Kajian Metode Pengambilan Sampel Air dalam Rangka Analisis Mutu Mikrobiologi Air Baku Industri di PT MNO Gunung Sindur, Nama NIM Bogor

KAJIAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL AIR DALAM
RANGKA ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGI AIR BAKU
INDUSTRI DI PT MNO GUNUNG SINDUR, BOGOR

FANNY NURAINI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Metode
Pengambilan Sampel Air dalam Rangka Analisis Mutu Mikrobiologi Air
Baku Industri di PT MNO Gunung Sindur, Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 2015
Fanny Nuraini
NIM F24100108

ABSTRAK
FANNY NURAINI. Kajian Metode Pengambilan Sampel Air dalam Rangka
Analisis Mutu Mikrobiologi Air Baku Industri di PT MNO Gunung Sindur,
Bogor. Dibimbing oleh YADI HARYADI dan SIWI PURWANINGSIH.
Air merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia.
Dalam industri pangan, air dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti
sanitasi, proses produksi, dan sebagai bahan baku produksi. Oleh karena itu, air
yang digunakan dalam produksi perlu memiliki persyaratan dan standar mutu
sendiri. PT MNO memiliki instalasi pasokan air untuk membantu memenuhi
kebutuhan air baku produksi. Air baku yang digunakan pada setiap proses
produksi perlu dianalisis kualitasnya baik kualitas fisik, kimia, atau mikrobiologi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ulang metode pengambilan sampel air
yang digunakan dalam rangka penentuan mutu mikrobiologi air baku produksi di

PT MNO Gunung Sindur, Bogor. Analisis mikrobiologi yang dilakukan pada
penelitian ini adalah perhitungan Total Plate Count, kandungan yeast dan mold,
serta pengujian bakteri koliform dan E.coli. Hasil analisis mikrobiologi air setelah
perbaikan metode pengambilan sampel menunjukkan penurunan rata-rata
kandungan mikrobiologi pada sampel air jika dibandingkan dengan data hasil
analisis sebelum perbaikan dilakukan. Hasil uji statistik dari kedua data yang
diolah menggunakan uji paired samples t-test menunjukkan bahwa belum terjadi
penurunan yang signifikan pada sampel yang diambil dengan perlakuan
tambahan. Hal ini berarti bahwa perbaikan metode pengambilan sampel belum
memberikan pengaruh yang signifikan, namun dapat berpotensi untuk
menurunkan pengaruh faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil
analisis mikrobiologi.
Kata kunci: air, Escherichia coli, koliform, kualitas air, mold, yeast

ABSTRACT
FANNY NURAINI. Study of Sampling Method of Water for Microbiological
Quality Analysis of Industrial Raw Water in PT MNO Gunung Sindur, Bogor
Supervised by YADI HARYADI and SIWI PURWANINGSIH.
Water is one of the most important needs in human life. In the food
industry, water can be used for various activities such as sanitation, production

process or even used as raw material for production. Therefore, water used in
production should has its own requirements and standards of quality. PT MNO
has its own water supply installation to help fulfilling the needs of raw water for
production. Raw water used on any production process need to be analyzed its
quality either physical, chemical, or microbiology quality. This study attempts to
review the water sampling method used in production, in order to determine the
microbiological quality of raw water for production process in PT MNO Gunung
Sindur, Bogor. The microbiological analysis performed in this study are the
calculation of Total Plate Count, yeast and mold content, as well as examination
of coliform bacteria and E. coli. The result of microbiological analysis on water
samples after sampling method repairment showed that the average microbiology
content in the water samples were reduced compared to the analysis results before
the repairment done. The statistical result from both data sets that were proceed
with paired samples t-test implied that the reduction occurred on the samples
taken with additional treatments has not significant yet. It means the repairment of
sampling method had not gave a significant effect but has the potential to reduce
the effect of external factors that can affect the result of microbiological analysis.
Keywords: coliform, Escherichia coli, mold, water, water quality, yeast

KAJIAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL AIR DALAM

RANGKA ANALISIS MUTU MIKROBIOLOGI AIR BAKU
INDUSTRI DI PT MNO GUNUNG SINDUR, BOGOR

FANNY NURAINI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Kajian Metode Pengambilan Sampel Air dalam Rangka Analisis
Mutu Mikrobiologi Air Baku Industri di PT MNO Gunung Sindur,
Bogor

Nama

: Fanny Nuraini

NIM

: F24100108

Disetujui oleh

Sc.

Tanggal Lulus:

26

MAR 20 15

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kajian Metode Pengambilan
Sampel Air dalam Rangka Analisis Mutu Mikrobiologi Air Baku Industri di PT
MNO Gunung Sindur, Bogor” ini berhasil diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua penulis, Bapak Nur Muhammad Sudjarwo dan Ibu Marsuci Wisnubroto yang
selalu mendoakan dan memberikan semangat, nasihat, dan dukungannya serta
Mas Aji, Mbak Sherly, Azka dan seluruh keluarga besar atas doa, dukungan dan
keceriaan yang diberikan saat penyusunan skripsi ini dilaksanakan. Terima kasih
penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc. dan Ibu Siwi
Purwaningsih, STP selaku pembimbing yang telah memberikan saran, motivasi,
dan arahan kepada penulis serta Ibu Dr. Ir. Harsi Dewantari Kusumaningrum,
MSc. selaku dosen penguji atas segala saran serta masukannya. Terima kasih
kepada PT MNO yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan
magang guna penyusunan skripsi ini serta Pak Dedi, Pak Erwin, Mbak Adel,
Mbak Zee, Mas Yudi, Rendy, Imah, dan seluruh keluarga besar PT MNO atas
bimbingannya selama pelaksanaan magang. Terima kasih kepada teman-teman
ITP47, rumah bata bersaudara, teman seperjuangan AIMS 2013, sahabat sekte,
Febri dan Asta, laskar rainbow, serta teman-teman yang lain yang tidak dapat
disebutkan satu per satu yang senantiasa memberi semangat, motivasi, doa dan
menghibur penulis selama penyusunan skripsi ini. Terakhir, terima kasih kepada

segala pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan
memerlukan saran serta masukan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penelitian yang lain.

Bogor, Februari 2015
Fanny Nuraini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN


vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian


3

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Bahan

4

Alat

4

HASIL DAN PEMBAHASAN


5

Kualitas Air Sumur

6

Kualitas Air Proses

10

Pengaruh Faktor Eksternal Pengambilan Sampel

13

Hasil Uji Statistik Perbedaan Uji Mikrobiologi Sebelum dan Sesudah
Perbaikan Metode Pengambilan Sampel Air

15

SIMPULAN DAN SARAN


18

Simpulan

18

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

19

LAMPIRAN

21

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Persyaratan mutu air baku produksi PT MNO
Kandungan total mikroba pada sampel air sumur (CFU/ml)
Kandungan yeast dan mold pada sampel air sumur (CFU/ml)
Kandungan bakteri koliform pada sampel air sumur
Kandungan E.coli pada sampel air sumur
Kandungan total mikroba pada sampel air hasil proses (CFU/ml)
Kandungan yeast dan mold pada sampel air hasil proses (CFU/ml)
Kandungan bakteri koliform dan E.coli pada air hasil reverse osmosis
(CFU/ml)
9. Hasil analisis total mikroba pada udara saat pengambilan sampel
10. Hasil analisis yeast dan mold pada udara saat pengambilan sampel
11. Perbedaan perlakuan sebelum dan setelah perbaikan metode
pengambilan sampel

2
7
7
9
9
11
11
12
13
13
15

DAFTAR GAMBAR
1. Klasifikasi filtrasi membran dan proses membran yang beroperasi
akibat perbedaan tekanan (Crinttenden et al. 2012)
2. Alur Proses Pengolahan Air di PT MNO
3. Jenis keran pengeluaran sampel air. a.keran PVC b.keran stainless
steel

2
6
14

DAFTAR LAMPIRAN
1. Persyaratan air minum menurut SNI 01-3553-2006 (BSN 2006)
2. Persyaratan
air
minum
menurut
Permenkes
Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010
3. Tabulasi data angka lempeng total pada delapan titik sampel
(CFU/ml) (pengujian dilakukan tanpa pengenceran)
4. Tabulasi data yeast dan mold pada delapan titik sampel (CFU/ml)
(pengujian dilakukan tanpa pengenceran)
5. Spesifikasi Mesin Ultrafiltrasi yang digunakan PT MNO
6. Spesifikasi Mesin Reverse Osmosis yang digunakan PT MNO
7. Tabulasi data total mikroba pada sampel air baku sebelum dan setelah
perbaikan metode pengambilan sampel (CFU/ml)
8. Tabulasi data yeast dan mold pada sampel air baku sebelum dan
setelah perbaikan metode pengambilan sampel (CFU/ml)
9. Data hasil uji mikrobiologi sebelum dan sesudah perbaikan metode
pengambilan sampel air
10. Hasil uji paired samples t-test

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia.
Fungsi air dalam kehidupan manusia tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.
Dalam tubuh manusia, air berfungsi dalam proses metabolisme. Air sendiri
merupakan salah satu komponen dalam tubuh manusia. Rata-rata kandungan air
dalam tubuh manusia adalah 65 % atau sekitar 47 liter pada orang dewasa. Sekitar
2,5 liter air dalam tubuh harus diganti dengan yang baru setiap harinya dengan
perkiraan 1,5 liter air yang harus diganti itu berasal dari air minum dan 1,0 liter
berasal dari makanan yang dikonsumsi (Winarno 1992).
Selain berperan dalam metabolisme tubuh, air juga memiliki peran penting
dalam industri pangan. Air digunakan dalam berbagai kegiatan di industri pangan
baik dalam sanitasi, proses produksi, dan sebagai bahan baku untuk produk
pangan tersebut. Oleh karena itu, air yang digunakan dalam produksi perlu
memiliki persyaratan dan standar mutu sendiri. Dalam pemenuhan standar mutu
air perlu didukung dengan standar analisis yang memadai dan mekanisme
pengendalian mutu air yang baik.
PT MNO merupakan salah satu industri minuman yang menyajikan
minuman sari buah dalam kemasan. Salah satu bahan baku utama yang digunakan
dalam produksi minuman sari buah ini adalah air. Volume air yang digunakan
untuk keperluan industri pada setiap kegiatan produksi cukup besar. Oleh karena
itu, PT MNO membangun sendiri instalasi pasokan air agar lebih ekonomis. Air
yang digunakan oleh PT MNO untuk keperluan produksi berasal dari air tanah.
Air tanah masih mengandung berbagai jenis mineral dan mikroba yang dapat
mempengaruhi kualitas air yang digunakan, sehingga dibutuhkan pengolahan
untuk mendapatkan kualitas air baku produksi yang memenuhi standar. Untuk
mengolah air tersebut dibangun instalasi water treatment menggunakan teknologi
reverse osmosis, sehingga air baku yang digunakan oleh PT MNO dikategorikan
ke dalam air demineral menurut SNI 01-3553-2006 (BSN 2006) (Lampiran 1).
PT MNO memiliki delapan unit sumur namun hanya tiga atau empat sumur
yang sering digunakan dalam proses produksi. Air dari sumur-sumur tersebut
ditampung dalam sebuah tangki penampung kemudian diproses dengan beberapa
pre-treatment seperti mesin ferolite dan ultrafiltrasi sebelum akhirnya diolah
menggunakan mesin reverse osmosis. Air hasil pengolahan reverse osmosis
kemudian dialirkan menuju tangki produksi yang kemudian digunakan untuk
keperluan produksi seperti sebagai bahan baku dan pembilas botol di dalam mesin
filling.
Ultrafiltrasi dan reverse osmosis merupakan contoh metode water treatment
dengan menggunakan teknik filtrasi membran. Filtrasi secara luas dapat
didefinisikan sebagai sebuah proses yang memisahkan partikel padatan terdispersi
dari fase liquid dengan mengalirkan suspensi melalui media berpori, baik berupa
membran ataupun granula. Berdasarkan ukuran pori-pori membran, filtrasi
membran dapat dibagi empat, yaitu mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan
reverse osmosis. Keempat tipe tersebut dapat diklasifikasikan lagi berdasarkan
proses fisikokimianya menjadi filtrasi membran dan reverse osmosis (Crinttenden

2
et al. 2012). Ultrafiltrasi dan reverse osmosis bermanfaat untuk menyaring
partikel-partikel yang terkandung dalam air. Membran ultrafiltrasi dapat
menyaring partikel hingga seukuran bakteri dan virus. Partikel yang dapat disaring
oleh membran reverse osmosis berukuran lebih kecil seperti garam dan mineral.
Penggolongan teknik filtrasi membran beserta partikel yang disaringnya dapat
dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Klasifikasi filtrasi membran dan proses membran yang beroperasi
akibat perbedaan tekanan (Crinttenden et al. 2012)
PT MNO telah menggunakan standar baku air minum menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 (Depkes 2010) (Lampiran 2)
dan SNI 01-3553-2006 (BSN 2006) sebagai acuan dalam pengujian kualitas air
bakunya. Standar yang digunakan oleh PT MNO untuk pengujian mikrobiologi air
baku produksi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Persyaratan mutu air baku produksi PT MNO
Parameter
Total Plate Count (TPC)
Yeast dan Mold (YM)
Koliform
E.coli

Satuan
CFU/ml
CFU/ml
CFU/ml
CFU/ml

Kadar maksimum yang
diperbolehkan
1,0 x 102
0
0
0

Sumber : PT MNO

Pengujian mikrobiologi yang telah dilakukan di PT. MNO adalah pengujian
Angka Lempeng Total (Total Plate Count) serta pengujian bakteri koliform dan
Escherichia coli. Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi
umumnya ditunjukkan dengan kehadiran bakteri indikator seperti bakteri
koliform. Bakteri koliform dibedakan menjadi dua kelompok yaitu koliform fekal
seperti Escherichia coli dan koliform nonfekal seperti Enterobacter aerogenes.

3
E.coli merupakan bakteri yang berasal dari feces hewan atau manusia, sedangkan
E.aerogenes ditemukan pada hewan atau tumbuhan yang telah mati. Adanya
E.coli pada air menandakan bahwa air tersebut telah terkontaminasi feces manusia
dan ada kemungkinan mengandung patogen usus (Dwijoseputro 2005).
Perumusan Masalah
Kualitas bahan baku yang digunakan dalam produksi produk pangan harus
memenuhi standar guna menjaga kualitas produk akhir. Menurut data laporan
pengujian mikrobiologi pada bulan Januari hingga Maret 2014, pengujian air baku
produksi masih menunjukkan hasil yang menyimpang dari standar. Departemen
Quality Control PT MNO memiliki dua hipotesis. Hipotesis pertama adalah
terjadi ketidaksesuaian pada proses pengambilan sampel air baku yang dilakukan
selama ini melihat letak mesin instalasi pengolahan air yang berada di luar
bangunan serta dekat dengan instalasi pengolahan limbah dan kolam ikan milik
warga sekitar pabrik. Hipotesis yang kedua adalah kinerja mesin reverse osmosis
yang kurang efektif. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan proses
pengambilan sampel air dan pengkajian ulang mutu mikrobiologi air baku di PT
MNO.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari pelaksanaan penelitian magang ini adalah untuk
mengkaji metode pengambilan sampel air yang digunakan dalam rangka analisis
mutu mikrobiologi air baku pada PT MNO. Adapun tujuan khusus dari penelitian
ini adalah untuk mengkaji pengaruh perbaikan metode pada analisis mutu
mikrobiologi air hasil proses ultrafiltasi dan hasil proses reverse osmosis di PT
MNO Kecamatan Gunung Sindur, Bogor
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat pelaksanaan penelitian magang ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh perbaikan metode
pengambilan sampel terhadap analisis mutu mikrobiologi air baku
produksi yang digunakan PT MNO.
2. Memberikan masukan kepada perusahaan mengenai usaha perbaikan pada
instalasi pengolahan air yang digunakan.
3. Memberikan bahan pertimbangan kepada perusahaan untuk memperbaiki
Standard Operational Procedure (SOP) pengambilan sampel air baku.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan magang ini dilakukan selama 4 bulan, dari Maret hingga Juni 2014
dan dilaksanakan di PT MNO berlokasi di Desa Curug, Kecamatan Gunung

4
Sindur, Bogor. Penelitian magang dilakukan di bawah divisi Quality Control.
Pelaksanaan magang dilakukan pada hari Senin-Jumat pukul 08.00-16.30 WIB.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan ialah media Plate Count Agar (PCA), media
Potato Dextrose Agar (PDA), Chloramphenicol, alkohol 70 % serta sampel air
dari delapan titik pengambilan sampel, yaitu sumur 1, sumur 3, sumur 5, inlet
mesin Ultrafiltrasi, outlet mesin Ultrafiltrasi, inlet mesin Reverse Osmosis, outlet
mesin Reverse Osmosis, dan tangki produksi.
Alat
Alat-alat yang digunakan ialah botol gelas 250 ml steril, botol semprot, gas
burner, tissue, cawan petri berisi media PCA serta PDA untuk pengujian udara,
masker, haircap, sarung tangan karet, cawan petri kosong, pipet 5 ml steril,
laminar air flow, inkubator, serta Sanitakun E.coli/Coliform petrifilm untuk
pengujian koliform dan E. coli.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dibagi menjadi dua tahapan. Tahap pertama
adalah pengambilan sampel air dan tahap kedua adalah analisis mikrobiologi.
Pengambilan Sampel Air
Metode pengambilan sampel air dilakukan dengan mengacu pada metode
yang terdapat dalam Guidelines for drinking-water quality dari World Health
Organization (WHO 1997) serta lembar uraian kerja laboratorium analisis PT.
MNO. Delapan botol gelas 250 ml yang telah disterilkan sebelumnya dengan
autoclave disiapkan dan diberi label untuk memberi tanda pengenal berdasarkan
titik pengambilan sampel yang dilakukan. Selain itu disiapkan juga botol semprot
berisi alkohol 70 %, gas burner, tissue, masker, haircap, sarung tangan karet,
serta cawan petri berisi media PCA dan PDA sebanyak dua cawan untuk masingmasing media.
Sampel air diambil di delapan titik dari keseluruhan proses water
treatment, yaitu sumur 1, sumur 3, sumur 5, inlet mesin ultrafiltrasi, outlet mesin
ultrafiltrasi, inlet mesin reverse osmosis, outlet mesin reverse osmosis, dan tangki
produksi. Sebelum pengambilan sampel dilakukan, perlengkapan kerja seperti
masker, haircap, dan sarung tangan karet harus dikenakan. Kemudian ujung keran
air dibersihkan menggunakan tissue bersih untuk membersihkan dari debu dan
kotoran yang lain, selanjutnya ujung keran disterilisasi dengan pemanasan
menggunakan gas burner. Setelah itu keran dibuka dan air dibiarkan mengalir
untuk beberapa saat. Selama air mengalir dari keran, dilakukan sterilisasi pekerja
pengambil sampel dan lingkungan dengan menyemprotkan alkohol 70 % ke
tangan pekerja pengambil sampel dan ke lingkungan sekitar keran air. Botol steril
dibuka di dekat keran air dengan tutup botol dipegang menghadap ke bawah
kemudian air diisikan ke dalam botol. Setelah botol terisi sekitar dua per tiga
bagian dari botol.

5
Pengambilan sampel air dilakukan selama lima belas hari. Kualitas
mikrobiologi sampel air kemudian dianalisis setelah pengambilan sampel selesai
dilakukan tiap harinya. Analisis mikrobiologi dilakukan di laboratorium analisis
mikrobiologi milik PT MNO.
Analisis Mikrobiologi
Analisis mikrobiologi yang dilakukan adalah pengujian Angka Lempeng
Total dengan metode cawan tuang dan pengujian koliform dan E.coli
menggunakan petrifilm berdasarkan metode pengujian yang telah diterapkan di
laboratorium analisis PT MNO.
Pengujian Angka Lempeng Total. Pengujian ini dilakukan dengan
memipet masing-masing 1 ml sampel air menggunakan pipet steril ke empat buah
cawan petri kosong di dalam lemari laminar air flow. Cawan yang digunakan
untuk pengujian yeast dan mold ditambah oleh setetes chloramphenicol untuk
mencegah pertumbuhan mikroba selain yeast dan mold. Selanjutnya media PCA
dan PDA cair dituangkan ke dalam dua cawan untuk setiap media. Cawan berisi
sampel dan media cair kemudian digerakkan membentuk angka delapan secara
perlahan dan dibiarkan hingga media membeku. Setelah itu, cawan disimpan ke
dalam inkubator dengan posisi cawan dibalik dan disimpan pada suhu 35 oC
selama dua hari untuk cawan berisi media PCA dan untuk cawan berisi media
PDA disimpan dalam inkubator yang telah diatur untuk mengikuti suhu ruang
selama lima hari. Hal yang sama dilakukan pada tujuh sampel air yang lain.
Pengujian bakteri koliform dan E.coli. Pengujian ini dilakukan
menggunakan petrifilm dengan memipet 1 ml sampel air ke atas media kering
petrifilm di dalam lemari laminar air flow. Petrifilm kemudian disimpan dalam
inkubator bersuhu 35 oC selama dua hari. Pengujian bakteri koliform dan E.coli
dilakukan untuk ketiga sampel sumur serta outlet mesin reverse osmosis.
Keberadaan bakteri koliform ditandai dengan munculnya koloni berwarna biru
kehijauan, sedangkan keberadaan E.coli ditandai dengan munculnya koloni
berwarna biru indigo.
Pengujian kontrol udara. Pengujian kontrol udara pengambilan sampel
dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pengisian sampel air ke dalam botol
steril. Dua cawan petri berisi media padat PCA dan PDA dibuka dan dipegang
oleh personel yang lain di dekat keran air. Cawan petri ditutup disaat yang
bersamaan dengan penutupan botol. Cawan petri kemudian diinkubasi dalam
inkubator bersuhu 35 oC selama dua hari untuk cawan berisi media PCA dan
dalam inkubator bersuhu ruang selama lima hari untuk cawan berisi media PDA.
Pengujian kontrol udara hanya dilakukan di dua titik pengambilan sampel, yaitu
pada outlet mesin ultrafiltrasi dan outlet mesin reverse osmosis.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian mikrobiologi yang telah dilakukan menghasilkan data yang
berdasarkan lokasi pengambilan sampel dan proses pengolahannya dapat dibagi

6
menjadi kualitas air sumur dan kualitas air proses. Secara skematik, alur proses
pengolahan air di PT MNO dapat dilihat pada Gambar 1. Selain hasil pengujian
mikrobiologi pada sampel air, faktor eksternal seperti udara saat pengambilan
sampel dan pengaruh perbaikan metode pengambilan sampel akan dibahas untuk
menjawab tujuan penelitian ini dilakukan.

Gambar 2 Alur Proses Pengolahan Air di PT MNO
Kualitas Air Sumur
PT MNO memiliki delapan unit sumur sebagai sumber air produksinya.
Setelah dilakukan pengujian kualitas fisik, organoleptik, dan kimiawi pada
kedelapan sumur tersebut, hanya tujuh sumur yang dapat memenuhi standar untuk
selanjutnya diolah sebelum masuk ke proses produksi sari buah. Dari tujuh sumur
tersebut hanya sekitar tiga sumur yang rutin digunakan untuk setiap kali
produksinya yaitu sumur 1, sumur 3, dan sumur 5. Kualitas air dari ketiga sumur
tersebut kemudian diuji dengan beberapa parameter yaitu Total Plate Count
(TPC), yeast dan mold (YM), bakteri koliform, dan E.coli. Data hasil pengujian
Total Plate Count serta yeast dan mold pada ketiga sumur dapat dilihat pada Tabel
2 dan Tabel 3. Hasil analisis lengkap disuguhkan pada Lampiran 3 dan Lampiran
4.
Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa sumur 5 memiliki kualitas
mikrobiologi yang paling buruk dibandingkan dengan sumur 1 dan sumur 3.
Tujuh dari delapan pengujian kandungan angka lempeng total pada sumur 5
menunjukkan nilai > 2.5 x 102 CFU/ml atau melebihi angka batas perhitungan
yang disarankan BAM dari FDA (2001) untuk perhitungan angka lempeng total
yaitu 250 koloni. Nilai tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan pengujian
yang dilakukan pada sumur 3 dan sumur 1. Nilai yang melebihi batas perhitungan
pada sumur 3 hanya enam dari dua belas pengujian dan pada sumur 1
perbandingannya lebih kecil lagi yaitu tiga dari sepuluh pengujian.

7
Tabel 2 Kandungan total mikroba pada sampel air sumur (CFU/ml)
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Sumur 1
9.6 x 10
< 2.5 x 10
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
6.6 x 10
3.8 x 10
< 2.5 x 10
4.9 x 10
< 2.5 x 10

Sumur 3
< 2.5 x 10
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
< 2.5 x 10
> 2.5 x 102
< 2.5 x 10
3.6 x 10
2.9 x 10
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
2.8 x 10
> 2.5 x 102

Sumur 5
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
< 2.5 x 10
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
-

Tabel 3 Kandungan yeast dan mold pada sampel air sumur (CFU/ml)
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Sumur 1
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
> 1.5 x 102
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
5.0 x 10
< 1.0 x 10

Sumur 3
< 1.0 x 10
> 1.5 x 102
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
2.4 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
1.4 x 102
1.0 x 10
> 1.5 x 102
< 1.0 x 10
> 1.5 x 102

Sumur 5
> 1.5 x 102
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
2.4 x 10
> 1.5 x 102
< 1.0 x 10
> 1.5 x 102
> 1.5 x 102
-

Pengujian kandungan yeast dan mold yang dilakukan pada sumur 5 juga
menunjukkan bahwa empat dari delapan pengujian menghasilkan nilai > 1.5 x 102
atau melebihi batas perhitungan yang disarankan BAM dari FDA (2001) untuk
perhitungan yeast dan mold yaitu 150 koloni. Hasil pengujian pada sumur 3
menunjukkan tiga dari dua belas pengujian yang dilakukan memiliki nilai
melebihi batas perhitungan sedangkan pada sumur 1 hanya satu dari sepuluh
pengujian yang memiliki nilai melebihi batas. Maka dapat dikatakan bahwa sumur
5 memiliki kandungan cemaran mikrobiologi yang paling tinggi dibandingkan

8
dengan kedua sumur lainnya sedangkan sumur 1 memiliki kandungan cemaran
mikrobiologi yang lebih rendah dibanding sumur 3 dan sumur 5.
Pengujian Angka Lempeng Total serta yeast dan mold sebaiknya
dilakukan dengan mengacu pada standar pengujian yang ada pada SNI atau BAM
(Bacteriological Analytical Manual) yang diterbitkan oleh FDA (2001).
Penambahan chloramphenicol pada pengujian yeast dan mold sebaiknya
dilakukan ke dalam media yang akan digunakan pada saat pembuatan media cair
sebelum disterilisasi dengan autoclave (FDA 2001). Chloramphenicol berfungsi
sebagai antibiotik dengan mekanisme menghambat sintesis protein pada bakteri
dan bersifat bakteriostatik (AMRLS 2011). Penggunaan chloramphenicol pada
pengujian yeast dan mold bertujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri pada
sampel yang dianalisis.
Selain kandungan angka lempeng total serta yeast dan mold, parameter
lain yang digunakan untuk mengkaji kualitas mikrobiologi pada air sumur adalah
kandungan bakteri koliform dan E.coli. Pengujian cemaran bakteri koliform dan
E.coli pada sampel air dapat dilakukan dengan metode penyaringan membran,
Most Probable Number (MPN), dan juga dapat dilakukan menggunakan petrifilm.
Penggunaan petrifilm lebih mudah dan cepat karena hanya memerlukan 1 ml
sampel uji. Penggunaan petrifilm juga dapat menghemat waktu kerja dan
mengurangi peralatan laboratorium yang diperlukan.
Namun pengujian koliform dan E.coli menurut standar baku seharusnya
dilakukan dengan metode penyaringan membran seperti yang telah dijelaskan
pada SNI 01-3554-2006 (BSN 2006). Pengujian dilakukan dengan
mempersiapkan peralatan dan media yang diperlukan seperti cawan petri, pipet
ukur, penangas air, inkubator, alat penghitung koloni, autoclave, oven, saringan
membran 0.45 µm, gelas ukur 100 ml, dan media VRBA (Violet Red Bile Agar).
Kemudian peralatan penyaring membran dipasang dan dihubungkan dengan
sistem vakum. Sebanyak 100 ml sampel kemudian dimasukkan ke dalam corong
alat penyaring dengan menggunakan pipet atau gelas ukur steril. Vakum
digunakan untuk menyaring sampel melalui membran secara menyeluruh.
Permukaan dalam corong penyaring pun kemudian di bilas dengan air pengencer
kemudian cairan pembilas disaring kembali. Sesudah pembilasan selesai, vakum
dihentikan. Membran penyaring kemudian diangkat dari alat penyaring
menggunakan pinset steril dan diletakkan diatas media VRBA padat dalam cawan
petri. Cawan kemudian diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu (36oC ± 1) oC
dengan posisi terbalik. Setelah diinkubasi, hitung koloni berwarna merah gelap
yang berukuran 0.5 mm atau lebih pada membran yang menyatakan jumlah
bakteri koliform dalam 100 ml sampel.
Dalam kajian ini digunakan petrifilm untuk menguji keberadaan bakteri
koliform dan E.coli pada ketiga sumur yang digunakan di PT MNO. Jumlah
bakteri koliform dan bakteri E.coli yang terkandung dalam air tanah di ketiga
sumur pengujian dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

9
Tabel 4 Kandungan bakteri koliform pada sampel air sumur
Hari
Sampel
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Sumur 1

NA









NA



NA







NA

NA





Sumur 3

NA









NA



NA















Sumur 5











NA

NA

NA

NA







NA

NA

NA

Keterangan: NA : tidak dilakukan pengambilan sampel air
− : tidak terdeteksi

Tabel 5 Kandungan E.coli pada sampel air sumur
Hari

Sampel
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Sumur 1

NA









NA



NA

+



+

NA

NA





Sumur 3

NA









NA



NA















Sumur 5











NA

NA

NA

NA







NA

NA

NA

Keterangan: NA : tidak dilakukan pengambilan sampel air
− : tidak terdeteksi

Hasil pengujian selama 15 hari yang dapat dilihat pada Tabel 4
menunjukkan bahwa pada sumur 1, sumur 3, dan sumur 5 tidak ditemukan
indikasi bakteri koliform. Namun pada hasil pengujian E. coli, sumur 1 terindikasi
positif E.coli pada pengujian hari ke sembilan dan hari ke sebelas. Kualitas
mikrobiologi air tanah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kedalaman sumur, jarak tangki septik dengan sumur, serta porositas dan
permeabilitas tanah.
Kedalaman suatu sumur adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
jumlah bakteri yang terkandung dalam air tanah (Kosasih et al. 2009). Sumursumur yang digunakan di PT MNO memiliki kedalaman rata-rata 75 meter. Hal
ini menunjukkan bahwa sumur di PT MNO termasuk sebagai air tanah dalam
karena menurut Samsuhadi (2009) air tanah dangkal berada di kedalaman 10
meter sampai 24 meter. Merujuk pada penilitian yang dilakukan Kosasih et al.
(2009) diketahui bahwa hubungan antara jumlah E.coli pada air tanah terhadap
kedalaman sumur memiliki gradien negatif yang berarti semakin tinggi kedalaman
sumur, semakin rendah jumlah E.coli yang terkandung dalam air tanahnya.
Sehingga dalam kasus ini, kedalaman sumur bukanlah faktor yang menyebabkan
ditemukannya indikasi keberadaan E.coli pada sumur 1.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah bakteri E.coli di dalam air
tanah adalah jarak tangki septik dengan sumur air tanah. Menurut SNI 03-23982002 (BSN 2002) jarak minimal tangki septik dengan sumber air bersih adalah 10
meter. Menurut Wagner dan Lanoix (1959) kemampuan penyebaran bakteri

10
secara horizontal di dalam tanah dapat mencapai jarak sejauh 11 meter. Sejauh 5
meter dari sumbernya, bakteri dapat menyebar mencapai kedalaman 2 meter,
kemudian bakteri akan membentuk lajur seperti kerucut hingga titik puncak
sejauh 6 meter dari titik maksimum penyebarannya.
Porositas tanah dan permeabilitas tanah juga dapat menjadi faktor
penyebaran E.coli dalam air tanah. Melalui siklus hidrologis air terinfiltrasi ke
dalam tanah sampai kedalaman tertentu dan membawa unsur kimia dan
mikrobiologis (Afrizal et al. 2013). Tanah yang memiliki porositas yang kurang
baik dengan permeabilitas yang baik, dapat membuat air yang mengandung
bakteri yang tinggi akan terinfiltrasi hingga kedalaman tertentu, terutama pada
saat hujan. Jika melihat pelaksanaan penelitian yang berlangsung selama musim
penghujan, faktor inilah yang mungkin menjadi penyebab ditemukannya indikasi
E.coli pada sumur 1.
Kualitas Air Proses
Proses pengolahan air tanah menjadi air baku produksi di PT MNO
dilakukan melalui dua tahap pengolahan yaitu ultrafiltrasi dan reverse osmosis.
Perbedaan teknologi ultrafiltrasi dan reverse osmosis terletak pada jenis membran
yang digunakan, ukuran pori-pori membran, dan tekanan yang digunakan dalam
pengoperasiannya. Menurut Crittenden et al. (2012) umumnya ultrafiltrasi
menggunakan membran dengan pori-pori berukuran 0.01 µm sedangkan reverse
osmosis menggunakan membran tidak berpori karena ukuran porinya yang sangat
kecil dan lebih menggunakan tekanan osmosis untuk proses penyaringannya.
Material yang ideal digunakan untuk membran adalah material yang dapat
memproduksi fluks yang tinggi tanpa menyebabkan penyumbatan dan tahan lama
secara fisik, stabil secara kimia, nonbiodegradable, resistan secara kimia, dan
tidak mahal (Crittenden et al. 2012).
Menurut spesifikasi mesin ultrafiltrasi yang terdapat pada buku manual
(Lampiran 5) membran berjenis hollow digunakan pada mesin ultrafiltrasi milik
PT MNO. Sedangkan membran yang digunakan pada mesin reverse osmosis milik
PT MNO berjenis polyamide thin film composite (Lampiran 6). Kedua jenis
membran tersebut memang banyak digunakan di masing-masing mesin pengolah
dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Perbedaan jenis membran
serta ukuran pori-pori membran dapat mempengaruhi substansi apa saja yang
dapat tertahan oleh membran tersebut. Umumnya, substansi yang dapat tertahan
oleh membran ultrafiltrasi adalah substansi berbobot molekul yang tinggi seperti
bakteri, virus, protein, dan polimer. Membran reverse osmosis dapat menahan
substansi yang memiliki bobot molekul yang lebih kecil seperti garam dan
mineral.
Tekanan juga mempengaruhi proses penyaringan terutama pada sistem
reverse osmosis. Pada sistem reverse osmosis digunakan tekanan tinggi untuk
mendorong air melalui membran yang menyaring partikel yang tidak diinginkan.
Metode ini juga berlaku untuk sistem filtrasi yang lain, termasuk ultrafiltrasi
walaupun dengan tekanan yang lebih rendah (Zheng et al. 2012). Pada Tabel 6
dan Tabel 7 terdapat hasil pengujian kandungan mikrobiologi pada air yang telah
melalui proses ultrafiltrasi dan reverse osmosis.

11
Tabel 6 Kandungan total mikroba pada sampel air hasil proses (CFU/ml)
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Inlet UF
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
< 2.5 x 10
2.6 x 10
< 2.5 x 10
> 2.5 x 102
> 2.5 x 102
< 2.5 x 10
4.4 x 10
< 2.5 x 10
3.8 x 10
5.3 x 10
2.8 x 10
< 2.5 x 10

Outlet UF
1.1 x 102
< 2.5 x 10
4.7 x 10
> 2.5 x 102
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
2.8 x 10
4.8 x 10
4.6 x 10
9.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
1.2 x 102
3.2 x 10
2.9 x 10

Inlet RO
6.4 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
2.1 x 102
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
3.2 x 10
3.6 x 10
2.7 x 10
< 2.5 x 10

Outlet RO
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10

Tangki Produksi
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
< 2.5 x 10
3.2 x 10

Tabel 7 Kandungan yeast dan mold pada sampel air hasil proses (CFU/ml)
Hari
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Inlet UF
> 1.5 x 102
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
1.3 x 10
1.0 x 10
1.0 x 10
1.2 x 10
7.2 x 10
3.0 x 10
< 1.0 x 10

Outlet UF
7.2 x 10
< 1.0 x 10
1.2 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
1.2 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
2.2 x 10
< 1.0 x 10

Inlet RO
5.3 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10

Outlet RO
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
1.4 x 10
< 1.0 x 10

Tangki Produksi
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10
< 1.0 x 10

Mesin ultrafiltrasi yang dimiliki PT MNO mampu menurunkan jumlah
angka lempeng total hingga mencapai angka batas bawah perhitungan yang
disarankan oleh BAM dari FDA (2001) sebanyak < 2.5 x 10 CFU/ml pada lima
dari lima belas pengujian dan masih terdapat tiga pengujian yang melewati angka
1.0 x 102 CFU/ml sebagai standar yang telah ditetapkan perusahaan. Mesin
ultrafiltrasi milik PT MNO memiliki spesifikasi secara teoritik dapat meretensi
bakteri hingga 99.9999 %. Namun pada kenyataannya jika melihat hasil yang
diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, angka retensi bakteri tidak
mencapai nilai yang setinggi itu. Perlu dilakukan pengkajian yang lebih dalam

12
lagi mengenai hal ini untuk dapat menarik kesimpulan yang dapat
dipertimbangkan perusahaan.
Jumlah penurunan jumlah mikroba dalam air hasil proses pengolahan
semakin meningkat setelah air melalui proses reverse osmosis. Lima belas
pengujian dari air keluaran mesin reverse osmosis menunjukkan hasil yang masih
memenuhi standar dan mencapai angka batas bawah yang disarankan BAM.
Angka tersebut masih bertahan hingga air dialirkan ke tangki produksi dengan
satu pengujian yang menunjukkan kenaikan jumlah angka lempeng total, namun
masih memenuhi nilai standar yang berlaku. Air yang telah ditampung dalam
tangki produksi kemudian akan digunakan dalam proses pengolahan produk.
Nilai jumlah yeast dan mold pada air keluaran mesin ultrafiltrasi juga
mengalami penurunan yang cukup baik dengan sebelas dari lima belas pengujian
mencapai angka batas bawah perhitungan yang disarankan oleh BAM dari FDA
(2001) yaitu < 1.0 x 10 CFU/ml. Air hasil proses ultrafiltrasi kemudian di proses
kembali dengan mesin reverse osmosis dengan hasil empat belas dari lima belas
pengujian mencapai < 1.0 x 10 CFU/ml. Namun, jika melihat nilai nyata dari hasil
pengujian yang terdapat pada Lampiran 4 hanya sebelas dari lima belas pengujian
yang memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 0 CFU/ml.
Kemungkinan yang terjadi pada empat pengujian yang lain adalah pada saat
dilaksanakan pengujian, mesin reverse osmosis sudah memasuki masa untuk
dilakukan pembersihan membran namun dikarenakan sedang dilakukan pengujian
mesin tidak dibersihkan. Air keluaran reverse osmosis kemudian dialirkan ke
tangki produksi. Pengujian air yang berada di tangki produksi menunjukkan
kandungan yeast dan mold yang rendah dan memiliki nilai di bawah ambang batas
bawah yang ditentukan FDA.
Air hasil pengolahan reverse osmosis umumnya sudah memenuhi standar
air minum yang berlaku (Denis 2013). Oleh karena itu, pengujian koliform dan
E.coli perlu dilakukan untuk melihat efisiensi kinerja mesin reverse osmosis dan
agar air tersebut layak untuk digunakan dalam proses produksi. Tabel 8 berisikan
tabulasi data pengujian bakteri koliform dan E.coli pada air hasil reverse osmosis.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada indikasi keberadaan bakteri
koliform dan E.coli pada sampel setelah lima belas kali pengujian. Hal ini berarti,
bahwa air baku produksi yang digunakan di PT MNO telah memenuhi standar
perusahaan yang berlaku untuk parameter koliform dan E.coli yaitu 0 CFU/ml.
Namun, kualitas air untuk parameter koliform dan E.coli ini perlu dikaji lebih
lanjut dengan mengacu standar baku analisis dari SNI 01-3554-2006 (BSN 2006)
agar hasil analisis yang diperoleh dapat sesuai dengan persyaratan air minum yang
terdapat pada SNI dan Permenkes yaitu dalam jumlah koloni pada setiap 100 ml
sampel agar hasilnya pun lebih merepresentasikan keadaan yang sebenarnya.
Tabel 8 Kandungan bakteri koliform dan E.coli pada air hasil reverse osmosis
(CFU/ml)
Hari
Parameter
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Koliform































E.coli































13
Pengaruh Faktor Eksternal Pengambilan Sampel
Faktor eksternal dalam pengambilan sampel air dapat mempengaruhi
kualitas mikrobiologi sampel air yang diujikan. Tidak dilakukannya pengujian
terhadap faktor-faktor eksternal dapat menjadi salah satu penyebab diperolehnya
data yang kurang valid. Faktor-faktor eksternal tersebut contohnya antara lain
jumlah mikroba di udara sekitar, personel pengambil sampel, bentuk keran
pengeluaran sampel, serta metode pengambilan sampel yang dilakukan.
Udara mengandung partikel-partikel, termasuk mikroba, dalam jumlah
besar. Instalasi mesin pengolah air yang dimiliki PT MNO berada di luar
bangunan sehingga faktor udara dapat mempengaruhi hasil pengujian pada sampel
jika terjadi kesalahan dalam metode pengambilan sampel. Di sekitar instalasi
pengolahan air juga ditemukan instalasi pengolahan limbah dan kolam ikan milik
warga sekitar pabrik. Adanya instalasi pengolahan limbah serta kolam ikan yang
tidak terjamin kebersihannya dapat menaikkan jumlah mikroba dalam udara
sekitar. Jumlah total mikroba yang terkandung pada udara saat pengambilan
sampel dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8 sedangkan pada Tabel 9 dapat dilihat
jumlah yeast dan mold yang terkandung pada udara saat pengambilan sampel
dilakukan.
Tabel 9 Hasil analisis total mikroba pada udara saat pengambilan sampel
Hari
Sampel
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Outlet UF

+





+











+











Outlet RO

















+



+









Tabel 10 Hasil analisis yeast dan mold pada udara saat pengambilan sampel
Hari
Sampel
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Outlet UF



+



+























Outlet RO



















+











14
Berdasarkan data yang tertera pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa udara di
sekitar keran outlet UF memiliki kandungan total mikroba yang lebih tinggi
dibandingkan udara di sekitar keran outlet RO. Tiga dari lima belas pengujian
pada udara sekitar keran outlet UF menunjukkan hasil positif terdapat
pertumbuhan mikroba pada media uji. Hasil pengujian udara sekitar keran outlet
RO menunjukkan bahwa dua dari lima belas pengujian menunjukkan hasil positif
adanya pertumbuhan mikroba pada media. Kandungan yeast dan mold pada udara
sekitar keran outlet UF juga lebih tinggi dengan dua dari lima belas pengujian
positif ditemukan pertumbuhan yeast dan mold, sedangkan pada udara sekitar
keran outlet RO hanya ditemukan satu pengujian yang menunjukkan hasil positif
terdapat pertumbuhan yeast dan mold dari lima belas pengujian.
Secara keseluruhan, kandungan mikroba pada udara sekitar keran outlet
UF lebih tinggi dibandingkan udara di sekitar keran outlet RO. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh letak keran pengambilan sampel. Keran outlet UF berada di
bagian belakang instalasi pengolahan air dan dekat dengan kolam ikan dan
perkebunan milik warga sekitar serta instalasi pengolahan limbah. Lain halnya
dengan keran outlet UF, keran outlet RO terletak di depan dan lebih jauh dari
kolam dan kebun warga ataupun instalasi pengolahan limbah.
Potensi kontaminasi mikroba pada udara sekitar instalasi pengolahan air
saat pengambilan sampel dilakukan dapat ditekan dengan beberapa cara. Lokasi
letak instalasi pengolahan air dapat dikondisikan tertutup dengan memasang
plastik polypropylene disekitar pagar yang mengelilingi ruangan. Plastik
polypropylene dapat dipilih karena lebih ekonomis dibanding dengan bahan
penutup lain atau pun biaya pembangunan ruangan baru. Kondisi ruangan yang
tertutup dapat mengurangi potensi pencemaran udara dari lingkungan sekitar
instalasi. Kegiatan disinfeksi udara ruangan dapat semakin menurunkan potensi
kontaminasi. Kondisi lokasi pengambilan sampel yang baik dapat mempengaruhi
hasil analisis mikrobiologi sampel.
Faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi pengujian kualitas
mikrobiologi air sampel adalah jenis dan diameter keran yang digunakan untuk
pengambilan sampel. Keran pengambilan sampel yang digunakan pada instalasi
pengolahan milik PT MNO terbagi menjadi dua jenis. Keran jenis pertama terbuat
dari pipa PVC dengan diameter sekitar 1 ½” – 2” atau sekitar 5-6 cm, seperti
terlihat pada Gambar 3a. Sedangkan, keran jenis kedua terbuat dari stainless steel
dengan ukuran diameter sekitar 0.5 cm seperti terlihat pada Gambar 3b.

Gambar 3 Jenis keran pengeluaran sampel air. a.keran PVC b.keran stainless steel
Keran jenis kedua yang terbuat dari stainless steel hanya digunakan pada
instalasi reverse osmosis sedangkan keran-keran yang digunakan untuk

15
mengambil sampel air sumur serta sampel air ultrafiltrasi menggunakan keran
jenis pertama yang terbuat dari PVC. Keran yang digunakan pada mesin memang
sudah terinstalasi sejak awal dari manufacturer dan untuk mesin reverse osmosis
digunakanlah keran yang sudah terstandardisasi. Perlakuan sterilisasi
menggunakan panas dapat dilakukan saat pengambilan sampel air RO karena
kerannya yang terbuat dari stainless steel, sedangkan perlakuan panas tidak dapat
diaplikasikan saat pengambilan sampel air ultrafiltrasi karena PVC akan meleleh
jika diberi perlakuan panas. Keran yang digunakan untuk mesin ultrafiltrasi juga
memiliki ukuran diameter yang terlalu besar sehingga memungkinkan masuknya
mikroba ke dalam keran dan sulitnya pengaturan tekanan volume aliran air ke
dalam botol steril.
Faktor eksternal lain yang dapat mempengaruhi hasil pengujian kualitas
mikrobiologi pada sampel air adalah metode pengambilan sampel yang
diterapkan. Metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan baik dapat
meminimalisasi kemungkinan terjadinya kontaminasi dari luar. PT MNO
sebelumnya sudah memiliki standar operasional untuk metode pengambilan
sampel air. Namun, dalam penelitian ini dilakukan perbaikan metode pengambilan
sampel air dengan merujuk pada Guidelines for Drinking-Water Quality dari
WHO (1997) dengan menambahkan beberapa perlakuan yang diharapkan dapat
semakin meminimalisasi potensi kontaminasi. Adapun perbedaan perlakuan
sebelum dan sesudah perbaikan metode dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Perbedaan perlakuan sebelum dan setelah perbaikan metode
pengambilan sampel
Sebelum
Ujung keran tidak dibersihkan sebelum
keran dibuka
Tidak dilakukan sterilisasi panas pada
ujung keran sebelum keran dibuka

Pengambilan sampel hanya dilakukan oleh
satu orang personel

Setelah
Ujung keran dibersihkan dulu dengan lap
atau tissue sebelum keran dibuka
Dilakukan sterilisasi panas pada ujung
keran setelah dibersihkan dengan tissue
Pengambilan sampel dilakukan oleh dua
orang personel dengan salah satu personel
bertugas memegang bunsen/gas burner
selama proses pengisian sampel ke dalam
botol terutama pada keran yang terbuat dari
pipa PVC yang tidak memungkinkan untuk
dibakar sebelum dinyalakan.

Hasil Uji Statistik Perbedaan Uji Mikrobiologi Sebelum dan Sesudah
Perbaikan Metode Pengambilan Sampel Air
Hasil pengujian mikrobiologi kemudian dibandingkan dengan data sekunder
dari perusahaan yang menyatakan data uji mikrobiologi sebelum perbaikan
metode. Perbandingan kandungan total mikroba pada sampel air sebelum dan
setelah perbaikan metode pengambilan sampel dapat dilihat pada Lampiran 7. Jika
melihat secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa terjadi penurunan jumlah
kandungan total mikroba pada sampel air yang diambil menggunakan metode
pengambilan sampel yang telah diperbaiki. Pada data sekunder masih ditemukan
sampel yang melebihi batas perhitungan BAM (2001), baik sampel di tahap
ultrafiltrasi maupun di tahap reverse osmosis. Pada sampel yang diambil dengan

16
metode pengambilan sampel yang telah diperbaiki, sudah tidak ditemukan lagi
sampel dengan kandungan total mikroba yang melebihi batas perhitungan BAM
pada tahap reverse osmosis.
Hasil pengujian kandungan yeast dan mold pada air sebelum dan setelah
perbaikan metode pengambilan sampel juga dibandingkan menggunakan data
sekunder. Berdasarkan data perbandingan yang tertera pada Lampiran 8,
perbaikan metode pengambilan sampel juga menurunkan kandungan yeast dan
mold pada sampel air yang dianalisis. Pada data pengujian sebelum perbaikan
metode masih ditemukan data yang melebihi batas perhitungan BAM (2001) di
sampel air keluaran outlet ultrafiltrasi. Setelah dilakukan perbaikan metode
pengambilan sampel, hanya satu data yang melebihi batas perhitungan BAM dan
data tersebut ditemukan di sampel air keluaran inlet ultrafiltrasi. Sehingga dapat
dikatakan juga terjadi penurunan jumlah kandungan yeast dan mold pada sampel
air yang diambil dengan metode pengambilan sampel yang telah diperbaiki.
Hasil pengujian mikrobiologi air sebelum dan setelah perbaikan metode
pengambilan sampel juga dibandingkan secara statistik. Titik pengambilan sampel
yang dibandingkan adalah titik outlet UF dan outlet RO. Sampel air di kedua
outlet tersebut dipilih karena masing-masing outlet menggambarkan efisiensi
kinerja mesin ultrafiltrasi dan reverse osmosis dalam mengurangi jumlah mikroba
dalam air yang sudah diproses. Uji statistik dilakukan menggunakan SPSS dengan
metode paired samples t-test pada tingkat kepercayaan 95 %. Sebelum data diolah
dengan SPSS, data ditransformasi menjadi bentuk logaritma terlebih dahulu.
Lampiran 9 berisi data sebelum dan setelah transformasi logaritma.
Rata-rata kandungan total mikroba pada air hasil proses ultrafiltrasi
sebelum perbaikan metode pengambilan sampel adalah 1.76 log CFU/ml. Setelah
diaplikasikan perbaikan metode pengambilan sampel, rata-rata kandungan total
mikroba pada air hasil proses ultrafiltrasi mengalami penurunan menjadi 1.66 log
CFU/ml. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi
sebesar 0.433 dengan signifikasi sebesar 0.103>0.05 yang berarti bahwa korelasi
antara dua rata-rata kandungan total mikroba sebelum dan setelah perbaikan
metode pengambilan sampel tidak signifikan. Uji paired samples t-test
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata antara rata-rata kandungan
total mikroba sebelum dan setelah perbaikan metode pengambilan sampel dengan
p=0.345 dan p>0.05 (Lampiran 10). Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa
perbaikan metode pengambilan sampel belum mempengaruhi jumlah kandungan
total mikroba pada sampel air hasil proses ultrafiltrasi secara signifikan, namun
berpotensi menurunkan kandungan total mikroba pada sampel tersebut.
Selain kandungan total mikroba, kandungan yeast dan mold pada air hasil
proses ultrafiltrasi juga di uji secara statistik. Rata-rata kandu