Telah diuji pada Tanggal : 22 Juni 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Jamahir Gultom, Ph.D
Anggota : 1. Dr.Hamonangan Nainggolan, M.Sc 2. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D
3. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil 4. Dr. Minto Supeno, MS
5. Prof.Dr. Yunazar Manjang
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Agustus 1967 di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan sebagai anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan
keluarga L.Munthe Ayah dan R.br Simamora Ibu. Penulis mengikuti pendidikan formal dimulai tahun 1974 di Sekolah Dasar SD
Negeri 173393 Dolok Sanggul, lulus tahun 1980. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Dolok Sanggul,
lulus tahun 1983. Kemudian pada tahun 1983 penulis melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Atas SMA Negeri Dolok Sanggul, lulus tahun 1986.
Tahun 1986 penulis diterima di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan IKIP Medan melalui jalur seleksi Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri UMPTN dan
terdaftar sebagai mahasiswa pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FPMIPA, jurusan Pendidikan Kimia Strata-1 S-1, lulus tahun
1992. Setelah menyelesaikan pendidikan dari IKIP Medan penulis diterima sebagai Staf
Pengajar Bidang Studi Kimia di SMA Swasta St. Thomas 1 Medan mulai dari tahun 1992 – 2008. Dan di SMA Swasta RK Deli Murni Diski tahun 2008 sampai dengan
sekarang. Tahun 2009 melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru guru-guru SMA kerjasama
USU Medan dengan Pemprovsu, diterima sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara USU dengan sumber biaya dari Pemprovsu pada
Program Studi Magister Ilmu Kimia, lulus tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis menyampaikan segala puji syukur kehadir Tuhan Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus atas segala limpahan rahmat dan kasih karunia-Nyalah
sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Dengan selesainya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada: Bapak Gubernur Sumatera Utara c.q Ketua Bappeda Provinsi Sumater Utara
yang memberikan kesempatan menerima beasiswa kepada penulis sebagai mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sampai selesainya
tesis ini. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM H
M.Sc CTM, Sp. AK atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
Dekan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara, Dr. Sutarman, M.Sc atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana
FMIPA Universitas Sumatera Utara. Ketua Program Studi MagisterDoktor Kimia, Prof. Basuki Wirjosentono,
MS, Ph.D, Sekretaris Program Studi MagisterDoktor Kimia, Dr.Hamonangan Nainggolan M.Sc beserta seluruh Staf Pengajar pada Program Studi Magister Kimia
Program Pascasarjana Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Jamahir Gultom Ph.D dan Dr.Hamonangan Nainggolan M.Sc, selaku Pembimbing Utama dan Pembimbingan
Lapangan yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan, bimbingan, dan saran hingga selesainya penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Swasta RK Deli Murni Diski, Bapak Bastian Bangun S.Pd yang telah memberikan kesempatan
dan bantuan moril kepada penulis untuk mengikuti Program Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Laboratorium Analitik FMIPA, Laboratorium Ilmu-ilmu Dasar LIDA Universitas Sumatera Utara, juga
kepada semua asisten dosen di Laboratorium Analitik yang telah banyak membantu penulis selama penelitian, Laboratorium RISPA, dan Sucofindo Medan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman Mahasiswa Magister Kimia angkatan 2009 dan teman lainnya yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya serta doanya selama ini. Kepada Ayah L.Munthe Op. Hitler doli, Ibunda R. br Simamora Op.Hitler
boru, Bapak mertua H.Lumban Gaol Op.Polma doli almarhum dan Ibu mertua I br Banjarnahor Op.Polma boru yang telah banyak memberikan dorongan dan nasehat
selama dalam mengikuti perkuliahan. Teristimewa kepada isteri penulis yang tercinta Dra. Esrut Runggu br
Lumban Gaol, anak-anakku terkasih Fransiskus H.M Munthe, Alfonsus Rikardo Munthe, dan Florensus Okto J. Munthe, terima kasih atas segala pengertian,
pengorbanan dan doanya sehingga bapak dapat menyelesaikan pendidikan. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih kurang sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak pembaca demi kesempurnaan tesis ini.
Akhirnya semoga tesis ini dapat bermamfaat bagi penelitian dan kemajuan Ilmu Pengetahuan demi Nusa dan bangsa.
Medan, Juni 2011 Penulis
Suwardi Munthe
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
DALAM KOLAM AIR TAWAR DAN CAMPURAN AIR LAUT BERDASARKAN PERUBAHAN KANDUNGAN MINERAL
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang studi pengaruh mineral dalam air terhadap pertumbuhan ikan nila dalam tiga macam media air yaitu dalam: air tawar, campuran
air tawar dengan air laut dengan perbandingan 1:1, dan campuran air tawar dengan air laut dengan perbandingan 2:1 selama 50 hari. Wadah yang digunakan berupa
akuarium dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm sebanyak 3 buah, dengan volume air masing-masing 36 liter dengan menggunakan sistem penyaringan dan aerator terus
menerus selama penelitian. Materi yang lain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih ikan nila hitam berumur 2 bulan dengan berat rata-rata 3,68 gram
dengan panjang rata-rata 2,50-3,78 cm yang ditebar sebanyak 10 dan 12 ekorwadah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Pakan ikan
yang diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pagi pukul 08.00, siang pukul 13.00, dan sore hari pada pukul 18.00 WIB. Dengan dosis pemberian pakan 4 dari
bobot biomassa. Parameter yang diukur pada media air adalah pH, kadar mineral Ca, Mg, Fe, Cl dan Na. Sedangkan pada ikan adalah pengukuran pertambahan bobot
ikan. Hal ini dilakukan setiap selang waktu 10 hari selama 50 hari. Dari hasil analisis di laboratorium menunjukkan terdapat pertambahan bobot pada ikan nila yang
signifikan yaitu pada media air tawar pada 0 hari = 4,420 gr, setelah 50 hari menjadi 18,3667 gr naik 315,5361, pada media campuran air tawar + air laut 1:1, 0 hari
= 3,6833 gr, setelah 50 hari menjadi 15,3000 gr naik 315,3883, sedangkan pada media campuran air tawar + air laut 2:1, 0 hari = 3,7166 gr, setelah 50 hari menjadi
15,8222 gr naik 325,7170. Sedangkan pada analisa kandungan mineral Ca, Mg, Fe, Cl, dan Na selama pembudidayaan ikan nila pada masing-masing media air
selama 0-50 hari terdapat hasil yang menunjukkan terjadinya kandungan masing- masing mineral yang berfluktuasi akibat dari pemberian pakan ikan yang
mengandung mineral yang cukup besar. Hasil pengamatan yang lain pada ikan selama pembudidayaan 50 hari terjadi perubahan warna pada tubuh ikan nila pada
masing-masing media air, pada air tawar ikan perubahan warna yang terjadi menjadi agak putih kekuning-kuningan sedangkan pada media air campuran menjadi
berbintik hitam. Kata kunci
: ikan nila, pakan, mineral, pertumbuhan ikan,warna tubuh ikan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT AN ANALYSIS OF BREEDING NILA FISH OREOCHROMIS NILOTICUS
ON FRESHWATER AND COMBINED SEAWATER CULTURE BASES THE CHANGE OF MINERAL CONTENT
It has been conducted a study about the influence of mineral in water against the growth of nila fish with three water media such as freshwater, combined freshwater
and sea water with ratio 1:1, and combined freshwater and sea water with ratio 2:1 for 50 days. Using aquarium sized of 60 x 40 x 40 cm as culture of 3 pieces, with
volume of water each 36 liters, is using filter system and aerator continuously during research. Other material used within this research covering black nila fish breed
aged 2 months with average weight of 3.68 grams with average length of 2.50-3.78 cm to spread out some 10 and 12 fishes culture. The method used within this
research known as experiment method. The fish feed presented in frequency 3 times daily such as morning at 8 a.m, afternoon at 1.p.m, and evening at 6 p.m, with
dosage given feed of 4 of biomass weight. Parameter to measure on water media namely pH, rate. Of mineral Ca, Mg, Fe, Cl and Na. Whereas on fish as measured
about the extension of fish weight. This matter was done each intermittent 10 days for 50 days. From the result of analysis on laboratory showed existing additional in
significantly weight of nila fish noted on freshwater culture on 0 day = 4,4200 g, after 50 days become 18,3667 g rose 315,5361, on the combined freshwater +
sea water culture 1:1, 0 day = 3,6833 g, after 50 days become 15,3000 gr rose 315,3883, while on combined freshwater + sea water culture 2:1, 0 day =
3,7166 g, after 50 days become 15,8222 g rose 325,7170. Whereas on analysis about the content of mineral Ca, Mg, Fe, Cl, and Na as long as breeding of nila fish
on each water culture for 0-50 days found its result indicating occurrence the content of each mineral fluctuated resultedy by giving fish feed containing
sufficiently amount of mineral. The result of other investigation on fish as long as breeding for 50 days has occurred change of color on nila fish body on each water
culture, on freshwater the change of fish color seen become a yellowish quite whitish while on the combined water culture become a black spots .
Keywords :
nila fish, feed, mineral, fish growth, fish body’s color.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
i ABSTRAK
iii ABSTRACT
iv DAFTAR ISI
v DAFTAR
TABEL viii
DAFTAR GAMBAR
x DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 4
1.3 Pembatasan Permasalahan 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Mamfaat Penelitian 4
1.6 Lokasi Penelitian 4
1.7 Metodologi Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1 Klasifikasi Ikan Nila 7
2.2 Jenis-Jenis Strain Ikan Nila 9
2.3 Habitat Ikan Nila 11
2.4 Pengaruh Salinitas Dalam Proses Osmoregulasi 14
2.5 Pakan
Ikan 19
2.5.1 Jenis-Jenis Pakan 19
2.5.2 Komposisi Pakan 21
2.5.3 Fungsi Pakan 24
2.5.4 Kebutuhan Nutrisi Pada Ikan 27
2.5.4.1 Protein
27
Universitas Sumatera Utara
2.5.4.2 Lemak
29 2.5.4.3
Karbohidrat 30
2.5.4.4 Vitamin
30 2.5.4.5
Mineral 31
2.5.5 Pemberian Pakan Pada Ikan 37
2.5.6 Penentuan Kadar Mineral Pakan 38
BAB III
METODE PENELITIAN
39
3.1 Alat
dan Bahan
39 3.1.1 Alat-Alat Yang Digunakan
39 3.1.2 Bahan-Bahan Yang Digunakan
40 3.2
Prosedur Kerja
41 3.2.2
Penyediaan Reagen
41 3.2.2.1 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar
Untuk Penentuan Ca+Mg 41
3.2.2.2 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar
Untuk Penentuan Fe 42
3.2.2.3 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar
Untuk Penentuan Cl 43
3.2.2.4 Pembuatan Pereaksi dan Larutan Standar
Untuk Penentuan Na 44
3.2.3 Penentuan Kalsium Dengan Metode Titrimetri
45 3.2.4
Penentuan Magnesium + Kalsium Dengan Metode Titrimetri
45 3.2.5
Penentuan Fe Total Dengan Metode Spektrofotometri
45 3.2.6
Pembuatan Kurva Standar Fe dengan metode Spektrofotometri
46 3.2.7
Penentuan Klorida Dengan Metode Titrimetri 46
vi
Universitas Sumatera Utara
3.2.8 Penentuan Natrium Dengan Metode
Flamephotometer 46
3.2.9 Pengukuran pH Sampel 47
3.3 Bagan
Penelitian 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 55
4.1 Hasil
Penelitian 55
4.1.1 Hasil Analisa Pakan Ikan 55
4.1.2 Hasil Pengukuran Pertambahan Bobot Pada Ikan Mulai 0-50 Hari 56
4.1.3 Hasil Analisis Parameter Pada Masing-Masing Air Dalam Setiap Akuarium 59
4.2 Pembahasan
73 4.2.1 Data Kolektif Dari Setiap Parameter Dari Media
Air Tawar Dalam Akuarium Mulai 0 Hari-50 Hari 73
4.2.2 Data Kolektif Dari Setiap Pameter Dari Media Air Tawar + Air Laut = 1:1 Dalam
Akuarium Mulai 0 Hari – 50 Hari 73
4.2.3 Data Kolektif Dari Setiap Pameter Dari Media Air Tawar + Air Laut = 2:1 Dalam
Akuarium Mulai 0 Hari – 50 Hari 74
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN 79
5.1 Kesimpulan
79 5.2
Saran 79
DAFTAR PUSTAKA
81 LAMPIRAN
L-1
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Halaman 2.1
2.2 Salinitas Air
Kimia Utama Yang Terkandung Di Air Laut 12
13 2.3
Persyaratan Mutu Tepung Ikan Untuk Pakan SNI 01-2715- 1996
23 2.4 Persyaratan
Standar Mutu Tepung Ikan Menurut FAO
23 3.1
Daftar Alat-Alat Yang Digunakan 39
3.2 Daftar Bahan-Bahan Yang Digunakan
40 4.1
Data Hasil Analisa Pakan 55
4.2 Pertambahan Bobot Ikan Nila
56 4.3
Persentase Pertambahan Bobot Ikan 56
4.4 Data Keadaan Jumlah Ikan Nila Selama 50 Hari
57 4.5
Jumlah Pakan Yang Diberikan Yang Diberikan Pada Ikan Nila Dalam Masing-Masing Media Air
58 4.6
Data Pengukuran pH Pada Masing-Masing Media Air 59
4.7 Data Pengukuran Kandungan Kalsium Ca
2+
60 4.8
Data Persentase Perubahan Jumlah Kandungan Ca
2+
61 4.9
Data Pengukuran Kandungan Magnesium Mg
2+
62 4.10
Data Persentase Perubahan Jumlah Kandungan Magnesium Mg
63 4.11
Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standard Fe 64
4.12 Data Penurunan Persamaan Garis Regresi Untuk Besi Fe
2+
66 4.13
Data Pengukuran Kandungan Besi Fe
2+
68 4.14
Data Persentase Perubahan Jumlah Kandungan Besi Fe
2+
68 4.15
Data Pengukuran Kandungan Klor Cl
-
69 4.16
Data Persentase Perubahan Jumlah Kandungan Klor Cl
-
70 4.17
Data Hasil Pengukuran Kandungan Natrium Na 72
4.18 Data Hasil Persentase Pertambahan Kadar Natrium Na
+
72 4.19
Data Parameter Media Air Tawar Dari 0-50 Hari 73
viii
Universitas Sumatera Utara
4.20 Data Parameter Media Air Tawar + Air Laut 1:1 Dari
0-50 Hari 73
4.21 Data Parameter Media Air Tawar + Air Laut 2:1 Dari
0-50 Hari 74
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
4.1 4.2
4.3 4.4
4.5 4.6
4.7 4.8
Kurva Kenaikan Bobot Ikan Dari Ketiga Media Air Mulai 0-50 Hari
Kurva pH Ketiga Media Air Mulai 0 - 50 Hari Kurva Kadar Ca Dari Ketiga Media Air Mulai 0-50 Hari
Kurva Kadar Mg Dari Ketiga Media Air Mulai 0-50 Hari Kurva Kalibrasi Larutan Standar Besi Fe
Kurva Kadar Fe Dari Ketiga Media Air Mulai 0-50 Hari Kurva Kadar Cl Dari Ketiga Media Air Mulai 0-50 Hari
Kurva Kadar Na Dari Ketiga Media Air Mulai 0-50 Hari 57
59 62
64 65
69 71
72
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
A Mengambil Air Laut Dari Pantai Poncan Sibolga
Kabupaten Tapanuli Tengah L-1
B Mengambil Air Tawar Danau Toba Dari Tangga Batu,
Rianiate Kabupaten Samosir L-2
C Mengambil Air Dari Masing-Masing Media Untuk
Analisa Mineral L-3
D Pengukuran pH Dari Masing-Masing Media Air
L-3 E Penentuan
Kadar Kalsium
L-3 F Penentuan
Kadar Klor
L-4 G Penentuan
Kadar Magnesium
L-5 H
Gambar Alat AAS Untuk Penentuan Kadar Natrium L-5
I Penentuan Kadar
Besi L-5
J Pemeriksaan Kadar Besi Pada Ketiga Media Air
L-6 K Penimbangan
Pakan L-6
L Pemberian Pakan Pada Ikan
L-6 M
Keadaan Media Air Pada Saat 0 Hari L-7
N Keadaan Media Air Pada Saat 10 Hari
L-7 O
Keadaan Media Air Pada Saat 20 Hari L-8
P Keadaan Media Air Pada Saat 30 Hari
L-8 Q
Keadaan Media Air Pada Saat 40 Hari L-9
R S
T Keadaan Media Air Pada Saat 50 Hari
Komposisi Unsur kimia Di Air Laut Laporan Hasil Analisis Pakan Ikan
L-9 L-10
L-11
xi
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS PEMBUDIDAYAAN IKAN NILA Oreochromis niloticus
DALAM KOLAM AIR TAWAR DAN CAMPURAN AIR LAUT BERDASARKAN PERUBAHAN KANDUNGAN MINERAL
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang studi pengaruh mineral dalam air terhadap pertumbuhan ikan nila dalam tiga macam media air yaitu dalam: air tawar, campuran
air tawar dengan air laut dengan perbandingan 1:1, dan campuran air tawar dengan air laut dengan perbandingan 2:1 selama 50 hari. Wadah yang digunakan berupa
akuarium dengan ukuran 60 x 40 x 40 cm sebanyak 3 buah, dengan volume air masing-masing 36 liter dengan menggunakan sistem penyaringan dan aerator terus
menerus selama penelitian. Materi yang lain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi benih ikan nila hitam berumur 2 bulan dengan berat rata-rata 3,68 gram
dengan panjang rata-rata 2,50-3,78 cm yang ditebar sebanyak 10 dan 12 ekorwadah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Pakan ikan
yang diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pagi pukul 08.00, siang pukul 13.00, dan sore hari pada pukul 18.00 WIB. Dengan dosis pemberian pakan 4 dari
bobot biomassa. Parameter yang diukur pada media air adalah pH, kadar mineral Ca, Mg, Fe, Cl dan Na. Sedangkan pada ikan adalah pengukuran pertambahan bobot
ikan. Hal ini dilakukan setiap selang waktu 10 hari selama 50 hari. Dari hasil analisis di laboratorium menunjukkan terdapat pertambahan bobot pada ikan nila yang
signifikan yaitu pada media air tawar pada 0 hari = 4,420 gr, setelah 50 hari menjadi 18,3667 gr naik 315,5361, pada media campuran air tawar + air laut 1:1, 0 hari
= 3,6833 gr, setelah 50 hari menjadi 15,3000 gr naik 315,3883, sedangkan pada media campuran air tawar + air laut 2:1, 0 hari = 3,7166 gr, setelah 50 hari menjadi
15,8222 gr naik 325,7170. Sedangkan pada analisa kandungan mineral Ca, Mg, Fe, Cl, dan Na selama pembudidayaan ikan nila pada masing-masing media air
selama 0-50 hari terdapat hasil yang menunjukkan terjadinya kandungan masing- masing mineral yang berfluktuasi akibat dari pemberian pakan ikan yang
mengandung mineral yang cukup besar. Hasil pengamatan yang lain pada ikan selama pembudidayaan 50 hari terjadi perubahan warna pada tubuh ikan nila pada
masing-masing media air, pada air tawar ikan perubahan warna yang terjadi menjadi agak putih kekuning-kuningan sedangkan pada media air campuran menjadi
berbintik hitam. Kata kunci
: ikan nila, pakan, mineral, pertumbuhan ikan,warna tubuh ikan
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT AN ANALYSIS OF BREEDING NILA FISH OREOCHROMIS NILOTICUS
ON FRESHWATER AND COMBINED SEAWATER CULTURE BASES THE CHANGE OF MINERAL CONTENT
It has been conducted a study about the influence of mineral in water against the growth of nila fish with three water media such as freshwater, combined freshwater
and sea water with ratio 1:1, and combined freshwater and sea water with ratio 2:1 for 50 days. Using aquarium sized of 60 x 40 x 40 cm as culture of 3 pieces, with
volume of water each 36 liters, is using filter system and aerator continuously during research. Other material used within this research covering black nila fish breed
aged 2 months with average weight of 3.68 grams with average length of 2.50-3.78 cm to spread out some 10 and 12 fishes culture. The method used within this
research known as experiment method. The fish feed presented in frequency 3 times daily such as morning at 8 a.m, afternoon at 1.p.m, and evening at 6 p.m, with
dosage given feed of 4 of biomass weight. Parameter to measure on water media namely pH, rate. Of mineral Ca, Mg, Fe, Cl and Na. Whereas on fish as measured
about the extension of fish weight. This matter was done each intermittent 10 days for 50 days. From the result of analysis on laboratory showed existing additional in
significantly weight of nila fish noted on freshwater culture on 0 day = 4,4200 g, after 50 days become 18,3667 g rose 315,5361, on the combined freshwater +
sea water culture 1:1, 0 day = 3,6833 g, after 50 days become 15,3000 gr rose 315,3883, while on combined freshwater + sea water culture 2:1, 0 day =
3,7166 g, after 50 days become 15,8222 g rose 325,7170. Whereas on analysis about the content of mineral Ca, Mg, Fe, Cl, and Na as long as breeding of nila fish
on each water culture for 0-50 days found its result indicating occurrence the content of each mineral fluctuated resultedy by giving fish feed containing
sufficiently amount of mineral. The result of other investigation on fish as long as breeding for 50 days has occurred change of color on nila fish body on each water
culture, on freshwater the change of fish color seen become a yellowish quite whitish while on the combined water culture become a black spots .
Keywords :
nila fish, feed, mineral, fish growth, fish body’s color.
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa tahun terakhir ini, budidaya ikan nila di beberapa wilayah di Sumatera Utara berkembang dengan pesat. Dalam skala rumah tangga pada
masyarakat ada yang membuat budidaya ikan nila sebagai sampingan atau sebagai hobi dengan memamfaatkan kolam berupa persawahan atau dengan sistem keramba
tanam di sepanjang aliran sungai dengan tujuan untuk menambah pendapatan mereka. Ada yang memamfaatkan kolam air deras dan kolam air tenang sebagai tempat
budidaya ikan untuk kebutuhan pasar lokal. Hasilnya inilah yang dapat kita jumpai di beberapa pajak ikan yang tersebar di kota Medan dan sekitarnya. Ikan nila sudah
banyak diminati oleh para ibu-ibu rumah tangga untuk dijadikan sebagai bahan panganan untuk keluarga. Selain itu dibeberapa restoran dan kedai-kedai nasi ikan
nila sudah menjadi salah satu menu sajian. Hal ini mengingat lebih banyak konsumen lebih dahulu menanyakan menu ikan nila ketimbang ikan emas, sehingga sebagian
pengelola rumah makan kemudian lebih menambah stok ikan nila ketimbang ikan
emas.
Pada saat ini harga jual ikan nila di pasaran lokal sudah mencapai harga Rp 20.000– Rp25.000kg http:suharjawanasuria.tripod.comikan_air_tawar_01.htm.
Selain itu budidaya ikan pada kolam air tenang dipakai juga sebagai orientasi pemijahan dan hanya menjual benih seperti yang dilakukan petani ikan di desa Totap
ma Jawa Pondok Ladang, Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Benih ikan dengan ukuran 2-3 sentimeter, umur delapan puluh hari sudah mempunyai harga jual
Rp 350ekor. 1
Universitas Sumatera Utara
Dalam skala besar perusahaan budidaya ikan nila dilakukan dengan sistem Keramba Jaring Apung KJA sebagai usaha utama pada waduk atau danau. Hal ini
dapat dijumpai di sekitar Danau Toba yang diusahai oleh P.T Charoen Pokphand yang bekerja sama dengan P.T Aquafarm Nusantara. Sedangkan sistem keramba dan
kolam berada di Lubuk Naga Kabupaten Serdang Bedagai. Hasilnya diekspor keluar negeri seperti ke Eropa, Timur Tengah, dan Amerika yang dibuat berupa fillet atau
daging ikan tanpa tulang. Wiryanta Wahyu, B.T.,dkk 2010. Di pasar lokal yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah jenis ikan
nila hitam Oreochromis niloticus Bleeker sebagai ikan konsumsi, sedangkan untuk produk ekspor adalah ikan nila jenis merah Oreochromis sp.
Budidaya ikan nila pada saat ini dan dimasa yang akan datang adalah merupakan suatu kegiatan yang sangat penting. Hal ini disebabkan ikan pada
umumnya adalah merupakan salah satu jenis pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai sumber protein. Disamping itu pembudidayaan ikan nila tergolong
mudah dan membutuhkan biaya produksi yang minim dibandingkan pembudidayaan jenis ikan yang lain. Resiko terhadap penyakit atau hama pada ikan nila relatif lebih
kecil. Ikan nila juga memiliki toleransi pH dalam kondisi asam atau basa Khairuman, dkk.,2007
Budidaya ikan yang dilakukan secara tradisional, kebutuhan akan pakan dapat dipenuhi oleh pakan alami yang tumbuh di kolam. Akan tetapi kolam ikan yang
dikelola secara intensif produksi pakan alami sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan ikan yang ditebarkan dengan kepadatan tinggi. Konsekuensinya, untuk
memenuhi kebutuhan pakan yang tepat dan berkesinambungan, harus digunakan pakan buatan. Penyediaan pakan buatan ini harus ditangani secara sungguh-sungguh
karena sangat menentukan keberhasilan usaha budidaya. Adapun pakan buatan tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan nutrisi. Menurut Djajasewaka 1985, yang
dimaksud dengan pengetahuan nutrisi ikan adalah pengetahuan mengenai pemberian pakan kepada ikan berdasarkan zat-zat gizi yang dikandungnya. Hal ini penting untuk
dapat menjamin kehidupan ikan dan akan mempercepat pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah dan komposisi zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ikan sangat bervariasi, tergantung dari spesies, ukuran, jenis kelamin, kondisi tubuh, dan kondisi
lingkungan. Pada dasarnya, zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh ikan dapat dibedakan atas 3
kelompok yaitu : 1.
Kelompok yang menghasilkan energi yaitu: protein, lemak, dan karbohidrat yang disebut juga komponen makro macro component dibutuhkan dalam
jumlah relatif besar karena akan menghasilkan energi bila dicerna oleh ikan. 2.
Kelompok yang tidak menghasilkan energi yaitu vitamin dan mineral yang disebut juga komponen mikro micro component dibutuhkan dalam jumlah
relatif kecil. Walau diperlukan dalam jumlah yang kecil namun berguna untuk menjaga keseimbangan gizi dalam tubuh ikan. Kedua komponen ini sangat
besar peranannya dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan.
3. Kelompok yang ketiga adalah air. Meskipun bukan pakan dalam arti
sebenarnya, air tetap diperlukan sebagai media dalam proses metabolisme dan pembentukan cairan tubuhAfrianto .E., dkk., 2009.
Berdasarkan hal di atas, ikan nila diduga dapat direkomendasikan menjadi salah satu komoditas yang tidak hanya di air tawar tetapi juga pada air payau, dan air
laut. yang dapat meningkatkan produktifitas tambak. Akan tetapi, dugaan tersebut belum dapat dipraktekkan secara langsung di lapangan. Salah satu aspek yang harus
dikaji terlebih dahulu adalah pengaruh perbedaan salinitas dan mineral dalam air terhadap pertumbuhan ikan nila. Hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui kondisi yang optimum dalam pertumbuhan ikan nila dalam budidaya ikan mengingat ikan nila tergolong ikan tawar meskipun memiliki potensi
hidup di air yang bersalinitas payau atau laut.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan
1. Bagaimanakah pertumbuhan ikan nila pada kolam yang media airnya tidak diganti selama pembudidayaan.
2. Bagaimana perubahan kandungan mineral dalam air selama pembudidayaan.
1.3 Pembatasan Permasalahan -
Ikan nila yang dibudidayakan adalah jenis ikan nila hitam. -
Kandungan mineral yang menjadi parameter dalam penelitian ini adalah klorida,
natrium, magnesium, kalsium, dan besi.
- Medium budidaya ikan nila hitam dilakukan dalam 3 jenis air yaitu: air tawar, air
tawar dicampur dengan air laut dengan perbandingan 1 :1 dan 2 : 1.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini difokuskan untuk: 1.
Mempelajari perkembangan ikan nila dalam kolam selama 50 hari dengan hanya melakukan aerasi.
2. Mengetahui perubahan kandungan mineral di dalam media air budidaya ikan
nila baik dalam air tawar maupun dalam media air campuran yaitu air tawar + air laut 1:1 dan 2:1 selama pembudidayaan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya yang berminat beternak ikan baik sebagai penghasilan utama maupun sebagai penghasilan
tambahan.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU, Laboratorium Ilmu-ilmu Dasar LIDA Universitas Sumatera Utara, di Laboratorium
Universitas Sumatera Utara
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Rispa Medan, dan Laboratorium Sucofindo di Jl.Jendral Gatot Subroto Medan.
1.7 Metodologi Penelitian
- Penelitian ini adalah eksperimen laboratorium yang bersifat purposif.
- Air Tawar diambil dari Danau Toba desa Tangga Batu, Rianiate
Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir.
- Air laut diambil dari pantai Poncan Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah.
- Campuran air tawar dengan air laut dibuat dengan perbandingan 2 : 1 dan
1 : 1. -
Bibit ikan nila hitam diambil dari penjual bibit ikan yang ada di daerah
Simpang Selayang Tanjung Sari Medan.
- Budidaya ikan nila dilakukan di dalam tiga buah akuarium, masing-
masing berukuran 60 x 40 x 40 cm yang diisi dengan tiga jenis air tersebut di atas dengan volume masing-masing 36 liter.
- Banyaknya ikan nila yang dibudidayakan di dalam masing-masing
akuarium adalah antara 10 dan 12 belas ekor.
- Pada saat bibit ikan nila dimasukkan kedalam masing-masing akuarium
diambil sejumlah air dari masing-masing akuarium untuk penyelidikan kandungan mineral khususnya klorida, natrium, magnesium, kalsium, dan
besi.
- Metode yang digunakan dalam penentuan kandungan mineral disesuaikan
metode yang direkomendasi pada Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater
AWWA, APHA, WPCF, 1985. -
Pemberian pakan terhadap masing-masing ikan dalam akuarium dilakukan
3 kali sehari sesuai dengan standar pemberian pakan ikan yaitu metode Restricted Ratio
dalam budidaya ikan.
Universitas Sumatera Utara
- Penentuan kadar atau jumlah kandungan mineral dilaksanakan setiap
sepuluh hari. Demikian juga pengukuran terhadap pertambahan massa pada masing-masing ikan pada akuarium.
- Lamanya budidaya ikan dalam masing-masing akuarium adalah 50 hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Ikan Nila
Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukanlah ikan asli perairan Indonesia,
melainkan ikan introduksi ikan yang berasal dari luar Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia. Bibit ikan ini didatangkan ke Indonesia secara resmi
oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada
petani di seluruh IndonesiaWiryanta Wahyu, B.T.,dkk, 2010. Sesuai dengan nama Latinnya Oreochromis niloticus berasal dari sungai Nil di
Benua Afrika. Awalnya ikan ini mendiami hulu sungai Nil di Uganda. Selama bertahun-tahun, habitatnya semakin berkembang dan bermigrasi ke arah selatan
kehilir sungai melewati danau Raft dan Tanganyika sampai ke Mesir. Dengan bantuan manusia, ikan nila sekarang sudah tersebar sampai kelima benua meskipun
habitat yang disukainya adalah daerah tropis dan sub tropis. Sedangkan di wilayah beriklim dingin , ikan nila tidak dapat hidup baik Suyanto ,S.R., 2009.
Pada awalnya ikan nila dikenal dengan nama Tilapia nilotica. Aristoteles dan rekan-rekannya memberi nama itu sekitar tahun 300 tahun SM. Mengingat Mesir
kuno bukan satu-satunya negeri yang menghargai nila tetapi di kawasan Junani juga telah dikenal sebagai penggemar ikan nila sehingga diyakini telah menamakan
Tilapia nilotica ikan Nil pada waktu tersebut http:ikan nila.commengenal ikan
nila dan legendanya. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah Indonesia
melalui Direktur Jenderal Perikanan sejak tahun 1972. Menurut klasifikasi yang terbaru 1982 nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Nama genus
7
Universitas Sumatera Utara
Oreochromis menurut klasifikasi yang berlaku sebelumnya disebut Tilapia.
Perubahan nama tersebut telah disepakati dan dipergunakan oleh para ilmuwan meskipun dikalangan awam tetap disebut Tilapia nilotica. Perubahan klasifikasi
tersebut dipelopori oleh Dr.Trewavas 1980 dengan membagi genus Tilapia menjadi tiga genus berdasarkan prilaku ikan terhadap telur dan anak-anaknya yaitu:
- Genus Oreochromis
Pada genus Oreochromis induk ikan betina mengerami telur di dalam rongga mulut dan mengasuh sendiri anak-anaknya.
Anggota genus ini adalah : Oreochromis hunteri, Oreochromis niloticus, Oreochromis mossambicus, Oreochromis aureus, dan Oreochromis
spilurus.
- Genus Sarotherodon
Pada genus Sarotherodon induk jantanlah yang mengerami telur dan mengasuh anaknya.
Yang termasuk spesies ini adalah Sarotherodon melanotheron dan Sarotherodon galilaeus.
- Genus Tilapia
Ikan yang termasuk genus ini memijah dan menaruh telur pada suatu tempat atau benda substrat. Induk jantan dan betina bersama-sama atau
bergantian menjaga telur dan anak-anaknya. Contoh spesies ini adalah Tilapia sparmanii, Tilapia rendalli, dan Tilapia
zillii. Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh para ilmuwan adalah yang telah
dirumuskan oleh Dr.Trewavas sebagai berikut: Kerajaan : Animalia
Filum :
Chordata Sub-filum : Vertebrata
Kelas :
Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii
Universitas Sumatera Utara
Ordo :
Percomorphi Sub-ordo : Percoidea
Famili :
Cichlidae Genus
: Oreochromis
Jenis spesies : Oreochromis niloticus
Suyanto,S.R.,2009
2.2 Jenis-Jenis Strain Ikan Nila
Semenjak pertama kali ikan nila datang pada tahun 1969 ke Indonesia, sudah banyak mengalami perkembangan, khususnya dalam perbaikan genetis yang
dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar BPPAT, Balai Benih Induk BBI, Balai Benih Air Tawar BBAT, dan lembaga penelitian lainnya. Selain
melakukan pemuliaan genetis, pemerintah juga mendatangkan strain baru yang berasal dari Filipina, Taiwan, dan Thailand. Dengan terciptanya strain baru ini
diharapkan dapat memperbaiki kualitas dan dipasaran tidak kalah bersaing khususnya
pasar ekspor.
Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik oleh petani maupun konsumen.
a. Nila Gift Genetic Improvement of Farmed Tilapias
Dikembangkan oleh International Center for Living Aquatic Research Management
ICLARM pada tahun 1987 dengan dukungan dari Asian Development Bank dan Unites Nations Development Programe UNDP.
Strain ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila dari Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan.
b. Nila Best Bogor Enhanced Strain Tilapias
Merupakan salah satu ikan unggulan yang dihasilkan pada tahun 2008. Mempunyai fisik yang mirip dengan nila gift. Merupakan hasil seleksi
yang menggunakan populasi dasar yang salah satunya bersumber dari ikan nila gift generasi keenam. Tepatnya nila best lahir dari seleksi empat
Universitas Sumatera Utara
strain ikan nila yaitu nila lokal, nila danau tempeh, nila gift generasi ketiga, dan nila gift generasi keenam generasi terakhir.
c. Nila Gesit Genetically Supermale Indonesian Tilapias
Yang berarti ikan nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Ikan ini dihasilkan di BBPBAT Sukabumi hasil kerja sama dengan IPB dan
BBPBAT. Rintisannya sudah dimulai sejak 2001 dan dirilis tahun 2007. Sumber gennya berasal dari nila Gift G3.
d. Nila Jica Japan for International Cooperation Agency
Jica adalah sebuah lembaga donor dari Jepang. Tahun 2002, Jica bekerja sama dengan BBAT Jambi melakukan rekayasa genetis strain ikan nila hasil
penelitian Kagoshima Fisheries Research Station , Jepang di Jambi. Tahun 2004 dihasilkan ikan nila unggul yang dinamakan strain Jica. Sebagian
masyarakat Jambi menyebut nila strain Jica dengan nama nila kagoshima.
e. Nila Nifi National Inland Fishery Institute
Disebut juga nila Bangkok. Nifi pertama kali didatangkan dari Thailand pada tahun 1989. Dikenal juga sebagai nila merah atau nirah. Ada juga
menyebutnya mujarah mujair merah atau kakap merapi. Pertumbuhannya lebih cepat dari ikan nila lokal. Keunggulan lainnya mampu menghasilkan
keturunan yang dominan jantan. Ikan ini kemungkinan merupakan hasil persilangan antara mujair dengan nila O.aureus, O.zilii, O.hornorum.
f. Nila Nirwana Nila Ras Wanayasa
Berasal dari Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Merupakan hasil pemuliaan genetis dari nila gift dan nila get dari Filipina yang dilakukan
oleh Balai
Pengembangan Benih Ikan BPBI Wanayasa, di Purwakarta, Jawa Barat dan FPK, Institut Pertanian Bogor. Dikenalkan kepada masyarakat tahun 2006
Universitas Sumatera Utara
akhir. Gennya berasal dari nila gift dan nila get Genetically Enhanced of Tilapias.
g. Nila hitam
Merupakan strain ikan nila yang pertama kali didatangkan dari Taiwan. Karena begitu akrabnya masyarakat dengan ikan nila ini sehingga tidak heran
jika ada yang menyebutnya dengan ikan nila lokal. Memiliki keunggulan mudah berkembang biak, pertumbuhan badannya cepat, serta pemakan
plankton dan tanaman air lunak yang tumbuh di dalam kolam.
h. Nila Cangkringan
Merupakan nila yang berasal dari Cangkringan. Ikan nila merah ini merupakan hasil pemuliaan genetis dari strain nifi, citralada, Singapura,
dan Filipina oleh BAT atau BBI Cangkringan. Strain ini sebenarnya belum resmi dirilis ke masyarakat.
i. Nila Larasati
Dikenal juga dengan nila janti. Ikan nila strain ini merupakan hasil pemuliaan BBI Janti di Klaten. Memiliki keseragaman warna sampai 90 warna
merahWiryanta Bernard T.W, dkk.,2010. Jenis nila unggul yang direkomendasikan sebagai bibit untuk pembesaran secara
cepat 2,5 bulan panen adalah nila merah hasil silangan hibrida, nila Gesit dan nila BestCarman Odang, dkk., 2010.
2.3 Habitat Ikan Nila
Habitat artinya lingkungan hidup tertentu sebagai tempat tumbuhan atau hewan hidup dan berkembang biakSuyanto, S.R., 2009.
Universitas Sumatera Utara
Ikan nila memiliki eurihaline yang menyebabkan ikan nila dapat hidup di dataran rendah yang berair tawar hingga perairan bersalinitas, sehingga
pembudidayaannya sangat mudah. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas
dapat juga mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Salinitas air berdasarkan persentase garam dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Salinitas Air Salinitas Air
Garam Air tawar
0,05 Air payau
0,05 – 3 Air saline
3 – 5 Brine 5
Sumber : http:rudy-dblues.blogspot.com201001tingkatan-salinitas-pada-air... Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05. Jika lebih dari itu,
air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5. Lebih dari 5, disebut brine.
Air laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar 3,5. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam
lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam sekitar 30 Goetz, P.W., 1986.
Universitas Sumatera Utara
Penyelidikan komposisi air laut pertama sekali diselidiki oleh seorang ahli oseanografi W.Dittmar pada tahun 1873 dengan menggunakan contoh air laut
sebanyak 77 sampel dari beberapa perairan di Samudera Pasifik, Hindia, dan Atlantik melalui ekspedisi yang dilakukan oleh H.M.S.Challenger hasilnya adalah seperti yang
tertera pada tabel 2.2 berikut ini. Tabel 2.2 Kimia Utama Yang Terkandung Di Air Laut
No Ion Nilai
1. Cl
-
55,04 2. Na
+
30,61 3. SO
4 2-
7,68 4. Mg
2+
3,69 5. Ca
2+
1,16 6. K
+
1,10 7. HCO
3 -
0,41 8. Br
-
0,19 9. H
3
BO
3
0,07 10. Sr
2+
0,04 12. F
-
0,00 13. CO
3 2-
0,00 Sumber : Sverdrup dkk, 1962. The Ocean
Hasil kajian terakhir kandungan kimia yang ada di laut dikeluarkan oleh The Open University dan Buku Marine Chemistry, komposisi kimia yang terlarut di dalam air
laut terdapat sebanyak 81 unsur dapat dilihat pada lampiran pada L-10. Nila dapat hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam
air yang disukai antara 0 – 35 permilWatanabe, 1989. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi yang
bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat
mengakibatkan stres dan kematian pada ikanSuyanto S.R., 2009.
Universitas Sumatera Utara
Ikan nila bisa hidup pada kadar garam sampai 35, namun ikan sudah tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada kadar garam yang tinggi ikan
membutuhkan energi yang minim untuk osmoregulasi sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan berkurangTim Karya Tani Mandiri, 2009.
Ikan nila yang masih kecil lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dibanding dengan ikan yang sudah besar. Nila dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik pada lingkungan perairan dengan alkalinitas rendah atau netral. Nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6 – 8,5. Namun pertumbuhan optimalnya
terjadi pada pH 7 – 8. Batas pH yang mematikan adalah 11Carman Odang, dkk.,2010.
Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan pertumbuhan organisme serta mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi
organisme perairan. Suhu kolam atau perairan yang masih bisa ditolirir ikan nila adalah 15–37
o
C. Suhu optimum untuk pertumbuhan nila adalah 25-30
o
C. Oleh karena itu, ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi hingga ketinggian
800 meter di atas permukaan laut. Sedangkan untuk pemijahan, suhu ideal untuk bisa menghasilkan telur dan larva adalah 22–37
o
CWiryanta, B.T.W., dkk.,2010
2.4 Pengaruh Salinitas Dalam Proses Osmoregulasi
Yang dimaksud dengan osmoregulasi adalah proses pengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau
organisme hidup. Sedangkan pengertian osmoregulasi bagi ikan adalah merupakan upaya ikan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan
lingkungan melalui mekanisme pengaturan tekanan osmotik. Ginjal akan memompakan keluar kelebihan air tersebut sebagai air seni. Ginjal
mempunyai glomeruli dalam jumlah yang banyak dengan diameter yang besar. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini bertujuan untuk menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya.
Air seni yang keluar dari tubuh ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen, seperti: asam urat, creatine, creatinine, dan amonia.
http:anaklautundip.blogspot.com201004osmoregulasi-ikan.html. Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan
tubuhnya, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan “minum air laut sebanyak-
banyaknya”. Sehingga kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dapat dicegah dengan jalan proses ini dan kelebihan garam ini
harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air
tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar.
Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya dengan
lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme
yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya.
http:rudy-dblues.blogspot.com201001tingkatan-salinitas-pada-air.... Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik
tergantung pada perbedaan lebih tinggi, lebih rendah atau sama konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media. Perbedaan ini dapat dijadikan sebagai strategi dalam
menangani komposisi cairan ekstrasellular dalam tubuh ikan.
Universitas Sumatera Utara
Untuk ikan-ikan potadrom yang bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke
lingkungannya dengan cara difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan
air dalam tubuhnya dapat dikurangi dengan cara membuangnya dalam bentuk urin. Untuk ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap
lingkungannya, air mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang, dan kulit ke lingkungannya, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya
secara difusi. Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan yang cepat
menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media isoosmotik, namun karena kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses
osmoregulasi seperti halnya pada kedua jenis ikan di atas tetap terjadiFujaya, Y.,2004 dan Marshall, W.S., et al.,2006.
Perubahan kadar salinitas mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan, sehingga ikan melakukan penyesuaian atau pengaturan kerja osmotik internalnya agar
proses fisiologis di dalam tubuhnya dapat bekerja secara normal kembali. Apabila salinitas semakin tinggi ikan berupaya terus agar kondisi homeostasis dalam
tubuhnya tercapai hingga pada batas toleransi yang dimilikinya. Kerja osmotik memerlukan energi yang lebih tinggi pula. Hal tersebut juga berpengaruh kepada
waktu kenyang satiation time dari ikan tersebut Conides, A.J., et al.,2004. Proses osmoregulasi juga menghasilkan produk buangan seperti feses dan
amoniak, sehingga media pemeliharaan akan berwarna keruh sebagai akibat banyaknya feses yang dikeluarkan ikan. Dampak dari ekskresi nitrogen tersebut akan
mempengaruhi kehidupan ikan di dalamnya yaitu terhadap kondisi ambient, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pertahanan tubuhnya. Setelah melewati batas
Universitas Sumatera Utara
toleransi, maka ikan tersebut mengalami kematian. Mengingat tidak semua ikan mengalami kematian, maka dapat dipastikan bahwa daya toleransi pada populasi ikan
dalam akuarium berbeda-beda. Hal ini diduga karena perbedaan kondisi tubuh saat sebelum dimasukkan dalam media praktik termasuk intensitas parasit, tingkat stress
dan lain-lain. Tingkat stress juga berbeda-beda yang dialami oleh benih dalam akuarium,
sebagai akibat dari perlakuan. Kajian yang lebih mendalam, dapat ditelusuri dengan kandungan kortisol. Banyak hal berkenaan dengan kortisol selama proses
metabolisme, misalnya saat starvasi puasa, osmoregulasi, pengerahan simpanan energi untuk migrasi, proses pematangan gonad, pemijahan dan selama stres yang
dialami oleh ikan itu sendiriVan Ginneken.V.,et al.,2006. Aktivitas osmoregulasi dapat dipengaruhi oleh stadia ikan atau krustase dalam
hubungannya dengan salinitas. Penelitian pada stadia juvenile dan dewasa krustase, regulasi ion NaK-ATP menunjukkan hal-hal yang berbeda-beda jika diamati dengan
aktivitas enzim NaK-ATPase. Pada Artemia salina dan A. franciscana aktivitas enzim, tersebut meningkat sejalan dengan perkembangannya sejak setelah menetas
hingga tahap mulai berenang bebas. Pada udang galah, hal tersebut juga berlangsung demikian. Namun pada stadia dewasa, aktivitas NaK-ATPase pada udang galah tidak
berbeda nyata setelah diperlakukan pada salinitas yang berbedaN.Wilder,M.,et al., 2001, Kordi K, M.G.H.,2007.
Kemampuan adaptasi ikan, juga dapat diketahui melalui penelitian pada juvenile fugu Takifugu rubripes
terhadap lingkungan bersalinitas rendah. Ikan dipindahkan dari lingkungan air laut 100 ke dalam media air tawar 25, 50, 75, dan
100 air laut dan kemudian didata mortalitasnya selama 3 hari. Tidak ada kematian ikan dalam media baru bersalinitas 25 – 100 air laut dan semua ikan mati dalam
media 100 air tawar. Nampaknya, pada ikan yang dipindahkan ke media 25 – 100 osmolalitas darahnya tetap dijaga pada kisaran fisiologis yang normal. Penelitian
Universitas Sumatera Utara
dilanjutkan dengan memindahkan ikan dari lingkungan 100 air laut ke media air tawar, 1, 5, 10, 15, dan 25 air laut. Semua ikan hidup dalam media 5 – 25, tetapi
mati dalam media air tawar dan 1 air laut. Ikan yang hidup pada media 25 air laut kemudian dipindahkan kembali ke media air tawar 1 dan 5 air laut dan
menunjukkan bahwa osmolalitas darahnya menurun hingga mendekati level subletal, yakni sekitar 300 mOsmkg.H
2
O. Nampaknya preaklimatisasi dalam 25 selama 7 hari tidak terlalu berpengaruh terhadap selang kemampuan survivalnya. Meskipun
kelangsungan hidup dan osmolalitas darahnya sedikit meningkat dengan cara preaklimatisasi dalam 25, osmolalitas darahnya mengalami penurunan setelah
dipindahkan ke dalam media bersalinitas kurang dari 10. Penemuan ini mengindikasikan bahwa fugu dapat beradaptasi pada lingkungan hipoosmotik karena
adanya kemampuan hiperosmoregulasi, namun sel-sel klorid yang dimilikinya berkurang dalam mengabsorpsi ion-ion pada lingkungan hipoosmotikLee, K.M., et
al.,2005. Untuk air tawar , organ yang terlibat dalam osmoregulasi antara lain insang,
usus dan ginjal. Sel-sel yang berperan dalam organ insang untuk proses tersebut adalah mitokondria-rich dan role of pavementMarshall,W.S., et al, 2006.
Struktur insang memiliki hubungan dengan kemampuan toleransi terhadap kisaran salinitas. Hal ini dapat ditunjukkan dengan histology dari struktur insang
Caprella Amphipoda: caprellidea yang dikumpulkan dari komunitas Sargassum di
timur laut Jepang dan diamati di bawah mikroskop elektron. Epitel sel insang dari ikan-ikan tersebut terdiri dari perkembangan apical infolding system AIS dan
basolateral infolding system BIS yang dihubungkan dengan mitokondria. Percobaan
tentang toleransi terhadap salinitas dari 4 spesies Caprella mengindikasikan bahwa konsentrasi median letalnya pada 20
o
C berkisar antara 12,97- 18,84 practical salinity unit p.s.u
dengan kelangsungan hidup 80 pada kondisi salinitas di atas 25,37 p.s.u bahkan selama 5 hari. Karakteristik insang dan lebarnya rentang toleransi salinitas
Universitas Sumatera Utara
pada Caprella spp, menunjukkan bahwa Caprella spp yang menghuni komunitas Sargassum
merupakan organisme yang eurihalin Takeuchi,I.,et al.,2003.
2.5 Pakan Ikan
Setiap mahluk hidup, termasuk ikan membutuhkan energi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungannya. Sumber utama
energi bagi ikan berasal dari makanan sebab ikan tidak mampu memamfaatkan energi matahari secara langsung seperti yang yang dilakukan oleh tanaman.
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertumbuhan ukuran baik bobot maupun panjang dalam satu periode waktu tertentu Effendi, 1979. Sedangkan menurut
Fujaya 2004, pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik, hormon, dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang paling penting adalah zat hara. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang
meliputi genetik dan kondisi fisiologis ikan serta faktor eksternal yang berhubungan dengan lingkungan. Faktor eksternal tersebut yaitu komposisi kualitas kimia dan
fisika air, bahan buangan metabolik, ketersediaan pakan , dan penyakitHepper dan Prugnin, 1984.
2.5.1 Jenis-jenis Pakan
Di alam ikan memenuhi kebutuhan makannya dengan pakan yang tersedia di alam. Dalam hal ini, ikan mempunyai kesempatan untuk memilih dan selalu sesuai
dengan selera ikan. Sedangkan dalam budidaya ikan, tidak ada yang lebih penting selain pengadaan pakan buatan yang baik dan memaksimalkan tingkat konsumsi
pakan. Apabila tidak ada pakan yang dikonsumsi, ikan tidak akan mengalami
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan, bahkan akan mengalami kematian. Dan apabila pakan yang dikonsumsi kurang memadai, ikan tidak mampu mempertahankan kesehatannya.
Secara umum, makanan ikan dibuat dari komposisi yang terdiri atas bahan- bahan makanan yang berasal dari nabati dan hewani, terutama hasil ikutan dari sisa
proses pengolahan makanan dan pabrik. Dari sekian banyak bahan baku nabati, 70- 75 merupakan biji-bijian dan hasil olahannya, 15-25 limbah industri makanan,
dan sisanya hijauan sebagaimana layaknya bahan pakan yang berasal dari tumbuhan, kadar seratnya tinggi.
Bahan dari hewani terbuat dari: tepung ikan, tepung rebon dan benawa, tepung kepala udang, tepung darah, silase ikan, tepung bulu ayam dan tepung tulang, tepung
bekicot, tepung cacing tanah, dan limbah unit penetasan ayam. Bahan nabati terbuat dari: dedak, dedak gandum, jagung, cantlesorgum,
tepung terigu, tepung kedele, tepung ampas tahu, tepung bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, biji kapukrandu, biji kapas, tepung daun duri, tepung daun lamtoro,
tepung daun ketela pohon, dan isi perut besar hewan memamah biak. http:zaldibiaksambas.wordpress.com20100620manajemen-pakan....
Berdasarkan tingkat kebutuhannya, pakan buatan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pakan tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama.
Pakan tambahan adalah pakan yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan pakan dari alam,
namun jumlahnya belum memadai untuk tumbuh dengan baik sehingga perlu diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan.
Pakan suplemen adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menambah komponen nutrisi tertentu yang tidak mampu disediakan oleh pakan alami. Pakan ini
Universitas Sumatera Utara
mengandung beberapa vitamin dan mineral tertentu untuk melengkapi nutrient yang diperoleh dari pakan alami
Pakan utama adalah pakan yang sengaja dibuat untuk menggantikan sebagian besar atau keseluruhan pakan alami.
Sampai saat ini, belum ada pakan yang dibuat khusus untuk jenis ikan tertentu. Petani ikan umumnya mengenal pakan ikan dan pakan udang, tidak
mengenal pakan untuk ikan herbivor, karnivor, atau omnivor. Pada kenyataannya, memang belum ada pakan buatan yang diproduksi oleh pabrik besar khusus
kebutuhan ikan tertentu. Semua jenis ikan dipaksa untuk menjadi omnivor Afrianto E., dkk.2005.
2.5.2 Komposisi Pakan
Standar nutrisi pakan tambahan antara lain mengandung protein 25-40, karbohidrat 10-12, lemak 4-8, serat kasar 5-13, dan kadar air 13-14 Afrianto
E, dkk., 2005, http:suharjawanasuria.tripod.comikan_air_tawar_01.htm. Selain itu pabrik pakan juga melengkapinya dengan vitamin dan mineral
sebagai bahan tambahan dalam campurannya yang dikemas dalam bentuk premiks. Berikut adalah contoh vitamin dan mineral tambahan pada pakan ikan:
- Top mix : mengandung 12 macam vitamin A,D,E,K,B kompleks, 2 asam
amino essensial metionin dan lisin dan 6 mineral Mn, Fe, I, Zn, Co dan Cu, serta antioksidan BHT.
- Rhodiamix : mengandung 12 macam vitamin A, D, E, K, B kompleks, asam
amino essensia metionin, dan 8 mineral Mg, Fe, Mo, Ca, I, Zn, Co dan Cu, serta antioksidan.
Universitas Sumatera Utara
- Mineral B12: mengandung tepung tulang, CaCO
3
, FeSO
4
, MnSO
4
, KI, CuSO
4
, ZnCO
3
, serta vitamin B12 sianokobalamin http:zaldibiaksambas.wordpress.com20100620manajemen-pakan...
Pada dasarnya, pakan buatan yang sering kita jumpai termasuk dalam kelompok senyawa pakan dan silase ikan. Dua jenis senyawa pakan yang biasa dibuat
oleh pabrik pakan adalah pakan yang berbentuk tepung, pasta, cake, serta pakan yang berbentuk pelet.
Secara umum tepung ikan dikategorikan sebagai Fish Protein Consentrat FPC. Terdapat 3 tipe FPC yaitu A, B, dan C. Tepung ikan tipe A dan tipe B untuk
konsumsi manusia, sedangkan tipe C adalah untuk makanan ternak. Dalam menentukan kelas tipetipe tepung ikan terdapat standard tertentu,
antara lain dengan memenuhi persyaratan mutunya. Persyaratan mutu tepung ikan untuk pakan ternak yang harus dipenuhi dalam Standar Nasional Indonesia SNI
dapat dilihat pada tabel 2.2, sedangkan persyaratan mutu tepung ikan menurut FAO dalam Purnomo Hari,dkk., 1987, disajikan pada tabel 2.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Persyaratan Mutu Tepung Ikan untuk Pakan SNI 01-2715-1996 K e l a s
Persyaratan Mutu I
Mutu II Mutu III
Kimia:
- Air; maks.
- Protein kasar ;min.
- Serat kasar ;maks.
- Abu;maks
- Lemak;maks
- Kalsium;maks
- Phospor;maks
- Garam;maks
Mikrobiologi: Salmonella
pada 25 g sample Organoleptik:
Nilai Minimum 10
65 1,5
20 8
2,5-5,0 1,6-3,2
2
Negatif
7 12
55 2,5
25 10
2,5-6,0 1,6-4,0
3
Negatif
6 12
45 3
30 12
2,5-7,0 1,6-4,7
4
Negatif
6 Sumber : Revisi Standar Nasional Indonesia No. 01-2715-1992
Tabel 2.4 Persyaratan Standar Mutu Tepung Ikan menurut FAO Komposisi
Tipe A Tipe B
Tipe C Protein 67,5
65 60
Daya cerna pepsin ; min.
92 92 92 Lisin ; min.
6,5 dari protein 6,5 dari protein
6,5 dari protein Air ; maks.
10 10
10 Lemak;maks. 0,75 3 10
Klorida;maks 1,5 1,5 2
SiO
2
;maks. 0,5
0,5 0,5
Bau, rasa Lemah
Tidak ada spesifikasi
Tidak ada spesifikasi
Sumber: FAO dalam Purnomo Hari, dkk.,1987
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Fungsi Pakan
Pakan tidak hanya berfungsi sebagai sumber energi dan pertumbuhan. Fungsi lain dari pakan bagi ikan adalah sebagai berikut:
1. Pengobatan
Pakan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai akan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan dan tidak mudah diserang penyakit. Karena pakan akan membantu
terciptanya mekanisme pertahanan tubuh kekebalan alami yang ditentukan sistem hormonal. Dengan demikian, apabila pakan yang dikonsumsi baik, maka sistem
hormonal akan berjalan dengan baik dan dengan sendirinya akan terbentuk sistem pertahanan tubuh yang baik pula. Pada dasarnya, pakan yang diperuntukkan bagi
pengobatan tidak berbeda dengan pakan buatan lainnya. Perbedaannya hanya pada penambahan senyawa tertentu yang dapat berfungsi sebagai obat. Jenis obat yang
biasa ditambahkan ke dalam pakan buatan biasanya golongan antibiotik dan asam organik. Oksitetrasiklin dan sulfanilamid merupakan dua jenis antibiotik yang banyak
digunakan dalam campuran pakan.
2. Pembentukan Warna Tubuh
Fungsi pakan buatan sebagai pembentuk warna tubuh ikan banyak dimamfaatkan dalam budidaya ikan hias. Namun demikian dalam budidaya ikan konsumsi dapat
juga digunakan. Pakan yang digunakan untuk membentuk warna tubuh ikan tidak berbeda dengan pakan buatan lainnya, kecuali adanya penambahan pigmen. Ikan
yang diberi pakan yang mengandung pigmen akan memiliki warna tubuh lebih cemerlang. Ikan memiliki sel khusus penghasil pigmen, yaitu iridosit dan kromatofor.
Iridosit terdiri atas leukofor dan guanafor yang merupakan sel cermin untuk memantulkan warna di luar tubuhnya. Kromatofor adalah sel-sel yang mengandung
pigmen, meliputi eritofor yang mengandung pigmen merah dan oranye, xantofor
Universitas Sumatera Utara
yang mengandung pigmen kuning, linkofor yang mengandung pigmen putih, dan
melanofor yang mengandung pigmen hitam.
Ada dua jenis pigmen yang berperan dalam pembentukan warna tubuh ikan, yaitu karoten
dan melanin. Karoten membentuk warna kuning, jingga tua oranye, dan merah, sedangkan melanin terutama mempengaruhi pembentukan warna coklat
sampai hitam. Pigmen ini terutama tersimpan dalam kerangka luar, yaitu sisik atau
kulit. Sumber pigmen yang baik adalah pakan yang mengandung karoten jenis:
- Xantofil xantophyl dengan konsentrasi 20-60 mgkg pakan. Dapat diperoleh dari udang rebon tepung udang, rumput laut kelp, daun alfalfa, dan tepung kelopak
bunga marigold. - Astasantin astaxanthin dan xantaxanthin merupakan dua jenis pigmen karoten
yang juga berperan dalam pembentukan warna, selain itu dapat membantu proses reproduksi dan meningkatkan proses metabolisme.
3. Peningkatan Cita Rasa