Growth and Production Modeling for Oil Palm at Different Levels and Periods of Frond Pruning

PERMODELAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KELAPA
SAWIT PADA BERBAGAI TARAF DAN PERIODE
PENUNASAN PELEPAH

NOPE GROMIKORA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

i
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Permodelan Pertumbuhan dan
Produksi Kelapa Sawit pada Berbagai Taraf dan Periode Penunasan Pelepah
adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebabkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Nope Gromikora
NIM. A252100111

1

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB
harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRACT
NOPE GROMIKORA. Growth and Production Modeling for Oil Palm at
Different Levels and Periods of Frond Pruning. Under direction of SUDIRMAN
YAHYA, and SUWARTO.
The number of leaf frond influence oil palm yield, especially fresh fruit
bunch weight and production. The objective of this research was to obtain oil
palm growth and production model for different levels and periods of frond

pruning. The experiment was conducted at PT. Astra Agro Lestari, Pangkalan
Bun, Central Kalimantan, from August 2011 to February 2012. The experiment
was arranged in randomized block design with two factors and three replications.
The first factor was numbers of unpruned frond and the second factors was
pruning periods. The frond treatments consisted of 41-48, 49 56, and 57 64
fronds. The periods of pruning treatment consisted of first period (early to mid
rainy season):September December, second period (mid to end of rainy
season):Januari April, and third period (dry season):May August. Model has
been able to predict 75% variable for production and fresh fruit bunch weight for
different levels and periods of pruning.
Keyword : oil palm, pruning, modelling, production

RINGKASAN
NOPE GROMIKORA. Permodelan Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit
pada Berbagai Taraf
dan Periode Penunasan Pelepah. Dibimbing oleh
SUDIRMAN YAHYA dan SUWARTO.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil dari tanaman,
salah satu faktor yang berpengaruh adalah cahaya. Hal ini akan mempengaruhi
hasil bobot kering dari tanaman, terkait dengan penangkapan cahaya oleh kanopi

tanaman. Intensitas dan lamanya penyinaran yang diterima selama masa
pertumbuhan memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi hasil dari tanaman.
Menurut Squire (1984), hasil janjang per pohon pada kelapa sawit memiliki
korelasi positif dengan jumlah radiasi cahaya yang diterima oleh kanopi tanaman.
Kapasitas produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh ukuran tajuk
atau luas daun sebagai permukaan fotosintesis. Studi oleh Hardon (1969)
menunjukkan ada korelasi positif antara luas daun dengan hasil pada tanaman
kelapa sawit pada jenis yang sama. Ukuran daun, selain menunjukkan luas
permukaan fotosintesis, juga menunjukkan luas permukaan transpirasi atau
kehilangan uap air melalui daun. Pengaturan luas permukaan daun diperlukan
untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis bersih (termasuk untuk
respirasi jaringan daun) dan pemenuhan permintaan transpirasi.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang telah berjalan,
dengan periode penelitian sekurang-kurangnya selama 3 tahun dan telah berjalan
selama 1.5 tahun. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Agustus 2011 hingga
Juli 2012. Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan Astra Agro Lestari,
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Berikutnya pada lokasi dilakukan
percobaan untuk tiga kelompok umur pada areal tanaman menghasilkan, yakni :
TM: < 8 tahun, 8 13 tahun, > 13tahun.
Rancangan perlakuan adalah faktorial dua faktor, yakni jumlah pelepah

yang ditinggalkan dan periode waktu bagi setiap taraf jumlah pelepah. Rancangan
lingkungan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok. Perlakuan jumlah
pelepah terdiri atas P1 : 41 48 pelepah, P2 : 49 56 pelepah, dan P3 : 57 64
pelepah. Dan periode waktu mempertahankan jumlah pelepah terdiri tiga periode
yaitu, periode pertama (awal musim hujan sampai puncak musim hujan) :
September Desember, periode kedua (puncak musim hujan sampai akhir musim
hujan) : Januari April, dan periode ketiga (musim kemarau) : Mei September.
Kombinasi perlakuan untuk kelapa sawit umur 8-13 dan > 13 tahun yaitu A : P1
(periode 1)-P1 (periode 2)-P1 (periode 3), B : P1-P1-P2, C : P1-P2-P2, D : P2-P2P2, E : P2-P2-P1, dan F : P2-P1-P1 dan untuk kelapa sawit umur < 8 tahun yaitu
A : P2-P2-P2, B : P2-P2-P3, C : P2-P3-P3, D : P3-P3-P3, E : P3-P3-P2, dan F :
P3-P2-P2.
Blok A35 merupakan blok perlakuan pada tanaman muda umur < 8 tahun.
Berdasarkan hasil produksi yang didapat, hasil terbaik diperoleh pada perlakuan F
dengan produksi 13.51 kg/pokok/bulan, dengan jumlah pelepah 57-64 pada awal
musim hujan, 49-56 pada puncak musim hujan sampai awal musim kemarau, dan
49-56 pada musim kemarau. Hasil terbaik pada perlakuan F berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya pada taraf uji 15%.

Tanaman kelapa sawit pada blok B19 merupakan tanaman dengan umur
11 tahun. Produksi terbaik didapat pada perlakuan C sebesar 11.06

kg/pokok/bulan, dengan jumlah pelepah yang dipertahan sebesar 41-48 pada awal
musim hujan, 49-56 pada puncak musim hujan hingga awal musim kemarau, dan
49-56 pada musim kemarau. Hasil pada perlakuan C menunjukan berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya pada taraf 15%.
Blok B28 merupakan blok yang mewakili tanaman di atas 13 tahun.
Produksi tertinggi diperoleh pada perlakuan A dengan produksi rata-rata 12.50
kg/pokok/bulan, dengan jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 41-48
pelepah sepanjang tahun. Hasil terbaik pada tanaman umur > 13 tahun, didapat
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya pada taraf uji 20%.
LAI (leaf area index) perlakuan terbaik pada tanaman kelapa sawit untuk
umur tanaman < 8 tahun adalah 4.02 untuk perlakuan F. Tanaman kelapa sawit
umur 8-13 tahun LAI produksi terbaik diperoleh sebesar 3.60 untuk perlakuan C.
Sementara untuk tanaman umur > 13 tahun LAI produksi terbaik yang diperoleh
sebesar 4.10 untuk perlakuan A. Pada tanaman kelapa sawit curah hujan
berpengaruh terhadap produksi dan BTR (bobot tandan rata-rata), walaupun
pengaruhnya baru beberapa bulan kemudian. Curah hujan mempengaruhi
produksi untuk tanaman umur < 8 tahun pada 12 bulan sebelum panen, 8-13
tahun berpengaruh 21 bulan sebelum panen, dan untuk umur > 13 tahun
berpengaruh 26 bulan sebelum panen. Pengaruh curah hujan untuk BTR memiliki
pengaruh 3 bulan sebelum panen untuk semua kelompok umur tanaman kelapa

sawit.
Model yang telah disusun selanjutnya dijalankan untuk mendapatkan data
hasil simulasi, selanjutnya dibandingkan dengan data aktual untuk melihat
ketepatan di dalam memprediksi. Pada tanaman umur < 8 tahun, dari hasil uji T
didapat hanya satu perlakuan yang memiliki beda nyata antara BTR simulasi dan
BTR aktual. Pada tanaman umur 8-13 tahun hasil antara BTR simulasi dan BTR
aktual, dari hasil uji T didapat tiga perlakuan yang memiliki beda nyata yaitu
perlakuan B, E dan F. tanaman umur > 13 tahun memiliki hasil perbandingan
antara BTR simulasi dan BTR aktual yang beda nyata paling besar, yaitu
sebanyak empat pelakuan (perlakuan B, C, D dan E).
Hasil BTR simulasi disimulasikan lebih lanjut, sehingga menghasilkan
produksi simulasi kelapa sawit. Produksi simulasi selanjutnya dibandingkan
dengan produksi aktual, untuk melihat apakah terdapat beda nyata antara produksi
simulasi dan produksi aktual. Hasil uji T pada tanaman umur < 8 tahun,
menunjukan tidak adanya beda nyata antara produksi simulasi dan produksi
aktual. Tanaman umur 8-13 tahun hasil uji T antara produksi simulasi dan
produksi aktual hanya terdapat satu perlakuan yang beda nyata, yaitu pada
perlakuan E. Pada tanaman umur > 13 tahun, tidak terdapat beda nyata antara
produksi simulasi dan produksi aktual pada setiap perlakuan.
Hasil model yang disusun secara keseluruhan mampu memprediksi 75% (

27 dari 36 peubah) BTR dan produksi tanaman kelapa sawit. Model ini dikatakan
valid karena model mampu memprediksi di atas atau sama dengan 75% peubah.
Kata Kunci : kelapa sawit, permodelan, penunasan, produksi

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kriktik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa seizin IPB.

PERMODELAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KELAPA
SAWIT PADA BERBAGAI TARAF DAN PERIODE
PENUNASAN PELEPAH

NOPE GROMIKORA


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul

: Permodelan Pertumbuhan dan Produksi Kelapa Sawit Pada Berbagai
Taraf dan Periode Penunasan Pelepah
Nama : Nope Gromikora
NIM : A252100111

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing


Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc
Ketua

Dr Ir Suwarto, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian :


Tanggal Lulus :

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Sudradjat, MS

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karuniaNya sehingga penelitian untuk Tugas Akhir Tesis ini dapat diselesaikan.
Penelitian yang dilaksanakan ini berjudul Permodelan Pertumbuhan dan Produksi
Kelapa Sawit Pada Berbagai Taraf dan Periode Penunasan Pelepah. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Agustus 2011

Juni 2012. Tesis ini dibuat sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana IPB.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSi
dan Dr Ir Suwarto, MS selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberi
saran untuk kesempurnaan tesis ini. Kepada keluarga (ayah, ibu dan adik-adik)
atas perhatian dan dukungannya, serta kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan. Demikianlah tesis ini dibuat
sebagai hasil dari penelitian.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Nope Gromikora

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mandomai pada tanggal 30 Nopember 1986 dari
ayah Marserius dan ibu Kameloh. Penulis merupakan putra pertama dari tiga
bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sampit dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
memasuki program D3 Pengelola Perkebunan, Fakultas Pertanian, IPB. Pada
tahun 2007 penulis menyelesaikan program D3 dan pada tahun yang sama
melanjutkan S1 melalui jalur ekstensi, pada mayor Agribisnis, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, IPB. Penulis menyelesaikan studi S1 pada tahun 2010 dan
berkesempatan melanjutkan Program Pascasarjana IPB dengan mayor Agronomi
dan Hortikultura. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan Forum
Pascasarjana Agronomi dan Hortikultura (Forsca), pada bidang Pengembangan
Sumber Daya Manusia.

x
 



x

 
  

x

  

x

  

 


t r!"

# $%

x






!&'&( $  ( " ) 

*

r

&+& $ !$!"

t

$ 

,

s 

,

0 1 

2

 -./!(

.34.".% 1!" -



wt



2

!'.5!" $ 

6

r

 ( .".% !'7& ) $ 5 $  ( "  $ ' $ 1!" -

wt



8

 ( .".% 5 $  ( "  $ ' $




 9
  

8

r

tr

!$% &) 0&'" ) !"!- )

r

!) 5

r

p!&tr '7&)

!$% &) !$&$ ( $ /!) 5
1!" -



!'-

wt
t5

$ : #/

u

8

t 

8

r

s

8



 $; $% $ !;.7

$ 

t$ 5

$ !$%&# $ !&7 )

t

r

$ " (

r

$ 5 $ .5&#(



 ) $ 5 $ "

!$% '

p



u
r

5 $ !" -. $

y

tur

<



=



=

r

!$&(&$ $ .5!" !'7&) $ 5 $ .5&#( 1!" -

wt



==


 

*

r

r

!$% &) !$&$ ( $ /!) 5

p.r 5&#( > 0&'"



*

r
u



*=

r
u

B*  )&$ @".# 13 Tahun (Blok B28) ..........................................

74

SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................

77

Simpulan..............................................................................................

77

Saran....................................................................................................

77

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

79

xiii
mnopnq pnrst
uvwvxvy

1. Fase perkembangan bagian buah pada tanaman kelapa sawit ...........

9

2. Pola produksi tandan buah segar pada beberapa negara dan curah
hujan lokal.........................................................................................

10

3. Analisis korelasi produksi dan curah hujan pada Triang 2 ...............

10

4. Iklim dan rataan hasil tandan buah pada tiga lokasi perkebunan
di Kolombia ......................................................................................

11

5. Pengaruh LAI di bawah pelepah terhadap radiasi fotosintesis aktif
(PAR) di atas kanopi pada keseimbangan karbon ............................

12

6. Pengaruh penunasan terhadap pertumbuhan kelapa sawit................

13

7. Pengaruh perubahan 10 % pada karakter fisiologi dan morfologi
utama pada hasil tanaman kelapa sawit ............................................

13

8. Perlakuan penunasan tanaman kelapa sawit menghasilkan tua .........

19

9. Perlakuan penunasan tanaman kelapa sawit menghasilkan muda .....

20

10. Peubah-peubah yang diamati, peralatan, periode pengamatan
serta jumlah sampel per tahun...........................................................

22

11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan
BTR kelapa sawit ..............................................................................

31

12. Produksi rata-rata Blok A35, B19 dan B28 tahun 2011 ...................

32

13. Bobot tandan rata-rata Blok A35, B28 dan B19 tahun 2011 ............

32

14. Produksi kelapa sawit Blok A35 (< 8 tahun) ....................................

33

15. Jumlah tandan kelapa sawit Blok A35 (< 8 tahun) ...........................

34

16. Bobot tandan rata-rata kelapa sawit A35 (< 8 tahun) .......................

35

17. Produksi kelapa sawit Blok B19 (8-13 tahun) ..................................

36

18. Jumlah tandan kelapa sawit Blok B19 (8-13 tahun) ........................

38

19. Bobot tandan rata-rata Blok B19 (8-13 tahun) .................................

39

20. Produksi kelapa sawit Blok B28 (> 13 tahun) ..................................

40

xiv

21. Jumlah tandan tanaman kelapa sawit Blok B28 (> 13 tahun)...........

41

22. Bobot tandan rata-rata Blok B28 (> 13 tahun)..................................

42

23. Jumlah tandan bunga betina, bunga jantan, buah hitam dan
buah merah Blok A35 periode 2 (Jan-Apr) tahun 2012....................

43

24. Jumlah tandan bunga betina, bunga jantan, buah hitam dan
buah merah Blok B19 periode 2 (Jan-Apr) tahun 2012 ....................

43

25. Jumlah tandan bunga betina, bunga jantan, buah hitam dan
buah merah Blok B28 periode 2 (Jan-Apr) tahun 2012 ....................

44

26. Suhu di dalam dan di luar piringan periode 2 (Jan-Apr)
tahun 2012.........................................................................................

45

27. Kelembaban udara di dalam dan di luar piringan periode 2
(Jan-Apr) tahun 2012 ........................................................................

47

28. Intensitas cahaya yang diterima di dalam piringan dan di luar
piringan kelapa sawit periode 2 (Jan-Apr) tahun 2012 .....................

48

29. Intensitas cahaya yang diterima pelepah ke-17 dan pelepah
terbawah periode 2 (Jan-Apr) tahun 2012.........................................

49

30. Jumlah pelepah yang menopang pertumbuhan tandan dalam
setahun ..............................................................................................

53

31. LA dan LAI Blok A35, B19 dan B28 ...............................................

53

32. Curah hujan PT. AMR dan GSIP tahun 1997-2011 (cm/bulan) .......

55

33. Korelasi antara BTR dan curah hujan ...............................................

56

34. Korelasi antara produksi dan curah hujan.........................................

57

35. Korelasi antara curah hujan terhadap BTR dan jumlah tandan
setiap perlakuan pada Blok A35 (< 8 tahun) ....................................

58

36. Korelasi antara curah hujan terhadap BTR dan jumlah tandan
setiap perlakuan pada Blok B19 (8-13 tahun)...................................

59

37. Korelasi curah hujan terhadap BTR dan produksi tandan pada
setiap perlakuan pada Blok B28 (> 13 tahun)...................................

60

38. LAI per perlakuan pada Blok A35 (umur < 8 tahun)........................

62

xv
39. LAI per perlakuan pada Blok B19 (umur 8

13 tahun) ...................

63

40. LAI per perlakuan pada Blok B28 (umur > 13 tahun)......................

63

41. BTR simulasi dan BTR aktual Blok A35 .........................................

72

42. Produksi simulasi dan produksi aktual Blok A35............................

72

43. BTR simulasi dan BTR aktual Blok B19..........................................

73

44. Produksi simulasi dan produksi aktual Blok B19 .............................

73

45. BTR simulasi dan BTR aktual Blok B28..........................................

74

46. Produksi simulasi dan produksi aktual Blok B28 .............................

75

47. Ringkasan hasil validasi model pertumbuhan dan produksi
kelapa sawit.......................................................................................

75

xvi
z{|}{~ {€{~
‚ƒ„ƒ…ƒ†

1. Diagram perkembangan bunga kelapa sawit ....................................

8

2. Hubungan antara total bobot kering vegetatif dan bobot kering
buah dengan LAI (leaf area index). ..................................................

14

3. Hubungan antara perkembangan luas daun dengan umur setelah
tanam pada Ekona, Nigeria dan Calabar (Breure 2010). ..................

15

4. LAI kelapa sawit pada 3 fase umur secara berurutan Ekona,
Nigeria, Calabar dan optimal LAI (Breure 2010). ............................

17

5. Persentase penerimaan cahaya terhadap kanopi pada Ekona,
Nigeria dan Calabar (Breure 2010)...................................................

17

6. Proses-proses utama pertumbuhan tanaman kelapa sawit ................

23

7. Keterkaitan neraca air dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit .......

24

8. Diagram Forester sub model pertumbuhan kelapa sawit pada
berbagai taraf penunasan...................................................................

25

9. Model Stella pertumbuhan dan produksi tanaman............................

28

10. Model Stella produksi kelapa sawit ..................................................

29

11. Fluktuasi produksi rata-rata per pokok Blok A35, B19 dan B28
tahun 2011-2012 ...............................................................................

50

12. Jumlah tandan rata-rata per pokok Blok A35, B19 dan B28
tahun 2011-2012 ...............................................................................

51

13. Bobot tandan rata-rata (BTR) Blok A35, B19 dan B28
tahun 2011-2012 ...............................................................................

52

14. Curah hujan rata-rata PT. AMR dan GSIP tahun 1997-2011 ...........

55

15. Perkembangan BTR simulasi dan aktual pada jumlah pelepah
yang berbeda dengan kombinasi perlakuan P2-P2-P2 (a),
P2-P2-P3 (b), P2-P3-P3 (c), P3-P3-P3 (d), P3-P3-P2 (e), dan
P3-P2-P2(f) untuk kelapa sawit umur < 8 tahun..............................

66

16. Produksi simulasi dan aktual pada jumlah pelepah yang berbeda
dengan kombinasi perlakuan P2-P2-P2 (a), P2-P2-P3 (b),
P2-P3-P3 (c), P3-P3-P3 (d), P3-P3-P2 (e), dan P3-P2-P2(f) untuk
kelapa sawit umur < 8 tahun. ...........................................................

67

xvii

17. BTR simulasi dan aktual pada jumlah pelepah yang berbeda
dengan kombinasi perlakuan P1-P1-P1 (a), P1-P1-P2 (b),
P1-P2-P2 (c), P2-P2-P2 (d), P2-P2-P1 (e), dan P2-P1-P1 (f)
untuk kelapa sawit umur 8 13 tahun. ............................................

68

18. Produksi simulasi dan aktual pada jumlah pelepah yang berbeda
dengan kombinasi perlakuan P1-P1-P1 (a), P1-P1-P2 (b),
P1-P2-P2 (c), P2-P2-P2 (d), P2-P2-P1 (e), dan P2-P1-P1 (f)
untuk kelapa sawit umur 8 13 tahun. .............................................

69

19. BTR simulasi dan aktual pada jumlah pelepah yang berbeda
dengan kombinasi perlakuan P1-P1-P1 (a), P1-P1-P2 (b),
P1-P2-P2 (c), P2-P2-P2 (d), P2-P2-P1 (e), dan P2-P1-P1(f)
untuk kelapa sawit umur > 13 tahun. ................................................

70

20. Produksi simulasi dan aktual pada jumlah pelepah yang berbeda
dengan kombinasi perlakuan P1-P1-P1 (a), P1-P1-P2 (b),
P1-P2-P2 (c), P2-P2-P2 (d), P2-P2-P1 (e), dan P2-P1-P1(f)
untuk kelapa sawit umur > 13 tahun. ................................................

71

xviii

‡ˆ‰Šˆ‹ ŒˆŽ‹ˆ
‘’“’”’•

1. Plot penelitian ...................................................................................

75

2. Produksi per pokok kelapa sawit Blok A35, B19 dan B28
tahun 2011-2012 ...............................................................................

84

3. Bobot tandan rata-rata kelapa sawit Blok A35, B19 dan B28
tahun 2011-2012 ...............................................................................

84

4. Produksi tandan per pokok kelapa sawit Blok A35, B19 dan B28
Tahun 2011-2012 ..............................................................................

84

5. Produksi per pokok Blok A35 tahun 2011-2012 ..............................

85

6. Produksi tandan per pokok Blok A35 tahun 2011-2012...................

85

7. Bobot tandan rata-rata blok A35 tahun 2011-2012...........................

86

8. Produksi per pokok Blok B19 tahun 2011-2012...............................

86

9. Produksi tandan per pokok Blok B19 tahun 2011-2012...................

87

10. Bobot tandan rata-rata Blok B19 tahun 2011-2012 ..........................

87

11. Produksi per pokok Blok B28 tahun 2011-2012...............................

88

12. Produksi tandan per pokok Blok B28 tahun 2011-2012...................

88

13. Bobot tandan rata-rata Blok B28 tahun 2011-2012 .........................

89

14. Pengaruh curah hujan terhadap produksi pada Blok A35.................

90

15. Pengaruh curah hujan terhadap produksi pada Blok B19 .................

91

16. Pengaruh curah hujan terhadap produksi pada Blok B28 .................

92

17. BTR simulasi dan BTR aktual tanaman umur < 8 tahun ..................

93

18. Produksi simulasi dan produksi aktual tanaman umur
< 8 tahun ...........................................................................................

94

19. BTR simulasi dan BTR aktual tanaman umur 8-13 tahun ................

95

20. Produksi simulasi dan produksi aktual tanaman umur
8-13 tahun .........................................................................................

96

xix

21. BTR simulasi dan BTR aktual tanaman umur > 13 tahun ................

97

22. Produksi simulasi dan produksi aktual tanaman umur > 13 tahun ..

98

1

–—˜™š›œœš˜

žŸž  ¡

elakang

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang penting bagi perkebunan,
80% minyak kelapa sawit diperuntukan untuk produk yang dapat dimakan dan
20% untuk industri olechemical (Basiron dan Chan 2004). Selain itu tanaman
kelapa sawit merupakan tanaman dengan produksi minyak yang

tinggi

dibandingkan penghasil minyak nabati yang lain (Basiron 2007). Banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi dari tanaman kelapa sawit, salah
satunya adalah cahaya. Cahaya yang ditangkap oleh kanopi tanaman akan
mempengaruhi hasil bobot kering dari tanaman. Intensitas dan lamanya
penyinaran yang diterima selama masa pertumbuhan memiliki pengaruh yang
besar terhadap produksi tanaman. Menurut Squire (1984), hasil tandan per pohon
kelapa sawit memiliki korelasi positif dengan jumlah radiasi cahaya yang diterima
oleh kanopi tanaman.
Kapasitas produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh ukuran tajuk
atau luas daun sebagai permukaan fotosintesis. Studi oleh Hardon et al. (1969),
menunjukkan ada korelasi positif antara luas daun dengan hasil pada tanaman
kelapas sawit pada jenis yang sama. Ukuran daun, selain menunjukkan luas
permukaan fotosintesis, juga menunjukkan luas permukaan transpirasi atau
kehilangan uap air melalui daun. Pengaturan luas permukaan daun diperlukan
untuk menyeimbangkan antara kapasitas fotosintesis bersih (termasuk untuk
respirasi jaringan daun) dan pemenuhan permintaan transpirasi. Selain itu, jika air
dan hara tidak menjadi pembatas, laju asimilasi bersih ditentukan oleh intensitas
cahaya yang sampai pada daun pelepah terbawah. Bentuk morfologi pelepah
tanaman kelapa sawit yang memutar mengelilingi batang, dapat menyebabkan
daun bagian bawah menjadi ternaungi.
Kemajuan teknologi memungkinkan kita melakukan prediksi hasil
tanaman melalui model. Model dapat dikatakan sebagai penyederhanaan dari
suatu sistem yang kompleks. Sistem dapat dijabarkan sebagai mekanisme yang
terjadi pada dunia nyata, dimana sistem merupakan kumpulan dari komponen
sistem yang terorganisasi dan mempunyai tujuan yang sama. Di dalam model akan
terdapat submodel-submodel lagi sehingga merangkai suatu model yang lebih

2
baik. Model dikatakan sebagai penyederhanaan, karena tidak semua yang terjadi
pada sistem dapat dibuat modelnya (Handoko 2005). Sistem yang coba
disederhanakan adalah sistem pertumbuhan pada tanaman kelapa sawit. Dengan
mensimulasikan penggunaan cahaya pada proses fotosintesis, dan pembagian hasil
fotosintesis pada bagian-bagian tanaman sehingga dapat diduga hasil/produksi
dari tanaman kelapa sawit.
Peramalan produksi kelapa sawit telah menjadi hal yang elemen penting
dalam manajemen industri kelapa sawit, terutama dalam perencanaan dan
pengambilan keputusan (Ismail dan Khamis 2011; Santosa et al 2011).
Permodelan ini dikembangkan dengan pendekatan mekanistik yang mencoba
menghubungkan proses fisiologis dan morfologis tanaman sebagai respon
terhadap fisik lingkungan tanaman terutama kondisi tanah dan iklim (Suwarto
2005). Pendekatan fisiologis yang digunakan melalui pengaruh perbedaan luas
daun (jumlah pelepah) terhadap produksi kelapa sawit.
Pada tanaman daun memiliki dua peran yaitu sebagai source (sumber
energi) dan sink (pengguna/penyimpan energi), daun muda umumnya menjadi
sink dan daun dewasa berperan sebagai source. Suatu waktu daun dewasa dapat
menjadi sink yaitu ketika daun tersebut pemanfaatan energi (respirasi jaringan
daun) lebih besar dari hasil fotosintesis. Hubungan kedua proses tersebut bersifat
dinamis dan semakin kompleks oleh pengaruh perbedaan antara musim hujan dan
kemarau. Perbedaan antara musim tersebut berkaitan fluktuasi ketersediaan air
(hujan) dan intensitas radiasi matahari. Kedua unsur iklim ini berpengaruh besar
terhadap laju fotosintesis dan transpirasi. Pada bulan-bulan bercurah hujan tinggi,
intensitas radiasi yang rendah dapat membatasi laju fotosintesis, sedangkan pada
musim kemarau, walaupun intensitas radiasi yang tinggi, laju fotosintesis dibatasi
oleh ketersediaan air (hujan). Kondisi ini diperparah oleh semakin tingginya
permintaan transpirasi pada intensitas radiasi yang tinggi saat musim kemarau.
Pada musim kemarau transpirasi pada tanaman akan semakin tinggi seiring
dengan meningkatnya luas daun tanaman (Kallarackal et al. 2004). Kemampuan
tanaman mempertahankan jumlah pelepah, ditentukan oleh faktor genetik dan
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh melalui pengaruhnya terhadap laju

3
proses penuaan daun. Patah pelepah (sengkleh) diduga disebabkan kahat hara
kalium dan cekaman kekeringan.
Pada tanaman kelapa sawit, pengaturan luas permukaan daun dilakukan
dengan pemotongan pelepah, yang sering disebut

penunasan.

Penunasan

dilakukan dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk
mengatur kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh
manajemen panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua). Penunasan
dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen (potong) buah atau pada waktu
lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada waktu panen, penunasan dilakukan
pada pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada
pokok yang buah sudah tinggi dengan menggunakan alat panen egrek. Panen
tanpa penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang
buahnya masih rendah dengan menggunakan alat panen dodos.
Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang
perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau
agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas
fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan
permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian
perlu pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau
jumlah pelepah optimum dengan perbedaan keadaan iklim antara lokasi
perkebunan. Hal inilah yang mendasari dibuatnya modelnya, sehingga
mempermudah dalam memprediksi hasil tanaman kelapa sawit berdasarkan
jumlah pelepah dan faktor lingkungan. Sehubungan dengan itu, penelitian ini
dilaksanakan di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Perumusan Masalah
Kegiatan prunning atau penunasan merupakan kegiatan pemeliharaan yang
biasa dilakukan pada perkebunan kelapa sawit, yang umumnya dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemanenan. Kegiatan ini bertujuan untuk memelihara
jumlah pelepah yang dipertahankan pada tanaman kelapa sawit. Pelepah yang
dipotong yaitu pelepah yang kurang produktif atau mengganggu pelaksaan
pekerjaan di lapangan. Pelepah yang dipertahankan umumnya berjumlah 48 - 64

4
pelepah untuk tanaman berumur 4 - 7 tahun, 40 - 48 pelepah untuk tanaman
berumur 8-13 tahun, 32 pelepah untuk tanaman berumur > 14 tahun. Hal ini
biasanya berlaku secara umum pada setiap lokasi kebun kelapa sawit. Model
pertumbuhan dibuat berdasarkan input data dari taraf-taraf penunasan yang
dilakukan. Dengan adanya model hasil dari pertumbuhan tanaman, serta informasi
kondisi lingkungan dapat digunakan untuk memperkirakan hasil dari kelapa sawit.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk menentukan berapa jumlah
pelepah yang dipertahankan dan pembuatan model pertumbuhan, sehingga dapat
diketahui jumlah pelepah yang optimum di dalam melakukan fotosintesis.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh penunasan terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman kelapa sawit.
2. Mencari jumlah pelepah yang akan dipertahankan untuk mendukung
pertumbuhan dan produksi tertinggi tanaman kelapa sawit.
3. Menyusun model pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Jumlah pelepah yang dipertahankan pada musim hujan akan lebih sedikit
dibandingkan pada musim kemarau.
2. Penunasan yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang
maksimal, pada musim yang berbeda.
3. Model mampu memprediksi pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa
sawit.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, batangnya lurus,
tidak bercabang dan tidak mempunyai kambium dan tingginya dapat mencapai 1520 meter. Batang kelapa sawit memiliki diameter 40-75 cm, dengan tinggi batang
pada budidayanya biasanya tidak lebih dari 18 meter. Batang kelapa sawit
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu : a. struktur yang mendukung daun, bunga
dan buah; b. sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral ke
atas, serta hasil fotosintesis dari daun kebagian lain; c. berfungsi sebagai organ
penimbunan makanan. Batang kelapa sawit akan diselimuti bekas pelepah hingga
umur 12 tahun. Setelah 12 tahun pelepah yang mengering dan membusuk akan
terlepas, sehingga penampilan kelapa sawit menjadi mirip dengan tanaman kelapa
(Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).
Akar kelapa sawit berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas
tanah, menyerap unsur hara dalam tanah, dan alat respirasi. Kelapa sawit memiliki
sistem akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier dan kuarter.
Akar primer tumbuh dari pangkal batang (bole), diameternya berkisar antara 8-10
mm, panjangnya dapat mencapai 18 cm. Akar sekunder tumbuh dari akar primer
dengan diameter 2-4 mm, dari akar sekunder tumbuh akar tersier dengan diameter
0,7-1,5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar-akar kelapa sawit
membentuk lapisan anyaman yang tebal di dekat permukaan tanah, dan juga
terdapat beberapa akar napas yang mengarah ke samping atas. Sebagian besar
perakaran tanaman kelapa sawit berada dekat permukaan tanah, hanya sedikit
yang berada pada kedalaman 90 cm (Mangoensoekarjo dan Semangun 2005).
Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, yaitu bunga jantan dan
betina berada terpisah tetapi masih di dalam satu pohon. Bunga jantan dan betina
memiliki waktu pematangan yang berbeda sehingga sangat jarang terjadi
penyerbukan sendiri. Bunga jantan berbentuk lancip dan panjang, sementara
bunga betina berbentuk lebih besar dan mekar. Jenis kelamin bunga jantan atau
betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi, dan selang 24 bulan untuk inflor bunga
berkembang sempurna. Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile
drup), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan

6
dapat mencapai 1.600 buah, berbentuk lonjong membulat dengan panjang buah 23 cm dan bobotnya 30 gram. Minyak dihasilkan oleh buah yang masak dengan
kandungan 45-50 persen dari bobot mesokarp. Setelah melewati fase matang,
kandungan asam lemak jenuh dan tak jenuh akan meningkat dan buah akan rontok
dengan sendirinya. Buah terdiri atas tiga lapisan, a. eksokarp, yaitu bagian kulit
buah berwarna kemerahan dan licin; b. mesokarp, yaitu bagian serabut buah, dan;
c. endokarp, yaitu cangkang pelindung inti (Mangoensoekarjo dan Semangun
2005).
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip. Daun kelapa sawit terdiri
atas kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian dan tulang anak
daun, rachis yang merupakan tempat anak daun melekat, tangkai daun (petiole)
yang merupakan bagian antara daun dan tangkai, dan seludang pembuluh (sheath)
yang berfungsi sebagai pelindung dari kuncup dan memberikan kekuatan pada
batang. Pada tanaman dewasa dapat menghasilkan 40-60 daun dan akan
menghasilkan bakal daun setiap dua minggu serta memiliki masa hidup fungsional
selama dua tahun. Panjang daun dapat mencapai 5-7 meter dan memiliki 100-160
pasang anak daun linear. Setiap tahun 18-24 pelepah daun akan dihasilkan, daun
tersusun secara spiral dan teratur yang dinamakan phylotaxis. Jumlah pelepah
dalam satu spiral berjumlah delapan pelepah (Mangoensoekarjo dan Semangun
2005).
Permodelan
Kemajuan teknologi memungkinkan kita melakukan prediksi hasil dari
tanaman melalui model. Model dapat dikatakan sebagai penyederhanaan dari
suatu sistem yang kompleks. Sistem dapat dijabarkan sebagai mekanisme yang
terjadi pada dunia nyata, dimana sistem merupakan kumpulan dari komponen
sistem yang terorganisasi dan mempunyai tujuan yang sama. Di dalam model akan
terdapat submodel-submodel lagi sehingga merangkai suatu model yang lebih
baik. Model dikatakan sebagai penyederhanaan, karena tidak semua yang terjadi
pada sistem dapat dibuat modelnya.
Tujuan dari dibuatnya model yaitu untuk melakukan prediksi, untuk
memahami suatu proses dan untuk kegiatan manajemen (Handoko 2005). Dengan
menggunakan model dan data yang ada kita dapat melakukan prediksi hasil dari

7
suatu kegiatan pertanian kedepannya, misalkan untuk memprediksi kapan
tanaman yang kita tanaman akan panen. Dalam suatu sistem hanya beberapa
komponen yang berpengaruh terhadap model yang kita buat. Pada model yang
lebih detail maka komponen yang kita perlukan juga akan semakin banyak. Hal
ini diperlukan agar proses dalam suatu sistem dapat kita mengerti dan pelajari,
misalnya bagaimana cahaya dapat berpengaruh terhadap hasil dan produksi
tanaman. Dalam proses manajemen model dijadikan sebagai kontrol, dimana hasil
yang sebenarnya akan di bandingkan dengan data prediksi yang dibuat.
Dalam pembuatan model ada beberapa tahap yang harus dilewati, yaitu
penentuan tujuan, pembuatan model, validasi, kalibrasi, aplikasi dan evaluasi
(Handoko 2005). Tujuan dalam pembuatan model harus jelas, terutama apa yang
ingin kita capai dari hasil model tersebut, sehingga parameter dan data yang kita
gunakan tepat dalam penyusunan model. Validasi dilakukan dengan data
nyata/real yang kita miliki dan kita bandingkan dengan data hasil prediksi yang
dikeluarkan dari model. Apabila terdapat perbedaan yang mencolok maka kita
lakukan kalibrasi agar model yang kita buat lebih mendekati kondisi sebenarnya.
Berikutnya kita dapat mengaplikasikan model yang kita buat, sehingga model
yang kita susun dapat digunakan. Model yang kita buat harus kita evaluasi lagi,
agar model yang kita susun semakin mendekati dengan sistem yang akan kita buat
modelnya.
Hasil penelitian Henson dan Dolmat (2003), penentuan perkembangan
kanopi sangat penting untuk menentukan berapa banyak cahaya yang diserap yang
dirubah menjadi produksi. Pada tanaman kelapa sawit besaran LAI bergantung
kepada luas pelepah, jumlah pelepah dan satuan tanaman per ha. Intersepsi cahaya
oleh kanopi (pelepah) merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan
tanaman, produksi biomassa serta dalam model pertumbuhan tanaman (Awal et al.
2005). Penelitian Okoye et al. (2011) menyatakan modeling produksi tandan
buah segar kelapa sawit menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap
genotif, lingkungan dan interaksi genotif dan lingkungan.
Model yang disusun oleh Henson (2000), menunjukkan bahwa model
yang disusun belum dapat mensimulasi hasil kelapa sawit dengan baik pada
kondisi cuaca yang berubah-ubah. Hal ini diakibatkan karena produksi tandan

8
segar tergantung pada jumlah sink yang ada, serta input dan data-data terbaru
diperlukan untuk membantu mensimulasi tingkat kompleksitas produksi tandan.
Fisiologi Pembuahan dan Hasil Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit mulai menghasilkan pada umur 24 sampai 30 bulan
setelah ditanam di lapang, dan mampu mengasilkan tandan hingga 15
tandan/tahun dengan berat mencapai 15 25 kg. Buah kelapa sawit normalnya
memerlukan waktu 20-22 minggu untuk proses pematangan buah. Kematangan
buah kelapa sawit dapat diartikan sebagai tercapainya akumulasi maksimum
minyak yang terkadung dalam satu buah, dan seluruh buah dalam tandan (Razali
et al. 2012).
Produksi tandan pada tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti pemupukan, air, pasokan karbohidrat dan polinasi. Perubahan dari
beberapa faktor ini dapat menurunkan atau meningkatkan produksi dari tandan
buah. Kekurangan pemupukan dan polinasi yang buruk , yang dapat diakibatkan
oleh keduanya atau secara terpisah akan memicu rendahnya produksi tandan
(Harun dan Noor 2002).
Bakal Bunga
(Primordial)

Penentuan Kelamin
(Sex determination)
8-9 bulan

Bunga Mekar
(anthesis)

14.5-22 bulan

Buah Matang Panen
(Ripening)

5-9 bulan

27.5-37 bulan
19.5-28 bulan
Gambar 1. Diagram perkembangan bunga kelapa sawit (Siregar 1998)
Penentuan jenis kelamin atau pemisahan jenis kelamin merupakan proses
yang penting dalam pembentukan seks rasio kelapa sawit. Seks rasio yang
dimaksud

merupakan perbandingan antara jumlah bunga betina dengan

keseluruhan bunga yang diproduksi pada waktu tertentu. Semakin tinggi seks ratio
atau semakin tinggi bunga betina, artinya peluang untuk mendapatkan produksi
tandan yang tinggi semakin besar. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks ratio
meliputi umur tanaman, jumlah hari kering, penyinaran matahari dan curah hujan
selama musim kemarau (Siregar 1998). Fase perkembangan bunga dapat dilihat
pada Tabel 1.

9
Tabel 1. Fase perkembangan bagian buah pada tanaman kelapa sawit
Nomor pelepah
L 46
L 17
L 12
L 11
L +6
L +7

Perkiraan bulan sebelum
panen
38
24
22
18
12
12

L +8
11
L +15
8
L +17
6
L +18
5
L +31
0
Sumber : Rizal dan Tsan (2008)

Tingkat perkembangan
Pembentukan awal bunga
Jumlah spiklet ditentukan
Jumlah bunga per spliket
Penentuan jenis kelamin
Perkembangan cepat bunga
betina
Perkembangan cepat bunga
jantan
Aborsi
Berat frame
Antesis dan pembentukan buah
Berat buah
Panen

Maksimum berat buah yang dapat dihasilkan sebesar 24 kg dan kandungan
minyak pada mesokarp sebesar 25%, pada buah dengan fruitset sebesar 90% dan
75%. Minimum fruitset yang diperlukan sebesar 40% untuk mendapatkan rasio
minyak/buah sebesar 20% (Harun dan Noor 2002). Peningkatan sink pada kondisi
source yang sedikit akan mengurangi berat buah dan meningkatkan buah yang
tidak berkembang pada bagian dalam buah.
Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe perakaran dangkal sehingga
umumnya tidak toleran terhadap cekaman kekeringan, yang sangat membatasi
pertumbuhan dan produksi. Cekaman kekeringan dapat menghambat pembukaan
pelepah daun muda, merusak hijau daun yang menyebabkan daun tampak
menguning dan mengering, pelepah daun terkulai dan pupus patah. Pada fase
reproduktif cekaman kekeringan menyebabkan perubahan nisbah kelamin bunga,
bunga dan buah muda mengalami keguguran, dan tandan buah gagal menjadi
masak. Akhirnya, mengakibatkan gagal panen dan menurunkan produksi tandan
buah segar (Toruan-Mathius et al. 2001). Pengaruh curah hujan terhadap produksi
tanaman kelapa sawit pada beberapa lokasi dapat dilihat pada Tabel 2.

10
Tabel 2. Pola produksi tandan buah segar pada beberapa negara dan curah hujan
lokal
Negara

Lokasi

Malaysia

Teluk Intan, Perak
Paloh, Johore
Tampin, Malacca
Bintulu, Sarawak
Indonesia
Sumatra Berat
Sumatra Utara
Papua New
Kimbe
Guinea
Popondetta
Bialla
Costa Rica
Quepos (SE)
Quepos (NW)
Coto
Honduras
San Alejo
Benin
Pobe
Akpadanou
Columbia
Unipalma
Sumber : Rizal dan Tsan (2008)

Curah hujan
(mm/tahun)
2420
2010
1580
3400
2890
3870
2640
5400
3920
2800
4040
2740
1100
1010
2500

Produksi tandan segar
(ton/ha/tahun)
37.9
35.0
30.9
28.9
30.0
35.1
30.8
31.5
21.4
29.5
23.0
26.0
29.6
13.2
9.7
26.7

Menurut Rizal dan Tsan (2008), pengaruh hujan terhadap produksi dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Curah hujan 200-300 mm bulan-1 memberikan produksi 2-3 ton ha-1bulan-1
2. Curah hujan 100-199 mm bulan-1 memberikan produksi 1.5-2 ton
ha-1 bulan-1
3. Curah hujan 0-99 mm bulan-1 memberikan produksi 0.5-1.5 ton ha-1bulan-1
Curah hujan 18 bulan sebelum panen atau lebih memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penentuan jenis kelamin. Curah hujan yang rendah akan
mempengaruhi

produksi

18

bulan

kemudian

karena

akan

mengurangi

perkembangan bunga betina. Korelasi antara curah hujan dan produksi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Analisis korelasi produksi dan curah hujan pada Triang 2
Curah hujan x bulan sebelum panen
18
-1
Produksi (ton ha )
0.257*
Note : *) berpengaruh nyata pada taraf 5%

12
0.094

6
0.010

11
Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Fisiologi dan Hasil Tanaman
Hasil penelitian Noor (2004), LAI akan meningkat seiring dengan umur
kelapa sawit, dan stabil pada umur lebih dari 10 tahun. Pada tempat yang subur
dimana luas daunnya mencapai 10-12 m2, tanaman kelapa sawit ditunas hingga
tersisa 40 pelepah per pohon dengan populasi 148 tanaman ha-1, diperoleh LAI
antara 5.9-7.1. Secara umum produksi bobot kering pada tanaman berbanding
lurus dengan penerimaan radiasi pada kanopi, selain itu juga terdapat faktor lain
seperti hara atau air. Produksi bahan kering juga bergantung kepada PAR yang
diterima dan efisiensi dalam mengkonversi radiasi menjadi bobot kering.
Kebutuhan radiasi pada tanaman kelapa sawit untuk mendapatkan hasil
yang memadai belum diketahui secara tepat, tetapi Hartley (dalam Noor 2004)
beranggapan bahwa kombinasi antara suhu yang tepat, hujan, dan lama
penyinaran dapat memberikan hasil yang baik. Secara umum area yang tingkat
radiasi rendah dengan distribusi hujan yang merata dan mencukupi, hasilnya dapat
lebih tinggi dibandingkan daerah dengan radiasi tinggi tetapi memiliki musim
kering yang sering. Contohnya dapat dilihat pada Tabel 4. Di daerah dengan
tingkat radiasi rendah memiliki hasil minyak yang hampir sama dengan dengan
daerah yang memiliki tingkat penyinaran yang tinggi.
Tabel 4. Iklim dan rataan hasil tandan buah pada tiga lokasi perkebunan di
Kolombia
Daerah

Barat
Timur

Lama penyinaran
(jam hari-1)
3.18
4.70

Bobot tandan

Hasil minyak

Faktor
utama

pembatas

(ton ha-1 thn-1)
14.77
3.12
14.14
2.99

Radiasi rendah
Musim kemarau,
penyakit
Utara
6.96
16.63
3.38
Musim
kemarau
panjang,
suhu
tinggi
Note : Lama penyinaran adalah rata-rata untuk 2 (barat), 3 (timur) atau 5 (utara)
lokasi selama 4-28 tahun. Data hasil (FEDEPALMA, 1998) adalah untuk
semua tanaman pada setiap daerah dan rata-rata untuk tahun 1992.
Corley (1976) mengemukakan bahwa pada cahaya rendah, pertembahan
pelepah akan mengurangi tingkat respirasi atau meningkatkan efisiensi

12
fotosintesis. Hal ini memungkinkan tanaman untuk mendapatkan hasil maksimum
dengan penunasan yang minimal.
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa PAR yang diterima pada pelepah yang di
bawah akan semakin berkurang, hal ini karena terjadinya penutupan/naungan oleh
pelepah yang di atasnya. Pada pelepah terbawah tingkat kehilangan karbon
semakin menurun, hal ini menunjukkan bahwa pelepah yang paling bawah
semakin efisien dalam memanfaatkan karbon.
Tabel 5. Pengaruh LAI di bawah pelepah terhadap radiasi fotosintesis aktif (PAR)
di atas kanopi pada keseimbangan karbon
LAI di atas
pelepah
terbawah

Nomor Fraksi
Rata-rata PAR Karbon yang didapat
pelepah transmisi per 12 jam atau hilang selama 24
PAR
dalam
0 jam pada rata-rata PAR
karbon
= 500
(µmol quanta µmol m-2 s-1
(mmol CO2 m-2)
m-2 s-1)
3.0
21
0.281
219
127.6
4.0
28
0.176
350
42.6
4.5
31
0.139
443
12.8
5.0
35
0.109
560
-10.7
6.0
42
0.069
897
-43.9
2
Note : diasumsikan 148 pokok/ha dan 10 m permukaan area per pelepah
Sumber : Henson (1991)
Penelitian Lamade et al. (2006) menemukan bahwa kandungan glukosa
mengalami fluktuasi yang linear pada tiap tingkat pelepah. Peningkatan terjadi
mulai dari pelepah pertama hingga pelepah 17-33. Glukosa tetap tinggi hingga
pelepah ke 40, sehingga hal ini dapat menjadi rekomendasi untuk penunasan.
Sebanyak 42 pelepah umumnya menjadi rekomendasi yang memadai berdasarkan
kandungan glukusa pada pelepah. Pola yang sama juga ditemukan pada
kandungan klorofil, yang secara langsung berkorelasi terhadap aktivitas
fotosintesis yang mana sangat kuat pengaruhnya terhadap glukosa