PENUTUP PERAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM YOGYAKARTA TERKAIT PERLINDUNGAN TERSANGKA TERHADAP KEKERASAN YANG DILAKUKAN PENYIDIK DALAM PROSES PENYIDIKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis / pembahasan dengan menggunakan bahanbahan kepustakaan dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Upaya-upaya untuk mengeliminasi terjadinya kekerasan dalam proses
penyidikan adalah:
a. Memberikan pelatihan kepada penyidik mengenai teknik-teknik
dalam melakukan interogasi.
b. Memberikan pelatihan untuk mengendalikan emosi kepada
penyidik sehingga ketika berhadapan dengan tersangka yang
berbelit-belit penyidik tidak mudah terpancing emosinya.
c. Penyidik harus mendapatkan pendidikan tentang hak asasi
manusia dan juga harus memahami tentang hak-hak tersangka
terutama tentang bantuan hukum.
2. Peran Advokat Lembaga Bantuan Hukum yaitu melaporkan tindakan
kekerasan yang dilakukan dilakukan oleh penyidik ke PROPAM

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut:

56

57

1. Terus dibinanya kesadaran penyidik tentang pentingnya perlindungan
terhadap hak-hak asasi manusia, sehingga penyidik mengetahui bahwa hak
asasi manusia merupakan suatu keadaan hakiki yang tidak dapat diganggu
dan harus dihormati serta dijunjung tinggi, kecuali karena adanya suatu
kondisi yang sangat memaksa yang tidak dapat dihindari lagi. Walaupun
begitu tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada, yang
mengatur tentang pengecualian tersebut.
2. Ditingkatkannya profesionalisme penyidik dalam menangani kasus yang
ada dengan menggunakan teknik-teknik yang efektif dan efisien, sehingga
kekerasan itu tidak diperlukan lagi, setidak-tidaknya kekerasan tersebut
bisa dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA


Literatur :

nuny Nasution,

Bantuan Hukum di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1988.

Bambang Sunggono, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Mandar Madju,
Bandung, 2001.
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan
Dengan Hukum Pidana, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 1996.
Endang Ekowarni, Kumpulan-Jurnal-Jurnal Kekerasan Pada Anak, UMS,
Surakarta, 2006
Harun Husein, Penyidikan dan Penuntutan Dalam Proses Pidana, Rineka Cipta,
Jakarta, 1991.
Mien Rukmini, Perlindungan HAM melalui Asas Praduga Tak Bersalah dan Asas
Persamaan Kedudukan Dalam Hukum pada Sisitem Peradilan Pidana
Indonesia, Bandung Alumni, 2003.

Moerti Hadiati soeroso, Kekerasan Dalam Rumah Tangga dalam Perspektif
Yuridis-Viktimologis, Sinar Grafika, Jakarta, 2010
Mulyana W. Kusumah, Analisa Kriminologi Tentang Kejahatan-Kejahatan,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982
Riduan Syahriani, Beberapa hal tentang Hukum Acara Pidana, Alumni, Bandung,
1983
Romli Atmasasmita, Bungai Rampai Hukum Acara Pidana, Sinar Grafika,
Jakarta, 1982.
Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1983.
Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Penerapan KUHAP, Jakarta, Sinar
Grafika, 2002.

dang-Undang :
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 16 Tahum 2011 tentang Bantuan Hukum.
Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Kepolisian

Internet :

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4eeac8495dd74/lima-bentukpelanggaran-kuhap-yang-dominan.
http://news.detik.com/read/2012/04/05/175115/1886265/10/dituduh-ikut-aksirusuh-di-jakarta-2-mahasiswa-yogya-ngadu-ke-lbh
http://amrku.blogspot.com/2010/08/teori-kekerasan.html
http://www.prasko.com/2011/02/pengertian-perlindungan-hukum.html
http://id.answer.yahoo.com/question/index?qid=20101126002223AAovFTT