PENGAWASAN PENDIDIKAN FORMAL OLEH UPT PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

PENGAWASAN PENDIDIKAN FORMAL OLEH UPT PENDIDIKAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

TIKA SILVIA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menentukan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Pada pendidikan, untuk menjamin terjadinya proses yang sesuai dengan peraturan, diperlukan pengawasan. Permasalahan pendidikan terutama pada sumber daya manusia yaitu guru-guru banyak yang melalaikan kewajiban mengerjakan administrasi pembelajaran dan rendahnya tingkat disiplin guru dan kurangnya sarana dan prasarana dapat dilihat di banyak sekolah. Sedangkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan dasar tersebut maka pemerintah maka mendirikan suatu organisasi yaitu UPT Pendidikan. UPT Pendidikan mengawasi pelaksanaan kegiatan pendidikan formal dan pendidikan diluar sekolah dan mengkoordinasikan, memantau, dan mengendalikan pelaksanaan program dan kebijakan teknis di bidang pendidikan. Sesuai dengan Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Kabupaten Lampung Selatan.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan. (2) Apakah Faktor-faktor yang menghambat pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan secara yuridis normatif dan pendekatan secara yuridis empiris. Adapun sumber dan jenis data adalah data primer dari studi lapangan dengan melakukan wawancara Kepala UPT Kabupaten Lampung Selatan dan data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan mengoreksi data, setelah itu data diolah dan diadakan analisis secara kualitatif.


(2)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengawasan pendidikan dasar oleh UPT Pendidikan dilakukan dengan dua tahap, yaitu pengawasan preventif dilakukan dengan langkah-langkah yaitu menyusun rencana kerja, sosialisasi, pelatihan serta rapat organisasi, seleksi dan alokasi, pemanfaatan dana, dan evaluasi internal, kegiatan rutin program, administrasi dan pelaporan. (2) Pengawasan represif yaitu dengan kunjungan kelas, observasi kelas, wawancara, observasi administrasi dan sarana pendidikan serta pelaporan hasil dan rekomendasi . Hasil pengawasan di SD Negeri 3 Merak Batin menunjukkan bahwa masih terdapat siswa-siswi yang mengulang dari kelas 1-6 berjumlah 10 orang, angka putus sekolah berjumlah 2 orang, ruang belajar yang layak pakai sekitar 75% dan tidak layak pakai sekitar 25%. Sedangkan SD Negeri 1 Pemanggilan masih terdapat siswa-siswi yang mengulang dari kelas 1-6 berjumlah 17 orang, angka putus sekolah berjumlah 4 orang, ruang belajar yang layak pakai sekitar 65% dan tidak layak pakai sekitar 35%.(2) Faktor penghambat yang dihadapi UPT Pendidikan dalam pengawasan pendidikan dasar Kabupaten Lampung Selatan adalah Sarana dan prasarana penunjang kerja secara kualitas dan kuantitas masih sangat terbatas, Secara manajemen dan organisasi dan struktur organisasi belum lengkap dan rincian tugas belum matang, Adanya keterbatasan dana dan program pembangunan dari pemerintah pusat.


(3)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menentukan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Selanjutnya dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditentukan bahwa pelaksana jalur pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga jalur yaitu : jalur pendidikan formal, jalur pendidikan non formal, dan jalur pendidikan informal.

Pendidikan sebagai sebuah sarana menciptakan manusia yang unggul dan berkualitas akan semakin terhambat dan juah dari harapan, jika arus globalisasi dan industrialisasi tidak mampu disikapi dengan menghadirkan kekuatan nilai sebagai filternya. Hal ini penting, mengingat sering terkuaknya permasalahan pendidikan terutama pada sumber daya manusia yaitu guru yang merupakan titik sentral didalam pelaksanaan proses pendidikan. Permasalahan itu seperti


(4)

2

banyaknya guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi pendidikan PGSD SI, tugas pendidik (guru) belum merata terutama pada desa-desa terpencil, guru-guru banyak yang melalaikan kewajiban mengerjakan administrasi pembelajaran dan rendahnya tingkat disiplin guru.

Permasalahan pendidikan tidak hanya pada sumber daya manusia (guru) tetapi terletak pada kurangnya sarana dan prasarana yaitu sebagai pelengkap proses belajar mengajar. Kurangnya sarana dan prasarana dapat dilihat dengan banyaknya sekolah yang kekurangan ruang kelas (1 SD hanya ada 3 lokal), Banyaknya ruang kelas yang rusak/ tidak dipakai lagi, banyak sekolah yang belum memiliki perpustakaan dan sarana MCK yang memadai, meubiler guru dan murid masih banyak yang tidak layak pakai dan buku pelajaran pokok belum dimiliki secara merata oleh murid.

Data Balitbang Depdiknas tahun 2001 saja menunjukkan, dari 1.054.859 guru SD Negeri ternyata hanya 42,4 persen yang layak mengajar. Berarti, sebagian besar (57,6 persennya) tidak layak mengajar. Sehingga dapat disimpulkan, rendahnya kualitas guru SD/MI menyebabkan pemahaman mereka terhadap inovasi pendidikan sepotong-sepotong, bahkan ada yang sama sekali tidak memahami secara substansial apa yang dikembangkan pemerintah. Selain itu, pada tahun 2005-2010 sekitar 45,45 persen ruang kelas SD mengalami rusak ringan dan rusak berat. Hal tersebut selain berpengaruh pada kelayakan dan keyamanan proses belajar mengajar juga berdampak pada motivasi peningkatan mutu dan salah satu dampak rendah kualitas pendidikan adalah rendahnya kemampuan lulusan tingkat SD.


(5)

3

Menurut data UPT Pendidikan tahun 2009, jumlah dari angka kependidikan 21 desa di Kabupaten Lampung Selatan, yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok usia ( dibawah 13 tahun 11. 384 jiwa, 13 sampai 15 tahun 3. 701, dan usia 15 tahun keatas 33. 289 jiwa) dari jumlah angka kependidikan di Kecamatan Natar diatas berdasarkan data UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan 2009, tingkat kelulusan SD sekitar 8. 122 jiwa dari jumlah angka kependidikan usia Sekolah Dasar (SD). Hal ini menunjukkan masih rendahnya partisipasi pendidikan, karena jumlah tersebut dirasakan belum optimal.

Pendidikan pada hakekatnya adalah sebuah transformasi yang mengubah input menjadi output. Untuk menjadi output, dalam transformasi tersebut diperlukan suatu proses yang berlangsung secara benar, terjaga serta sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Pada pendidikan, untuk menjamin terjadinya proses yang benar tersebut, diperlukan pengawasan (supervisi). Pengawasan ini dilakukan dalam rangka menjamin kualitas (quality assurance) agar sesuai dengan tujuan pendidikan.

Dasar tersebut maka pemerintah maka mendirikan suatu organisasi yaitu UPT Pendidikan. UPT Pendidikan mengawasi pelaksanaan kegiatan pendidikan formal dan pendidikan diluar sekolah dan mengkoordinasikan, memantau, dan mengendalikan pelaksanaan program dan kebijakan teknis di bidang pendidikan. Sesuai dengan Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Kabupaten Lampung Selatan. Pendirian UPT Pendidikan merupakan pelaksanaan otonomi daerah yang


(6)

4

memberikan wewenang luas dan upaya memujudkan good government dan

demokratisasi.

Sejak dibentuknya UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Kabupaten Lampung Selatan, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan funsi Dinas Pendidikan di Wilayah Kecamatan Natar, pelaksanaan dan penyediaan pembangunan di bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, memberikan pembinaan dan pengawasan kegiatan pendidikan formal maupun pendidikan di luar sekolah di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan menghimpun, mengolah dan menginformasikan data persekolahan dan pendidikan luar sekolah.

Pelaksanaan peran dan tugas pengawasan di sekolah sebenarnya dapat diposisikan dalam upaya penjaminan mutu (quality assurance) yang diimbangi dengan peningkatan mutu (qualitity enhancement). Penjaminan mutu berkaitan dengan inisiatif superstruktur organisasi sekolah atau kepala sekolah dan pendekatannya bersifat top down, sementara peningkatan mutu terkait dengan pemberdayaan anggota organisasi sekolah untuk dapat berinisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan baik menyangkut peningkatan kompetensi individu, maupun kapabilitas organisasi melalui inisiatif sendiri sehingga pendekatannya bersifat

bottom up. Berdasarkan uraian diatas maka diteliti sejauh mana pengawasan

pendidikan oleh UPT Pendidikan Kecamatan Natar dengan judul “ Pengawasan Pendidikan Formal Oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan”.


(7)

5

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan?

2. Apakah Faktor-faktor yang menghambat pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan di wilayah hukum Kabupaten Lampung Selatan periode 2009-2012. Penelitian ini dibatasi di SD Negeri 3 Merak Batin dan SD Negeri 1 Pemanggilan.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.

b. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.


(8)

6

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dibedakan dalam dua segi yaitu:

a. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan keterkaitan antara konsep pengawasan pendidikan dasar dan ilmu hukum administrasi Negara.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif pemecahan dalam pengwasan pendidikan dasar serta menjadi informasi bagi pihak-pihak yang terkait dan ingin mengakses hasil pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.


(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana telah dipaparkan pada BAB IV, maka berikut ini akan ditulis kesimpulan sebagai hasil dari penelitian:

1. Pengawasan pendidikan dasar oleh UPT Pendidikan dilaksanakan berdasarkan dengan 2 (dua) tahap, yaitu perencanaan pengawasan dan pelaksanaan pengawasan. Perencanaan pengawasan dilakukan dengan langkah-langkah yaitu menyusun rencana kerja dan menyusun strategi pengawasan. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan langkah-langkah yaitu penyusunan program, menyusun persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, langkah-langkah pengawasan dan tindak lanjut pengawasan serta menyusun laporan dan hasil rekomendasi. Dari hasil pengawasan adanya tindakan penyalagunaan dana BOS seperti Tim Managemen BOS mengurangi jumlah dana yang diterima oleh setiap sekolah, Pembelian barang bekas dengan harga barang baru, sekolah tidak mempunyai kuitansi-kuitansi transaksi yang dibiayai dengan dana BOS.

2. Faktor penghambat yang dihadapi UPT Pendidikan dalam pengawasan pendidikan dasar Kabupaten Lampung Selatan adalah Sarana dan prasarana


(10)

55

penunjang kerja secara kualitas dan kuantitas masih sangat terbatas, Secara manajemen dan organisasi dan struktur organisasi belum lengkap dan rincian tugas belum matang, Adanya keterbatasan dana dan program pembangunan dari pemerintah pusat. Adapun hambatan/kelemahan lain dalam hal pengawasan adalah di lapangan tenaga pengawas kurang diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi, tugas pokok yang rumit dan biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan tidak memadai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah terpencil.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran-saran dengan tujuan agar pelaksanaan pengawasan pendidikan formal berjalan dengan lancar dan tepat sasaran.

1. Bagaimanakah peningkatan dalam sistem pengawasan oleh UPT Pendidikan di Kabupaten Lampung Selatan khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan mutu guru dan pengawasan dana BOS yang terjadi penyalahgunaan dana BOS.

2. Dalam melaksanakan tugas UPT Pendidikan terdapat banyak hambatan sehingga untuk menanggulanginya diperlukan upaya bagaimana pembenahan sistem kerja, pendayagunaan dana dari pemerintah, pemberian biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan untuk pengawasan di daerah terpencil. Untuk mencapai mutu pendidikan dalam sistem pendidikan harus ada pembenahan dan kelengkapan sarana dasar di UPT Pendidikan untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal serta perbaikan


(11)

56

manajemen kepengawasan harus terus-menerus dilakukan, mulai dari proses rekruitment, sistem penugasan, pemeliharaan dan pengembangan profesi, hingga kesejahteraannya. Untuk itu, dukungan kebijakan pemerintah, khususnya pemerintah daerah mutlak diperlukan agar dapat memfasilitasi dan memberdayakan peran pengawas sekolah dasar.


(1)

4

memberikan wewenang luas dan upaya memujudkan good government dan demokratisasi.

Sejak dibentuknya UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan Peraturan Bupati Lampung Selatan Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja UPT Kabupaten Lampung Selatan, mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan funsi Dinas Pendidikan di Wilayah Kecamatan Natar, pelaksanaan dan penyediaan pembangunan di bidang pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, memberikan pembinaan dan pengawasan kegiatan pendidikan formal maupun pendidikan di luar sekolah di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan dan menghimpun, mengolah dan menginformasikan data persekolahan dan pendidikan luar sekolah.

Pelaksanaan peran dan tugas pengawasan di sekolah sebenarnya dapat diposisikan dalam upaya penjaminan mutu (quality assurance) yang diimbangi dengan peningkatan mutu (qualitity enhancement). Penjaminan mutu berkaitan dengan inisiatif superstruktur organisasi sekolah atau kepala sekolah dan pendekatannya bersifat top down, sementara peningkatan mutu terkait dengan pemberdayaan anggota organisasi sekolah untuk dapat berinisiatif dalam meningkatkan mutu pendidikan baik menyangkut peningkatan kompetensi individu, maupun kapabilitas organisasi melalui inisiatif sendiri sehingga pendekatannya bersifat bottom up. Berdasarkan uraian diatas maka diteliti sejauh mana pengawasan pendidikan oleh UPT Pendidikan Kecamatan Natar dengan judul “ Pengawasan Pendidikan Formal Oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan”.


(2)

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan?

2. Apakah Faktor-faktor yang menghambat pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan?

1.2.2 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan di wilayah hukum Kabupaten Lampung Selatan periode 2009-2012. Penelitian ini dibatasi di SD Negeri 3 Merak Batin dan SD Negeri 1 Pemanggilan.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.

b. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.


(3)

6

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dapat dibedakan dalam dua segi yaitu:

a. Kegunaan teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan keterkaitan antara konsep pengawasan pendidikan dasar dan ilmu hukum administrasi Negara.

b. Kegunaan praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif pemecahan dalam pengwasan pendidikan dasar serta menjadi informasi bagi pihak-pihak yang terkait dan ingin mengakses hasil pengawasan pendidikan formal oleh UPT Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana telah dipaparkan pada BAB IV, maka berikut ini akan ditulis kesimpulan sebagai hasil dari penelitian:

1. Pengawasan pendidikan dasar oleh UPT Pendidikan dilaksanakan berdasarkan dengan 2 (dua) tahap, yaitu perencanaan pengawasan dan pelaksanaan pengawasan. Perencanaan pengawasan dilakukan dengan langkah-langkah yaitu menyusun rencana kerja dan menyusun strategi pengawasan. Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan langkah-langkah yaitu penyusunan program, menyusun persiapan pengawasan, pelaksanaan pengawasan, langkah-langkah pengawasan dan tindak lanjut pengawasan serta menyusun laporan dan hasil rekomendasi. Dari hasil pengawasan adanya tindakan penyalagunaan dana BOS seperti Tim Managemen BOS mengurangi jumlah dana yang diterima oleh setiap sekolah, Pembelian barang bekas dengan harga barang baru, sekolah tidak mempunyai kuitansi-kuitansi transaksi yang dibiayai dengan dana BOS.

2. Faktor penghambat yang dihadapi UPT Pendidikan dalam pengawasan pendidikan dasar Kabupaten Lampung Selatan adalah Sarana dan prasarana


(5)

55

penunjang kerja secara kualitas dan kuantitas masih sangat terbatas, Secara manajemen dan organisasi dan struktur organisasi belum lengkap dan rincian tugas belum matang, Adanya keterbatasan dana dan program pembangunan dari pemerintah pusat. Adapun hambatan/kelemahan lain dalam hal pengawasan adalah di lapangan tenaga pengawas kurang diminati sebab rekruitmen pengawas bukan karena prestasi, tugas pokok yang rumit dan biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan tidak memadai terlebih lagi untuk pengawasan di daerah terpencil.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran-saran dengan tujuan agar pelaksanaan pengawasan pendidikan formal berjalan dengan lancar dan tepat sasaran.

1. Bagaimanakah peningkatan dalam sistem pengawasan oleh UPT Pendidikan di Kabupaten Lampung Selatan khususnya dalam penyediaan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan mutu guru dan pengawasan dana BOS yang terjadi penyalahgunaan dana BOS.

2. Dalam melaksanakan tugas UPT Pendidikan terdapat banyak hambatan sehingga untuk menanggulanginya diperlukan upaya bagaimana pembenahan sistem kerja, pendayagunaan dana dari pemerintah, pemberian biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas kepengawasan untuk pengawasan di daerah terpencil. Untuk mencapai mutu pendidikan dalam sistem pendidikan harus ada pembenahan dan kelengkapan sarana dasar di UPT Pendidikan untuk menghasilkan pelayanan yang maksimal serta perbaikan


(6)

manajemen kepengawasan harus terus-menerus dilakukan, mulai dari proses rekruitment, sistem penugasan, pemeliharaan dan pengembangan profesi, hingga kesejahteraannya. Untuk itu, dukungan kebijakan pemerintah, khususnya pemerintah daerah mutlak diperlukan agar dapat memfasilitasi dan memberdayakan peran pengawas sekolah dasar.