Bobot Karkas Persentase Karkas Ayam Kampung

Sidik Ragam SK Db JK KT F hitung F 5 F 1 Perlakuan t-1 JK perl JKPdb KTPKTG P0 vs P1P2P3P4 1 JK 1 JK 1 JK 1 G P1 vs P2P3P4 1 JK 2 JK 2 JK 2 G P2 vs P3 1 JK 3 JK 3 JK 3 G P4 vs P2P3 1 JK 4 JK 4 JK 4 G Galat rt-t JKG T-Prt-t - Total rt-1 JKT - - Kaidah Keputusan • Bila F hit F 0,05 perlakuan tidak berbeda nyata terima H0tolak H1. • Bila F hit ≥ F 0,05 perlakuan berbeda nyata tolak H0terima H1 • Bila F hit ≥ F 0,01 perlakuan berbeda sangat nyata tolak H0terima H1 Parameter Penelitian 1. Bobot Potong Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan enam jam.

2. Bobot Karkas

Bobot karkas diperoleh dari hasil penimbangan daging setelah komponen non karkas dipisahkan.

3. Persentase Karkas Ayam Kampung

Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong ayam kampung dikali 100 Persentase karkas = Bobot karkas Bobot potong x 100 Pelaksanaan Penelitian Persiapan kandang Kandang berukuran 1 x 1x 0,5 meter sebelum digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan ditutup rapat dengan terpal, lalu dicucihamakan penyemprotan dengan larutan Formalin dan dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan mencucihamakan kandang dari jamur, bakteri dan bibit mikroorganisme lainnya. Kandang dan peralatan kandang didesinfektan dengan rhodalon sebelum digunakan. Pengolahan tepung ikan pora pora dan limbah industri pengolahan ikan nila Sebelum dimasukkan ke dalam formula ransum ikan pora pora dan limbah industri ikan nila terlebih dahulu di tepungkan, adapun cara pembuatan tepung ikan yaitu : Gambar 1. Skema pembuatan tepung ikan pora pora dan limbah industri ikan nila Ikan pora-pora dan limbah ikan nila dibersihkan dari kotoran, plastik dan kayu Ditimbang limbah ikan nila dan ikan pora- pora Dimasukkan ke dalam panci presto dan direbus selama 30 menit Didinginkan selama 10 menit kemudian ditimbang Dipress untuk mengeluarkan lemak dan air Dikeringkan menggunakan sinar matahari Digiling sampai menjadi tepung dan disaring Siap digunakan dalam pakan Penyusunan Ransum Bahan pakan semuanya dibeli dari poultry shop, kecuali tepung ikan pora pora dan limbah industri ikan nila, kemudian bahan-bahan tersebut disusun sesuai dengan formula ransum. Teknik penyusunan ransum dilakukan sekali dalam satu minggu secara manual, yaitu dengan mencampurkan bahan pakan yang telah ditimbang sesuai dengan formulasinya. Susunan formulasi pakan yang digunakan dapat dilihat pada tabel komposisi bahan pakan dan nutrisi : Tabel 3. Susunan dan komposisi ransum fase starter pada perlakuan P0,P1, P2, P3, dan P4 No. Bahan Pakan Kandungan dalam Tiap Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 1 Tepung ikan komersil 10 2 Tepung ikan pora pora 10 3 Tepung ikan LIPIN 10 4 Tepung ikan imbangan 10 5 Jagung 48 48 48 48 6 Bungkil kedelai 18 18 18 18 7 Dedak 10 10 10 10 8 Bungkil kelapa 12 12 12 12 9 Minyak nabati 1 1 1 1 10 Top mix 1 1 1 1 Total 100 100 100 100 100 Nutrisi 1 Protein Kasar 21,00 21,254 21,088 20,044 20,463 2 Energi Metabolisme 2400 2403,6 2419,9 2395,5 2399,7 3 Lemak Kasar 4,00 4,146 5,2040 5,06 5,2040 4 Serat Kasar 4,00 4,808 4,990 4,680 4,6500 5 Kalsium 0,90 0,6754 4,625 0,8044 0,6694 6 Posfor 0,70 6,741 0,5844 1,032 0,7610 Tabel 4. Susunan dan komposisi ransum fase finisher pada perlakuan P0,P1, P2, P3, dan P4 No. Bahan Pakan Kandungan dalam Tiap Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 1 Tepung ikan komersil 10 2 Tepung ikan pora pora 10 3 Tepung ikan LIPIN 10 4 Tepung ikan imbangan 10 5 Jagung 50 50 50 50 6 Bungkil kedelai 12 12 12 12 7 Dedak 13 13 13 13 8 Bungkil kelapa 12 12 12 12 9 Minyak nabati 2 2 2 2 10 Top mix 1 1 1 1 Total 100 100 100 100 100 Nutrisi 1 Protein Kasar 19,00 19,205 19,039 17,950 18,414 2 Energi Metabolisme 2400 2491,1 2507,4 2483,0 2487,6 3 Lemak Kasar 5,00 4,350 5,1940 4,0094 5,4080 4 Serat Kasar 5,00 4,978 4,7950 4,8509 4,8200 5 Kalsium 0,90 0,53262 0,5262 0,5326 0,7445 6 Posfor 0,60 0,7263 0,6353 0,8553 0,7203 P0: Ransum komersil; P1: Ransum dengan tepung ikan pabrikan; P2: Ransum dengan tepung ikan pora-pora; P3: Ransum dengan tepung ikan LIPIN; P4: Ransum dengan imbangan tepung ikan pora-pora dan LIPIN. Pemilihan DOC ayam kampung Sebelum DOC dimasukkan ke dalam kandang, terlebih dahulu dilakukan pengacakan dan penimbangan bobot awal, dengan tujuan agar pengacakan tiap perlakuan dan ulangan merata. Pemeliharaan 1. Hari pertama DOC diberikan minum Vitastress untuk mencegah stress akibat perjalanan dari tempat penetasan. 2. DOC untuk dua minggu pertama dalam pemeliharaannya ditambahkan kertas koran sebagai alas dan diganti apabila sudah kotor atau basah. Pada setiap plot juga dipasang lampu pemanas broder. 3. Ransum dan air minum diberikan secara adlibitum, dan tempat pakan di isi ½ bagian untuk menghindari banyaknya pakan yang terbuang saat ayam makan. 4. Vaksinasi dilakukan empat kali selama penelitian, yaitu vaksin ND I pada umur 4 hari, Gumboro I pada hari ke 14, ND II pada hari ke 24 dan Gumboro II pada hari ke 35. 5. Selain lampu pemanas, pada malam hari kandang di beri lampu penerang di sekitar kandang. 6. Pemberian obat – obatan dilakukan sesuai dengan kondisi fisik dari ayam. Pengambilan Data Data diambil setelah umur ayam mencapai umur pemotongan karkas yaitu umur 12 minggu. Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur parameter yang telah ditentukan. Persiapan yang dilakukan untuk memperoleh karkas adalah : 1. Pemuasaan, ayam dipuasakan selama enam jam untuk mengosongkan isi tembolok dan mengurangi isi saluran pencernaan. 2. Pemotongan, ayam dipotong di bawah rahang termasuk vena jugularis, pipa tenggorokan dan kerongkongan. 3. Pengeluaran darah, setelah dipotong ayam digantung dengan posisi kepala ke bawah dan biarkan selama dua menit. 4. Penyeduhan scalding, ayam dicelupkan ke dalam air panas dengan suhu sekitar 60 C selama 1 menit untuk mempermudah pencabutan bulu. 5. Pencabutan bulu dicabut secara manual. 6. Pemisahan komponen non karkas, kepala hingga batas leher dipotong, kaki hingga batas lutut dipotong, isi rongga perut ditarik keluar lalu dipisahkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh dari data bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu. Bobot Potong Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan pemotongan setelah dipuasakan enam jam. Rataan bobot potong ayam kampung umur 12 minggu dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. P0: Ransum komersil; P1: Ransum dengan tepung ikan pabrikan; P2: Ransum dengan tepung ikan pora-pora; P3: Ransum dengan tepung ikan LIPIN; P4: Ransum dengan imbangan tepung ikan pora-pora dan LIPIN. Gambar 1. Histogram bobot potong ayam kampung umur 12 minggu g Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata bobot potong tertinggi adalah 1189,6 g perlakuan P0, kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P2 1107,6 g, perlakuan P4 1091,6 g, perlakuan P3 991,99 g dan rata-rata bobot 1189,6 987,67 1107,6 991,99 1091,6 200 400 600 800 1000 1200 1400 P0 P1 P2 P3 P4 B ob ot P ot on g Kombinasi Perlakuan potong yang paling rendah adalah ayam kampung yang diberi perlakuan P1 yaitu sebesar 987,67 g. Gambar 1 di atas juga menunjukkan rataan umum bobot potong adalah sebesar 1073,73. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan menurut Murtidjo 1994 yaitu sebesar 830 g sedangkan menurut Cahyono 1998 bobot potong ayam kampung adalah sekitar 800 g. Hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, genetik, asupan nutrisi dan lingkungan. Asupan nutrisi yang terdapat dalam ransum setiap perlakuan menyebabkan tingginya pertambahan bobot badan dilanjutkan pengaruh ke bobot potong ayam kampung. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan perbedaan tepung ikan dalam level yang sama menyebabkan perbedaan yang nyata pada tingkat bobot potong ayam kampung umur 12 minggu. Hasil uji ortogonal kontras Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan P0 ransum komersial memberikan pengaruh yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Perlakuan P1 yaitu ransum dengan tepung ikan komersial pabrikan lokal memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2,P3 dan P4 dalam bobot potong ayam kampung umur 12 minggu. Perlakuan P2 yaitu ransum dengan tepung ikan pora-pora memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan P3 dalam bobot potong ayam kampung umur 12 minggu. Perlakuan P4 yaitu ransum dengan tepung ikan imbangan pora-pora dan LIPIN memberikan pengaruh yang tidak nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kualitas ransum yang disusun menggunakan berbagai jenis tepung ikan dalam perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan arti lain menunjukkan bobot potong yang sama. Bobot potong ayam kampung umur 12 minggu dalam penelitian ini dipengaruhi secara nyata oleh kandungan nutrisi susunan ransum setiap perlakuan yang dikonsumsi oleh ayam kampung dimetabolisme dengan baik oleh tubuh ayam kampung sendiri sehingga menyangkut perubahan - perubahan kimia dalam sel hidup yang meliputi sintesa dan perombakan menjadi daging. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tillman et al., 1991 yang menyatakan bahwa ransum yang dikonsumsi oleh ternak diasimilasikan untuk perbaikan dan sintesa jaringan- jaringan baru atau produksi daging. Hasil sisa metabolisme harus dirubah dan diekskresikan. Protein dicerna menjadi asam-asam amino yang diabsorbsi ke dalam vena porta kemudian diangkut ke hati untuk disimpan menjadi cadangan asam-asam amino. Protein yang ada pada kandungan ransum merupakan komponen utama penyusun utama jaringan tubuh. Pengaruh yang tidak nyata pada setiap perlakuan selain ransum komersial sebagai pembandingransum kontrol mengandung protein yang tersusun atas asam-asam amino yang merombak semua susunan ransum tercerna menjadi daging sehingga bobot potong menjadi seimbang dengan asupan nutrisi ransum. Selain itu, kandungan asam amino pada tepung ikan pora-pora dan limbah industri pengolahan ikan nila berfungsi sebagai pembawa nutrisi, pembawa penyusun darah, pembawa oksigen darah serta penyusun jaringan tubuh yang utama bagi ayam kampung umur 12 minggu Prawirokusumo, 1994. Ayam kampung yang diberi perlakuan tepung ikan tersebut mengalami penyusunan jaringan tubuh. Bobot Karkas Bobot karkas adalah berat bagian tubuh unggas setelah dipotong dan dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher dan darah, kecuali paru-paru dan ginjal Rizal, 2006. Rataan bobot karkas ayam kampung umur 12 minggu dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. P0: Ransum komersil; P1: Ransum dengan tepung ikan pabrikan; P2: Ransum dengan tepung ikan pora-pora; P3: Ransum dengan tepung ikan LIPIN; P4: Ransum dengan imbangan tepung ikan pora-pora dan LIPIN. Gambar 2. Histogram bobot karkas ayam kampung umur 12 minggu g Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa rata-rata bobot karkas tertinggi adalah 803,66 g perlakuan P0, kemudian diikuti berturut-turut oleh perlakuan P2 739,33 g, perlakuan P4 714,66 g, perlakuan P3 661 g dan rata-rata bobot karkas yang paling rendah adalah ayam kampung yang diberi perlakuan P1 yaitu sebesar 657,16 g. Gambar 2 di atas juga menunjukkan rataan umum bobot karkas adalah sebesar 715,16 g. Angka tersebut dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu fisiologi dan 803,66 657,16 739,33 661 714,66 100 200 300 400 500 600 700 800 900 P0 P1 P2 P3 P4 B ob ot K ar k as Kombinasi Perlakuan kandungan zat makanan dalam pakan. Zat makanan merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama proporsi kadar lemak Lesson, 2000. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Lampiran 6 menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan perbedaan tepung ikan dalam level yang sama menyebabkan perbedaan yang nyata pada tingkat bobot karkas ayam kampung umur 12 minggu. Hasil uji ortogonal kontras Lampiran 7 menunjukkan bahwa perlakuan P0 ransum komersial memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Perlakuan P1 yaitu ransum dengan tepung ikan komersial pabrikan lokal memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2,P3 dan P4 dalam menurunkan bobot karkas. Perlakuan P2 yaitu ransum dengan tepung ikan pora-pora memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan P3 dalam menaikkan bobot karkas. Perlakuan P4 yaitu ransum dengan tepung ikan imbangan pora-pora dan LIPIN memberikan pengaruh yang tidak nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kualitas ransum yang disusun menggunakan berbagai jenis tepung ikan dalam perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan arti lain menunjukkan bobot karkas yang sama. Bobot karkas yang terlihat dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang tidak nyata pada perlakuan yang disusun dengan menggunakan tepung ikan komersial, pora-pora dan limbah industri tepung ikan nila. Protein yang terdapat pada setiap perlakuan memberikan pengaruh yang menimbulkan bobot karkas dengan nilai yang tidak berbeda secara signifikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahju 1991 yang menyatakan bahwa protein berguna untuk pertumbuhan jaringan pada ayam. Hal ini disebabkan oleh karkas ayam terdiri dari 18 protein sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan jaringan dapat dihitung berdasarkan efisiensi penggunaan protein dan retensi nitrogen. Semua asam-asam amino esensial dalam seluruh karkas dari ayam telah dideterminasi dengan pengujian mikrobiologis. Pola komposisi asam amino dari karkas nyata sama diantara spesies kalau dinyatakan dengan persentase dari protein karkas. Kebutuhan asam asam amino esensial yang dinyatakan dengan persentase protein dalam ransum untuk pertumbuhan ayam mempunyai persamaan dengan persentase asam-asam amino untuk ayam hubungannya dengan asam-asam amino dari protein karkas. Bila komposisi asam-asam amino esensial dari protein dalam ransum dibandingkan dengan komposisi asam-asam amino esensial dari protein jaringan ayam, defisiensi yang paling menyolok adalah protein ransum adalah methionin. Pada penelitian-penelitian biologis yang mempergunakan ransum yang sebagian besar terdiri dari jagung dan bungkil kedelai dengan atau tanpa daging sisa dari penjagalan meat scraps telah membuktikan bahwa penambahan metionin ke dalam ransum menghasilkan perbaikan dalam pertumbuhan, produksi dan terutama efisiensi penggunaan ransum. Ketidakesimbangan asam amino dapat diperlihatkan dengan ransum yang sangat rendah kadar proteinnya. Dalam kondisi ini ada dua kemungkinan asam amino yang kekurangan misalnya metionin dan lisin. Akan tetapi dalam kondisi ransum dengan protein yang tinggi pada ransum akan membuat susunan asam amino yang seimbang. Persentase Karkas Persentase karkas dihitung dengan membandingkan bobot karkas dengan bobot potong. Hasil ini diperoleh dari proses pemotongan hingga pemisahan masing-masing. Rataan hasil persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. P0: Ransum komersil; P1: Ransum dengan tepung ikan pabrikan; P2: Ransum dengan tepung ikan pora-pora; P3: Ransum dengan tepung ikan LIPIN; P4: Ransum dengan imbangan tepung ikan pora-pora dan LIPIN. Gambar 3. Histogram persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa rata-rata persentase karkas tertinggi adalah 67,51 perlakuan P0, kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P3 66,67 , perlakuan P2 66,66 , perlakuan P166,53 dan rata-rata bobot badan yang paling rendah adalah ayam kampung yang diberi perlakuan P4 yaitu sebesar 65,43 . Dari Gambar 3 di atas juga dapat dilihat bahwa rataan umum persentase karkas adalah sebesar 66,56 . Angka ini sesuai dengan pernyataan Soeparno 2011 yang menyatakan bahwa persentase karkas ayam kampung sekitar 60-68 67,51 66,53 66,66 66,67 65,43 64 64,5 65 65,5 66 66,5 67 67,5 68 P0 P1 P2 P3 P4 P ers en tas e K ar k as Kombinasi Perlakuan . Variasi jumlah daging yang dihasilkan dari karkas seperti halnya kualitas daging dan produk daging dipengaruhi oleh faktor genetik termasuk faktor fisiologi dan nutrisi. Umur dan berat hidup juga dapat mempengaruhi jumlah daging yang dihasilkan dari berbagai spesies ternak. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam Lampiran 8 menunjukkan bahwa ransum perlakuan dengan perbedaan tepung ikan dalam level yang sama menyebabkan tidak berbeda nyata pada tingkat persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu. Menurut Soeparno dan Davis 1987 nutrisi pakan dan berat hidup mempunyai pengaruh yang relatif besar terhadap produksi daging. Hasil uji ortogonal kontras Lampiran 9 menunjukkan bahwa perlakuan P0 ransum komersial memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1, P2, P3 dan P4. Perlakuan P1 yaitu ransum dengan tepung ikan komersial pabrikan lokal memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2,P3 dan P4 dalam menurunkan persentase karkas . Perlakuan P2 yaitu ransum dengan tepung ikan pora-pora memberikan pengaruh tidak berbeda nyata dengan P3 dalam menaikkan persentase karkas. Perlakuan P4 yaitu ransum dengan tepung ikan imbangan pora-pora dan LIPIN memberikan pengaruh yang tidak nyata dengan perlakuan P2 dan P3. Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa kualitas ransum komersial pabrikan lokal dan ransum yang disusun menggunakan berbagai jenis tepung ikan dalam perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan arti lain menunjukkan persentase karkas yang sama. Persentase karkas yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang tidak nyata setiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa imbangan antara bobot badan dan bobot karkas yang sama setiap perlakuan. Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam ransum terutama penyusun komposisinya utama yang mengandung protein. Komposisi protein yang terdiri dari asam amino pada setiap perlakuan menyebabkan adanya efisiensi ransum melalui persentase karkas. Rekapitulasi Hasil Peneltian Data hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini : Tabel 5. Rekapitulasi hasil penelitian pada perlakuan P0,P1, P2, P3, dan P4 Parameter Penelitian Rataan Tiap Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 Bobot Potong g 1189.6 987.67 1107.6 991.99 1091.6 Bobot Karkasg 803.66 657.16 739.33 661 714.66 Persentase karkas 67.51 66.53 66.66 66.67 65.43 P0: Ransum komersil; P1: Ransum dengan tepung ikan pabrikan; P2: Ransum dengan tepung ikan pora-pora; P3: Ransum dengan tepung ikan LIPIN; P4: Ransum dengan imbangan tepung ikan pora-pora dan LIPIN. Tabel 5 di atas menunjukkan masing-masing perlakuan dengan setiap parameter penelitian. Pada bobot potong dan bobot karkas perlakuan P0 menunjukkan pengaruh yang sangat nyata dan perlakuan lain tidak berbeda nyata satu sama lain, pada persentase karkas semua perlakuan tidak berbeda nyata. Secara umum hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi setiap perlakuan terutama penyusun protein ransum. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penggunaan tepung ikan pora-pora dan limbah industri pengolahan ikan nila LIPIN dalam ransum dapat menggantikan penggunaan tepung ikan komersial pabrikan lokal, untuk meningkatkan kualiatas karkas ayam kampung umur 12 minggu. Bisa digunakan secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari keduanya. Saran Pemanfaatan tepung ikan pora-pora dan limbah industri pengolahan ikan nila LIPIN sebaiknya digunakan dalam ransum ketika masa panen ikan melimpah over product sehingga menghasilkan banyak sortiran untuk menghindari persaingan dengan manusia. DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E., Eviliviawati, 2000. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta Anggorodi, R., 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia, Jakarta. Boniran, S. 1999. Quality Control untuk Bahan Baku dan Produk Akhir Pakan Ternak. Kumpulan Makalah Feed Quality Management Workshop, American Soybean Asosiation dan Balai Penelitian Ternak. Cahyono, B. 1998. Ayam Kampung Pedaging. Trubus Agriwidya, Ungaran. Clusac.,I.J and A.R Ward, 1996. Post Harvest Fish Development. A Guide to Handling, Preservation, Prosiding and Quality, Natural Resources Institute, London, U.K. DEPTAN Departemen Pertanian, 1987. Kumpulan Penelitian Hasil Perikanan Direktorat Jendral Perikanan, Jakarta: Balai Pengembangan Perikanan Laut, Departemen Perikanan. Djazuli, Sunarya, N dan D. Budiyanto, 1998. Teknologi Mutu dan aplikasi tepung Silases Ikan TSI. Prosiding Seminar Peluang Pengembangan Usaha Tepung Ikan dan Silase Ikan TSI. Direktorat Jendral Perikanan, Jakarta. Ferinaldy, 2008. Indeks konsumsi ikan perkapita Indonesia.http:ferinaldy. wordpress.com. [Diakses 5 April 2013]. Hartadi, H, S. Reksohardiprojo, dan A.D. Tillman, 1997. Komposisi Bahan Pakan Untuk Indonesia. Gadja Mada University Press, Yogyakarta. Ilyas, S., 1982. Teknologi Pemanfaatn Lemuru Selat Bali. Balai Penelitian Teknologi Perikanan, Jakarta. Ilyas, S. M Saleh dan H. E. Irianto, 1985, Teknologi Pengolahan Tepung Ikan Proding Rapat Teknis Tepung Ikan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Kartamihardja, E.S dan Sarnita, A., 2008. Populasi Ikan Bilih di Danau Toba. Jakarta: Pusat Riset Perikanan Tangkap, Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan Lesson , S and J. D., 2000. Pengaruh Penggunaan Ampas Tahu Terhadap Efesiensi Penggunaan Protein Oleh Ayam Pedaging. Jurnal Ilmiah, Semarang. Marhiyanto, B., 2006. Beternak Ayam Buras. SIC: Surabaya. Moeljanto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Murtidjo, B. A., 1994. Mengelola Ayam Buras. Kanisius, Yogyakarta. Nitt, J. L,. 1983. Livestock Husbandry Techniques. Granada Publishing. Prawirokusumo,S., 1994. Ilmu Gizi Komparatif. BPFE, Jogjakarta Purnomo K. dan Kartamihardja. 2009. Keberhasilan Introduksi Ikan Blih Mystacoleucus padangensis ke Habitat yang Baru di Danau Toba, Sumatera Utara. Jakarta: Pusat riset Perikanan Tangkap. Rasyaf, M. 1990. Bahan Makanan Unggas Di Indonesia, Kansius. Yogyakarta ________. 1992. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. ________. 1994. Pengelolaan Peternakan Unggas Pedaging. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rizal, Yose. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Andalas University Press. Saleh, M. 1990. Pengaruh pengepresan, mutu bahan mentah dan penyimpanan terhadap mutu tepung ikan. Jurnal Penelitian Pasca Panen Perikanan No. 65. Balai Penelitian Perikanan Laut. Departemen Pertanian, Jakarta. Sarwono, B., 1996. Beternak Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta. __________.1997. Memelihara Ternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya, Jakarta. Satrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Scanes, C.G., G.E. Brant dan M.E. Ensminger. 2004. Poultry Science. Pearson Prentice, Upper Saddle River, NJ. Siagian Cipryana, 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan Serta Keterkaitannya dengan Kualitas Perairan Di Danau Toba, Skripsi Universitas Sumatera Utara, Medan. Soeparno. 1994. Ilmu dan Tehnologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. ________2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Suyanto, R. 1994. Nila . PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Taib, G.E. Said dan S. Wiraatmaja, 1988. Operasi Pada pengolahan Hasil Pertanian. Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta. Tillman. A. D., Hartadi., H. Reksohaddiprodjo. S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Umar, A., M. Fuah, A. K. Edeng dan D. Beria. 1992. Pengaruh tingkat protein dalam ransum terhadap pertumbuhan ayam buras periode grower, Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Wahju, J., 1991. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM Press, Jogjakarta. Widayati, E dan R. E. Widalestari, Y. 1996. Limbah Untuk Pakan Ternak. Trubus Agrisorana. Surabaya. Windsor, M dan S. Barlow, 1981. Introduction to Fishery By-Product. Fishing News Book Ltd. Farnham. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta: Kanisius. LAMPIRAN Lampiran 1. Rataan bobot potong ayam kampung umur 12 minggu Perlakuan Sampel Rataan I II III P01 1236 1236 860 1110,667 P02 1018 1604 1116 1246,000 P03 1242 1380 1286 1302,667 P04 1024 1234 1040 1099,333 P11 826 1146 928 966,6667 P12 912 1016 892 940,0000 P13 1204 1046 990 1080,000 P14 950 1064 878 964,0000 P21 1248 996 804 1016,000 P22 1144 1258 1284 1228,667 P23 1118 990 1030 1046,000 P24 1018 1174 1228 1140,000 P31 984 982 960 975,3333 P32 900 1020 882 934,0000 P33 1046 834 990 956,6667 P34 1114 1116 1076 1102,000 P41 956 1162 1188 1102,000 P42 1098 1122 1216 1145,333 P43 980 1150 812 980,6667 P44 1176 1058 1182 1138,667 Lampiran 2. Rataan bobot karkas ayam kampung umur 12 minggu Perlakuan Sampel Rataan I II III P01 830 842 572 748,0000 P02 676 1074 752 834,0000 P03 830 956 872 886,0000 P04 708 842 690 746,6667 P11 566 762 624 650,6667 P12 584 676 592 617,3333 P13 814 684 656 718,0000 P14 636 708 584 642,6667 P21 850 682 520 684,0000 P22 768 836 874 826,0000 P23 742 668 660 690,0000 P24 664 784 824 757,3333 P31 604 622 628 618,0000 P32 600 654 576 610,0000 P33 724 616 674 671,3333 P34 754 748 732 744,6667 P41 630 772 774 725,3333 P42 724 720 822 755,3333 P43 626 752 534 637,3333 P44 774 676 772 740,6667 Lampiran 3. Rataan persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu Perlakuan Sampel Rataan I II III P01 67,15210 68,12298 66,51163 67,26224 P02 66,40472 66,95761 67,38351 66,91528 P03 66,82770 69,27536 67,80715 67,97007 P04 69,14063 68,23339 66,34615 67,90672 P11 68,52300 66,49215 67,24138 67,41884 P12 64,03509 66,53543 66,36771 65,64608 P13 67,60797 65,39197 66,26263 66,42086 P14 66,94737 66,54135 66,51481 66,66784 P21 68,10897 68,47390 64,67662 67,08650 P22 67,13287 66,45469 68,06854 67,21870 P23 66,36852 67,47475 64,07767 65,97364 P24 65,22593 66,78024 67,10098 66,36905 P31 61,38211 63,34012 65,41667 63,37963 P32 66,66667 64,11765 65,30612 65,36348 P33 69,21606 73,86091 68,08081 70,38593 P34 67,68402 67,02509 68,02974 67,57962 P41 65,89958 66,43718 65,15152 65,82942 P42 65,93807 64,17112 67,59868 65,90263 P43 63,87755 65,39130 65,76355 65,01080 P44 65,81633 63,89414 65,31303 65,00783 Lampiran 4. Analisis ragam bobot potong ayam kampung umur 12 minggu. SK dB JK KT F Hit F Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 116005,8 29001,46 4,161237 3,06 4,89 Galat 15 104541,5 6969,433 Total 19 220547,3 Ket: : menunjukkan perbedaan yang nyata Lampiran 5. Pembandingan ortogonal kontras terhadap bobot potong ayam kampung Kontras 4758,6 3950,6 4430,6 3968 4366,6 Qk r.ΣC 2 JK i P0 vs P1P2P3P4 4 -1 -1 -1 -1 2318,668 80 67202,76 P1 vs P2P3P4 3 -1 -1 -1 -913,333 48 17378,7 P2 vs P3 1 -1 462,6673 8 26757,63 P4 vs P2P3 -1 -1 2 334,6667 24 4666,742 SV dB JK KT F Hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 116005,8 29001,46 4,161237 3,06 4,89 P0 vs P1P2P3P4 1 67202,76 67202,76 9,642501 4,54 8,68 P1 vs P2P3P4 1 17378,7 17378,7 2,493561 tn 4,54 8,68 P2 vs P3 1 26757,63 26757,63 3,839284 tn 4,54 8,68 P4 vs P2P3 1 4666,742 4666,742 0,669601 tn 4,54 8,68 Galat 15 104541,5 6969,433 Lampiran 6. Analisis sidik ragam bobot karkas ayam kampung umur 12 minggu. SK dB JK KT F Hit F Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 58858,22 14714,56 4,172518 3,06 4,89 Galat 15 52898,11 3526,541 Total 19 111756,3 Ket: : menunjukkan perbedaan yang nyata Lampiran 7. Pembandingan ortogonal kontras terhadap bobot karkas Kontras 3214,6 2628,6 2957,3 2644 2858,6 Qk r.ΣC 2 JK i P0 vs P1P2P3P4 4 -1 -1 -1 -1 1770 80 39161,26 P1 vs P2P3P4 3 -1 -1 -1 -574 48 6864,079 P2 vs P3 1 -1 313,33 8 12272,22 P4 vs P2P3 -1 -1 2 115,99 24 560,6657 Ket: : menunjukkan perbedaan yang sangat nyata : menunjukkan perbedaan yang nyata tn : menunjukkan perbedaan yang tidak nyata SV dB JK KT F Hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 58858,22 14714,56 4,172518 3,06 4,89 P0 vs P1P2P3P4 1 39161,26 39161,26 11,10472 4,54 8,68 P1 vs P2P3P4 1 6864,079 6864,079 1,946405 tn 4,54 8,68 P2 vs P3 1 12272,22 12272,22 3,479960 tn 4,54 8,68 P4 vs P2P3 1 560,6657 560,6657 0,158985 tn 4,54 8,68 Galat 15 52898,11 3526,541 Ket: : menunjukkan perbedaan yang sangat nyata : menunjukkan perbedaan yang nyata tn : menunjukkan perbedaan yang tidak nyata Lampiran 8. Analisis ragam persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu SK dB JK KT F Hit F Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 58858,22 14714,56 4,172518 3,06 4,89 Galat 15 52898,11 3526,541 Total 19 111756,3 Ket: : menunjukkan perbedaan yang nyata Lampiran 9. Pembandingan ortogonal kontras terhadap persentase karkas Kontras 270,05 266,15 266,64 266,70 261,75 Qk r.ΣC 2 JK i P0 vs P1P2P3P4 4 -1 -1 -1 -1 18,95638 80 4,491806 P1 vs P2P3P4 3 -1 -1 -1 3,353633 48 0,234309 P2 vs P3 1 -1 -0,06077 8 0,000462 P4 vs P2P3 -1 -1 2 -9,85518 24 4,046856 SV dB JK KT F Hit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 4 8,773433 2,193358 1,049746 tn 3,06 4,89 P0 vs P1P2P3P4 1 4,491806 4,491806 2,14978 tn 4,54 8,68 P1 vs P2P3P4 1 0,234309 0,234309 0,11214 tn 4,54 8,68 P2 vs P3 1 0,000462 0,000462 0,000221 tn 4,54 8,68 P4 vs P2P3 1 4,046856 4,046856 1,93683 3tn 4,54 8,68 Galat 15 31,34128 2,089419 Ket: tn : menunjukkan perbedaan yang tidak nyata