam kriteria cukup. Jumlah siswa yang aktivitas belajarnya masuk kriteria baik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I, yakni semula hanya 5 siswa pada


(29)

siklus I menjadi 11 siswa pada siklus II (dari 36% menjadi 79%). Sedangkan aktivitas belajar siswa yang masuk kriteria cukup mengalami penurunan, yakni dari 9 siswa (64%) turun menjadi 3 siswa (21%), yang berarti aktivitas siswa terlihat ada peningkatan jika dibandingkan dengan yang terjadi pada siklus I.

2. Kinerja Guru

Aspek yang masih perlu ditingkatkan lagi oleh guru adalah kurang memberikan waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan. Membuka pelajaran sudah terlihat perubahan kearah yang lebih baik, begitu pula dalam memotivasi siswa juga sudah nampak lebih meningkat. Tulisan di papan tulis juga sudah terlihat sistematis dan baik sehingga dapat lebih dipahami siswa. Hasil observasi supervisor terhadap kinerja guru selama mengajar pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Observasi saat Guru Mengajar pada Siklus II

No Aspek yang diamati 1 2 3

A Pendahuluan

1 Persiapan sarana pembelajaran √

2 Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran √

3 Menghubungkan dengan pelajaran yang lalu √ 4 Menghubungkan materi dengan lingkungan sehari-hari

5 Memotivasi siswa √

B Kegiatan Inti

1 Menguasai materi dengan baik √

2 Kesesuaian materi dengan indikator √

3 Berperan sebagai fasilitator √

4 Mengajukan pertanyaan pada siswa √

5 Memberikan waktu tunggu pada siswa untuk menjawab pertanyaan

√ 6 Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya √

7 Menguasai kelas dengan baik √

8 Memberikan bimbingan pada kegiatan diskusi √


(30)

1 2 3 4 5 10 Memberikan contoh konkrit kejadian yang ada dalam

kehidupan

11 Memberikan motivasi √

C Penutup

1 Membimbing siswa membuat catatan / rangkuman √ 2 Mengaitakan materi dengan pelajaran yang akan datang √

3 Memberi tugas pada siswa √

4 Mengadakan evaluasi √

Berdasarkan tabel 8 kinerja guru pada siklus II selama pembelajaran berlangsung skor yang diperoleh yakni 46, maka kinerja guru menunjukkan kriteria sangat baik.

3. Hasil belajar ranah Kognitif Siswa

Pada pertemuan ke 2 siklus II diadakan tes formatif guna mengukur keberhasilan kognitif siswa dari topik yang telah dibahas. Adapun hasil skor kognitif siswa dari tes formatif tersebut dapat sebagai berikut:

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil belajar ranah Kognitif Siswa Siklus II

No Nama Siswa Skor Keterangan

Siklus I Siklus II

1 Aeni 49 58 Meningkat

2 Amsinah 72 73 Meningkat

3 Anton R. 60 66 Meningkat

4 Asep K. 53 57 Meningkat

5 Atini 83 86 Meningkat

6 Imas S. 83 88 Meningkat

7 Jarto 72 83 Meningkat

8 Jumroni 60 72 Meningkat

9 Pandri W. 66 76 Meningkat

10 Saipul B. 50 56 Meningkat

11 Saifulloh 53 62 Meningkat

12 Sri Dewi Y. 86 88 Meningkat

13 Sukriyani 53 66 Meningkat


(31)

Berdasarkan tabel 9 di atas, skor ranah kognitif yang diperoleh siswa pada siklus II terdapat 4 siswa (29%) yang hasil skor kognitifnya belum tuntas, sedangkan 10 siswa (71%) hasil skor kognitifnya sudah tuntas. Dilihat dari ketuntasan belajarnya, masih terdapat 4 siswa yang belum mencapai KKM 60, dan 10 siswa lainnya dapat dinyatakan tuntas belajarnya, ini berarti target 65% siswa harus tuntas belajar sudah terpenuhi. Dilihat dari skor kognitif yang diperoleh seluruh siswa pada tes formatif siklus II, terlihat skor seluruh siswa meningkat kendati masih terdapat 4 siswa yang mendapat skor < 60.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan analisis data pada siklus II ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1) Dari aktivitas siswa pada siklus II, sebagian besar menunjukkan skor dengan kriteria baik. Hanya ada 3 siswa yang menunjukkan kriteria cukup. Jumlah siswa yang aktivitas belajarnya masuk kriteria baik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I.

2) Kegiatan membuka pelajaran, memotivasi siswa dalam pembelajaran, penjelasan konsep, tulisan di papan tulis, sudah mengalami peningkatan dan terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I, hal yang masih perlu ditingkatkan lagi oleh guru adalah memberikan waktu tunggu yang lebih kepada siswa untuk menjawab pertanyaan agar siswa lebih dapat berpikir dengan leluasa untuk kemudian dapat mengemukakan pendapat dan argumentasinya.


(32)

A. Pembahasan

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung yang diukur dari beberapa aspek pengamatan antara lain: (a) bertanya kepada guru; (b) menjawab pertanyaan guru; (c) menjawab pertanyaan teman; (d) memberikan pendapat dalam diskusi; (e) menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan (f) ketepatan dalam mengumpulkan tugas.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, aktivitas belajar dari masing-masing siswa ternyata sebagian besar masih menunjukkan skor dengan kriteria cukup. Hanya ada 5 siswa yang menunjukkan kriteria baik dengan memperoleh skor >15. Dari 6 variabel yang diamati belum semua dilakukan siswa secara optimal. Dilihat dari total perolehan skor seluruh variabel 5 siswa (36%) yang tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masuk kriteria baik, sedangkan 9 siswa (64%) tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masih dalam kriteria cukup.

Berdasarkan analisis data pada siklus I ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (1) Dari aktivitas belajar siswa pada siklus I, sebagian besar siswa tidak bertanya kepada guru, siswa banyak terlihat aktif dalam berdiskusi memecahkan masalah matematika yang dihadapi bersama kelompoknya kendati masih harus dibimbing oleh guru; (2) Kegiatan membuka pelajaran perlu diperbaiki agar lebih menarik dan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran, penjelasan konsep hendaknya jangan terlalu cepat agar lebih mudah dipahami siswa, tulisan di papan tulis hendaknya lebih sistematis agar langkah demi langkah dari pemecahan


(33)

masalah matematika terlihat urutan yang logis dan memudahkan siswa dalam memahaminya, selain itu guru juga harus memberikan waktu tunggu yang lebih kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru agar lebih leluasa mengemukakan pendapat dan argumentasinya.

Hasil refleksi selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan perlakuan tindakan pada siklus II yang meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran secara efektif disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran yang lebih menarik dan menantang minat belajar siswa; (2) Menyusun soal-soal latihan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sesuai topik yang dibahas; (3) Menyusun dan menyiapkan perangkat tes hasil tindakan; dan (4) Menyiapkan lembar pengamatan.

Hasil perlakuan tindakan pada siklus II menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa sebagian besar menunjukkan skor dengan kriteria baik. Hanya ada 3 siswa yang menunjukkan kriteria cukup. Dilihat dari total perolehan skor seluruh variabel hanya 11 siswa (79%) yang tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masuk kriteria baik, sedangkan 3 siswa (21%) tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masih dalam kriteria cukup. Jumlah siswa yang aktivitas belajarnya masuk kriteria baik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I, yakni semula 5 siswa pada siklus I menjadi 11 siswa pada siklus II (dari 36% menjadi 79%). Sedangkan aktivitas belajar siswa yang masuk kriteria cukup mengalami penurunan, yakni dari 9 siswa (64%) turun menjadi 3 siswa (21%),


(34)

yang berarti aktivitas belajar siswa terlihat mengalami peningkatan jika di-bandingkan dengan yang terjadi pada siklus I.

Dilihat dari ketuntasan belajarnya, masih terdapat 4 siswa (29%) yang belum mencapai KKM 60, dan hanya 10 siswa (71%) yang bisa dinyatakan tuntas belajarnya, ini berarti target 65% siswa harus tuntas belajar sudah terpenuhi. Dilihat dari skor kognitif yang diperoleh seluruh siswa pada tes formatif siklus II, terlihat skor kognitif seluruh siswa meningkat kendati masih terdapat 4 siswa yang mendapat skor < 60.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dapat meningkat melalui pendekatan pemecahan masalah matematika. Jika pada siklus I siswa yang menunjukkan aktivitas belajar tergolong dalam kriteria baik 5 siswa (36%) maka pada siklus II menjadi 11 siswa (79%).

2. Metode pendekatan pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa. Jika pada siklus I siswa yang tuntas dalam belajar dan mendapatkan skor > 60 hanya 8 siswa (57%) maka pada siklus II menjadi 10 siswa (71%). Hal ini menunjukkan tercapainya ketuntasan belajar yang diharapkan, yakni 65% dari seluruh siswa.


(36)

B. SARAN

1. Bagi rekan guru yang akan melakukan penelitian serupa, hal yang perlu diperhatikan adalah pembuatan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa harus benar-benar spesifik dan dapat diukur sehingga memudahkan guru dalam melakukan pengamatan.

2. Metode pendekatan pemecahan masalah matematika sangat cocok digunakan dalam pembelajaran di SD, terutama yang berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dekat dengan lingkungan siswa serta harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan siswa usia SD.

3. Pelaksanaan metode pemecahan masalah matematika ini akan lebih efektif jika disediakan alokasi waktu yang lebih banyak agar hasil belajar dapat lebih optimal.


(1)

Berdasarkan tabel 9 di atas, skor ranah kognitif yang diperoleh siswa pada siklus II terdapat 4 siswa (29%) yang hasil skor kognitifnya belum tuntas, sedangkan 10 siswa (71%) hasil skor kognitifnya sudah tuntas. Dilihat dari ketuntasan belajarnya, masih terdapat 4 siswa yang belum mencapai KKM 60, dan 10 siswa lainnya dapat dinyatakan tuntas belajarnya, ini berarti target 65% siswa harus tuntas belajar sudah terpenuhi. Dilihat dari skor kognitif yang diperoleh seluruh siswa pada tes formatif siklus II, terlihat skor seluruh siswa meningkat kendati masih terdapat 4 siswa yang mendapat skor < 60.

d. Tahap Refleksi

Berdasarkan analisis data pada siklus II ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1) Dari aktivitas siswa pada siklus II, sebagian besar menunjukkan skor dengan kriteria baik. Hanya ada 3 siswa yang menunjukkan kriteria cukup. Jumlah siswa yang aktivitas belajarnya masuk kriteria baik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I.

2) Kegiatan membuka pelajaran, memotivasi siswa dalam pembelajaran, penjelasan konsep, tulisan di papan tulis, sudah mengalami peningkatan dan terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan siklus I, hal yang masih perlu ditingkatkan lagi oleh guru adalah memberikan waktu tunggu yang lebih kepada siswa untuk menjawab pertanyaan agar siswa lebih dapat berpikir dengan leluasa untuk kemudian dapat mengemukakan pendapat dan argumentasinya.


(2)

A. Pembahasan

Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung yang diukur dari beberapa aspek pengamatan antara lain: (a) bertanya kepada guru; (b) menjawab pertanyaan guru; (c) menjawab pertanyaan teman; (d) memberikan pendapat dalam diskusi; (e) menyelesaikan tugas yang diberikan guru dan (f) ketepatan dalam mengumpulkan tugas.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, aktivitas belajar dari masing-masing siswa ternyata sebagian besar masih menunjukkan skor dengan kriteria cukup. Hanya ada 5 siswa yang menunjukkan kriteria baik dengan memperoleh skor >15. Dari 6 variabel yang diamati belum semua dilakukan siswa secara optimal. Dilihat dari total perolehan skor seluruh variabel 5 siswa (36%) yang tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masuk kriteria baik, sedangkan 9 siswa (64%) tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masih dalam kriteria cukup.

Berdasarkan analisis data pada siklus I ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (1) Dari aktivitas belajar siswa pada siklus I, sebagian besar siswa tidak bertanya kepada guru, siswa banyak terlihat aktif dalam berdiskusi memecahkan masalah matematika yang dihadapi bersama kelompoknya kendati masih harus dibimbing oleh guru; (2) Kegiatan membuka pelajaran perlu diperbaiki agar lebih menarik dan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran, penjelasan konsep hendaknya jangan terlalu cepat agar lebih mudah dipahami siswa, tulisan di papan tulis hendaknya lebih sistematis agar langkah demi langkah dari pemecahan


(3)

masalah matematika terlihat urutan yang logis dan memudahkan siswa dalam memahaminya, selain itu guru juga harus memberikan waktu tunggu yang lebih kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru agar lebih leluasa mengemukakan pendapat dan argumentasinya.

Hasil refleksi selanjutnya dijadikan dasar untuk melakukan perlakuan tindakan pada siklus II yang meliputi: (1) Menyusun rencana pembelajaran secara efektif disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran yang lebih menarik dan menantang minat belajar siswa; (2) Menyusun soal-soal latihan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari sesuai topik yang dibahas; (3) Menyusun dan menyiapkan perangkat tes hasil tindakan; dan (4) Menyiapkan lembar pengamatan.

Hasil perlakuan tindakan pada siklus II menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa sebagian besar menunjukkan skor dengan kriteria baik. Hanya ada 3 siswa yang menunjukkan kriteria cukup. Dilihat dari total perolehan skor seluruh variabel hanya 11 siswa (79%) yang tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masuk kriteria baik, sedangkan 3 siswa (21%) tingkat partisipasi aktivitas belajarnya masih dalam kriteria cukup. Jumlah siswa yang aktivitas belajarnya masuk kriteria baik mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan aktivitas pada siklus I, yakni semula 5 siswa pada siklus I menjadi 11 siswa pada siklus II (dari 36% menjadi 79%). Sedangkan aktivitas belajar siswa yang masuk kriteria cukup mengalami penurunan, yakni dari 9 siswa (64%) turun menjadi 3 siswa (21%),


(4)

yang berarti aktivitas belajar siswa terlihat mengalami peningkatan jika di-bandingkan dengan yang terjadi pada siklus I.

Dilihat dari ketuntasan belajarnya, masih terdapat 4 siswa (29%) yang belum mencapai KKM 60, dan hanya 10 siswa (71%) yang bisa dinyatakan tuntas belajarnya, ini berarti target 65% siswa harus tuntas belajar sudah terpenuhi. Dilihat dari skor kognitif yang diperoleh seluruh siswa pada tes formatif siklus II, terlihat skor kognitif seluruh siswa meningkat kendati masih terdapat 4 siswa yang mendapat skor < 60.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas VI SDN 2 Suka Mulya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas belajar siswa dapat meningkat melalui pendekatan pemecahan masalah matematika. Jika pada siklus I siswa yang menunjukkan aktivitas belajar tergolong dalam kriteria baik 5 siswa (36%) maka pada siklus II menjadi 11 siswa (79%).

2. Metode pendekatan pemecahan masalah matematika dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa. Jika pada siklus I siswa yang tuntas dalam belajar dan mendapatkan skor > 60 hanya 8 siswa (57%) maka pada siklus II menjadi 10 siswa (71%). Hal ini menunjukkan tercapainya ketuntasan belajar yang diharapkan, yakni 65% dari seluruh siswa.


(6)

B. SARAN

1. Bagi rekan guru yang akan melakukan penelitian serupa, hal yang perlu diperhatikan adalah pembuatan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa harus benar-benar spesifik dan dapat diukur sehingga memudahkan guru dalam melakukan pengamatan.

2. Metode pendekatan pemecahan masalah matematika sangat cocok digunakan dalam pembelajaran di SD, terutama yang berkaitan dengan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dekat dengan lingkungan siswa serta harus disesuaikan dengan karakteristik perkembangan siswa usia SD.

3. Pelaksanaan metode pemecahan masalah matematika ini akan lebih efektif jika disediakan alokasi waktu yang lebih banyak agar hasil belajar dapat lebih optimal.