Analisis Kualitas Layanan Jaringan VSAT Ditinjau dari Delay, Throughput, dan Packet Loss.

ANALISIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN VSAT
DITINJAU DARI DELAY, THROUGHPUT, DAN PACKET LOSS

ANGGA NUGRAHA

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kualitas
Layanan Jaringan VSAT Ditinjau dari Delay, Throughput, dan Packet loss adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Angga Nugraha
NIM G64124001

ABSTRAK
ANGGA NUGRAHA. Analisis Kualitas Layanan Jaringan VSAT Ditinjau
dari Delay, Throughput, dan Packet Loss. Dibimbing oleh HERU SUKOCO.
Jaringan VSAT merupakan jaringan komputer yang menggunakan
satelit sebagai media komunikasi untuk mengirimkan data. Koneksi jaringan
VSAT memiliki kekurangan yaitu delay yang tinggi. Oleh karena itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas layanan jaringan VSAT.
Penelitian ini melakukan analisis terhadap data traffic jaringan VSAT pada
pelanggan Metrasat yang diambil menggunakan aplikasi Wireshark. Analisis
yang dilakukan adalah menghitung delay pengiriman paket, throughput, dan
packet loss. Hasil analisis menunjukkan bahwa site Buma Lati memiliki ratarata delay terkecil dan throughput terbesar pada protokol RTP dengan nilai
masing-masing 22.364 ms dan 49.542 kbps. Site Gunung Bayan memiliki
rata-rata delay terkecil dan throughput terbesar pada protokol NBSS dengan
nilai masing-masing 767.244 ms dan 5.398 kbps. Site Adaro Mile memiliki
rata-rata delay terkecil dan throughput terbesar pada protokol DCE/RPC

dengan nilai masing-masing 824.950 ms dan 9.137 kbps. Untuk rasio packet
loss pada site Buma Lati, Gunung Bayan, dan Adaro Mile masing-masing
adalah 1.57%, 6.85%, dan 2.63%. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan,
layanan jaringan VSAT memiliki delay yang tinggi dan throughput yang
tidak maksimal.
Kata Kunci: delay, packet loss, throughput, very small aperture terminal,
wireshark.

ABSTRACT
ANGGA NUGRAHA. Analysis of VSAT Network Services Quality in terms
of Delay, Throughput, and Packet loss. Supervised by HERU SUKOCO.
VSAT network is a computer network that uses satellite as a
communication medium to transmit data. VSAT network connection has a
disadvantage that is high delay. Therefore, it is necessary to be conducted
research to know the quality of VSAT network services. This study conducts
an analysis of VSAT network traffic data on Metrasat customer which
captured using a Wireshark application. Analysis was conducted to calculate
packet delivery delay, throughput, and packet loss. Result of the analysis
shows that Buma Lati site has the smallest average delay and the largest
average throughput on RTP protocol with the value of each 22.364 ms and

49.542 kbps. Gunung Bayan site has the smallest average delay and the
largest average throughput on NBSS protocol with the value of each 767.244
ms dan 5.398 kbps. Adaro Mile site has the smallest average delay and the
largest average throughput on DCE/RPC protocol with the value of each
824.950 ms dan 9.137 kbps. Packet loss ratio on Buma Lati site, Gunung
Bayan site and Adaro Mile site respectively are 1.57%, 6.85%, and 2.63%.

Based on the analytical results obtained, VSAT network services has a high
delay and the throughput was not optimal.
Keywords: delay, packet loss, throughput, very small aperture terminal,
wireshark.

ANALISIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN VSAT
DITINJAU DARI DELAY, THROUGHPUT, DAN PACKET LOSS

ANGGA NUGRAHA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer
pada

Departemen Ilmu Komputer

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji:
1 Dr Ir Sri Wahjuni, MT
2 Karlisa Priandana, ST MEng

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini
ialah analisis jaringan VSAT, dengan judul Analisis Kualitas Layanan
Jaringan VSAT Ditinjau dari Delay, Throughput, dan Packet Loss.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1 Ayah, Ibu dan Adik yang telah memberikan doa serta dukungan moral

sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
2 Bapak DrEng Heru Sukoco, SSi MT selaku pembimbing, serta Ibu Dr Ir
Sri Wahjuni, MT dan Ibu Karlisa Priandana, ST MEng selaku penguji yang
telah memberikan banyak saran pada karya ilmiah ini.
3 Bapak Nugroho Wibisono selaku Manager VSAT IP dan Datacom di
Metrasat, Bapak Imam Santoso selaku Senior Engineer Datacom yang
telah membantu dalam pengambilan data.
4 Teman-teman Ilkom Alih Jenis Angkatan 7 atas segala bantuan yang
diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015
Angga Nugraha

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR


xii

DAFTAR LAMPIRAN

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Ruang Lingkup Penelitian

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Jaringan VSAT

2

Teknologi VSAT SCPC

3

Konsep Jaringan MPLS


4

METODE PENELITIAN

5

Analisis Masalah

5

Skenario Pengambilan Data

6

Pengambilan Data

7

Analisis Kinerja


8

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Analisis Masalah

10

Skenario Pengambilan Data

11

Pengambilan Data

14

Analisis Kinerja


17

SIMPULAN DAN SARAN

23

Simpulan

23

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

24

LAMPIRAN


26

RIWAYAT HIDUP

30

DAFTAR TABEL
1 Format hasil pembersihan data
2 Kategorisasi delay TIPHON
3 Kategorisasi delay ITU-T G.114
4 Kategorisasi packet loss TIPHON
5 Kategorisasi packet loss ITU-T G.114
6 Data perangkat jaringan pada hub station
7 Data perangkat jaringan pada remote station
8 Data pengguna pada masing-masing pelanggan
9 Hasil pengamatan monitoring Cacti
10 Data traffic jaringan hasil sniffing
11 Analisis kualitas delay transmisi site Buma Lati
12 Analisis kualitas delay transmisi site Gunung Bayan
13 Analisis kualitas delay transmisi site Adaro Mile
14 Utilisasi penggunaan bandwidth site Buma Lati
15 Utilisasi penggunaan bandwidth site Gunung Bayan
16 Utilisasi penggunaan bandwidth site Adaro Mile

7
8
9
9
10
10
11
11
13
14
18
18
19
20
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Topologi sistem point to point SCPC
Tahapan metode penelitian
Skenario pengambilan data
Tampilan proses capture traffic jaringan
Implementasi titik pengukuran pada jaringan VSAT Metrasat
Komposisi protokol transport pada 3 pelanggan VSAT Metrasat
Jumlah paket data pada masing-masing protokol
Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Buma Lati

4
5
11
12
14
16
16
17

9 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Gunung
Bayan
10 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Adaro
Mile
11 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Buma Lati
12 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Gunung Bayan
13 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Adaro Mile
14 Hasil perhitungan packet loss ratio pengiriman paket data

18
19
20
21
21
23

DAFTAR LAMPIRAN
1 Langkah pengambilan data traffic jaringan
2 Hasil pembersihan data
3 Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket data pada
Lampiran 2.
4 Penentuan busy hour pada Buma Lati

26
27
28
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan jaringan komputer berskala besar semakin meningkat dan
kebutuhan tersebut telah menjadi kebutuhan yang vital bagi perusahaanperusahaan besar di Indonesia khususnya bidang perkebunan dan
pertambangan. Dari segi geografis, dapat dilihat bahwa wilayah Indonesia
terdiri atas pulau-pulau dan wilayahnya terpisahkan oleh lautan yang luas.
Dengan kondisi seperti ini, perusahaan memerlukan sebuah media
komunikasi yang dapat mengatasi kendala tersebut. Media komunikasi yang
sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah melalui komunikasi satelit.
Teknologi yang menggunakan media komunikasi satelit adalah very
small aperture terminal (VSAT). VSAT adalah stasiun penerima sinyal dari
satelit dengan antena penerima berbentuk piringan yang menghadap ke
sebuah satelit geostasioner. Teknologi VSAT memiliki kelemahan yang
disebabkan jarak satelit dan stasiun penerima yang relatif jauh mengakibatkan
adanya delay propagasi yang signifikan. Menurut Ranggasukma (2014),
kinerja jaringan VSAT rentan terhadap gangguan cuaca. Untuk mengetahui
kualitas jaringan VSAT maka perlu dilakukan analisis terhadap kinerja
jaringan VSAT. Matriks kinerja yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
delay, throughput, dan packet loss.
Penelitian yang terkait dengan analisis jaringan VSAT telah dilakukan
sebelumnya. Putra (2013) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Kualitas Jaringan VSAT Pusat Layanan Internet Kecamatan Kabupaten
Lahat. Dalam penelitian tersebut, dilakukan pemantauan dan pengukuran
parameter kualitas jaringan yaitu bandwidth, delay, packet loss, dan
throughput. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai throughput jauh
lebih kecil daripada kapasitas bandwidth yang disewa. Nilai delay rata-rata
minimum 632.475 ms, sedangkan nilai delay rata-rata maksimum 705.575
ms. Nilai packet loss 7 – 25%, dan nilai throughput 0.878483 – 1.417556 %
dari kapasitas bandwidth yang disewa.
Penelitian ini menggunakan teknologi VSAT point to point, berbeda
dengan penelitian Putra (2013) yang menggunakan teknologi VSAT point to
multipoint. Selain itu penelitian ini melakukan pengukuran kinerja kualitas
jaringan VSAT di perusahaan penyedia layanan satelit yaitu PT. Multimedia
Nusantara atau lebih dikenal dengan Metrasat.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini antara lain:
1 Sistem komunikasi satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
single channel per carrier (SCPC).
2 Tidak memerhatikan faktor cuaca, interferensi, dan gerhana satelit
(sunoutage).
3 Tidak memerhatikan kualitas perangkat keras.

2
4 Traffic jaringan yang diamati yaitu pada router customer edge (CE)
jaringan VSAT Metrasat.
5 Matriks kinerja yang dianalisis adalah delay, throughput, dan packet loss.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap kualitas
layanan jaringan VSAT ditinjau dari delay, throughput, dan packet loss.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja jaringan
VSAT dari perusahaan-perusahaan yang menggunakan media komunikasi
satelit.

TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan VSAT
Very Small Aperture Terminal (VSAT) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena
penerima berbentuk piringan yang menghadap ke sebuah satelit geostasioner.
Satelit geostasioner adalah satelit yang memiliki orbit pada bidang equator
dengan ketinggian ± 36000 km di atas permukaan bumi. Antena yang
digunakan pada remote station memiliki diameter 1.8 – 3.8 meter, sedangkan
pada hub station digunakan antena dengan diameter yang lebih besar dari 4.5
meter. Menurut Parlindungan (2008) secara umum sistem komunikasi satelit
terdiri atas dua bagian penting yaitu:
1 Segmen bumi (Ground Segment), yaitu elemen jaringan VSAT yang
berada di stasiun bumi.
2 Segmen angkasa (Space Segment), merupakan satelit geosynchronous
earth orbit (GEO).
Perangkat ground segmen pada stasiun bumi, berdasarkan
penempatannya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1 In-door Unit yaitu perangkat dasar penyusun stasiun bumi yang umumnya
bersifat sensitif sehingga diletakkan pada sisi dalam ruangan. Contoh
perangkat indoor unit adalah:
a Modem dan multiplexer
b Baseband processor, alarm, dan control power supply.
2 Out-door unit yaitu perangkat yang terletak atau posisi efisiensi relatif
penggunaannya berada pada luar ruangan. Contoh perangkat outdoor unit
adalah:
a Up / Down Converter
b Solid State Power Amplifier (SSPA) atau High Power Amplifier (HPA)

3
c Power Supply Unit (PSU)
d Subsistem antena: Reflektor, Feedhorn, Low Noise Amplifier (LNA),
instrumen Grounding, instrumen Mounting, dan instrumen Assembly.
Menurut Manurung (2011) sistem komunikasi VSAT memiliki layer
yang identik dengan layer open system interconnection (OSI). Namun pada
sistem komunikasi VSAT, layer yang berperan hanya pada tiga layer paling
bawah yaitu physical layer, data link layer, dan network layer.
1 Physical layer
Layer ini berfungsi untuk menentukan semua parameter terkait medium
fisik yang digunakan oleh jaringan itu sendiri, baik topologi jaringan, link, bit
format, bit eror rate, forward error correction, encoding, dan decoding.
2 Data link layer
Layer ini berfungsi memastikan paket data sampai pada physical layer.
Layer ini menerima kumpulan paket data yang tergabung menjadi sebuah
frame dan menentukan informasi lain terkait dengan frame tersebut. Pada
layer ini juga terdapat kontrol akses dari setiap kanal yang sesuai dengan cara
kerja satelit VSAT atau sering disebut juga dengan medium access control
(MAC).
3 Network layer
Layer ini terdapat 4 fungsi khusus yaitu addressing, routing
information, congestion control, dan accounting. Addressing yaitu fungsi
untuk menentukan tujuan atau alamat paket. Sedangkan routing information
adalah fungsi untuk menentukan jalur yang dipilih dan digunakan oleh paket
data. Congestion control berfungsi mengatur bagaimana jalur yang harus
dilalui oleh paket. Accounting berfungsi untuk menghitung berapa besar paket
yang sampai dari besar paket yang dikirimkan.

Teknologi VSAT SCPC
Menurut Darwis (2008), Single Channel per Carrier (SCPC)
merupakan salah satu konfigurasi pada VSAT yang menggunakan metode
akses point to point. Teknologi SCPC dapat mengirimkan layanan
komunikasi data atau voice untuk hubungan point to point. Teknologi SCPC
ini menempatkan masing-masing satu buah sinyal pembawa (carrier) untuk
setiap node link komunikasinya. Link VSAT dengan menggunakan sistem
SCPC ini memberikan dedicated bandwidth untuk kebutuhan komunikasi
dalam jumlah besar dan terus menerus dengan lokasi yang tidak terjangkau
oleh layanan jaringan kabel. Layanan SCPC ini dapat digunakan untuk
komunikasi data, suara, gambar dan video. Topologi sistem point to point
SCPC dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan sistem point to point yang menghubungkan
satu stasiun bumi dengan satu stasiun bumi yang lain melalui media
komunikasi satelit. Setiap stasiun bumi memiliki antena yang berfungsi
sebagai pengirim dan penerima sinyal ke satelit. Setiap stasiun bumi juga
memiliki radio frequency terminal (RFT) yaitu perangkat yang berfungsi
sebagai transmitter dan receiver (transceiver), dan satellite modem yang
berfungsi melakukan modulasi dan demodulasi sinyal. Selain perangkat

4
jaringan VSAT, stasiun bumi juga membutuhkan perangkat router atau
switch untuk menghubungkan jaringan VSAT dengan jaringan yang dimiliki
customer.

Gambar 1 Topologi sistem point to point SCPC

Konsep Jaringan MPLS
Menurut Zenhadi (2013), Multi Protocol Label Switching (MPLS)
merupakan sebuah teknik yang menggabungkan kemampuan manajemen
switching yang ada dalam teknologi asynchronous transfer mode (ATM)
dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi internet protocol
(IP). Fungsi label dalam MPLS adalah sebagai proses penyambungan dan
pencarian jalur dalam jaringan komputer. MPLS menggabungkan teknologi
switching di layer 2 dan teknologi routing di layer 3, sehingga menjadi solusi
jaringan terbaik dalam menyelesaikan masalah kecepatan, scalability, quality
of service (QoS), dan rekayasa traffic.
Menurut Winarno dan Oktavia (2004), VSAT mendukung 2 macam
switching yaitu switching paket dan switching sirkuit. Dalam switching sirkuit,
semua data mengalir mengikuti jalur yang telah dibentuk terlebih dahulu
sebelum pengiriman data dimulai. Berbeda halnya dengan switching paket,
setiap paket data diarahkan dari asal ke tujuan dan kemungkinan melalui jalur
yang berbeda-beda.
Pada sistem jaringan MPLS terdiri atas 3 jenis router yaitu:
1 Router P (Provider), yaitu router yang terdapat dalam MPLS domain.
Router P terhubung dengan router-router lain yang dimiliki oleh service
provider. Pada jaringan MPLS yang tidak terlalu besar terkadang tidak
terdapat router P di dalamnya untuk menghemat biaya.
2 Router PE (Provider Edge), yaitu router yang terhubung langsung dengan
router customer dan juga sekaligus terhubung dengan router service
provider. Router PE berfungsi menjembatani antara network berbasis IP
dengan network berbasis MPLS. Router PE ini sifatnya harus ada pada
setiap jaringan MPLS.

5
3 Router CE (Customer Edge), yaitu router yang terdapat di sisi customer.
Pada router CE ini tidak terdapat konfigurasi MPLS apapun dan hanya
memiliki routingan static atau routingan dynamic seperti OSPF/EIGRP.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan proses. Gambar 2
menunjukkan tahapan proses yang dilakukan dalam penelitian.
Mulai

Analisis Masalah

Skenario
Pengambilan Data

Pengambilan Data

Analisis Kinerja

Selesai

Gambar 2 Tahapan metode penelitian

Analisis Masalah
Pada tahapan analisis masalah dilakukan pengamatan dan pengumpulan
informasi terhadap lingkungan penelitian dan memahami jaringan VSAT
yang ada di Metrasat. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi:
1 Infrastruktur jaringan VSAT, yaitu informasi mengenai data perangkat
yang terhubung dalam jaringan VSAT.
2 Identifikasi pelanggan jaringan VSAT, yaitu informasi mengenai data
pelanggan yang terlibat dalam penelitian dan informasi mengenai jumlah
user dari setiap pelanggan.
3 Identifikasi layanan, yaitu informasi mengenai layanan apa saja yang
digunakan oleh pelanggan.
4 Identifikasi alamat network, yaitu informasi mengenai alamat network dari
masing-masing pelanggan.
Informasi yang dikumpulkan dapat diperoleh dari dokumentasi
infrastruktur jaringan VSAT yang dimiliki oleh Metrasat dan database
pelanggan. Database pelanggan ini berguna untuk membantu

6
mengidentifikasi pengguna yang terlibat dalam penelitian. Dokumentasi
infrastruktur jaringan VSAT ini berupa gambar topologi dari hub station dan
remote station.

Skenario Pengambilan Data
Pada tahapan ini akan dijelaskan skenario pengambilan data yang akan
dilakukan selama penelitian. Skenario pengambilan data yang akan dilakukan
pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1 Merancang skenario pengambilan data.
2 Menentukan perangkat lunak yang digunakan untuk pengambilan data.
3 Menentukan waktu pengambilan data.
Perancangan skenario pengambilan data
Pada tahapan ini dilakukan pembuatan rancangan pengambilan data
untuk memperoleh data dari suatu jaringan. Rancangan yang dibuat yaitu
menentukan letak packet sniffer untuk pengambilan data dari suatu jaringan
VSAT agar memperoleh traffic jaringan yang representatif. Rancangan ini
akan diimplementasikan pada topologi jaringan VSAT Metrasat.
Sebuah packet sniffer dapat memperoleh traffic dengan memanfaatkan
fitur switched port analyzer (SPAN) atau disebut juga port mirroring. Fitur
SPAN merupakan fitur yang relatif dasar pada switch Cisco. Fitur ini
berfungsi untuk membuat salinan paket unicast dari sebuah port di dalam
jaringan ke port sniffer, sehingga dengan fitur SPAN dapat memilih traffic
jaringan mana saja yang akan dianalisis oleh packet sniffer (Cisco 2014).
Penentuan perangkat lunak
Pada tahapan ini akan ditentukan perangkat lunak yang digunakan
untuk pengambilan data. Perangkat lunak tersebut memiliki kemampuan
untuk mengambil data traffic jaringan yang sedang beroperasi. Selain itu,
perangkat lunak ini juga dapat membantu dalam analisis data traffic jaringan.
Penentuan waktu pengambilan data
Pada tahapan ini akan ditentukan waktu pengambilan data yang dapat
mewakili kinerja jaringan dari pelanggan. Waktu pengambilan data ini adalah
pada saat traffic jaringan sedang tinggi atau lebih dikenal dengan busy hour.
Berdasarkan dokumen ITU-T E.600, pengukuran traffic jaringan dapat
dilakukan dengan metode average daily peak hour (ADPH). ADPH adalah
metode pengukuran traffic jaringan yang menentukan jam tersibuk berbedabeda untuk setiap harinya (different time for different days), lalu dirataratakan selama periode pengamatan. Metode ini digunakan karena kebutuhan
traffic data, suara, dan video tidak muncul pada waktu yang sama di dalam
setiap harinya. Menurut Basuseno (2014), untuk menentukan traffic ADPH
dapat menggunakan Persamaan 1.

aADPH =

1
N

∑N
n=1 max∆ an (∆)

(1)

7
Keterangan:
- N adalah jumlah hari pengamatan (contoh N=5).
- an (∆) adalah rata-rata traffic yang diukur selama selang 1 jam pada hari
ke-n.
- max∆ an (∆) adalah traffic tertinggi harian pada hari ke-n.

Pengambilan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data pada jaringan VSAT
Metrasat dengan mengimplementasikan rancangan pengambilan data seperti
yang telah dijelaskan pada tahapan sebelumnya. Data yang diambil berupa
data traffic jaringan dari pelanggan Metrasat dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak sebagai packet sniffer. Pengambilan data traffic jaringan
dilakukan pada saat traffic jaringan sedang tinggi sehingga data tersebut dapat
mewakili kebutuhan jaringan dari remote station.
Pembersihan Data
Sebelum data traffic jaringan dapat digunakan untuk analisis kinerja,
terlebih dahulu dilakukan pembersihan data. Data yang dikumpulkan
memiliki alamat network yang tidak teridentifikasi, sehingga perlu dilakukan
penyaringan agar alamat network yang tidak teridentifikasi dapat dibersihkan.
Kemudian paket data tersebut akan disaring lagi berdasarkan protokol yang
digunakan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui besar jumlah paket data
yang dikirimkan pada masing-masing protokol yang digunakan. Setelah
tahapan pembersihan data selesai dilakukan maka akan diperoleh data berisi
jumlah paket data untuk masing-masing protokol yang diakses oleh alamat
network tertentu pada jaringan VSAT Metrasat. Tabel 1 adalah format data
yang didapat setelah melakukan pembersihan data.
Tabel 1 Format hasil pembersihan data
Hari ke-

Protokol 1

.......

Protokol N
Site N
Site 1

1

Site 1
∑ Paket data

Site N
∑ Paket data

.......
.......

∑ Paket data

∑ Paket data

2

∑ Paket data

∑ Paket data

.......

∑ Paket data

∑ Paket data

...

∑ Paket data

∑ Paket data

.......

∑ Paket data

∑ Paket data

20

∑ Paket data

∑ Paket data

.......

∑ Paket data

∑ Paket data

Komposisi Traffic Data
Pada tahapan ini akan dilakukan analisis terhadap data traffic jaringan
yang telah diperoleh pada tahapan sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk
melihat komposisi dari setiap protokol yang digunakan pada masing-masing
pelanggan. Komposisi protokol yang dianalisis adalah protokol transport dan
protokol aplikasi. Analisis protokol transport dilakukan untuk mengetahui
layanan yang banyak digunakan oleh pelanggan berorientasi koneksi atau
tidak. Analisis protokol aplikasi juga dilakukan untuk mengetahui layanan

8
yang sering digunakan oleh pelanggan. Layanan yang dianalisis pada
penelitian ini meliputi:
1 Protokol hypertext transport protocol (HTTP) dan secure socket layer
(SSL) yang mewakili layanan web.
2 Protokol netBIOS session service (NBSS) yang mewakili layanan
pengiriman data.
3 Protokol distributed computing environment/remote procedure calls
(DCE/RPC) yang mewakili layanan remote access.
4 Protokol real-time transport protocol (RTP) yang mewakili layanan voice
dan streaming.

Analisis Kinerja
Kinerja jaringan merupakan kemampuan suatu jaringan atau bagian
jaringan untuk menyediakan fungsi-fungsi terkait komunikasi antarpengguna
layanan komunikasi. Dalam hal analisis kinerja suatu jaringan, diperlukan
matriks kinerja yang menjadi ukuran dalam penilaian baik atau buruknya
kinerja jaringan tersebut. Matriks kinerja yang dianalisis dalam penelitian ini
adalah delay, throughput, dan packet loss.
Delay
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang ditimbulkan oleh proses
transmisi dari satu node ke node lain yang menjadi tujuannya. One Way Delay
(OWD) adalah waktu yang dibutuhkan oleh satu paket dari tempat sumber ke
tujuannya. Waktu dari sumber ke tujuan kembali lagi ke sumber disebut
round trip time (RTT). Jenis delay yang diukur pada jaringan VSAT yaitu:
1 Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sinyal informasi
untuk bergerak dalam media komunikasi seperti kabel, serat optik,
gelombang mikro, dan satelit.
2 Delay transmisi adalah waktu yang dibutuhkan suatu sistem untuk
melewatkan sejumlah paket data.
3 Delay antrian adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh suatu paket
data sebelum paket tersebut diteruskan ke tujuannya (Putra 2013).
Kategorisasi nilai delay menurut Telecommnication and Internet Protocol
Harmonization over Network (TIPHON) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kategorisasi delay TIPHON
Kategori Latency
Sangat Bagus

Besar delay
< 150 ms

Bagus

150 – 300 ms

Sedang

300 – 450 ms

Jelek

> 450 ms

Kategorisasi nilai delay menurut International Telecommunications
Union–Telecommunication (ITU-T) G.114 dapat dilihat pada Tabel 3.

9

Tabel 3 Kategorisasi delay ITU-T G.114
Kategori Latency
Baik

Besar delay
< 150 ms

Cukup

150 – 400 ms

Buruk

> 400 ms

Untuk menghitung delay transmisi dapat menggunakan Persamaan 2
(Szigeti dan Hattingh 2004).
��� ms = (

Tr-Ts
)
Pr

(2)

Keterangan:
- Tr = waktu paket diterima (ms)
- Ts = waktu paket dikirim (ms)
- Pr = jumlah seluruh paket data

Throughput
Throughput dalam jaringan telekomunikasi adalah jumlah paket data
per satuan waktu yang dikirim dari suatu terminal tertentu ke suatu terminal
lain di dalam sebuah jaringan. Pengukuran throughput dilakukan untuk
mengetahui besar kecepatan transfer data efektif yang dapat dilewatkan oleh
jaringan VSAT sampai ke remote station. Nilai throughput dapat ditentukan
dengan Persamaan 3 (Talwalkar 2008):
Throughput =

Jumlah data yang dikirim
Waktu pengiriman data

(3)

Packet Loss
Packet loss dapat terjadi ketika adanya kemacetan dalam transmisi
paket data akibat padatnya traffic yang harus dilayani oleh jaringan, sehingga
frame (gabungan data payload dan header yang ditransmisikan) akan dibuang
seperti yang dilakukan terhadap frame data yang lain pada jaringan berbasis
IP. Di dalam implementasi jaringan, nilai packet loss ini diharapkan
mempunyai nilai yang minimum. Menurut TIPHON, terdapat empat kategori
penurunan kualitas jaringan berdasarkan nilai packet loss. Kategoriasi nilai
packet loss menurut TIPHON dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kategorisasi packet loss TIPHON
Kategori Packet Loss

Besar Packet Loss

Sangat Bagus

0%

Bagus

3%

Sedang

15 %

Jelek

25 %

10

Menurut ITU-T G.114 terdapat tiga kategori penurunan kualitas
jaringan berdasarkan nilai packet loss. Kategorisasi nilai packet loss menurut
ITU-T G.114 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategorisasi packet loss ITU-T G.114
Kategori Packet Loss

Besar Packet Loss

Baik

3%

Cukup

15 %

Buruk

25 %

Untuk menghitung packet loss ratio (PLR) yang terjadi pada saat
pengiriman paket dapat ditentukan dengan Persamaan 4 (Talwalkar 2008).
PLR % =

Jumlah paket dikirim-Jumlah paket diterima
X 100%
Jumlah paket dikirim

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan informasi terhadap
lingkungan penelitian dari jaringan VSAT yang ada di Metrasat, diketahui
bahwa Metrasat adalah sebagai pengirim layanan dari kantor pusat user ke
kantor cabang user yang ada di daerah-daerah. Server-server aplikasi terdapat
di kantor pusat sehingga user yang ada di kantor cabang akan mengakses
layanan server melalui jaringan VSAT.
Infrastruktur Jaringan VSAT
Data perangkat jaringan Metrasat yang termasuk dalam ruang lingkup
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Data perangkat jaringan pada hub station
NO
1
2
3
4
5
6

Nama Perangkat
Antena VSAT
High Power Amplifier (HPA)
Low Noise Amplifier (LNA)
Modem
Router
Switch

Jumlah(pcs)
1
1
1
3
2
1

11
Tabel 7 Data perangkat jaringan pada remote station
NO
1
2
3
4
5
6

Nama Perangkat
Antena VSAT
Block Up Converter (BUC)
Low Noise Block (LNB)
Modem
Router
Switch

Jumlah(pcs)
3
3
3
3
3
3

Identifikasi Pelanggan
Tahapan identifikasi pelanggan dilakukan terhadap data traffic jaringan
yang diperoleh dari proses sniffing terhadap jaringan VSAT Metrasat. Proses
identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan database pelanggan yang
dimiliki oleh Metrasat. Berdasarkan database pelanggan dapat
diidentifikasikan tiga pelanggan yang terlibat dalam penelitian ini. Tiga
pelanggan yang berhasil diidentifikasi adalah site Buma Lati, site Gunung
Bayan dan site Adaro Mile. Data jumlah user, jenis layanan dan bandwidth
yang disewa, serta alamat network pada masing-masing pelanggan dapat
dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Data pengguna pada masing-masing pelanggan

Skenario Pengambilan Data
Untuk memperoleh data traffic jaringan yang representatif, diperlukan
ketepatan dalam menentukan titik pengukuran. Gambar 3 merupakan
skenario pengambilan data yang akan diimplementasikan dalam penelitian ini.

Gambar 3 Skenario pengambilan data
Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa user yang menggunakan jaringan
VSAT akan melakukan akses ke kantor pusat melalui router CE sehingga

12
switch yang terhubung langsung dengan router CE dapat dijadikan sebagai
titik pengukuran untuk mendapatkan data traffic jaringan dari dan ke dalam
jaringan VSAT.
Penentuan perangkat lunak
Pengambilan data traffic jaringan dibantu oleh perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk analisis jaringan, troubleshooting jaringan, dan
pengamatan data dari jaringan yang sedang beroperasi. Perangkat lunak yang
digunakan pada penelitian ini adalah Wireshark. Wireshark merupakan salah
satu network analysis tool yang dapat menampilkan statistik protokolprotokol apa saja yang digunakan di dalam suatu jaringan. Wireshark
mempunyai beberapa fitur termasuk display filter language dan kemampuan
untuk merekonstruksi kembali sebuah aliran sesi TCP.
Langkah yang dilakukan untuk mengambil data traffic jaringan dengan
menggunakan aplikasi Wireshark dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 4
menunjukkan bahwa proses capture traffic jaringan sedang berlangsung.
Proses capture ini akan menangkap seluruh paket yang melalui interface
tersebut. Setiap paket data yang ditangkap berisi informasi mengenai nomor
paket, alamat pengiriman paket data, alamat tujuan paket data, jenis protokol
yang digunakan, dan informasi tambahan tentang isi paket.

Gambar 4 Tampilan proses capture traffic jaringan
Keterangan pada Gambar 4:
1 No: jumlah paket yang terambil.
2 Time: stempel waktu pada saat paket diambil.
3 Source: alamat network asal paket.
4 Destination: alamat network tujuan paket.

13
Protocol: protokol yang digunakan oleh paket.
Length: besarnya ukuran paket.
Info: informasi tambahan tentang isi paket.
Packet list pane: menampilkan ringkasan dari paket-paket yang tertangkap
oleh Wireshark.
9 Packet detail pane: menampilkan rincian dari paket yang dipilih pada
packet list pane.
10 Packet byte pane: menunjukkan isi data dari sebuah paket dalam
heksadesimal serta menunjukkan rincian dari field yang dipilih pada
packet detail pane.
5
6
7
8

Penentuan waktu pengambilan data
Pada proses pengambilan data dilakukan identifikasi jam sibuk untuk
memperoleh waktu pada saat traffic jaringan sedang tinggi. Identifikasi jam
sibuk ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap traffic jaringan harian.
Proses pengamatan ini dilakukan selama satu minggu pada hari kerja dengan
bantuan aplikasi monitoring yang dimiliki oleh Metrasat yaitu monitoring
Cacti. Pada aplikasi tersebut dapat dilihat waktu ketika traffic penggunaan
layanan jaringan VSAT yang digunakan sedang tinggi. Tabel 9 merupakan
hasil pengamatan yang dilakukan sebelum pengambilan data.
Tabel 9 Hasil pengamatan monitoring Cacti

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditentukan bahwa
jam sibuk untuk penggunaan jaringan VSAT adalah pada pukul 10:00 sampai
11:00 WIB.
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama 1 bulan pada
hari kerja (Senin-Jumat) dari tanggal 3 Nopember 2014 sampai 28 Nopember
2014 pukul 10.00 sampai 11.00 WIB. Dalam 1 hari, dilakukan pengambilan
data dalam jam sibuk sebanyak 1 kali dan selama 1 jam. Data traffic yang
diambil berupa informasi mengenai alamat pengirim paket data, alamat tujuan
paket data, dan jenis protokol jaringan yang digunakan. Data ini akan
memberikan informasi mengenai besarnya ukuran paket data yang mengalir
dan dapat digunakan untuk mengetahui jumlah dan rata-rata banyaknya paket
data yang mengalir.

14
Pengambilan Data

Gambar 5 Implementasi titik pengukuran pada jaringan VSAT Metrasat
Pada tahapan pengambilan data, dilakukan penerapan skenario
pengambilan data terhadap jaringan VSAT yang ada di Metrasat. Penerapan
titik pengukuran ini dilakukan pada jaringan VSAT Metrasat untuk
memperoleh kinerja jaringan yang representatif sehingga traffic jaringan yang
diperoleh dapat mewakili kinerja dari layanan jaringan VSAT. Berdasarkan
skenario pengambilan data pada Gambar 3, titik pengukuran ditempatkan
pada switch yang berada di hub station. Titik pengukuran ini berupa komputer
personal yang sudah terpasang aplikasi Wireshark. Letak titik pengukuran
dapat ditunjukkan pada Gambar 5.
Data traffic jaringan yang telah diperoleh selama waktu pengambilan
data dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Data traffic jaringan hasil sniffing
Hari pengambilan
data ke1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Jumlah paket data
Sebelum Pembersihan
Setelah Pembersihan
603551
406121
622865
433454
794162
579484
677545
442354
803248
535990
792852
546126
731463
535049
864192
646463
808160
546269
563128
374645
856903
630323
927981
673547
640160
446221
995234
716701
949767
713566
755709
562724
840409
621662

15
Tabel 10 Data traffic jaringan hasil sniffing (lanjutan)
Hari pengambilan
data ke18
19
20

Jumlah paket data
Sebelum Pembersihan
Setelah Pembersihan
691836
483526
636347
426808
846756
608760

Pembersihan Data
Setelah pengambilan data dilakukan proses pembersihan data pada data
traffic jaringan yang telah diperoleh menggunakan aplikasi Wireshark.
Pembersihan data ini dilakukan untuk mengambil data traffic yang berkaitan
dengan ruang lingkup penelitian. Pada saat capture traffic jaringan
menggunakan Wireshark, seluruh paket data yang melalui port analyzer akan
ditangkap. Paket-paket data yang tidak diperlukan pada tahap analisis akan
dibuang dalam proses pembersihan data ini. Proses pembersihan data yang
dilakukan yaitu dengan menggunakan fungsi filter yang ada pada aplikasi
Wireshark. Proses tersebut akan menyaring paket-paket data berdasarkan
alamat network yang sudah dapat diidentifikasi pada proses sebelumnya,
sehingga hasil penyaringan tersebut adalah paket-paket data yang berasal atau
bertujuan dari alamat network yang telah diidentifikasi. Ekspresi yang
diketikkan pada kolom filter adalah sebagai berikut:
Ip.addr==10.160.96.0/23||Ip.addr==10.144.12.0/23||
Ip.addr==10.160.126.0/23
Setelah paket data difilter berdasarkan alamat network yang telah
diidentifikasi, kemudian data traffic jaringan akan dikategorikan berdasarkan
protokol-protokol layanan yang digunakan. Hasil dari proses pembersihan
data dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil pembersihan data yang telah
dikategorikan berdasarkan protokol-protokol layanan dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Komposisi Traffic Data
Data traffic jaringan yang diambil menggunakan aplikasi Wireshark
berisi informasi mengenai nomor paket, alamat pengirim paket data, alamat
tujuan paket data, jenis protokol yang digunakan dan informasi tambahan
tentang isi paket. Jenis protokol yang dapat diidentifikasi oleh aplikasi
Wireshark di antaranya TCP, UDP, SSL, HTTP, SNMP, RTP, DNS, dan FTP.
Berdasarkan hasil pengolahan data Wireshark yang dilakukan pada penelitian
ini, untuk komposisi protokol transport dari pengguna layanan VSAT dapat
dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan informasi pada Gambar 6 didapatkan fakta bahwa
komposisi protokol transport TCP lebih banyak dibandingkan dengan
komposisi protokol transport UDP. Hal ini karena aplikasi yang digunakan
oleh user pada 3 pelanggan tersebut sebagian besar menggunakan protokol
transport TCP. Aplikasi yang digunakan untuk operasional harian adalah
aplikasi transaksi keuangan yang menggunakan aplikasi active server pages

16
(ASP) dan aplikasi transaksi jual beli spare part, penyewaan alat, dan
perbaikan alat menggunakan aplikasi asset management tool (AMT). Kedua
server tersebut menggunakan protokol transport TCP. Berdasarkan
komposisi protokol pada Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa layanan yang
banyak digunakan oleh pelanggan berorientasi koneksi (connection-oriented).

Persen (%)

Buma Lati
100.00%
90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%

92.15%

Gunung Bayan

Adaro Mile

95.01%

83.45%

16.55%
7.85%

TCP

4.99%

UDP
Protokol transport

Gambar 6 Komposisi protokol transport pada 3 pelanggan VSAT Metrasat
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap layanan yang digunakan oleh
pengguna dari masing-masing pelanggan. Layanan yang dianalisis adalah
layanan yang berhubungan dengan proses bisnis perusahaan yaitu protokol
layanan web, layanan transfer data, dan layanan remote akses. Pada site Buma
Lati, terdapat satu protokol trasnport tambahan, yaitu protokol RTP yang
digunakan untuk layanan voice karena pada site Buma Lati memiliki
kebijakan bahwa layanan voice memiliki prioritas utama dibandingkan
dengan layanan data. Jumlah paket data yang mengalir pada layanan yang
digunakan oleh user dari masing-masing pelanggan dapat dilihat pada
Gambar 7.
Buma Lati

Gunung Bayan

Adaro Mile

Jumlah Paket Data (paket/jam)

700000

652170

600000
500000
400000
300000
200000
100000

251844
101413
82047
76583 76588
63266
39163

178103
78742

116024

36777
24923

0 0

0
HTTP

SSL

NBSS
Protokol

DCE / RPC

RTP

Gambar 7 Jumlah paket data pada masing-masing protokol

17
Analisis Kinerja
Analisis Delay
Dalam menentukan kualitas jaringan VSAT, salah satu hal yang penting
yaitu besarnya nilai delay. Pada penelitian ini dilakukan analisis perhitungan
rata-rata delay transmisi terhadap masing-masing protokol yang digunakan
pada masing-masing pelanggan. Data yang digunakan dalam analisis delay
diambil dari Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berdasarkan Persamaan 2, delay
transmisi paket data dapat dihitung sebagai berikut:
- Jumlah paket data protokol HTTP site Buma Lati pada hari ke-1
pengamatan adalah 3277 paket, dengan waktu pengiriman seluruh paket
adalah 3563.802 detik. Maka delay transmisi paket data HTTP adalah:
3563.802 detik
delay(sec) Tx (HTTP) =
=1.088 detik
3277 paket
- Jumlah paket data protokol SSL site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan
adalah 4550 paket, dengan waktu pengiriman seluruh paket adalah
3557.125 detik. Maka delay transmisi paket data SSL adalah:
delay(sec) Tx (SSL) =

3557.125 detik
=0.782 detik
4550 paket

Berdasarkan perhitungan dari Persamaan 2, maka hasil perhitungan
keseluruhan protokol sampai dengan pengamatan hari ke-20 dapat
diimplementasikan ke dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada Gambar 8,
9, dan 10.

Delay (sec)

HTTP

SSL

RTP

DCE/RPC

NBSS

7
6
5
4
3
2
1
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 8 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Buma
Lati
Gambar 8 adalah hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data
pada site Buma Lati. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata
delay terkecil adalah protokol RTP dibandingkan protokol lainnya. Hal ini
disebabkan pada site Buma Lati memiliki kebijakan bahwa layanan voice
memiliki prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan layanan data. Sehingga
bila ada paket voice dan data berjalan bersamaan, maka layanan voice yang
akan didahulukan. Berdasarkan kategorisasi TIPHON dan ITU-T, analisis
kualitas rata-rata delay transmisi pada masing-masing protokol dapat dilihat
pada Tabel 11.

18
Tabel 11 Analisis kualitas delay transmisi site Buma Lati
No
1
2
3
4
5

Rata-rata Delay
transmisi (ms)
1464.782
673.0541
22.364
2405.101
386.7112

Protokol
HTTP
SSL
RTP
DCE/RPC
NBSS

TIPHON

ITU-T

Jelek
Jelek
Sangat Bagus
Jelek
Sedang

Buruk
Buruk
Baik
Buruk
Cukup

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kualitas delay layanan voice sangat
bagus dan baik.
HTTP

SSL

DCE/RPC

NBSS

Delay (sec)

8
6
4
2
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 9 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Gunung
Bayan
Gambar 9 adalah hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data
pada site Gunung Bayan. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki ratarata delay terkecil adalah protokol NBSS. NetBIOS adalah protokol yang
mengizinkan aplikasi-aplikasi terdistribusi agar dapat saling mengakses
layanan jaringan tanpa memerhatikan protokol transport yang digunakan.
Dengan protokol NBSS ini dapat membuat sebuah koneksi dan melakukan
percakapan, sehingga pengiriman paket data dapat dipantau dan dikenali.
Pada site Gunung Bayan jaringan VSAT digunakan untuk melakukan
pengiriman data dari site Gunung Bayan ke kantor pusat. Berdasarkan
kategorisasi TIPHON dan ITU-T, analisis kualitas rata-rata delay transmisi
pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Analisis kualitas delay transmisi site Gunung Bayan
No
1
2
3
4

Protokol
HTTP
SSL
DCE/RPC
NBSS

Rata-rata Delay
transmisi (ms)
2317.918
948.2157
3687.137
767.2441

TIPHON

ITU-T

Jelek
Jelek
Jelek
Jelek

Buruk
Buruk
Buruk
Buruk

Berdasarkan Tabel 12 dapat dilihat bahwa kualitas delay layanan pengiriman
data jelek dan buruk.

19
HTTP

SSL

DCE/RPC

NBSS

Delay (sec)

3
2

1
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 10 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Adaro
Mile
Gambar 10 adalah hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data
pada site Adaro Mile. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki delay
terkecil adalah protokol DCE/RPC. Hal ini disebabkan pada site Adaro Mile,
server-server aplikasi yang digunakan berada di kantor pusat dan umumnya
user akan melakukan remote access ke kantor pusat untuk menjalankan
aplikasi yang dibutuhkan. Berdasarkan kategorisasi TIPHON dan ITU-T,
analisis kualitas rata-rata delay transmisi pada masing-masing protokol dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Analisis kualitas delay transmisi site Adaro Mile
No
1
2
3
4

Protokol
HTTP
SSL
DCE/RPC
NBSS

Rata-rata Delay
transmisi (ms)
1062.891
1409.199
824.950
1319.812

TIPHON

ITU-T

Jelek
Jelek
Jelek
Jelek

Buruk
Buruk
Buruk
Buruk

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kualitas delay layanan remote
access jelek dan buruk.
Analisis Throughput
Analisis throughput digunakan untuk mengetahui kemampuan
sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data per satuan
waktu. Data yang digunakan dalam analisis throughput diambil dari
Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berdasarkan Persamaan 3, besarnya throughput
pengiriman paket data dapat dihitung sebagai berikut:
- Jumlah paket data protokol HTTP site Buma Lati pada hari ke-1
pengamatan adalah 3277 paket dengan ukuran seluruh paket sebesar
1519447 Bytes dan waktu pengiriman seluruh paket adalah 3563.802 detik.
Maka besar throughput pengiriman paket data HTTP adalah:
3277 Paket
1519447 Bytes 1519447 x 8 bit
Throughput HTTP =
=
=
3563.802 detik 3563.802 detik 3563.802 detik
12155576bit
=
=3410.845 bps =3.331 kbps
3563.802 detik
- Jumlah paket data pada protokol SSL site Buma Lati pada hari ke-1
pengamatan adalah 4550 paket dengan ukuran seluruh paket sebesar

20
2414448 Bytes dan waktu pengiriman seluruh paket adalah 3557.125 detik.
Maka besar throughput pengiriman paket data SSL adalah:
4550 Paket
2414448 Bytes 2414448 x 8 bit
Throughput SSL =
=
=
3557.125 detik 3557.125 detik 3557.125 detik
19315584 bit
=5430.111 bps=5.303 kbps
=
3557.125 detik
Berdasarkan perhitungan dari Persamaan 3, maka hasil perhitungan
keseluruhan protokol sampai dengan pengamatan hari ke-20 dapat
diimplementasikan ke dalam bentuk grafik yang ditunjukan pada Gambar 11,
12, dan 13.
Throughput (kbps)

HTTP

SSL

RTP

DCE/RPC

NBSS

200

150
100
50
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 11 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Buma Lati
Gambar 11 adalah hasil perhitungan rata-rata throughput pengiriman
data pada site Buma Lati. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki ratarata throughput terbesar adalah protokol RTP. Seperti yang telah dijelaskan
bahwa pada site Buma Lati memiliki kebijakan terhadap layanan voice dan
kebutuhkan layanan voice cukup tinggi maka protokol RTP memiliki ratarata throughput terbesar dibandingkan dengan protokol lainnya. Persentase
nilai utilisasi penggunaan bandwidth pada masing-masing protokol dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Utilisasi penggunaan bandwidth site Buma Lati
No

Protokol

1
2
3
4
5

HTTP
SSL
RTP
DCE/RPC
NBSS

Bandwidth sewa
(kbps)
512
512
512
512
512

Rata-rata
throughput (kbps)
4.093
7.666
49.542
2.014
5.593

Utilisasi
(%)
0.799
1.497
9.676
0.393
1.092

Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol masih sangat rendah. Hal ini perlu dilakukan
optimalisasi agar utilisasi penggunaan bandwidth meningkat.

21

Throughput (kbps)

HTTP

SSL

DCE/RPC

NBSS

25
20
15
10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 12 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Gunung Bayan
Gambar 12 adalah hasil perhitungan rata-rata throughput pengiriman
pada site Gunung Bayan. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki ratarata throughput terbesar adalah protokol NBSS. Hal ini dikarenakan site
Gunung Bayan menggunakan jaringan VSAT untuk mengirimkan laporan
dari kantor cabang ke kantor pusat sehingga protokol NBSS memiliki ratarata throughput terbesar. Persentase nilai utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Utilisasi penggunaan bandwidth site Gunung Bayan
No

Protokol

1
2
3
4

HTTP
SSL
DCE/RPC
NBSS

Bandwidth sewa
(kbps)
256
256
256
256

Rata-rata
throughput (kbps)
2.039
4.713
0.786
5.398

Utilisasi
(%)
0.796
1.841
0.307
2.109

Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol masih sangat rendah. Hal ini perlu dilakukan
optimalisasi agar utilisasi penggunaan bandwidth meningkat.

Throughput (kbps)

HTTP

SSL

DCE/RPC

NBSS

25
20
15
10
5
0
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 13 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Adaro Mile
Gambar 13 adalah hasil perhitungan rata-rata throughput pengiriman
pada site Adaro Mile. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata

22
throughput terbesar adalah protokol DCE/RPC. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa user pada site Adaro Mile mengakses server aplikasi yang
berada di kantor pusat dengan menggunakan remote access sehingga protokol
DCE/RPC memiliki rata-rata throughput terbesar. Persentase nilai utilisasi
penggunaan bandwidth pada masing-masing protokol dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16 Utilisasi penggunaan bandwidth site Adaro Mile
No

Protokol

1
2
3
4

HTTP
SSL
DCE/RPC
NBSS

Bandwidth sewa
(kbps)
256
256
256
256

Rata-rata
throughput (kbps)
3.855
3.260
9.137
1.758

Utilisasi
(%)
1.506
1.273
3.569
0.687

Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol masih sangat rendah. Hal ini perlu dilakukan
optimalisasi agar utilisasi penggunaan bandwidth meningkat.
Analisis Packet Loss
Analisis perhitungan packet loss ratio yang akan dilakukan pada
penelitian ini adalah analisis terhadap persentase packet loss dari masingmasing pelanggan. Analisis packet loss ini digunakan untuk mengetahui paket
data yang hilang pada saat pengiriman. Data yang digunakan dalam analisis
packet loss diambil dari Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berdasarkan Persamaan
4, besarnya packet loss pengiriman paket data dapat dihitung sebagai berikut:
- Jumlah paket data yang dikirim site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan
adalah 43083 paket, dengan paket data yang diterima ditujuannya adalah
41166 paket. Maka packet loss ratio pengiriman paket data pada site Buma
Lati adalah:
43083-41166
x 100% = 4.45 %
Packet Loss Ratio (BL)=
43083
- Jumlah paket data yang dikirim site Gunung Bayan pada hari ke-1
pengamatan adalah 7327 paket, dengan paket data yang diterima
ditujuannya adalah 6640 paket. Maka packet loss ratio pengiriman paket
data pada site Gunung Bayan adalah:
7327-6640
Packet Loss Ratio (GB) =
x 100% = 9.38 %
7327
Berdasarkan perhitungan dari Persamaan 4, maka hasil perhitungan packet
loss ratio seluruh pelanggan sampai dengan pengamatan hari ke-20 dapat
diimplementasikan ke dalam bentuk grafik yang ditunjukkan pada Gambar
14. Pada Gambar 14 dapat dilihat grafik hasil perhitungan packet loss ratio
dari masing-masing pelanggan selama masa pengamatan. Dapat dilihat
bahwa site Buma Lati memiliki nilai packet loss terkecil dibandingkan
dengan site yang lainnya. Hal ini karena rata-rata delay pada protokol yang
diamati memiliki nilai terendah yaitu 0.990 detik. Dengan memiliki nilai ratarata delay rendah, maka rasio packet loss yang didapatkan juga rendah. Oleh
karena itu paket yang dikirimkan pada site Buma Lati akan diterima lebih
banyak karena paket yang hilang dalam proses pengiriman sedikit.

Packet Loss Ratio (%)

23
Buma Lati

Gunung Bayan

Adaro Mile

25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Hari ke-

Gambar 14 Hasil perhitungan packet loss ratio pengiriman paket data
Pada Gambar 14 juga dapat dilihat bahwa site Gunung Bayan memiliki
nilai packet loss terbesar dibandingkan dengan site yang lainnya. Bahkan
pada pengamatan hari ke-19, nilai packet loss site Gunung Bayan dapat
mencapai nilai 20.35%. Hal ini karena rata-rata delay pada protokol yang
diamati memiliki nilai tertinggi yaitu