Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Sampel yang peneliti gunakan adalah sampel purposif purposive sampling. Moleong 2001: 164 mengatakan” ... pada penelitian kualitatif, tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan puposive sampling.” Sampel bertujuan dapat ditandai dengan hal-hal berikut: Rancangan sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu, pemilihan sampel secara beurutan, penambahan sampel dipilih untuk memperluas informasi dari sampel sebelumnya. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel-sampel dipilih atas dasar fokus penelitian, dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan-pengulangan informasi yang dibutuhkan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Tekinik Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas studi pustaka, penelusuran online, angket. 1 Studi Pustaka Teknik ini diguakan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini, diantaranya teori tentang analisis cerpen, nilai-nilai humanis, pendekatan psikologi sastra, apresiasi, dan bahan ajar. 2 Penelusuran Online Teknik penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media internet Bungin,2009: 125. Teknik ini digunakan untuk menemukan karya sastra cerpen yang telah diteliti dengan pendekatan psikologi sastra. 3 Angket Untuk mengumpulkan data mengenai resepsi siswa SMA mengenai nilai-nilai humanis dalam cerpen pada majalah Horison. Pedoman Analisis Cerpen Identitas Cerpen : Judul : Pengarang : No. Pokok Analisis Penjelasan Tujuan 1 Unsur Intrinsik - Penokohan perwatakan Menafsirkan karakter tokoh atau sesuatu yang menjdi pelaku Untuk mengethui tokoh cerita, watak yang dimilik tokoh, teknik melukiskan tokoh. 2. Unsur Ekstrinsik Psikologi tokoh Perubahan kejiwaan tokoh Untuk mengetahui perubahan kejiwaan tokoh 3 Tema Cerita Sesuatu yang mendasari cerita Untuk mengetahui gagasanide cerita. 4 Nalar - Nalar perilaku tokoh - Motif dan minat Logiskah perilaku tokoh berdasarkan psikologi Dorongan untuk bertindak Untuk mengetahui kelogisan perilaku tokoh berdasarkan psikologi. 5 Konflik Pertentangan yang dialami tokoh Untuk mengetahui pertentangan tokoh dgn dirinya, dengan tokoh lain, dengan Tuhan. Pedoman Analisis Nilai-nilai Humanis No Pokok Masalah Pejelasan Tujuan 1 Nilai-nilai Humanis - Hubungan manusia dengan dirinya. - Hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkungan sosial termasuk dengan lingkungan alam. Ingin memetik hikmah dari pesan moral yang diamatkan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran apresiasi sastra. - Hubungan manusia dengan Tuhannya. BAB V PEMBELAJARAN 5.1. Pembelajaran Apresiasi Sastra Pembelajaran sastra saebagai bagian dari sistem pendidikan nasional berperan untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatan kwalitas kehidupan dan martabat manusia. Peran pembelajaran sastra dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, melalui kegiatan menghayati dan memahami sastra. Dengan menghayati dan memahami sastra kita dapat memahami dan menghargai nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra. Sejalan dengan Rusyana 1999:7 “ Melalui sastra, kita dapat menemukan makna kehidupan, sesuatu yang dalam kenyataan sehari-hari jarang terjadi, sebab dalam kenyataan, hidup itu kita jalani serpih demi serpih, sedangkan dalam sastra hidup tersaji sebagai suatu yang lebih utuh.” Tujuan pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Atas berdasarkan Kurikulum 2004 dapat dibagi sebagai berikut. - Memperoleh pengalaman sastra, yaitu pengalaman mengapresiasi hasil karya sastra, dan pengalaman berekspresi sastra. - Memperoleh pengetahuan sastra, seperti teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Pembelajaran sastra di sekolah akan bermakna dengan baik apabila bertolak dari hasil sastra untuk dihayati. Penghayatan itu semakin mendalam apabila diperoleh pemahaman nilai-nilai dari apa yang dibacanya. Sejalan dengan Rusyana 1999:7 “ Tujuan beroleh pengetahuan sastra dapat terjadi secara sesungguhnya apabila dilandasi oleh pengalaman sastra, tanpa itu, yang ada hanyalah ‘tahayul’ tentang sastra.” Berdasarkan hal di atas, berikut ini penulis tampilkan pembelajaran apresiasi sastra yang didasarkan pada pengungkapan nilai-nilai yang terdapat pada hasil sastra berupa cerita pendek. 5.2 Model Pembelajaran Apresiasi Sastra Kegiatan pembelajaran apresiasi sastra melalui tahapan berikut. - Tahap pertama, siswa membaca hasil karya sastra. Tahap ini bertujuan memberikan pengalaman sastra yaitu, pengalaman mengapresiasi hasil sastra, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit, mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang bersifat kongkrit, memberikan pengetahuan yang bersifat langsung, penyajian informasi yang mampu menembus batas geografis. - Tahap kedua, menceritakan kembali hasil sastra yang telah dibaca. Tahap ini bertujuan memberikan pengalaman berekspresi sastra dari pengindraan, pendengaran, daya tanggap, daya bayang, daya pikir, daya rasa dan lainnya. - Tahap ketiga, siswa dengan bimbingan guru menentukan unsur-unsur pembengun karya sastra.Tahap ini bertujuan, memperoleh pengetahuan sastra seperti teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Pengetahuan sastra diberikan setelah mendapatkan pengalaman sastra, dimaksudkan pengetahuan sastra dikaitkan dengan pengalaman bersastra, agar pengalaman bersastra, agar pengalaman itu lebih mendalam dan lebih luas. - Tahap keempat, siswa mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sastra pada hasil sastra lainnya dengan membaca hasil sastra. Tujuan tahap ini, untuk menanamkan rasa percaya diri dan menghargai hasil sastra. - Tahap kelima, siswa mengkaji hasil sastra secara berkelompok dan membacakannya hasil kajian di depan kelas. Pada tahap ini diharapkan pengkajian terhadap hasil sastra lebih jelas, lebih mendalam dan lebih luas. - Tahap keenam, perwakilan kelompok membacakan hasil kajian di depan kelompok lain. Tujuan tahap ini siswa mampu mengekpresikan hasil kajian dan bertukar pengalaman hasil apresiasi dari kajian hasil sastra yang sama. 5.3 Pelaksanaan Uju Coba Pembelajaran Penelitian ini menerapkan metode deskripsi analisis dengan tujuan memperoleh gambaran pemahaman siswa akan nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra yang dibacanya. Pada tahap akhir penelitian ini penulis melakukan uji coba pembelajaran yang disusun sebagai bentuk pemanfaatan hasil penelitian. Akan tetapi fokus penelitian ini tidak ditunjukan pada eksperimen model pembelajaran melainkan pada kajian nilai-nilai yang terkandung pada karya satra cerpen secara kualitatif. Uji coba ini dilakukan untuk mendapatkan masukan tentang keefektifan penggunaan bahan pembelajaran berupa cerpen untuk mengungkapkan nilai-nilai luhur dalam cerpen khususnya nilai-nilai humanis selama pembelajaran berlangsung. Uji coba pembelajaran peneliti lakukan di SMA Negeri I Susukan Kabupaten Cirebon kelas X pada tanggal 23 dan 24 Mei 2011. Jumlah siswa yang diuji coba berjumlah 40 siswa. Uji coba dilaksanakan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada standar kompetensi Membaca Memahami wacana sastra puisi dan cerpen . Pembelajaran apresiasi sastra melalui enam tahapan kegiatan. Berikut peneliti paparkan tahap pembelajaran yang telah dikakukan. Tahap pertama, pembelajaran diawali dengan siswa membaca pemahaman karya sastra berupa cerpen “ Si Kakek dan Burung Dara” karya M. Fudoli Zaini dalam langkah pertama ini diharapkan siswa beroleh pengalaman apresiasi sastra, berupa pengetahuan unsur-unsur cerpen dari hasil karya berupa cerpen yang dibacanya. Dari hasil pengamatan siswa bersunguh-sungguh untuk memahami cerpen tersebut; hasil dari kesungguhan akan terlihat pada kegiatan berikutnya. Tahap kedua, menceritakan kembali hasil membaca cerpen “ Si Kakek dan Burung Dara” . Siswa ditujuk secara acak menceritakan kembali, pada umumnya siswa dapat menceritakan dengan lancar mengungkapkan jalan cerita, tokoh, latar dengan tepat.dari hasil cerpen “ Si Kakek dan Burung Dara” yang diceritakan siswa sebagai berikut. Cerpen iti menceritakan ziarah Si Kakek ke kubur istri dan anaknya. Dalam perjalanan ziarah itu, direncanakan bahwa esok, Si Kakek dan cucunya, akan mengadu burung dara. Ternyata, pagi harinya diketahui, bahwa burung dara kecintaan kakek itu, hilang dibawa musang. Si kakek tentu marah. Tetapi kemarahan itu dapat ditahan ketika mengetahui bahwa hilangnya burung dara itu semata-mata akibat kelalaian cucunya. Tahap kegiatan ketiga, siswa dengan bimbingan guru menentukan unsur-unsur pembangun cerpen. - Guru bertanya kepada siswa, “Siapa tokoh utama dalam cerpen’Si Kakek dab Burung Dara’?” - Siswa menjawab, “ Kakek dan Cucu” . - Kemudian siswa bertanya,” Mengapa dalam cerita itu yang menjadi tokoh utama bukan bapak dan anak?” - Dari hasil jawaban siswa dengan bimbingan guru bahwa,” Tokoh Kakek dan Cucu merupakan simbolik dari generiasi tua yang akan berakhir dan genersi muda yang masih panjang dalam menempuh kehidupan. Dalam cerpen ‘si Kakek dan Burung Dara’ ini banyak simbol dan pelajaran yang dapat di tarik.” - “Silakan beri contoh yang lain?” - Seorang siswa mencoba memahami simbol dari kutipan berikut. - Ia menanam duluan - Aku ingin jagung bakar. - Jagung itu enak dan manis - “ Kaliamat kutipa tersebut merupakan simbol bahwa siapa yang melakukan kerja dengan baik akan memetik hasilnya dengan manis” - Siswa lain pun memberi contoh, dengan mengutip kaliamat berikut. - Ajianmu sekarang sudah sampe mana? - ‘bismilah’ jawab anak itu. - ‘Alhamdulillah belum? - ‘Belum’ - “Kutipan tersebut menunjukan bahwa cucunya masih perlu belajar banyak tentang ilmu, dan kakeknya genersi tua berharap cucunya generasi muda menjadi orang yang pandai.” - Guru, “ Banyak lagi simbol dan pelajaran yang dapat diungkap dari cerpen tersebut kalian dapat menggali lebih dalam lagi.” - “ Apakah tema dari cerpen ‘ Si Kakek dan Burung Dara’ ?” tanya guru. - Siswa menjawab, “Ziarah kubur, duka sepi seorang kakek, ke-Tuhanan,...” - Mencari arti sebuah cerpen pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung dalam karya sastra cerpen tersebut, harus menentukan apa kekuatan dan kepentingan utama yang ada pada cerpen tersebut. Dari sekian tema yang dapat ditarik, ia memiliki tema besar yang dikandungnya. - Guru bertanya,” Apakah pelajaran yang dapat dipetik dari dari cerita” Si Kakek dan Burung Dara’?” - Siswa memberikan beberapa jawaban,” Hari esok harus lebih baik dari hari ini, Carilah ilmu selagi masih muda, kita harus menyayangi orang lain, berbuat baik supaya tidak menyesal dikemudian hari,...” Tahap kegiatan keempat Tahap Kegiatan Pertemuan II, siswa mengaplikasikan pengetahuan sastra untuk mengapresiasi cerpen “Tsunami” karya Putu Wijaya. Pada tahap ini siswa mengapresiasi cerpen dengan penuh kesungguhan menikmati karya sastra yang dibacanya sebanyak tujuh halaman dengan membaca, menghayati unsur-unsur intrinsik, menghayati nilai-nilai yang terdapat pada cerpen, selama 30 menit, sebagai persiapan dalam kegiatan pembelajaran diskusi kelompok. Selama siswa menikmati cerpen, peneliti mengamati aktivitas siswa. Berdasarkan pemantauan peneliti, setelah siswa mendapatkan pengalaman sastra dan penegtahuan sastra kesungguhan siswa dalam mengapresiasi lebih cermat, sehingga waktu yang disediakan selama 30 menit dirasakan oleh siswa masih kurang. Tahap kegiatan selanjutnya, siswa mengkaji cerpen “ Tsunami” dengan berdiskusi kelompok ada 8 kelompok dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan guru, dan menuliskan jawaban pada lembar jawaban yang telah disediakan. Hasil kerja kelompok dibacakan di depan kelompok lain secara bergantian. Hasil kerja kelompok sebagai berikut. Pada pertanyaan yang belum menyentuh apresiasi sastra dengan pertanyaan, - “ Apakah judul dan siapa pengarang cerpen tersebut?” Semuanya dapat menjawab dengan jawaban yang sama dan benar. - “ Apakah tema dari cerita pendek ‘Tsunami’?” Jawaban dari tiap kelompok bervariasi seperti, “ Kisah sejarah tsunami 30 tahun lalu, Tragedi tsunami, tsunami yang menimpa Nangro Aceh Darussalam,...” - Pada pertanyaan berikutnya, “ Siapakah tokoh cerita dalam cerpen ‘Tsunami’?” Pada umumnya dapat menjawan dengan benar,” Ibu Mama, Anak, dan Bapak.” - “ Bagaimanakah karakter tokoh tersebut?” jawaban siswa bervariasi diantaranya. - “Ibu, seorang ibu yang berjuang agar menjadi seorang yang berarti, ketika sudah mapan dapat memberikan bantuan kepada yang terkena bencana tsunami, ketika orang sudah mulai melupakannya.” - “ Anak, tokoh anak digambarkan anak kecil yang kritis yang selalu bertanya menanggapi cerita tsunami ibunya, anak ini pun bertekad menjadi pintar dan merebut kedudukan seperti harapan ibunya.” - “ Bapak, tokoh Bapak digambarkan seorang yang dulu berjuang untuk negeri ini sekarang telah lupa akan niat luhurnya, setelah ia memiliki jabatan dan kedudukan, ia yang seharusnya memenuhi kewajibannya, tetapi sekarang menyalahkan keadaan.” Berdasarkan pengamatan peneliti pengungkapan karakter tokoh dari cerpen “Tsunami” yang disusun siswa masih sangat sederhana dengan hanya mengungkap hal-hal yang luar dari yang tertulis dalam naskah belum mengungkap sisi dalam dari karakter para tokoh. Peneliti memaklumi hal tersebut sebab siswa masih belum mampu mengapresiasi sisi dalam kejiwaan tokoh serta waktu yang disediakan juga sangat sempit. Nilai- nilai humanis yang dapat diungkapkan siswa dari cerpen “Tsunami” diantaranya, saling tolong-menolong sesama manusia, ikut berpartisipasi jika ada saudara kita yang mendapatkan musibah, tidak hanya mempunyai rasa empati saja tetapi kita harus terjun untuk membantu saudara-saudara kita yag terkena musibah. Tahap akhir pembelajaran tanya- jawab dan evaluasi hasil dari penyampaian tiap kelompok, tiap kelompok dibatasi satu pertanyaan, kelompok yang mendapatkan pertanyaan, menjawab pertanyaan. Setelah kelompok menjawab pertanyaan kelompok lain, guru melakukan kegiatan akhir pembelajaran dengan menarik simpulan atas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Apresiasi itu bersifat personal karena karya sastra itu fiktif, tidak ada satupun interpretasi yang benar secara mutlak dan tidak satu pun apresiasi dianggap paling baik. Setelah pembelajaran berakhir, peneliti berupaya memperoleh tanggapan dari siswa atas bahan pembelajaran apresiasi satra berupa respon siswa. Respon siswa tersebut dilaksanakan dengan bertanya secara lisan di dalam kelas dan ditunjuk secara suka rela. Umumnya siswa menyatakan tertarik dengan pembelajaran apresiasi sastra dengan bahan cerpen. Selain itu siswa diminta mengisi kuesioner. Tabel 5.1 Hasil Angket Evaluasi Dalam Implementasi Bahan Belajar No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan meningkatkan kemampuan apreiasi sastra? 39 1 2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra? 26 14 3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen? 31 9 4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra? 21 19 5. Apakah cerpen “ Tsunami “ majalah Horison memuat contoh secara detail unsur-unsur cerpen? 27 13 6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi menambah pengetahuan melalui apresiasi sastra? 38 2 7. Pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan mengapresiasi cerpen? 35 5 Tabel 5.2 Hasil Angket Evaluasi Dalam Implementasi Bahan Belajar No. Pertanyaan Ya Tidak 1. Dapatkah cerpen majalah Horison digunakan meningkatkan kemampuan apreiasi sastra? 97,5 2,5 2. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai bahan ajar apresiasi sastra? 65 35 3. Apakah isi dari cerpen ”Tsunami” majalah Horison memenuhi syarat dalam menjelaskan unsur-unsur cerpen? 77,5 22,5 4. Apakah penggunaan cerpen majalah Horison menarik perhatian Anda dalam implementasi proses belajar mengajar apresiasi sastra? 52,5 47,5 5. Apakah cerpen “ Tsunami “ majalah Horison memuat contoh secara detail unsur-unsur cerpen? 67,5 32,5 6. Apakah cerpen “Tsunami” majalah Horison telah memuat informasi menambah pengetahuan melalui apresiasi sastra? 95 5 7. Pengetahuan nilai-nilai humanis dapat dicari dengan mengapresiasi cerpen? 87,5 12,5 DAFTAR PUSTAKA Aminuddin.1995 Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung, Sinar Baru, Algesindo. Bungin, B. 2009 Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana Prenada Group, Cetakan ketiga Campbel,T. 1994 Tujuh Teori Sosial Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Terjemahan F.Budi Hardiman. Yogyakarta: Kanisius Damaianti,V.S Ed.2011 Riksa Bahasa 4 Pendidikan Karakter dalam Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Rizqi Endraswara, S. 2008 Metodologi penelitian sastra, Yogyakarta, Medpress, Cetakan keempat Edisi Revisi, Endraswara, S. 2008 Metode Penelitian Psikologi Sastra. Teori Langkah dan Penerapannya, Esten, M. 1978 Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah,Bandung, Angkasa Gani, R. 1988 Pengajaran Sastra Indonesia Respon dan Analisis, Jakarta,Depdiknas Goble, F.G. 1987 Mazhab ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Terjemahan Drs. A. Supratinyo. Yogyakarta: Kanisius, Ismail, T. dkk . 2002 Horison Sastra Indonesia 2 Kitab Cerita Pendek, Horison Kaki Langit. Jakarta. The Ford Foundation. Jassin, H.B. 1965 Tifa Penyair dan Daerahnya, Jakarta: Gunung Agung, Cetakan keempat. Junus,U. 1985 Dari Peristiwa Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia, P.T.Gramedia, Jakarta Cetakan ketiga. Kementrian Pendidikan Nasional, 2010 Desain Induk, Pembangunan Karakter Bangsa, Jakarta. Rapat Kordinator Tingkat Mentri Kementrian Kordinator Bidang kesejahteraan Rakyat. Luxemberg, J.V. dkk.1984 Pengantar Sastra, Jakarta,Gramedia, terjemahan Dick Hartoko. Majalah Sastra, 1998 Horison, Jakarta:Yayasan indonesia,XXXII, 13 Majalah Sastra, 1999 Horison, Jakarta: Yayasan Indonesia,XXXIII, No.4 Majalah Sastra, 2005 Horison, Jakarta: PT Gramedia, Tahun XXXIX, No.1 Majalah Sastra, 2005 Horison, Jakarta: PT Gramedia, Tahun XXXIX, No.3 Majalah Sastra, 2010 Horison, Jakarta: Pusat Bahasa kementrian Pendidikan Nasional,edisi VIII Mangunwijaya, Y.B. 1986 Ragawidya Religiositas Hal-hal Sehari-hari. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Mangunwijaya, 1986 Sastra dan Religiusitas, Yogyakarta: Kanisius. Minderop, A. 2005 Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Cetakan Pertama. Minderop, A. 2010 Psikologi Sastra Karya Sastra, Metode, teori dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Nurgiantoro, B. 2010 Teori Pengkajian Fiksi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cetakan kedelapan. Pradopo, R.D. 2007 Prinsip- prinsip Kritik Sastra, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Cetakan keempat revisi . Ratna, N.K. 2010 Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, Cetakan I. Ratna, N.K. 2003 Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Rusyana, Y.1984 Metode Pengajaran Sastra, Bandung, C.V. Gunung Larang, Rusyana, Y. 1999 Mengolah Lahan Untuk Menyuburkan Pengajaran Sastra di Indonesia, Jakarta Majalah Horison Juli. Sarwono, S.W. 1995 Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cetakan ketiga. Saryono, J. 2009 Dasar Apresiasi Sastra,Yogyakrta: Elmatera Publishing, cetakan Pertama. Siswantoro, 2010 Metode Penelitian Sastra, Yoyakarta: Pustaka Pelajar, Cetakan 1 Stanton, R. 2007 Teori Fiksi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,Cetakan 1, Sukmadinata, N.S. 2007 Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, Cetakan ketiga. Sumardjo, J. 1980 Seluk Beluk Cerita Pendek, Bandung, Mitra Kencana. Sumarjo, J. dan Saini K.M. 1988 Apresiasi Kesusastraan, Jakarta: PT Gramedia. Syamsuddin A.R. dan Vismaia S.D. 2007 Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cetakan kedua. Teeuw, A. 1983 Membaca dan Menilai Sastra, Jakarta: PT Gramedia, Cetakan kesatu. Wellek, R dan Austin W, 1985 Teori Kesusastraan, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Melani Budianta, Ph.D., Jakarta: Gramedia, Cetakan keempat. Zuchdi, D. 2010 Humanisasi Pendidikan Menemukan kembali pendidikan Yang Manusiawi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, cetakan ketiga.