HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT JAUH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 LEMONG PESISIR BARAT

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 30 METER DAN DAYA
LEDAK OTOT TUNGKAI DENGAN HASIL LOMPAT
JAUH PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI
2 LEMONG PESISIR BARAT

Oleh
Meki Vahlevi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan lari 30
meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 lemong Pesisir Barat Dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan
guru olahraga sebagai bahan latihan meningkatkan hasil lompat jauh, hendaknya
memperhatikan unsur kecepatan lari, dan daya ledak otot tungkai, khususnya pada
olahraga cabang lompat jauh.
Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional.
Populasi yang digunakan adalah atlet atau siswa sekolah SMP Negeri 2 lemong
Pesisir Barat yang berjumlah 51. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
adalah one shoot model atau satu kali pengambilan data dan teknik analilis data
menggunakan korelasi product moment.

Hasil penelitian didapat bahwa kecepatan lari 30 meter,dan daya ledak otot
tungakai memiliki hubungan yang signifikan, Hasil penelitian menunjukan
koefisien korelasi antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat memiliki
korelasi sebesar 6,7% dan koefisien korelasi daya ledak otot tungkai dengan hasil
lompat memiliki korelasi sebesar 14,3% Dari ke dua variabel tersebut kontribusi
antara kecepatan lari 30 meter (x1) dan daya ledak otot tungkai (x2) dengan hasil
lompat (Y) adalah sebesar 20,58% dan sisanya 79,42 % ditentukan faktor lain.
Dari penelitian ini dapat di simpulkan bahwa variable daya ledak otot tungkai
memiliki sumbangan yang lebih besar dibandingkan dengan variabel kecepatan
lari 30 meter dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VII SMP Negeri 2
Lemong Pesisir Barat.
Kata Kunci : Hubungan, Kecepatan, Daya Ledak, Lompat jauh

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Meki Vahlevi lahirk di Lemong
Kecamatan

Lemong Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi


Lampung, pada tanggal 01 Januari 1992. Anak ke dua dari lima
bersaudara pasangan Bapak Sopan Zohran dan Ibu Masna
Duaya.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah Sekolah Dasar di SDN 1
Rata Agung

tamat tahun 2004, kemudian menempuh pendidikan Menengah

Pertama di SMPN 2 Lemong Pesisir Barat tamat pada tahun 2007 dan
melanjutkan Sekolah Menengah Atas di MAN 1 Krui Pesisir Barat tamat tahun
2010.

Pada tahun 2010 penulis menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan yang ditempuh melalui jalur PKAB. Penulis pernah aktif di Himpunan
Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (Himajip) periode 2010-2011.

Penulis pada tahun 2013 peneliti melaksanakan KKN dan PPL di SMA Negeri 3
Penumangan, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang

Barat.Demikianlah riwayat hidup penulis, supaya bermanfaat bagi pembaca.

PERSEMBAHAN

Karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:
Bapakku tersayang Sopan Zohran dan Ibuku terkasih Masna Duaya, yang disetiap
waktu selalu mendukung dan mendoakanku dalam keadaan apapun.
Kakaku Veni novia novenda dan adik- adiku Arisal pama
duitri, Yosi ega putri, dan Faisal akbar yang kusayangi.
Yang tercinta yang selalu mendampingiku dan mendukungku sampai saat ini
Hesty Ulandari, Amd. Keb

Almamater-ku FKIP Unila,
tempat yang telah mendewasakan penulis.

MOTO
Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.
( Penulis)
Jangan Bangga Akan Keberhasilan Jangan Malu Karena

Kegagalan Bersyukurlah Untuk Keduanya
(Penulis)
Hari Mu adalah Hari ini.
Anggaplah sekan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini juga.
Maka, Tanamlah kebaikan sebanyak-banyaknya pada hari ini.
Persembahkanlah sesuatu yang paling indah untuk hari ini.
Dan Nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagian.
( Lã Tahzan )
Tuntutlah Ilmu, tetapi tidak melupakan Ibadah, dan kerjakanlah ibadah tetapi
tidak melupakan ilmu
(H.R Hasan Al-Bahsri)

SANWACANA

Asalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan Salam
semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW yang mulia.

Skripsi dengan judul ”Hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot
tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas SMP Negeri 2 Pesisr

Barat”adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk pencapaian gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

2.

Bapak Drs. Hi. Baharrudin Risyak, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

3.

Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd. selaku Pembimbing pertama sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
motivasi serta kepercayaan kepada penulis

4.


Bapak Heru Sulistianta, S.Pd. M.Or selaku Pembimbing kedua yang juga telah
memberikan bimbingan dan pengarahan serta kepercayaan kepada penulis

5.

Bapak Drs. Wiyono, M.Pd. selaku penguji utama.

6.

Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan FKIP Universitas Lampung

7.

Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan keteladanan selama penulis menjalani studi.

8.

Segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan kelancaran dalam urusan administrasi.

9.

Kepala SMP Negeri 2Pesisir Barat yang telah memberikan izin untuk
melaksanakan penelitian pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015.

10. Bapak Edwin selaku guru Penjaskes di SMPNegeri 2 Pesisr Barat yang telah
memberikan bantuan dan masukan selama penulis melakukan penelitian.
11. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 2Pesisr Barat tahun pelajaran 2014/2015,
terimakasih atas waktu dan kerjasamanya.
12. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, ayo sukseskan program S1
secepatnya. Semangat.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.


Bandar Lampung,
Penulis

Meki Vahlevi

Oktober 2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .....................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................


xv

I.

II.

PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ..............................................................................
1.2 IdentifikasiMasalah ......................................................................
1.3 Pembatasan Masalah ....................................................................
1.4 Rumusan Masalah ........................................................................
1.5 Tujuan Penelitian .........................................................................
1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................
1.7 RuangLingkupPenelitian ..............................................................
1.8 DifinisiOprasional Variable .........................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PendidikanJasmani .......................................................................
2.2 Atletik...........................................................................................
2.2.1 LompatJauh .........................................................................

2.2.2 TeknikLompatJauh..............................................................
2.2.3 Awalan ................................................................................
2.2.4 TumpuanAtauTolakan.........................................................
2.2.5 MelayangDi Udara ..............................................................
2.2.6 Mendarat .............................................................................
2.3 PengertianKondisiFisik ................................................................
2.3.1 KecepatanLari 30 Meter ......................................................
2.3.2 DayaLedakOtotTungkai ......................................................
2.3.3 HubunganKecepatanLari 30 Meter DenganHasilLompat ...
2.3.4 HubunganDayaLedakOtotTungakaiTerhadapHasil
2.3.5 Lompat. ...............................................................................
2.3.6 FungsiAtauSumbanganKecepatanLari 30 M Terhadap Hasil

1
4
5
5
6
6
7

7

10
11
12
14
14
16
17
20
22
23
25
27
27

Lompat ................................................................................
2.3.7

FungsiAtauSumbanganDayaLedakOtotTungakaiTerhadap
Hasil Lompa ..........................................................................

2.4 KerangkaFikir .............................................................................. .
2.5 Hipotesis....................................................................................... .
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1metodePenelitian...........................................................................
3.2 Populasi Dan Sampel ...................................................................
3.1.1 Populasi ...............................................................................
3.1.2 Sampel .................................................................................
3.1.3 Variabel Penelitian ..............................................................
3.1.4 DesainPenelitian ..................................................................
3.3 InstrumenPenelitian......................................................................
3.4 Teknik Pengambilan Data ............................................................
3.4.1 Instrumen KecepatanLari 30 Meter .....................................
3.4.2 Instrumen DayaLedakOtot Tungkai ....................................
3.4.3 Instrumen HasilLompat .......................................................
3.5 Analisisa Data ..............................................................................
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................
4.1.1 Deskripsi Data Hubungan Tes Kecepatan Lari 30 M, Broat Jump,
Hasil Lompatan .....................................................................
4.1.2 Analisis Melalui Korelasi Product Moment………………..
4.3 PengujianHipotesis ......................................................................
4.4 Pembahasan ................................................................................
V.

28
28
29
30

32
33
33
33
34
34
35
35
35
37
39
40

50
50
55
56
58

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. .
5.2 Saran ............................................................................................. .

63
64

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..
LAMPIRAN………………………………………………………….
SURAT - SURAT................................................................................

66
68
86

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. TabelPenilaian Tes Lari 30 Meter Usia13-15............................................

37

2. Table Penilaian Test Standing Broat Jump (Usia 13-15)...........................

38

3. Table Norma PenilaianPenelitiHasilLompat……………………………

40

4. InterpretasiKoefisienKorelasiNilai r…………………………………….

46

5. Tabel. HasilTesKecepatn Lari 30 Meter Pada Siswa SMP Negeri 2 Lemong
6. PesisirBarat……………………………………………………..…………. …..

51

7. Tabel. Hasil Tesdaya ledakotot tungkai Pada Siswa SMP Negeri 2 Lemong
PesisirBarat……………………………………….……………………….

52

8. Tabel. Teshasil lompat Pada Siswa SMP Negeri 2 LemongPesisirBarat............

54

9. Analisis Korelasi Product Momen.............................................................

55

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Table Hasil teskecepatanlari 30 meter........................................................

69

2. Table hasiltesdayaledakotottungkai...........................................................

71

3. Table teshasillompat..................................................................................

73

4. TabelKerja row skor kecepatan lari 30 meter...........................................

75

5. TabelKerja row skor daya ledak otot tungkai...........................................

77

6. Tabel kerja row skor hasil lompat............................................................

79

7. Tabel kerja hubungan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat.......

81

8. Table kerja hubungan daya ledak otot tungkai terhadap hasil lompat…

83

9. Table kerja hubungan kecepatan lari 30 Meter, daya ledak otot tungkai
10. Terhadap hasil lompat…………………………………………………..

85

11. TabelHargaKritisdariuji r Product Moment..............................................

87

12. TabelHargaKritisdistribusi t…………………………………….............

88

13. Foto – Foto ……………………………………………………………..

90

14. Surat – surat ……………………………………………………………..

96

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Fase MelakukanLariAwalan/ Ancang-Ancang......................................

16

2. Fase Bertolak / Bertumpu......................................................................

17

3. Fase Melayang Gaya Jongkok...............................................................

19

4. Fase Mendarat.......................................................................................

21

5. Desain Penelitan....................................................................................

34

6. Sikap Start Saat Tes Lari 3 X 10 Meter................................................

35

7. Daya Ledak Otot Tungkai......................................................................

37

8. Lompat Jauh Gaya Jongkok...................................................................

39

9. Diagram lingkaran hasil tes kecepatan lari 30 meter..............................

51

10. Diagram batang Kecepatan Lari 30 Meter..............................................

52

11. Diagram lingkaran tes daya ledak otot tungkai.......................................

53

12. Diagram batang Daya Ledak Otot Tungkai.............................................

53

13. Diagram lingkaran hasil lompat..............................................................

54

14. Diagram batang Hasil Lompat................................................................

55

xiv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses hidup manusia adalah proses berkembang, manusia akan terus
berkembang, berubah dipengaruhi oleh pengalaman sepanjang hayatnya.
Perkembangan anak bersifat terpadu. Perkembangan yang satu berkaitan
erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Pada usia sekolah
dasar perkembangan fisik harus merupakan kepedulian guru. Pada usia
sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya dengan
perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu menghayati
konsep- konsep yang belum dikenalnya.

Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan
peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi
lebih terarah dan bermakna. Menurut Sukintaka (2008:4) pendidikan
jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan melalui aktivitas jasmani yang dikelola secara sistematis untuk
membentuk manusia Indonesia yang seutuhnya.

2

Menurut Lutan (2000:1) bahwa pendidikan jasmani di sekolah merupakan
bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan mempunyai
peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan
jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani
yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu
secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan perkembangan
lain yang berisi jasmani itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui
pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani
termasuk keterampilan gerak. Gerak adalah suatu kebutuhan manusia yang
sangat penting untuk merangsang perkembangan dan pertumbuhan.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila banyak yang meyakini dan
mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan
menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk melatih
gerak dasar siswa, salah satunya gerak dasar lompat jauh.
Lompat jauh merupakan salah satu cabang atletik yang sangat menarik
dan memerlukan konsentrasi. Pada dasarnya lompat jauh adalah olahraga
yang menuntut grakan disaat sang atlet melakukan lompatan setelah
diawali dengan berlari sehingga menghasilkan lompatan yang sangat jauh,
Pemenang nya di tentukan seberapa jauh hasil lompatan.
Gerak lompat jauh merupakan gerakan dari perpaduan antara kecpatan
(speed), kekuatan (stenght), kelenturan (plexibility), Dan Ketepatan
(akcuration),

3



Kecepatan (speed) adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan berkesenambungan dalam bentuk yang sama dalam sesingkat
singkatnya



Kekuatan (stenght) adalah kemampuan dalam menggunakan gaya dalam
mengangkat atau menahan sesuatu beban.



Kelenturan (plexibility) adalah kemampuan tubuh untuk melakukan
latihan-latihan dengan amplitudo gerakan yanga besar atau luas.



Ketepatan (akcuration) adalah kemampauan seseorang untuk mengarahkan
suatu gerak kesuatu seranga sesuai dengan tujuan.

Lompat jauh dilakukan di kolam yang berisikan pasir, yang berukuran
panjang bak lompat 9 meter, lebar bak lompatan 2,95 meter, lebar tempat
pendaratan 2,75 meter, panjang lintasan hingga papan tumpuan 45 meter,
lebar lintasan 1,72 meter, lebar papan tumpu 30 cm, tebal papan tumpu 10
cm, dan jarak papan tumpuan dari bak lompatan 1 meter. (Feri Kurniawan,
2011:25)
Olahraga lompat jauh merupakan salah satu pelajaran penjaskes yang
diajarkan mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum
bahkan perguruan tinggi. Namun tidak sedikit diantara mereka yang
merasakan bahwa pelajaran lompat jauh sulit dipelajari dan dipahami,
sehingga siswa berusaha mempelajari dan melakukan permainan lompat
jauh,Kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai sangat dibutuhkan oleh
pelompat jauh,maka pembelajaran lompat jauh perlu adanya penataan dari
berbagai segi antara lain dalam kaitannya dengan pengetahuan gerak dasar

4

siswa, cara belajar siswa, motivasi belajar siswa dan juga kesiapan
yangbersangkutan sebelum mengikutiproses pembelajaran.
Menciptakan kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
aktivitas dan hasil belajar yang maksimal merupakan sebagian tugas
pengajar.Tetapi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya
hasil keterampilan lompat adalah motivasi belajar siswa, (Dimyati dan
Mudjiono, 2002:90,)
Oleh karena itu, jika guru ingin meningkatkan hasil belajar yang lebih baik
pada lompat jauh, maka guru perlu melakukan inovasi salah satunya yaitu
Dengan adanya berbagai macam bentuk-bentuk latihan lompat jauh yang
tujuannya untuk memacu atau merangsang tolakan kaki agar kuat sehingga
menghasilkan lompatan melambung tinggi,Tujuannya adalah untuk
membantu dan memudahkan siswa untuk lebih mudah dalam melakukan
gerak dasar lompatan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian yang
berjudul : “Hubungan antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot
tungkai dengan hasil lompat, lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Lemong Pesisir Barat ”

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, beberapa
masalah yang bisa diidentifikasi adalah sebagai berikut :

5

1.

Masih kurangnya kecepatan lari saat melakukan gerakan lompat jauh
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.

2.

Masih kurangnya daya ledak otot tungkai saat melakukan lompat jauh
pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.

3.

Masih kurangnya hasil lompat jauh pada siswa

kelas VIII SMP

Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.

1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, untuk
memudahkan penelitian perlu pembatasan, adapun pembatasan masalah
tersebut adalah hanya ingin mengetahui seberapa besar hubungan antara
kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat
jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.

1.4 Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat
jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat?
2. Adakah hubungan antara daya ledak otot tungkai dengan hasil
lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir
Barat?
3. Adakah hubunganya antara kecepatan lari 30 meter dan daya ledak
otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Lemong Pesisir Barat. ?

6

1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penelitian mempunyai tujuan yaitu:
1.

Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kecepatan lari 30 meter
dengan hasil lompat jauh pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Lemong Pesisir Barat.

2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan daya ledak otot tungkai
dengan hasil lompat jauh pada siswa VIII SMP Negeri 2 Lemong
Pesisir Barat.
3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara kecepatan lari 30
meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh pada
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.

1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti Untuk menegetahui seberapa besar hubungan antara
kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil
lompat jauh.
2. Bagi siswa Sebagai salah satu pembelajaran untuk meningkatan
kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil
lompat. Manfaat bagi siswa dengan melihat kajian ini diharapkan para
siswa sadar akan pentingnya kecepatan lari 30 meter dan daya ledak
otot tungkai dan berusaha meningkatkan latihan yang berkenaan
dengan unsur tersebut.

7

3. Bagi

guru

pendidikan

jasmani

Sebagai

langkah

awal

bagi

pengembangan dan peningkatan proses belajar untuk meningkatkan
hasil lompat.
4. Bagi Program Studi Penjaskes Sebagai salah satu acuan dalam bahan
pengkajian dan analisis Ilmu Biomekanik terhadap kecepatan lari 30
meter dan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat jauh.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di lapangan lopat jauh VIII SMP
Negeri 2 Lemong Pesisir Barat.
2. Objek penelitian yang diamati adalah tes kecepatan lari 30 dan daya
ledak otot tungkai.
3. Subjek penelitian yang diamati adalah siswa laki-laki kelas VIII SMP
Negeri 2 Lemong Pesisir Barat. yang mengambil mata pelajaran
Penjaskes pada materi lompat jauh.

1.8 Difinisi oprasional variable
1.8.1

Korelasi
Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta
(1982:562), mengartikan korelasi atau hubungan sebagai keadaan
berhubungan

atau

dihubungkan

Sedangkan

menurut

Winarno

Surahmad (1980 : 83)korelasi adalah hubungan antara dua variabel
atau lebih dinyatakan dengan angka atau grafis. Yang dimaksud
dengan korelasi dalam penelitian ini adalah hubungan antara

8

kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungaki dengan hasil
lompat jauh.

1.8.2

Kecepatan lari
Kecepatan lari adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan kesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (M. Sajoto 1995 : 9). Sedangkan menurut
Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984 :7), kecepatan lari
didefinisikan sebagai laju gerak dapat berlaku untuk tubuh secara
keseluruhan atau bagian tubuh. Yang dimaksud kecepatan dalam
penelitian ini adalah kecepatan lari.

1.8.3

Daya ledak otot tungkai
Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot seseorang untuk dapat mempergunakan kekuatan
maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya
(M.Sajoto, 1995:8).
Yang dimaksud daya ledak otot tungkai dalam penelitian ini adalah
kemampuan jaringan tubuh berupa otot yang berada di sepanjang
tungkai untuk menghasilkan daya ledak.

1.8.4

Hasil lompat
Hasil lompatan menurut Poerwadarminto (1984 : 682) adalah angka
yang di peroleh siswa yang telah berhasil menuntasakan konsep

9

kosepa belajar yang sesuai dengan criteria tertentu. (Aip Syarifuddin,
1992 : 90), kemudian menurut Yusuf Adisasmita (1992 : 64)
mengatakan hasil lompatan pada lompat jauh adalah salah satu angka
yang diperoleh siswa setelah melakukan lompatan.

1.8.5

Lompat jauh
Aip Syarifuddin (1992 : 90) Lompat jauh adalah sebagai suatu bentuk
gerakan melompat, mengangkat kaki keatas kedepan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara)
yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada
satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan
dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif,
dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. Depdiknas (2004:1)

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif
melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan
berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai
pelaku

dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas

hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang
aktif. Depdiknas (2004 : 2)

11

Menurut Eddy Suparman (2000:1), Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah
mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam
proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup
sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial
dan emosional yang selaras, serasi, seimbang.

Dalam dunia olahraga, dikenal banyak sekali cabang olahraga, antara lain adalah
atletik, permainan, senam dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut,
atletik mempunyai peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan
gerakan dasar bagi cabang olahraga lainnya.

2.2 Atletik
Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal dari bahasa Yunani yaitu
“Atletik” yang memiliki makna bertanding atau berlomba. Istilah atletik yang
digunakan di Indonesia saat ini diambil dari bahasa inggris yaitu atletik yang berarti
cabang olahraga yang meliputi jalan, lari, lompat, dan lempar. Sementara di Amerika
Serikat, istilah atletik berarti olahraga pertandingan, dan istilah menyebut atletik
adalah track and field. Carr, (2000: 3)
Cabang-cabang atletik terdiri dari:
Nomor Lari, terdiri dari:
1. Lari cepat (sprint)
2. Lari jarak menegah
3. Lari jarak jauh

12

Lempar
4. Lempar lembing
5. Tolak peluru
6. Lempar cakram
7. Lempar martil
Lompat
8. Lompat tinggi
9. Lompat jauh
10. Lompat jangkit
11. Lompat galah
Disamping itu terdapat, nomor perlombaan khusus, yaitu lari estafet, lari halang
rintang, lari lintas alam, dan jalan cepat.( Gerry.2000: 2).

2.2.1

Lompat jauh
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik.
Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin (1992 : 90) didefinisikan sebagai suatu
bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki keatas kedepan dalam upaya
membawa titik berat badan selama mungkin diudara (melayang diudara) yang
dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk
mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu
kaki untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah
untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin kesebuah letak pendaratan atau

13

bak lompat. Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari
letak pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih
(1985:67) bahwa yang menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak
lompatan yang sejauh-jauhnya yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu :
awalan; tolakan; sikap badan di udara; sikap badan pada waktu jatuh atau
mendarat. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa
keempat unsur ini merupakan suatu kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang
tidak terputus.

Dalam lompat jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan
oleh para pelompat, yaitu : gaya jongkok, gaya menggantung atau disebut
jugagaya lenting dan gaya jalan di udara. Perbedaan antara gaya lompatan yang
satu dengan yang lainnya, ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada
waktu melayang di udara (Aip Syarifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan
tumpuan / tolakan dan cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada
prinsipnya sama. Salah satu gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
gaya jongkok. Disebut gaya jongkok karena gerak dan sikap sewaktu badan
berada diudara seperti orang jongkok ( Tamsir Riyadi, 1985: 98).

Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam lompat jauh selain pelompat harus
memiliki kondisi fisik yang baik, juga harus memahami dan mengusai tehnik
untuk melakukan gerakan lompat jauh tersebut. Bernhard (1993 : 45) menyatakan
bahwa unsur-unsur dalam mencapai prestasi lompat jauh yang maksimal adalah:
1) faktor kondisi fisik terutama kecepatan tenaga lompatan dan tujuan yang

14

diarahkan pada ketrampilan, 2) faktor tehnik ancang-ancang, persiapan dan
perpindahan fase melayang dan pendaratan.
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam lompat jauh terkandung
unsur-unsur kondisi fisik yang meliputi : kecepatan, daya ledak otot tungkai yang
mengarah pada ketrampilan.

2.2.2

Tehnik Lompat Jauh
Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan, melayang
dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara gaya yang
satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian mengenai
keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:

2.2.3

1.

Awalan

2.

Tumpuan atau tolakan

3.

Melayang di udara

4.

Mendarat

Awalan
Awalan adalah langkah utama yang diperlukan oleh pelompat untuk
memperoleh kecepatan pada waktu akan melompat. Seperti dikatakan Aip
Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan gerakan permulaan dalam bentuk
lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan
(lompatan). Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh para pelompat
(atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra antara 40 m

15

sampai 50 m; 2) untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan tetapi di
dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di tingkat SMP
sederajat hendaknya disesuaikan dengan kemampuan. Menurut Engkos
kosasih (1985 : 67) awalan harus dilakukan dengan secepat-cepatnya serta
jangan merubah langkah pada saat melompat.

Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat menghasilkan daya tolakan yang
besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan dengan mantap dan
menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan lari awalan,
bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi ketepatan langkah
juga sangat dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.

Berkaitan dengan awalan dalam lompat jauh, Tamsir Riyadi (1985 : 95) menyatakan
beberapa cara yang perlu dicermati dalam melakukan awalan dalam lompat jauh
yaitu : 1) jarak awalan tergantung pada kemampuan masing-masing atlet, 2) posisi
permulaan saat berdiri pada titik awalan dapat seperti nomor lompat yang lain (salah
satu kaki di depan atau sejajar). Hal ini tergantung pada keseimbangan masingmasing pelompat, cara mengambil awalan dari lari pelan semakin dipercepat (sprint),
3) setelah mencapai kecepatan maksimal, maka kira-kira 3-4 langkah terakhir
sebelum bertumpu gerakan lari dilepas begitu saja tanpa mengurangi kecepatan yang
telah dicapai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 1 berikut ini:

16

Gambar: 1 Fase saat melakukan lari awalan/ ancang-ancang
Sumber mengadopsi dari : IAAF,(2000:88)

2.2.4

Tumpuan atau tolakan
Tumpuan atau tolakan adalah gerakan menolak sekuat-kuatnya dengan kaki
yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan horizontal ke kekuatan vertical
yang dilakukan secara cepat. Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan
yaitu menolak sekuat-kuatnya pada papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas
(tinggi dan ke depan). Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan
tolakan berarti jarak merubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan
vertical.

Berkaitan dengan tolakan atau tumpuan dalam melaksanakan lompat jauh
(Tamsir Riyadi, 1986: 96) menjelaskan beberapa cara pelaksanaan tolakan
yang bebar yaitu : a) tolakan dilakukan dengan kaki yang kuat, b) sesaat akan
betumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan berlebihan), hal ini

17

sangat membantu timbulnya lambungan yang lebih baik yaitu sekitar 30˚, c)
bertumpu sebaiknya tepat pada balok tumpu, ujung kaki tidak melewati atau
menginjak tepi balok yang terdekat dengan bak pasir, dan d) saat bertumpu
kedua lengan ikut diayunkan ke depan atas.

Gambar 2.Fase bertolak/ bertumpu
Sumber mengadopsi dari : IAAF,(2000:89)

Pada waktu menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat
badan harus terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada
saat pelompat menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang
langkah terakhir sebelum melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).
Dikatakan pula oleh Soegito dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada balok
tumpuan harus dengan kuat, tumit bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan
seluruh telapak kaki, pandangan mata tetap lurus kedepan agak ke atas.

2.2.5

Melayang di udara
Sikap melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan
sudah terangkat tinggi keatas. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap

18

dan gerakan badan di udara sangat erat hubungannya dengan kecepatan
awalan dan kekuatan tolakan. Karena pada waktu pelompat lepas dari papan
tolakan badan si pelompat akan dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya
gravitasi (gaya penarik bumi). Untuk itu, kecepatan lari awalan dan kekuatan
pada waktu menolak harus dilakukan oleh pelompat untuk mengetahui daya
tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa pada nomor lompat jauh
kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap hasil tolakan.
Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara melompat
serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan
perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya lompatan” yang sifatnya
individual. Pada nomor lompat (khususnya lompat jauh) perubahan bentuk
akan gaya-gaya lompatan itu tidak akan mempengaruhi parabola dari titik
berat badan, tetapi berguna untuk menjaga keseimbangan serta pandaratan
yang lebih baik.

Menurut Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus
diusahakan melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan
seimbang. Dalam hal yang sama Yusuf Adisasmita (1992 : 68) berpendapat
bahwa pada waktu naik, badan harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh
untuk menjaga keseimbangan dan untuk memungkinkan pendaratan lebih
sempurna. Kalaupun mengadakan gerak yang lain harus dijaga agar gerak
selama melayang itu tidak menimbulkan perlambatan. Pada lompat jauh,
waktu melayang di udara berprinsippada 3 hal sebagai berikut : 1) bergerak ke

19

depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak secara tepat dan kuat; 3)
adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di udara tidak akan
menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan untuk
menjaga keseimbangan saja.

Cara melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip Syarifuddin (1992 :
93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan) keadaan sikap badan di udara
jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk, kedua
tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan
kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih dahulu, kedua
tangan ke depan. Untuk lebih jelasnya, sikap badan di udara seperti terlihat
pada gambar 3. berikut ini:

Gambar: 3 Fase melayang gaya jongkok
Sumber mengadopsi dari : IAAF,(2000:90)

20

Pada prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin
diudara menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan.
Sehubungan dengan itu diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan
dari kecepatan yang telah dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang
lebih lama

2.2.6

Mendarat
Mendarat adalah sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah secara
bersama-sama

dengan

lutut

dibengkokkan

dan

mengeper

sehingga

memungkinkan jatuhnya badan kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf
Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat titik berat badan harus dibawa
kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga lutut hampir merapat,
dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu mendarat ini lutut
dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa badan ke
depan di atas kaki.

Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari rangkaian gerakan lompat
jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk lompat jauh gaya jongkok,
gaya menggantung maupun gaya jalan di udara adalah sama, yaitu : pada
waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus dengan cara
mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke
depan, kemudian mendarat dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper,

21

dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh
dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin,
1992 : 95).

Gerakan mendarat dapat disimpulkan sebagai berikut : sebelum kaki
menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki dalam keadaan lurus ke
depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan. Gerakan tersebut
dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi titik berat
badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan,
sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan
demikian tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir. Untuk lebih
jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat jauh
gaya jongkok dari take-off sampai sikap mendarat.

Gambar 4
Serangkaian Gerakan Lompat Jauh Gaya Jongkok
(Tamsir Riyadi, 1985 : 97)

22

Keterangan gambar:
1-2-3 : bertumpu / menolak dengan kaki kiri
4-5 : kaki tumpu kiri diayun kedepan menyusul kaki kanan (sikap jongkok)
6-7 : kedua kaki diluruskan kedepan, kedua lengan diayun kebelakang (dapat
pula sikap kedua lengan ini tetap lurus kedepan)
8 : mendarat dipasir dengan bagian tumit terlebih dahulu, kedua kaki lurus
9-10

2.3

kedua kaki segera ditekuk, terus menjatuhkan diri kedepan

Pengertian Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh, dari komponen-komponen yang
tidak dapat dipisahkan begitu saja. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan
kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun
di sana-sini terutama dilakukan dengan sistem prioritas sesuai keadaan atau
status komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang
dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1988 : 57).
Kondisi fisik akan baik apabila komponen-komponen yang ada terpelihara
dengan baik. Komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1988 : 57) meliputi
kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, daya lentur, kelincahan,
koordinasi, untuk dapat mempertahankan kemampuan fisik dalam latihan
maupun pertandingan. Kondisi fisik sangat memegang peranan yang sangat
penting dalam program latihan. Latihan kodisi fisik harus direncanakan secara
baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan
kemampuan fungsional dan sistem tubuh. sehingga dengan demikian

23

memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik (Harsono,
1988:153)

2.3.1

Kecepatan lari 30 meter
Pengertian dari kecepatan menurut Sajoto (1995 : 8) adalah;“Kemampuan
seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang
sama dalam waktu sesingkat-singkatnya.” Dan untuk pengertian yang lain
menurut Suharno (1978 : 26) adalah; “Kemampuan organism atlet dalam
melakukan gerakan-gerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk
mencapai hasil sebaik-baiknya.” Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kecepatan adalah kemampuan dari
organisme dalam melakukan suatu gerakan yang dilakukan secara terus
menerus dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dan yang dimaksud dengan kecepatan lari 30 meter dalam penelitian ini
adalah kemampuan seseorang dalam melakukan gerak lari menempuh jarak
30 meter dengan waktu sesingkatsingkatnya. Kecepatan dapat pula berupa
memindahkan posisi tubuh dari posisi satu ke posisi yang lain dalam waktu
secepatnya. Kualitas kecepatan akan dapat membantu seseorang bergerak atau
melakukan gerakan-gerakan yang sama atau tidak sama secepat mungkin
dalam waktu yang singkat. Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan
seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula terbatas pada anggota
tubuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dalam lari sprint, kecepatan

24

larinya ditentukan oleh gerakan berturut-turut dari kaki yang dilakukan secara
cepat. Kecepatan seseorang tergantung pula dari beberapa faktor nyang
mempengaruhinya, seperti yangdikemukakan oleh Suharno (1978 : 26)
sebagai berikut:

Faktor-faktor penentu secara umum
1. Macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna
putih (phasic) baik untuk gerak kecepatan
2. Pengaturan nervous system
3. Kekuatan otot
4. Kemampuan elastisitet dan relaxasii suatu otot
5. Kemampuan dan disiplin individu atlet
Disamping faktor-faktor secara umum
tersebut, Suharno (1978 : 26) mengemukakan pula faktor-faktor penentu yang
bersifat khusus seperti kecepatan
sprint, yaitu:
1. Tergantung kekuatan otot yang bekerja
2. Panjang tungkai atas
3. Frekuensi gerakan
4. Ternik lari yang sempurna
Memperhatikan pendapat tersebut, jelas bahwa yang mempengaruhi kecepatan
lari 30 meter terdiri dari kekuatan otot, panjang tungkai, frekuensi dan teknik
yang benar dari gerakan lari tersebut.

25

2.3.2

Daya Ledak Otot Tungkai
Daya ledak adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk
dapat mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu
yang sependek-pendeknya (M.Sajoto, 1995:8).
Daya ledak ini harus ditunjukkan oleh perpindahan tubuh (dalam lompat jauh)
melintasi udara, dimana otot harus mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan
yang tinggi agar dapat membawa tubuh atau obyek pada saat pelaksanaan
gerak tubuh untuk dapat mencapai suatu jarak (Janssen, 1983 : 167)

Daya ledak merupakan suatu unsur diantara unsur-unsur kemampuan
biomotorik, yang dapat ditingkatkan sampai batas-batas tertentu dengan
melakukan latihan-latihan tertentu yang sesuai. Daya ledak adalah
kemampuan seorang atlet untuk mengatasi suatu hanbatan dengan kecepatan
kontraksi yang tinggi. Daya ledak ini diperlukan di beberapa gerak asiklis,
misalnya pada atlet seperti melempar, lompat tinggi atau lompat jauh (Harre,
1982 : 16). FoV (dalam Waluyo, 1994 : 12) mengemukakan daya ledak adalah
kemampuan seseorang untuk menampilkan kerja maksimal persatu waktu.

Daya ledak atau explosive power adalah kemampuan otot atau sekelompok
otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan
dalam waktu sependek-pendeknya. Untuk kerja kekuatan maksimal yang
dilakukan dalam waktu singkat ini tercermin seperti dalam aktivitas lompat

26

tinggi, lompat jauh, tolak peluru, angkat besi, serta gerak lain yang bersifat
eksplosif.

Daya ledak adalah kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan
suatu kecepatan kontraksi tinggi (Herre, 1982 : 102). Daya ledak merupakan
hasil perpaduan dari kekuatan dan percepatan pada kontruksi otot (Bompa,
1983 : 231, FoV, 1988: 144).
Daya ledak merupakan salah satu dari komponen gerak yang sangat penting
untuk melakukan aktivitas yang sangat berat karena dapat menentukan
seberapa kuat orang memukul, seberapa jauh orang dapat melempar, seberapa
cepat orang dapat berlari dan lainnya. Radcliffe dan Ferentions (1985 : 1-33)
menyatakan bahwa daya ledak adalah faktor utama dalam pelaksanaan segala
macam keterampilan gerak dalam berbagai cabang olahraga.

Berdasarkan pada definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dua unsur
penting yang menentukan kualitas daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan.
Upaya dalam meningkatan unsur daya ledak dapat dilakukan dengan cara : a)
meningkatkan kekuatan tanpa mengabaikan kecepatan atau menitikberatkan
pada kekuatan, b) meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan atau
menitik beratkan pada kecepatan, c) meningkatkan kedua-duanya sekaligus,
kekuatan dan kecepatan dilatih secara simultan (Jassen, Schultz dan
Bangertes, 1984 : 17).

27

Latihan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan merupakan latihan untuk
meningkatkan kualitas kondisi fisik dengan tujuan utama meningkatkan daya
ledak. Latihan tersebut memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap nilai
dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja.
Apapun dalam pengembangan daya ledak, beban latihan tidak boleh terlalu
berat sehingga gerak yang dilakukan dapat berlangsung cepat dan
frekuensinya banyak (Pyke, 1980 : 75).

2.2.3

Hubungan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat.
Dalam awalan kecepatan lari sangat dibutuhkan untuk memeperoleh hasil
lompatan yang jauh, kecepatan lari dapat diperoleh dengan lari sprint. Dengan
demikian unsur dasar dari suatu lompat jauh, salah satunya kecepatan lari saat
melakukan awalan yang dapat menentukan jarak suatu lompatan. Seorang
pelompat jauh harus mengetahui kecepatan tertinggi yang dapat dikendalikan
untuk memeperoleh lepas landasa yang seimbang. (Suharno:1978 : 26)

2.2.4

Hubungan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat.
Pada dasarnya pelompat jauh berusaha untuk mengangkat pusat berat
badan lebih tinggi keatas untuk dapat melayang diatas bak lompatan. Atlet
yang mempunyai badan yang tinggi, dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh
panajng tungkai, seseorang yang mempunyai badan yang tinggi mempunyai
pusat berat badan yang tinggi dibandingkan dengan seseorang yang bertubuh
pendek. Selain itu dengan tungkai yang penjang seorang pelompat akan lebih

28

mudah dalam melakukan raihan jarak yang jauh, baik saat melakukan lari,
tolakan dan juga saat mendarat. (Harsono (1988:200)

2.2.5

Fungsi atau sumbangan kecepatan lari 30 meter dengan hasil lompat
Dalam banyak cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang
mendasar. Kecepatan menjadi faktor penentu di dalam cabang-cabang
olahraga seperti nomor sprint, dan pada nomor lompat jauh. Dalam lompat
jauh telah dijelaskan diatas, terdiri dari teknik awalan, tumpuan,atau tolakan,
melayang dan mendarat. Dari kempat teknik tersebut dapat diketahui bahwa
hasil lompat itu dipengaruhi oleh kecepatan lari awalan, kekuatan kaki tumpu
dan kordinasi waktu melayang dan mendarat.

2.2.6

Fungsi atau sumbangan daya ledak otot tungkai dengan hasil lompat
Dari Pengertian diatas jelas bahwa dalam melakukan lompatan

kita

memerlukan daya ledak otot tungkai, karena kita memerlukan gerakan yang
cepat dan kuat saat melakukan lompatan, dengan demikian hasil lompatan
akan lebih optimal. Dalam melakukan lompatan daya ledak otot tungkai
digunakan untuk menghasilkan lompatan yang jauh. Daya ledak otot tungkai
sangat diperlukan, karena seseorang pelompat

yang hendak melakukan

lompatan dan mempunyai target hasil lompatan yang maksimal maka salah
satu aspek yang perlu diperhatikan adalah masalah daya ledak otot tungkai.

29

2.4 Kerangka Berfikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas dapat diajukan
kerangka pikir sebagai berikut :
Menurut Soekamto (1984: 24) “ Kerangka pikir adalah konsep yang memerlukan
abstraksi dan hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya
berdimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti’’. Kecepatan lari mengacu
pada kecepatan gerak di dalam menampilkan keahlian (bukan sekedar berlari
cepat) namun dalam kecepatan lari itu siswa juga harus mampu mengontrol
kecepatannya dalam melakukan lompatan.
Dalam kecepatan lari 30 meter dan daya ledak otot tungkai pada siswa VIII SMP
Negeri 2 Lemong Pesisir Barat masih kurang hal ini dapat dilihat dari banyaknya
siswa

yang sering hilang kontrol saat melakukan lompatan

sehingga saat

melakukan tolakan pada papan tolakan kurang sempurna dan tidak menghasilkan
lompatan yang sempurna, dari sisi daya ledak otot tungkai siswa terlihat kurang
menguasai, seperti rendahnya ledakan tolakan sehingga hasil lompatan kurang
memuaskan.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan guru olahraga untuk meningkatkan
kecepatan lari dan daya ledak otot tungaki pada siswa adalah dengan
meningkatkan latihan kecepatan lari, latihan daya otot tungkai, melihat kenyataan
yang sebenarnya maka kecepatan lari dan daya ledak otot tungkai perlu
dilakukan dengan latihan-latihan yang berulang-ulang sehingga akhirnya
merupakan gerakan yang otomatis.

30

2.5 Hipotesis
Untuk dapat dipakai sebagai pegangan dalam penelitian ini, maka perlu
menentukan suatu penafsiran sebelumnya tentang hipotesis yang akan
dibuktikan kebenarannya. Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin
benar atau salah. Hipotesis akan menolak jika salah atau palsu dan akan
diterima jika fakta-fakta membenarkan (Sutrisno Hadi 1996 : 63).

Sesuai dengan permasalahan dan landasan teori yang ada maka hipotesis yang
akan diajukan dalam penelitian ini adalah : Suharsimi Arikunto (1998 : 67)
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sukardi (2003 : 42)

Hipotesis adalah