BAB V PEMBAHASAN
Pemberian cairan pengganti selama tindakan operasi selama ini menjadi suatu hal yang masih banyak diperdebatkan dimana penentuan cairan mana yang lebih efektif dan
efisien serta menyebabkan perubahan fisiologis yang minimal. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor dimana Ringer Laktat sebagai cairan yang biasa dipergunakan namun pada
beberapa kondisi masih terbatas pemakaiannya. RAM merupakan salah satu alternatif pilihan cairan yang penggunannya masih belum luas dipakai. Penelitian ini diharapkan
dapat memberi gambaran mana cairan yang paling stabil dalam menyebabkan perubahan terhadap SID plasma. Berdasarkan interpretasi karakteristik subyek kedua kelompok
penelitian antara kelompok RAM dan RL yaitu umur, berat badan, tinggi badan, BMI, volume cairan yang diberikan, lama operasi dan perdarahan yang terjadi tidak didapati
perbedaan yang bermakna sehingga kedua kelompok tersebut layak untuk dibandingkan. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan besar perubahan SID pada
kelompok RAM 0,460 ± 0,545. Lebih kecil apabila dibandingkan dengan kelompok RL dengan rerata 1,578 ± 3,140. Secara statistik didapati berbeda bermakna dimana p =
0,026 p 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa cairan kristaloid RAM memberikan perubahan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan cairan RL.
Dalam penelitian ini hanya dilakukan dua kali pemeriksaan Elektrolit plasma, sebelum dilakukan pre loading dan setelah jahit kulit terakhir tindakan operasi. Nilai SID
pada kedua kelompok terdapat perbedaan, dimana perubahan SID pada kelompok Ringer Asetat Malat lebih kecil daripada kelompok Ringer Laktat sehingga dapat dianggap
Universitas Sumatera Utara
cairan kristaloid Ringer Asetat Malat lebih stabil dalam memberikan perubahan nilai SID dibanding cairan krsitaloid Ringer Laktat. Secara statistik nilai ini di anggap berbeda
bermakna. Namun, kenaikan yang hanya sekitar 1 mEql ini tidak bermakna secara klinis. Hal ini dapat dilihat dari tanda-tanda vital pada pasien antar kedua kelompok yang
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna di antara keduanya seperti ditunjukkan dari data kondisi hemodinamik saat awal sebelum dilakukan tindakan sampai selesai operasi.
Penggunaan efedrin juga secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi hemodinamik kedua kelompok dimana tidak dijumpai perbedaan bermakna antar dua
kelompok. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang pernah dilakukan oleh Zdenek Zadak, dkk
2010 dengan membandingkan cairan Ringerfundin sebagai larutan RAM dan cairan Plasma-lyte. Didapati Ringerfundin lebih stabil dalam mempertahankan komposisi
elektrolit dan osmolaritas plasma, tidak menyebabkan deplesi dari konsentrasi Kalsium dan tidak mengindikasikan peningkatan katabolisme protein.
19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Galas dan kawan-kawan mendapati bahwa pemberian Ringerfundin dihubungkan dengan tampilan elektrolit dan keseimbangan
asam-basa yang lebih baik dibanding Ringer Laktat.
21
Hal ini menunjukkan hubungan perubahan komposisi elektrolit berkaitan dengan nilai SID karena nilai SID adalah
merupakan jumlah dari konsentrasi basa kation kuat dikurangi jumlah dari asam anion kuat.
27
Pada penelitian didapati nilai Natrium pre operasi pada kelompok RAM adalah 136,8±1,474 dan paska operasi adalah 139,53±2,031. Terjadi peningkatan kadar Natrium
dimana peningkatan kadar Natrium yang terjadi sebanyak 87 dari jumlah sampel. Pada
Universitas Sumatera Utara
kelompok RL dijumpai nilai Natrium pre operasi adalah 136,4±1,844 dan paska operasi 134,73±1,534. Didapati penurunan kadar Natrium dimana sebanyak 73 dari sampel
mengalami penurunan kadar Natrium. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa pemberian cairan RAM dapat meningkatkan kadar Natrium plasma sementara pemberian
RL pada percobaan ini menurunkan kadar natrium plasma. Perbedaan juga terjadi pada kadar Klorida antar kedua kelompok. Dijumpai kadar
Klorida pada kelompok RAM pre operasi 105,53±1,552 dan paska operasi sebesar 108,2 ± 1,859. Terjadi peningkatan kadar Klorida pada kelompok RAM. Jumlah sampel yang
mengalami peningkatan sebanyak 80. Sementara pada kelompok RL dijumpai kadar Klorida pre operasi 103,4±1,454 dan paska operasi 103,4±2,197. Hampir tidak terjadi
perubahan kadar Klorida didalam plasma. Kedua elektrolit ini adalah penentu terbesar dari nilai SID plasma. Untuk menjaga
kestabilan nilai SID maka kenaikan nilai suatu kation harus diimbangi kenaikan suatu anion begitu juga sebaliknya sehingga tidak terjadi suatu proses dilusional atau kontraksi
dari plasma akibat dari cairan yang diberikan yang dapat ditunjukkan dari nilai SID plasma.
Tampilan elektrolit yang lain menunjukkan bahwa penggunaan cairan RAM akan meningkatkan kadar Kalium, Kalsium dan Magnesium didalam plasma dan pada
kelompok RL terjadi penurunan kadar Kalsium dan Magnesium didalam plasma, sedang kadar Kalium cenderung tetap.
Skor APGAR dan penggunaan efedrin pada kedua kelompok dijumpai berbeda tidak bermakna dimana pada skor APGAR didapati nilai p adalah 0,07 p 0,05 dan
pada penggunaan efedrin dijumpai nilai p adalah 1 p 0,05.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN